Anda di halaman 1dari 36

Laporan Akhir

BAB II
PROFIL KABUPATEN SEMARANG

2.1. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH


Kabupaten Semarang merupakan wilayah bagian utara Provinsi Jawa Tengah, berada di
sebelah selatan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Kota Semarang). Secara geografis, Kabupaten
Semarang terletak pada posisi 110
110 14’54,7” - 110 39’33,3” Bujur Timur dan 7
73’57” - 7 30’00’’
Lintang Selatan. Adapun batas-batas
batas wilayah administrasi
dministrasi Kabupaten Semarang adalah sebagai
berikut :
 Sebelah Utara : Kota Semarang dan Kabupaten Demak
 Sebelah Timur : Kabupaten
upaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan
 Sebelah Selatan : Kabupaten
upaten Boyolali dan Kabupaten Magelang
 Sebelah Barat : Kabupaten
upaten Temanggung dan Kabupaten Kendal
Di tengah-tengah
tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat wilayah Kota Salatiga. Luas
wilayahnya Kabupaten Semarang seluruhnya kurang lebih 95.020,67 ha yang terbagi menjadi 19
kecamatan, 208 desa, 27 kelurahan, 1.565
1.5 RW, dan 6.628 RT. Wilayah terluas adalah Kecamatan
Pringapus 7.834,70 ha (8,25%)
%) dan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa 2.822,10 ha (2,97%).
Secara spasial kondisi administrasi Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Peta Administrasi
Kabupaten Semarang. Selengkapnya
Sele mengenai jumlah luas wilayah Kabupaten Semarang dan
jumlah desa, kelurahan, RW dan RT dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 1 LUAS WILAYAH
WILAYAH, JUMLAH DESA, KELURAHAN,
AN, RW DAN RT
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
No Kecamatan Luas (Ha)
( Desa Kelurahan RW RT
1 Getasan 6.579,55 13 - 114 374
2 Tengaran 4.729,55 15 - 125 438
3 Sususkan 4.866,60 13 - 101 379
4 Kaliwungu 2.995,00 11 - 72 263
5 Suruh 6.401,52 17 - 101 490
6 Pabelan 4.797,60 17 - 86 316
7 Tuntang 5.624,20 16 - 110 455
8 Banyubiru 5.441,45 10 - 105 309
9 Jambu 5.163,00 9 1 59 263
10 Sumowono 5.563,20 16 - 79 219
11 Ambarawa 2.822,10 2 8 63 339
12 Bandungan 4.823,30 9 1 73 329

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-1
Laporan Akhir

No Kecamatan Luas (Ha)


( Desa Kelurahan RW RT
13 Bawen 4.657,00 7 2 66 332
14 Bringin 6.189,10 16 - 74 321
15 Bancak 4.384,55 9 - 60 169
16 Pringapus 7.834,70 8 1 58 305
17 Bergas 4.733,10 9 4 60 412
18 Ungaran Barat 3.596,05 6 5 78 466
19 Ungaran Timur 3.799,10 5 5 81 449
Jumlah 95.020,67 208 27 1.565 6.628
Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 201
2016
Kegiatan pembangunan di Kabupaten Semarang,, tidak terlepas dari kondisi penggunaan
lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota.
Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2015, penggunaan lahan di Kabupaten Semarang
didominasi oleh lahan pertanian seluas 60.277,43 ha, sedangkan untuk bukan pertanian seluas
34.743,23 ha. Selengkapnya untuk jenis penggunaan lahan di Kabupaten Semarang dapat dilihat
pada tabel dan grafik berikut :
TABEL II. 2 JENIS PENGGUNAAN LAH
LAHAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)
No Kecamatan Pertanian Bukan Pertanian Jumlah
1 Getasan 4.023,53 2.556,02 6.579,55
2 Tengaran 2.767,37 1.962,23 4.729,60
3 Sususkan 3.648,92 1.237,56 4.886,48
4 Kaliwungu 1.907,52 1.087,49 2.995,01
5 Suruh 4.330,71 2.070,77 6.401,48
6 Pabelan 3.445,35 1.352,18 4.797,53
7 Tuntang 3.462,23 2.162,00 5.624,23
8 Banyubiru 3.433,10 2.008,35 5.441,45
9 Jambu 4.365,84 796,87 5.162,71
10 Sumowono 4.320,87 1.242,12 5.562,99
11 Ambarawa 1.614,91 1.207,24 2.822,15
12 Bandungan 2.983,96 1.839,37 4.823,33
13 Bawen 2.947,31 1.709,69 4.657,00
14 Bringin 4.021,68 2.167,40 6.189,08
15 Bancak 2.777,44 1.607,11 4.384,55
16 Pringapus 2.991,89 4.843,28 7.835,17
17 Bergas 2.754,88 1.978,28 4.733,16
18 Ungaran Barat 2.348,84 1.247,19 3.596,03
19 Ungaran Timur 2.131,08 1.668,08 3.799,16
Jumlah 60.277,43 34.743,23 95.020,66
Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 201
2016

Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016 (Diolah, 2016)


Sumber : Kabu
Gambar 2. 1 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-2
Laporan Akhir

Peta 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Semarang

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-3
Laporan Akhir

Jenis penggunaan lahan untuk tanah sawah dapat diuraikan berdasarkan jenis
pengelolaannya menurut jaringan irigasinya, yaitu irigasi dan tadah hujan. Luasan tanah sawah
terbesar adalah irigasi seluas 16.602,12 ha, sedangkan untuk luas sawah tadah hujan seluas
7.316,52 ha. Sawah irigasi terluas berada di Kecamatan Suruh seluas 1.852,32 ha dan terkecil di
Kecamatan Getasan seluas 24 ha. Sawah tadah hujan terluas berada di Kecamatan Suruh seluas
1.099,31 ha dan terkecil di Kecamatan Getasan seluas 24,00 ha. Selengkapnya untuk luasan lahan
sawah di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 3 LAHAN PERTANIAN (SAWAH) DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)
No Kecamatan Irigasi Tadah Hujan Jumlah
1 Getasan 24,00 2,00 26,00
2 Tengaran 652,85 230,59 883,44
3 Sususkan 1.742,16 238,08 1.980,24
4 Kaliwungu 1.049,28 59,35 1.108,63
5 Suruh 1.852,32 1.099,31 2.951,63
6 Pabelan 1.242,47 1.089,63 2.332,10
7 Tuntang 1.007,71 452,73 1.460,44
8 Banyubiru 1.213,42 10,97 1.224,39
9 Jambu 409,90 40,89 450,79
10 Sumowono 616,96 112,70 729,66
11 Ambarawa 755,09 194,44 949,53
12 Bandungan 1.384,74 171,16 1.555,90
13 Bawen 646,17 461,29 1.107,46
14 Bringin 1.479,60 561,87 2.041,47
15 Bancak 344,68 842,03 1.186,71
16 Pringapus 827,67 427,13 1.254,80
17 Bergas 372,18 654,52 1.026,70
18 Ungaran Barat 674,17 238,27 912,44
19 Ungaran Timur 306,75 429,56 736,31
Jumlah 16.602,12 7.316,52 23.918,64
Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016, (Diolah, 2016)


Gambar 2. 2 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Pertanian Sawah Kabupaten Semarang
Penggunaan lahan pertanian bukan sawah terdiri dari penggunaan tegal/kebun seluas
24.188,46 ha, perkebunan seluas 6.987,81 ha, hutan rakyat seluas 4.997,48 ha, kolam/empang
seluas 25,25 ha dan pengunaan lainnya seluas 150,30 ha. Selengkapnya untuk luasan lahan
pertanian bukan sawah di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-4
Laporan Akhir

TABEL II. 4 LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
(DALAM HA)
Tegal / Hutan
No Kecamatan Perkebunan Kolam/Empang Lainnya Jumlah
Kebun Rakyat
1 Getasan 3.328,53 500,57 168,43 - - 3.997,53
2 Tengaran 1.113,38 115,33 653,23 1,99 - 1.883,93
3 Sususkan 733,03 77,10 772,90 1,52 84,13 1.668,68
4 Kaliwungu 549,68 55,66 193,54 - - 798,88
5 Suruh 987,59 97,29 294,20 - - 1.379,08
6 Pabelan 652,55 299,15 161,54 - - 1.113,24
7 Tuntang 801,26 926,24 254,84 10,32 - 1.992,66
8 Banyubiru 1.917,27 52,44 239,00 - - 2.208,71
9 Jambu 2.985,01 600,48 329,56 - - 3.915,05
10 Sumowono 2.589,62 470,03 531,56 - - 3.591,21
11 Ambarawa 533,14 74,58 52,43 5,23 - 665,38
12 Bandungan 1.018,00 140,72 266,29 3,04 - 1.428,05
13 Bawen 934,36 533,29 309,16 - 63,04 1.839,85
14 Bringin 1.346,23 506,43 124,42 - 3,13 1.980,21
15 Bancak 1.273,49 189,98 127,26 - - 1.590,73
16 Pringapus 972,82 673,53 90,74 - - 1.737,09
17 Bergas 685,57 772,25 269,27 0,77 - 1.727,86
18 Ungaran Barat 716,19 654,23 63,59 2,38 - 1.436,39
19 Ungaran Timur 1.050,74 248,51 95,52 - - 1.394,77
Jumlah 24.188,46 6.987,81 4.997,48 25,25 150,30 36.349,30
Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016, (Diolah, 2016)


Gambar 2. 3 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Kabupaten Semarang
Tahun 2015
Lahan bukan pertanian di Kabupaten Semarang terdiri dari penggunaan rumah bangunan
seluas 20.677,52 ha, hutan negara seluas 8.693,06 ha, rawa seluas 2.467,09 ha, penggunaan
lainnya seluas 2.905,92 ha. Penggunaan lahan kering terbesar di Kecamatan Pringapus seluas
4.843,28 ha. Selengkapnya untuk luasan lahan kering di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada
tabel berikut :
TABEL II. 5 LAHAN BUKAN PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 (DALAM HA)
Rumah, Lainnya (Jalan, Sungai,
No Kecamatan Hutan Negara Rawa Jumlah
Bangunan Kuburan, dll)
1 Getasan 908,55 1.284,49 - 362,97 2.556,01
2 Tengaran 1.814,59 - - 147,64 1.962,23
3 Sususkan 1.074,79 - - 162,77 1.237,56
4 Kaliwungu 998,12 - - 89,37 1.087,49
5 Suruh 1.909,72 - - 161,05 2.070,77
6 Pabelan 1.210,70 - - 141,48 1.352,18
7 Tuntang 1.311,30 - 683,39 167,31 2.162,00
8 Banyubiru 711,09 314,51 886,13 96,62 2.008,35
9 Jambu 594,79 - - 202,08 796,87

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-5
Laporan Akhir

Rumah, Lainnya (Jalan, Sungai,


No Kecamatan Hutan Negara Rawa Jumlah
Bangunan Kuburan, dll)
10 Sumowono 567,59 579,09 - 95,45 1.242,12
11 Ambarawa 572,28 - 497,51 137,45 1.207,24
12 Bandungan 922,34 816,12 - 100,91 1.839,37
13 Bawen 1.208,10 - 400,06 101,54 1.709,69
14 Bringin 1.182,50 819,22 - 165,68 2.167,40
15 Bancak 865,30 652,40 - 89,42 1.607,11
16 Pringapus 824,68 3.908,98 - 109,62 4.843,28
17 Bergas 1.827,96 - - 150,64 1.978,59
18 Ungaran Barat 1.112,87 - - 134,33 1.247,19
19 Ungaran Timur 1.060,25 318,25 - 289,59 1.668,08
Jumlah 20.677,52 8.693,06 2.467,09 2.905,92 34.743,53
Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016

Sumber : Kabupaten Semarang Dalam Angka, 2016, (Diolah, 2016)


Gambar 2. 4 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kering Kabupaten Semarang

Secara spasial kondisi penggunaan lahan eksisting Kabupaten Semarang dapat dilihat pada
Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Semarang.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-6
Laporan Akhir

Peta 2. 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Semarang

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-7
Laporan Akhir

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN SEMARANG Comment [R1]: Pedoman : potensi


wilayah yang dimiliki oleh kabupaten/kota,
Potensi wilayah Kabupaten Semarang perlu dikembangkan untuk mendukung antara lain potensi ekonomi kreatif,
pariwisata, minyak dan gas, dan
pembangunan ekonomi wilayah kabupaten. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
sebagainya, yang perlu didukung
perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan pembangunannya dengan infrastruktur
permukiman.
masyarakat secara ekonomi yang turut ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi. Perkuatan
infrastruktur perkonomian harus terus diupayakan oleh Pemerintah Daerah agar pertumbuhan
ekonomi dapat menciptakan pemerataan ekonomi pada semua wilayah dan sektor usaha serta
memberikan dampak ganda (multiplier effect). Beberapa potensi wilayah Kabupaten Semarang
yang perlu didukung pembangunannya dengan infrastruktur permukiman sebagai berikut :
1. Potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Semarang, meliputi: Comment [R2]: DATA SKPD/ WEBSITE
PARIWISATA. DITAMBAHKAN : SENJOYO??
a. Air Terjun Semirang
b. Candi Gedong Songo
c. Curug Kembar Bolodewo Banyubiru
d. Fountain Water Park Ungaran
e. Gua Maria Kerep Ambarawa
f. Kampoeng Kopi Banaran
g. Kartika Wisata Kopeng
h. Kolam Renang Bu Sri
i. Kolam Renang Taman Indah Sari
j. Kolam Renang Tirto Argo (Siwarak)
k. Langen Tirto
l. Makam Nyatnyono
m. Museum Palagan Ambarawa
n. Museum Kereta Api Ambarawa
o. New Bandungan Indah Divaland
p. Pemandian Muncul
q. Taman Bukit Cinta Rawa Pening
r. Taman Wisata Rawa Permai
s. Umbul Sido Mukti
t. Wana Wisata Penggaron
u. Wana Wisata Umbul Songo
v. Wisata Argo Tlogo
2. Potensi cagar budaya
a. Lingkungan Bangunan Non Gedung
1) Makam kuno Desa Nyatnyono di Kecamatan Ungaran Barat.
2) Monumen Perjuangan Lemahabang di Kecamatan Bergas.
3) Situs Candi Ngempon di Kecamatan Bergas.
4) Munumen Wonorejo di Kecamatan Pringapus.
5) Situs Candi Bubrah Desa Candirejo di Kecamatan Pringapus.
6) Makam Dr. Cipto Mangunkusumo di Kecamatan Ambarawa.
7) Makam Jenderal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Timur.
8) Monumen Palagan Ambarawa di Kecamatan Ambarawa.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-8
Laporan Akhir

9) Candi Gedongsongo di Kecamatan Bandungan.


10) Situs Watu Lumpuk Kyai Renggani Sura Desa Jubelan Kecamatan Sumowono.
11) Tugu Desa Kelurahan di Kecamatan Jambu.
12) Situs Brawijaya Candi Dukuh Desa Rowoboni di Kecamatan Banyubiru.
13) Makam Cukilan di Kecamatan Suruh.
14) Situs Senjaya di Kecamatan Tengaran.
15) Situs Klero di Kecamatan Tengaran.
16) Jalur rel kereta api Tuntang - Ambarawa - Bedono.
17) Situs Candirejo di Kecamatan Ungaran Barat.
18) Ganesha besar (Mbah Dul Jalal) Sikunir di Kecamatan Bergas.
19) Situs Kalitaman di Kecamatan Bawen.
20) Situs Kalibeji di Kecamatan Tuntang.
21) Lingkungan makam Kusumabantala di Kecamatan Jambu.
22) Lingkungan makam Kebon Ijo di Kecamatan Banyubiru.
23) Rumah air Jelok di Kecamatan Tuntang.
24) Situs Slumprit di Kecamatan Ungaran Timur.
25) Situs Ngrawan di Kecamatan Getasan.
26) Situs Prasasti Tajuk di Kecamatan Getasan.
27) Situs Balai Panjang di Kecamatan Suruh.
28) Situs Muncul di Kecamatan Banyubiru.
b. Lingkungan Bangunan Gedung dan Halamannya
1) Benteng Williem I di Kecamatan Ambarawa.
2) Benteng Williem II di Kecamatan Ungaran Barat.
3) Gedung kuno Asrama Korsik di Kecamatan Ungaran Timur.
4) Gedung Kuning di Kecamatan Ungaran Barat.
5) Gedung SMP 1 di Kecamatan Ungaran Timur.
6) Gereja Jago Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa.
7) Pendopo Kantor Kecamatan di Kecamatan Ambarawa.
8) Rumah kuno Kelurahan Panjang di Kecamatan Ambarawa.
9) Museum dan Stasiun Kereta Api di Kecamatan Ambarawa.
10) Stasiun Kereta Api Tuntang di Kecamatan Tuntang.
11) Stasiun Kereta Api Jambu di Kecamatan Jambu.
12) Stasiun Kereta Apu Bringin di Kecamatan Bringin.
13) Wisma Bandungan Indah di Kecamatan Bandungan.
14) Klenteng Kelurahan Kranggan di Kecamatan Ambarawa.
15) Rumah Batu Putih Kyai Pandanmurti Desa Candigaron Kecamatan Sumowono.
16) Stasiun Kereta Api Bedono di Kecamatan Jambu.
17) Masjid Kauman Ungaran di Kecamatan Ungaran Barat.
18) Masjid Kauman Desa Suruh di Kecamatan Suruh.
19) Masjid Desa Jatirejo di Kecamatan Suruh.
20) Gereja Desa Nyemoh di Kecamatan Bringin.
21) Rumah tinggal Gatot Subroto di Kecamatan Ungaran Barat.
22) Bangunan bekas Kantor Kawedanan di Kecamatan Ungaran Barat.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-9
Laporan Akhir

23) Masjid Kuno Gogodalem di Kecamatan Bringin.


24) Lingkungan rumah tinggal dan makam pada kawasan PTP Getas di Kecamatan Pabelan.
25) Rumah pemotongan hewan di Kecamatan Ambarawa.
26) Rumah Dinas Bupati Semarang di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu.
3. Potensi Ekonomi Strategis Comment [R3]: KALO ADA DATA
DIGANTI POTENSI EKONOMI KREATIF.
a. Kawasan Industri di Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bawen, Kecamatan Tengaran; DATA INDUSTRI KREATIF.
Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Kaliwungu;
b. Kawasan perkotaan strategis pada kawasan perkotaan Ungaran, Ambarawa, Suruh dan
Tengaran;
c. Kawasan cepat berkembang di sekitar Jalan Tol Semarang - Solo dan di sekitar Jalan
Ungaran - Bawen; dan
d. Kawasan pusat pengembangan pariwisata pada kawasan pariwisata Bandungan dan
kawasan pariwisata Kopeng.
Percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur dalam kerangka penguatan
konektivitas wilayah perlu didukung infrastruktur permukiman antara lain infrastruktur
persampahan, infrastruktur air limbah permukiman, infrastruktu air minum, jalan lingkungan dan
pedestrian, ruang terbuka hijau, penataan kawasan cagar budaya.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI


2.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data Tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Semarang berjumlah 996.346
jiwa terdiri dari laki-laki 499.066 jiwa dan perempuan 497.280 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi di
Kecamatan Ungaran Barat sebanyak 76.247 jiwa (7,65%) dan terkecil di Kecamatan Bancak
sebanyak 24.037 jiwa (2,41%). Selengkapnya mengenai kondisi penduduk menurut jenis kelamin
di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 6 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2015 (DALAM JIWA)
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah %
1 Getasan 25.632 25.746 51.378 5,16
2 Tengaran 33.825 32.866 66.691 6,69
3 Susukan 24.795 24.354 49.149 4,93
4 Suruh 34.183 33.516 67.699 6,79
5 Pabelan 21.050 21.170 42.220 4,24
6 Tuntang 32.971 33.303 66.274 6,65
7 Banyubiru 22.101 21.876 43.977 4,41
8 Jambu 20.029 19.949 39.978 4,01
9 Sumowono 16.571 16.230 32.801 3,29
10 Ambarawa 30.616 31.104 61.720 6,19
11 Bawen 27.254 27.207 54.461 5,47
12 Bringin 22.983 22.792 45.775 4,59
13 Bergas 32.885 33.000 65.885 6,61
14 Pringapus 25.640 25.548 51.188 5,14
15 Bancak 11.993 12.044 24.037 2,41
16 Kaliwungu 15.407 15.577 30.984 3,11
17 Ungaran Barat 37.925 38.322 76.247 7,65
18 Ungaran Timur 35.000 35.018 70.018 7,03
19 Bandungan 28.206 27.658 55.864 5,61
Jumlah 499.066 497.280 996.346 100
Sumber : Data Dispendukcapil Kabupaten Semarang 2015

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-10
Laporan Akhir

Sumber : Data Dispendukcapil Kabupaten Semarang 2015, Diolah 2016


Gambar 2. 5 Grafik Jumlah Penduduk Di Kabupaten Semarang

2.3.2. Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk


A. Penduduk Miskin
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata rata pengeluaran per kapita per
bulan dibawah Garis Kemiskinan. Kondisi kemiskinan suatu wilayah selain dapat dilihat dari jumlah
penduduk miskin juga dapat dilihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) yang menggambarkan
rata-rata selisih pendapatan rumah tangga miskin dari garis kemiskinan di wilayah tersebut.
Disamping itu juga dilihat dari indeks keparahan kemiskinan (P2) yang menggambarkan rata-rata
ketimpangan pendapatan antar rumah tangga miskin. Semakin kecil nilai P1 dan P2 memberikan
gambaran keadaan yang lebih baik.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Semarang cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya. Pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin sebanyak 97.908 orang dan pada tahun
2014 menurun menjadi 78.880 orang. Selengkapnya gambaran mengenai jumlah rumah tangga
miskin di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 7 GARIS KEMISKINAN, JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
DI KABUPATEN SEMARANG DALAM KURUN WAKTU 2010 – 2014
Penduduk Miskin
Tahun Garis Kemiskinan Indeks Kedalaman Indeks Keparahan Jumlah Persentase
(Rp/Kapita/Bulan) Kemiskinan (P1) Kemiskinan (P2) (Ribu Jiwa) (%)
2010 206.308 1,45 0,31 97,90 10,50
2011 227.471 1,60 0,44 95,99 10,30
2012 244.762 1,57 0,38 90,60 9,40
2013 263.352 0,92 0,17 83,20 8,51
2014 275.612 0,81*) 0,15*) 79,76 8,05
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016 - 2021
Keterangan : *) =Angka Sementara

Indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa pengeluaran


penduduk miskin di Kabupaten Semarang cenderung makin mendekati garis kemiskinan, artinya
kemampuan konsumsi masyarakat miskin meningkat, karena meningkatnya pengeluaran
menunjukkan adanya peningkatan pendapatan. Indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-11
Laporan Akhir

Semarang menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin


menyempit, pengeluaran di antara penduduk miskin tidak jauh berbeda.
Jumlah penduduk yang secara nasional masuk status 40 % terendah untuk penduduk
Kabupaten Semarang berjumlah 213.905 jiwa, untuk jumlah terbanyak tingkat kecamatan diatas
30 % secara berurutan berada di Kecamatan Bancak, Pabelan, Bringin, Getasan, Suruh dan
Susukan. Terdapat 3 desa yang jumlah penduduknya lebih dari 60% kesejahteraannya kurang,
yaitu: 1) Desa Penawangan - Kecamatan Pringapus, 2) Desa Kalikurmo – Kecamatan Bringin dan
3). Desa Terban – Kecamatan Pabelan. Selengkapnya mengenai jumlah penduduk meurut status
kesejahteraan dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 8 JUMLAH PENDUDUK MENURUT STATUS KESEJAHTERAAN DENGAN STATUS
KESEJAHTERAAN 40% TERENDAH TIAP KECAMATAN KABUPATEN SEMARANG
Jumlah Individu Jumlah
No Kecamatan Penduduk
Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total
2014
1 Getasan 8.847 3.960 2.206 1.524 16.537 49.238
2 Tengaran 6.964 3.915 2.883 2.131 15.893 64.908
3 Susukan 6.845 3.107 2.266 1.559 13.777 43.419
4 Kaliwungu 3.015 1.877 1.378 1.161 7.431 26.420
5 Suruh 10.217 4.527 3.086 2.301 20.131 60.317
6 Pabelan 6.833 3.433 2.368 1.671 14.305 38.050
7 Tuntang 4.764 3.380 2.630 2.222 12.996 62.060
8 Banyubiru 5.620 2.275 1.575 1.158 10.628 41.066
9 Jambu 3.022 2.172 1.555 1.226 7.975 37.669
10 Sumowono 5.384 1.851 934 601 8.770 30.903
11 Ambarawa 2.600 1.651 1.107 979 6.337 59.172
12 Bandungan 5.439 2.145 1.405 920 9.909 54.618
13 Bawen 3.649 2.271 1.686 1.369 8.975 56.971
14 Bringin 8.368 3.235 2.096 1.287 14.986 41.571
15 Bancak 6.060 1.759 1.036 533 9.388 20.088
16 Pringapus 6.445 3.187 2.266 1.660 13.558 51.460
17 Bergas 2.960 2.135 1.599 1.390 8.084 70.862
18 Ungaran Barat 2.267 1.634 1.229 1.000 6.130 76.945
19 Ungaran Timur 3.386 2.160 1.512 1.037 8.095 69.744
Jumlah 102.685 50.674 34.817 25.729 213.905 955.481
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021
Keterangan:
Desil 1 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia)
Desil 2 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di Indonesia)
Desil 3 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 40% terendah di Indonesia)
Desil 4 : (Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 31% - 40% terendah di Indonesia)
Sedangkan jika melihat rumah tangga atau kepala rumah tangga dengan status 40 % terendah
nasional sebagai berikut:

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-12
Laporan Akhir

TABEL II. 9 JUMLAH RUMAH TANGGA (KEPALA KELUARGA) MENURUT STATUS KESEJAHTERAAN DENGAN STATUS KESEJAHTERAAN 40 %
TERENDAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
Jumlah Rumah Tangga / KK Jumlah KK Perempuan
Prosentase KK Jumlah RT / Prosentase
No Kecamatan 45 - 59
Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 TOTAL < 45 th > 60 th TOTAL Prmpn (%) KK 2014 (%)
th
1 Getasan 2.165 1.201 765 549 4.680 90 242 376 708 15,13 14.979 31,24
2 Tengaran 1.688 1.157 1.004 755 4.604 91 259 616 966 20,98 19.813 23,24
3 Susukan 1.771 1.052 920 621 4.364 95 232 724 1.051 24,08 14.856 29,38
4 Kaliwungu 828 642 494 510 2.474 43 166 408 617 24,94 9.369 26,41
5 Suruh 2.619 1.507 1.208 851 6.185 159 355 905 1.419 22,94 21.639 28,58
6 Pabelan 1.809 1.131 922 629 4.491 121 248 698 1.067 23,76 13.837 32,46
7 Tuntang 1.136 1.006 871 743 3.756 85 217 522 824 21,94 18.809 19,97
8 Banyubiru 1.418 752 564 421 3.155 64 171 313 548 17,37 13.903 22,69
9 Jambu 755 660 549 428 2.392 51 127 271 449 18,77 12.273 19,49
10 Sumowono 1.316 602 339 235 2.492 42 135 207 384 15,41 10.152 24,55
11 Ambarawa 596 492 378 374 1.840 51 140 237 428 23,26 17.570 10,47
12 Bandungan 1.267 663 478 341 2.749 123 184 213 520 18,92 17.750 15,49
13 Bawen 897 663 593 466 2.619 54 150 319 523 19,97 14.806 17,69
14 Bringin 2.244 1.144 881 496 4.765 108 278 670 1.056 22,16 15.511 30,72
15 Bancak 1.616 640 475 216 2.947 57 184 452 693 23,52 7.365 40,01
1 Pringapus 1.623 970 747 533 3.873 101 186 377 664 17,14 16.820 23,03
17 Bergas 714 613 519 429 2.275 48 137 238 423 18,59 20.807 10,93
18 Ungaran Barat 501 455 355 335 1.646 53 100 205 358 21,75 18.916 8,70
19 Ungaran Timur 904 765 568 387 2.624 78 152 378 608 23,17 20.230 12,97
Jumlah 25.867 16.115 12.630 9.319 63.931 1.514 3.663 8.129 13.306 20,81 299.405 21,35
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021
Jumlah Kepala Rumah Tangga (KK) dengan status kesejahteraan 40% terendah berjumlah 63.931 KK (21,35 %), dengan jumlah KK Perempuan
(janda) 13.306 KK atau 20,81 % yang diatas untuk kecamatann dengan prosentase 30% secara berurutan berada di Kecamatan Bancak, Pabelan,
Getasan, dan Bringin.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-13
Laporan Akhir

B. Persebaran Penduduk
Sebaran penduduk Kabupaten Semarang terkonsentrasi di Kecamatan Ambarawa dengan
kepadatan sebesar 2.130 jiwa/km2 dan Kecamatan Ungaran Barat dengan kepadatan 2.120
jiwa/km2. Kepadatan terendah berada di Kecamatan Bancak sebesar 548 jiwa/km2, sedangkan
rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Semarang sebesar 1.048 jiwa/km2. Lebih jelasnya,
untuk kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 10 KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN SEMARANG 2015
No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah (Km²) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1 Getasan 51.378 65,8 781
2 Tengaran 66.691 47,3 1.410
3 Susukan 49.149 48,87 1.006
4 Suruh 67.699 64,02 1.057
5 Pabelan 42.220 47,97 880
6 Tuntang 66.274 56,24 1.178
7 Banyubiru 43.977 54,41 808
8 Jambu 39.978 51,63 774
9 Sumowono 32.801 55,63 590
10 Ambarawa 61.720 28,98 2.130
11 Bawen 54.461 46,57 1.169
12 Bringin 45.775 61,89 740
13 Bergas 65.885 47,33 1.392
14 Pringapus 51.188 78,35 653
15 Bancak 24.037 43,85 548
16 Kaliwungu 30.984 29,95 1.035
17 Ungaran Barat 76.247 35,96 2.120
18 Ungaran Timur 70.018 37,99 1.843
19 Bandungan 55.864 48,23 1.158
Jumlah 996.346 950,57 1.048
Sumber : Data Dispendukcapil Kabupaten Semarang, 2015

2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang mengalami perkembangan yang
fluktuatif. Berdasarkan capaian kinerja Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang dapat dilihat pada
tahun 2013, laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,63% menurun di tahun 2014 menjadi 0,60%
dan kembali meningkat di tahun 2015 menjadi 0,70%. Dari laju pertumbuhan penduduk tersebut,
maka dapat diproyeksikan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang untuk 5 (lima) tahun
mendatang.
Analisis proyeksi penduduk ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan perencanaan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang. Alat analisis yang digunakan untuk memproyeksikan
penduduk adalah dengan metode proyeksi least square, dengan rumus:
Pn = a + b(x)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
a = Y/N
b = xY/x2
x = jumlah tahun
Pertumbuhan penduduk pada setiap di Kabupaten Semarang memiliki nilai yang berbeda-
beda dan menunjukkan jeda yang cukup tinggi. Untuk mengantisipasi penduduk urbanisasi yang
cukup tinggi di Kabupaten Semarang, maka digunakan metode least square. Berikut ini merupakan

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-14
Laporan Akhir

hasil proyeksi penduduk tahun 2017-2021. Selanjutnya dengan rumus perhitungan tersebut di
atas, maka proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Semarang ditunjukan pada tabel dibawah.
TABEL II. 11 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN SEMARANG
No Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021
1 Getasan 52.111 52.834 53.557 54.280 55.004
2 Tengaran 67.203 67.771 68.338 68.905 69.472
3 Susukan 45.958 46.613 47.268 47.923 48.578
4 Suruh 68.186 69.848 71.509 73.171 74.832
5 Pabelan 42.844 43.931 45.018 46.106 47.193
6 Tuntang 67.331 68.593 69.854 71.116 72.378
7 Banyubiru 44.588 45.416 46.244 47.072 47.900
8 Jambu 40.711 41.463 42.214 42.966 43.717
9 Sumowono 33.617 34.330 35.042 35.755 36.467
10 Ambarawa 62.314 63.060 63.806 64.552 65.298
11 Bawen 56.646 57.038 57.429 57.821 58.212
12 Bringin 46.089 47.065 48.042 49.018 49.994
13 Bergas 67.848 67.639 67.429 67.220 67.011
14 Pringapus 52.237 52.601 52.965 53.329 53.693
15 Bancak 24.228 25.094 25.960 26.826 27.692
16 Kaliwungu 31.079 32.029 32.980 33.930 34.881
17 Ungaran Barat 78.072 78.672 79.271 79.871 80.471
18 Ungaran Timur 70.842 71.214 71.586 71.958 72.331
19 Bandungan 57.308 58.129 58.950 59.771 60.592
Jumlah 1.009.213 1.023.339 1.037.465 1.051.591 1.065.717
Sumber: Analisis, 2016
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk di atas, dapat diketahui proyeksi
penduduk Kabupaten Semarang selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2017
sebanyak 1.009.213 jiwa, tahun 2018 sebanyak 1.023.339 jiwa, tahun 2019 sebesar 1.037.465
jiwa, tahun 2020 sebesar 1.051.591 jiwa dan tahun 2021 sebesar 1.065.717 jiwa.

2.3.4. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi


Penduduk perkotaan Kabupaten Semarang terdiri dari 19 kecamatan, 208 desa, dan 27
kelurahan. Jumlah penduduk perkotaan sebanyak 530.835 jiwa. Selengkapnya mengenai jumlah
penduduk perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 12 JUMLAH PENDUDUK PERKOTAAN
No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk Perkotaan
1 Ambarawa 1. Ngampin 5.148
2. Panjang 8.699
3. Baran 6.042
4. Pojoksari 2.643
5. Kupang 13.982
6. Lodoyong 6.623
7. Bejalen 1.457
8. Tambakboyo 5.613
9. Kranggan 2.849
2 Bancak 10. Bancak 2.946
11. Boto 2.451
3 Bandungan 12. Candi 6.506
13. Jimbaran 4.570
14. Kenteng 4.779
15. Bandungan 7.186
16. Duren 5.438
17. Jetis 4.452
4 Banyubiru 18. Banyubiru 6.632
19. Kebondowo 6.752
20. Ngrapah 3.775
5 Bawen 21. Lemahireng 7.689
22. Bawen 14.362
23. Harjosari 9.469

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-15
Laporan Akhir

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk Perkotaan


24. Doplang 4.570
25. Samban 3.885
6 Bergas 26. Wringinputih 5.878
27. Bergaslor 6.957
28. Jatijajar 5.057
29. Randugunting 4.311
30. Bergas Kidul 6.569
31. Wujil 5.013
32. Karangjati 11.094
33. Pagersari 4.245
34. Ngempon 5.912
35. Munding 3.068
36. Diwak 1.031
7 Bringin 37. Bringin 5.085
38. Pakis 3.434
8 Getasan 39. Manggihan 1.634
40. Sumogawe 8.496
41. Getasan 2.868
42. Wates 2.925
43. Kopeng 6.678
9 Jambu 44. Gondoriyo 3.316
45. Kelurahan 2.851
46. Jambu 4.053
10 Kaliwungu 47. Kaliwungu 4.660
48. Jetis 2.356
11 Pabelan 49. Pabelan 2.977
50. Glawan 1.600
51. Kauman Lor 2.391
12 Pringapus 52. Pringsari 3.586
53. Pringapus 8.780
54. Klepu 8.890
13 Sumowono 55. Jubelan 3.147
56. Sumowono 2.853
57. Lanjan 3.652
14 Suruh 58. Suruh 7.080
59. Jatirejo 2.404
60. Reksosari 5.171
61. Plumbon 6.015
15 Susukan 62. Gentan 5.463
63. Ketapang 4.517
64. Susukan 2.742
65. Sidoharjo 2.561
16 Tengaran 66. Tegalrejo 2.875
67. Sruwen 6.034
68. Regunung 3.387
69. Tengaran 4.921
70. Klero 5.060
71. Butuh 4.464
72. Cukil 3.698
73. Bener 6.015
74. Barukan 3.785
75. Karangduren 7.256
76. Tegalwaton 4.166
17 Tuntang 77. Kesongo 6.749
78. Lopait 4.552
79. Tuntang 6.117
18 Ungaran Barat 80. Bandarjo 9.064
81. Lerep 10.209
82. Langensari 9.539
83. Ungaran 11.557
84. Genuk 8.413
85. Candirejo 5.671
86. Nyatnyono 7.721
19 Ungaran Timur 87. Kalirejo 3.893
88. Susukan 8.766

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-16
Laporan Akhir

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah Penduduk Perkotaan


89. Beji 8.525
90. Gedanganak 14.042
91. Sidomulyo 4.024
92. Kalongan 9.473
93. Leyangan 7.469
94. Kawengen 6.112
95. Kalikayen 3.525
96. Mluweh 3.915
Sumber: Perda Nomor 6 Tahun 2011 dan Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021
Urbanisasi menyangkut perpindahan penduduk atau migrasi di Kabupaten Semarang baik
yang datang maupun keluar dari wilayah Kabupaten Semarang. Penyebab terjadinya urbanisasi
secara umum disebabkan karena menempuh pendidikan maupun mencari pekerjaan. Dilihat dari
kondisi yang ada, banyak penduduk yang berada di daerah perdesaan, yang datang ke wilayah
perkotaan untuk faktor pendidikan dan pekerjaan, bahkan terdapat penduduk yang bermigrasi
keluar wilayah Kabupaten Semarang. Faktor penarik penduduk bermigrasi masuk ke Kabupaten
Semarang adalah adanya perkembangan kawasan industri sebagai faktor penarik penduduk untuk
bermigrasi datang ke Kabupaten Semarang. Jumlah peduduk urbanisasi di Kabupaten Semarang
dapat dilihat dari selisih data jumlah KK terentry dengan data BPS. Diasumsikan, selisih data yang
terentry merupakan penduduk yang masuk ataupun keluar dari wilayah Kabupaten Semarang.
Wilayah kecamatan yang menjadi tujuan penduduk urban antara lain Tengaran, Ungaran Barat,
Bandungan, Ungaran Timur. Jika dilihat dari kondisi wilayah kecamatan, maka wilayah tersebut
mempunyai faktor penarik dengan adanya kawasan industri yang membutuhkan penyerapan
tenaga kerja yang banyak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 13 URBANISASI PENDUDUK TAHUN 2015
No Kecamatan Jumlah KK Terentry Jumlah KK BPS KK Urbanisasi
1 Tengaran 19.659 18.630 1.029
2 Getasan 14.178 14.454 0
3 Kaliwungu 9.237 9.088 149
4 Pabelan 13.686 12.801 885
5 Ungaran Barat 18.287 12.801 5.486
6 Bandungan 16.079 14.885 1.194
7 Bergas 19.325 19.330 0
8 Susukan 14.353 14.052 301
9 Sumowono 10.091 9.426 665
10 Ungaran Timur 27.211 19.135 8.076
11 Tuntang 17.377 18.626 0
12 Pringapus 14.317 14.256 61
13 Jambu 11.607 12.027 0
14 Suruh 21.131 20.644 487
15 Banyubiru 11.749 10.864 885
16 Bawen 14.518 14.255 263
17 Ambarawa 16.768 16.682 86
18 Bancak 7.097 7.031 66
19 Bringin 14.033 14.426 0
Sumber: stmb.org, Diolah, 2016
Proyeksi urbanisasi yang ada di Kabupaten Semarang menggunakan trend prosentase
urbanisasi yang terjadi untuk di proyeksikan selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Selengkapnya
mengenai proyeksi urbanisasi di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 14 PROYEKSI URBANISASI PENDUDUK
KK Urbanisasi Penduduk Urbanisasi
No Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021 2017 2018 2019 2020 2021
1 Tengaran 1.173 1.182 1.192 1.202 1.212 3.518 3.547 3.577 3.607 3.636
2 Getasan - - - - - - - - - -
3 Kaliwungu 167 172 177 182 188 501 517 532 547 563
4 Pabelan 923 947 970 994 1.017 2.770 2.841 2.911 2.981 3.052

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-17
Laporan Akhir

KK Urbanisasi Penduduk Urbanisasi


No Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021 2017 2018 2019 2020 2021
5 Ungaran Barat 7.807 7.867 7.927 7.987 8.047 23.421 23.601 23.781 23.961 24.141
6 Bandungan 1.419 1.439 1.459 1.479 1.500 4.256 4.317 4.378 4.438 4.499
7 Bergas - - - - - - - - - -
8 Susukan 321 326 330 335 340 964 978 991 1.005 1.019
9 Sumowono 738 754 770 785 801 2.215 2.262 2.309 2.356 2.403
10 Ungaran Timur 7.008 7.045 7.082 7.119 7.156 21.025 21.136 21.246 21.357 21.467
11 Tuntang - - - - - - - - - -
12 Pringapus 74 75 75 76 76 223 224 226 227 229
13 Jambu - - - - - - - - - -
14 Suruh 524 537 549 562 575 1.571 1.610 1.648 1.686 1.725
15 Banyubiru 1.120 1.140 1.161 1.182 1.203 3.359 3.421 3.483 3.546 3.608
16 Bawen 342 344 347 349 352 1.026 1.033 1.040 1.047 1.055
17 Ambarawa 107 108 109 110 112 320 323 327 331 335
18 Bancak 75 78 80 83 86 225 233 241 249 258
19 Bringin - - - - - - - - - -
22.719 23.038 23.356 23.674 23.992 68.158 69.113 70.067 71.021 71.975
Sumber: Penyusun, 2016

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD Comment [R4]: TAMBAHKAN ISU
LAINNYA
DAN RTRW KABUPATEN/KOTA
KISI-KISI PEDOMAN :
Bagian ini berisikan, antara lain:
i. Data perkembangan PDRB dan potensi ekonomi
ii. Data pendapatan per kapita dan proporsi penduduk miskin
iii. Data kondisi lingkungan strategis (misal: topografi, geologi, klimatologi dll)
iv. Data risiko bencana alam
v. isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya (antara lain
capaian pelayanan dan kualitas)
contoh :
• Yogyakarta berdekatan dengan gunung api aktif yaitu Merapi, dan dilalui 3 sungai yang
membawa sedimentasi sehingga rentan terhadap bencana banjir.
• Permukaan tanah relatif datar dengan kemiringan 0-2%
• Sebagian besar peruntukan lahan untuk permukiman, sedangkan untuk pertanian hanya 5%
• Sektor Jasa dan perdagangan merupakan sektor utama ekonomi Kota Jogja.
• Pariwisata berbasis budaya menjadi andalan Kota Yogyakarta, didukung keberadaan bangunan
historis, museum, kerajinan perak dan kulit, batik dll

2.4.1. Isu Strategis Sosial

2.4.2. Isu Strategis Ekonomi


2.4.2.1. Kondisi Ekonomi
A. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota)
menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk Menciptakan output (nilai tambah) pada suatu
waktu tertentu. Untuk menyusun PDB maupun PDRB digunakan 2 pendekatan yaitu sektoral dan
penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan
ekonomi (sektoral) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi sektoral merupakan

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-18
Laporan Akhir

penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor
ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan
tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Salah satu tolok ukur perbaikan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan PDRB atau yang
lebih familiar dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan PDRB
terbagi 2 (dua), yang pertama yaitu pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku, yakni
pertumbuhan yang dihitung dengan harga berlaku/harga pasar, dan sering dikatakan sebagai
pertumbuhan semu karena didalamnya masih mengandung besaran inflasi. Yang kedua adalah
pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau
pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian
suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dapat diketahui dari besaran PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga
konstan. Di bawah ini diperlihatkan besarnya PDRB dan laju pertumbuhan Kabupaten Semarang
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014.
PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan setiap
tahunnya sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan sempat mengalami peningkatan.
Berdasarkan harga berlaku, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 33.482.965.000.000,00 sedangkan
berdasarkan harga konstan, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 27.534.876.000.000,00. Secara rinci
kondisi PDRB Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut
TABEL II.15 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 3.170.849 3.403.365 3.718.156 4.048.907
- Tanaman Pangan 703.144 778.043 883.695 919.661 871.900
- Tanaman Hortikultura 729.083 937.243 910.627 1.014.994 1.214.903
- Tanaman Perkebunan 452.178 407.147 449.358 499.326 593.009
- Peternakan 801.734 853.177 948.956 1.041.870 1.107.481
- Perikanan 31.805 36.753 39.217 46.172 49.577
- Pertanian Lainnya 132.512 158.486 171.513 196.133 212.036
B Pertambangan & Penggalian 63.821 69.666 66.664 69.567 82.763
C Industri Pengolahan 8.066.514 9.356.770 10.605.287 11.783.032 13.439.783
D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.696 31.815 32.701 34.296
E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.583 21.643 22.513 23.441
F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.200.588 3.523.298 4.015.242 4.468.028
G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 3.033.350 3.139.160 3.399.172 3.603.418
H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 474.681 505.821 534.052 634.567
I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 753.620 806.076 879.426 1.027.494
J Informasi & Komunikasi 703.045 778.024 856.808 925.109 1.060.486
K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 791.429 910.764 997.947 1.114.289
L Real Estate 669.899 759.423 802.116 864.711 965.791
M,N Jasa Perusahaan 84.718 100.607 110.711 132.088 147.286

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-19
Laporan Akhir

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014


O Administrasi Pemerintahan, 739.019 762.865 835.874 876.724 938.656
P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 696.473 940.141 1.120.461 1.285.632
Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 151.542 179.058 197.139 225.088
R,S, Jasa lainnya 272.110 288.394 285.380 324.360 383.040
Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

TABEL II. 16 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 2.976.207 3.026.516 3.080.143 3.140.524
- Tanaman Pangan 703.144 716.363 738.284 735.066 685.768
- Tanaman Hortikultura 729.083 887.632 855.001 865.441 920.719
- Tanaman Perkebunan 452.178 361.631 374.959 401.503 432.751
- Peternakan 801.734 832.027 872.796 877.479 896.895
- Perikanan 31.805 33.801 34.616 38.719 38.285
- Pertanian Lainnya 132.512 144.753 150.860 161.936 166.107
B Pertambangan & Penggalian 63.821 64.666 61.778 62.939 64.232
C Industri Pengolahan 8.066.514 8.570.189 9.361.199 10.254.955 10.958.284
D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.483 32.127 34.779 36.206
E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.538 21.733 21.908 22.319
F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.039.667 3.196.638 3.435.216 3.633.966
G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 2.910.476 2.942.075 3.087.824 3.182.061
H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 473.739 503.601 524.266 573.297
I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 719.147 752.976 777.141 851.384
J Informasi & Komunikasi 703.045 765.251 841.542 911.007 1.052.309
K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 762.164 801.315 847.740 916.620
L Real Estate 669.899 715.097 751.077 801.522 844.464
M,N Jasa Perusahaan 84.718 93.011 97.610 110.119 119.590
O Administrasi Pemerintahan, 739.019 748.758 749.671 767.171 769.881
P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 614.273 735.842 795.575 865.287
Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 141.529 156.274 164.538 179.597
R,S, Jasa lainnya 272.110 279.261 274.744 299.178 324.855
Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015, Diolah, 2016


Gambar 2. 6 Grafik Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan
Kabupaten Semarang

B. Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin


PDRB Perkapita adalah PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di
daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita. PDRB Per kapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2014, PDRB per

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-20
Laporan Akhir

kapita Kabupaten Semarang mencapai 33,90 juta Rupiah dengan pertumbuhan sebesar 10,48
persen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II.17 PDRB PERKAPITA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2010-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 3,06 3,35 3,54 3,82 4,10
B Pertambangan & Penggalian 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08
C Industri Pengolahan 8,65 9,88 11,04 12,10 13,61
D Pengadaan Listrik & Gas 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur Ulang 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
F Konstruksi 3,15 3,38 3,67 3,49 3,65
G Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor 2,87 3,20 3,27 3,49 3,65
H Transportasi dan Pergudangan 0,49 0,50 0,53 0,55 0,64
I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 0,71 0,80 0,84 0,90 1,04
J Informasi & Komunikasi 0,75 0,82 0,89 0,95 1,07
K Jasa Keuangan & Asuransi 0,76 0,84 0,95 1,02 1,13
L Real Estate 0,72 0,80 0,84 0,89 0,98
M,N Jasa Perusahaan 0,09 0,11 0,12 0,14 0,15
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,79 0,81 0,87 0,90 0,95
P Jasa Pendidikan 0,54 0,74 0,98 1,15 1,30
Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 0,13 0,16 0,19 0,20 0,23
R,S, Jasa lainnya 0,29 0,30 0,30 0,33 0,39
PDRB 23,12 25,81 28,14 30,69 33,90
Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Proporsi penduduk miskin dapat digambarkan dari adanya prosentase jumlah penduduk Comment [R5]: Tambahan proporsi
penduduk miskin
menurut status kesejahteraan. Prosentase jumlah penduduk miskin dengan status Kesejahteraan
40% terendah di Kabupaten Semarang sebesar 22,39%. Prosentase penduduk miskin paling banyak terdapat
di Kecamatan Bancak sebesar 46,73% dan paling sedikit di Kecamatan Ungaran Barat sebesar 7,97%.
Selengkapnya mengenai jumlah penduduk meurut status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel
berikut :
TABEL II. 18 JUMLAH PENDUDUK MENURUT STATUS KESEJAHTERAAN DENGAN STATUS
KESEJAHTERAAN 40% TERENDAH TIAP KECAMATAN KABUPATEN SEMARANG
Jumlah Penduduk Dengan
Jumlah Prosentase
No Kecamatan Status Kesejahteraan 40%
Penduduk 2014 Penduduk Miskin
Terendah
1 Getasan 49.238 16.537 33,59
2 Tengaran 64.908 15.893 24,49
3 Susukan 43.419 13.777 31,73
4 Kaliwungu 26.420 7.431 28,13
5 Suruh 60.317 20.131 33,38
6 Pabelan 38.050 14.305 37,60
7 Tuntang 62.060 12.996 20,94
8 Banyubiru 41.066 10.628 25,88
9 Jambu 37.669 7.975 21,17
10 Sumowono 30.903 8.770 28,38
11 Ambarawa 59.172 6.337 10,71
12 Bandungan 54.618 9.909 18,14
13 Bawen 56.971 8.975 15,75
14 Bringin 41.571 14.986 36,05
15 Bancak 20.088 9.388 46,73
16 Pringapus 51.460 13.558 26,35
17 Bergas 70.862 8.084 11,41
18 Ungaran Barat 76.945 6.130 7,97
19 Ungaran Timur 69.744 8.095 11,61
Jumlah 955.481 213.905 22,39
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2016-2021

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-21
Laporan Akhir

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota)
menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk Menciptakan output (nilai tambah) pada suatu
waktu tertentu. Untuk menyusun PDB maupun PDRB digunakan 2 pendekatan yaitu sektoral dan
penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan
ekonomi (sektoral) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi sektoral merupakan
penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor
ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan
tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Salah satu tolok ukur perbaikan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan PDRB atau yang
lebih familiar dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan PDRB
terbagi 2 (dua), yang pertama yaitu pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku, yakni
pertumbuhan yang dihitung dengan harga berlaku/harga pasar, dan sering dikatakan sebagai
pertumbuhan semu karena didalamnya masih mengandung besaran inflasi. Yang kedua adalah
pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Konstan, yang merupakan pertumbuhan riil atau
pertumbuhan sesungguhnya, karena mengabaikan kenaikan harga barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian
suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui
tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang dapat diketahui dari besaran PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga
konstan. Di bawah ini diperlihatkan besarnya PDRB dan laju pertumbuhan Kabupaten Semarang
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014.
PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan setiap
tahunnya sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan sempat mengalami peningkatan.
Berdasarkan harga berlaku, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 33.482.965.000.000,00 sedangkan
berdasarkan harga konstan, PDRB Tahun 2014 sebesar Rp. 27.534.876.000.000,00. Secara rinci
kondisi PDRB Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut
TABEL II.19 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 3.170.849 3.403.365 3.718.156 4.048.907
- Tanaman Pangan 703.144 778.043 883.695 919.661 871.900
- Tanaman Hortikultura 729.083 937.243 910.627 1.014.994 1.214.903
- Tanaman Perkebunan 452.178 407.147 449.358 499.326 593.009
- Peternakan 801.734 853.177 948.956 1.041.870 1.107.481
- Perikanan 31.805 36.753 39.217 46.172 49.577
- Pertanian Lainnya 132.512 158.486 171.513 196.133 212.036
B Pertambangan & Penggalian 63.821 69.666 66.664 69.567 82.763
C Industri Pengolahan 8.066.514 9.356.770 10.605.287 11.783.032 13.439.783

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-22
Laporan Akhir

No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014


D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.696 31.815 32.701 34.296
E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.583 21.643 22.513 23.441
F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.200.588 3.523.298 4.015.242 4.468.028
G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 3.033.350 3.139.160 3.399.172 3.603.418
H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 474.681 505.821 534.052 634.567
I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 753.620 806.076 879.426 1.027.494
J Informasi & Komunikasi 703.045 778.024 856.808 925.109 1.060.486
K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 791.429 910.764 997.947 1.114.289
L Real Estate 669.899 759.423 802.116 864.711 965.791
M,N Jasa Perusahaan 84.718 100.607 110.711 132.088 147.286
O Administrasi Pemerintahan, 739.019 762.865 835.874 876.724 938.656
P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 696.473 940.141 1.120.461 1.285.632
Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 151.542 179.058 197.139 225.088
R,S, Jasa lainnya 272.110 288.394 285.380 324.360 383.040
Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

TABEL II. 20 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
A Pertanian,Kehutanan, Perikanan 2.850.457 2.976.207 3.026.516 3.080.143 3.140.524
- Tanaman Pangan 703.144 716.363 738.284 735.066 685.768
- Tanaman Hortikultura 729.083 887.632 855.001 865.441 920.719
- Tanaman Perkebunan 452.178 361.631 374.959 401.503 432.751
- Peternakan 801.734 832.027 872.796 877.479 896.895
- Perikanan 31.805 33.801 34.616 38.719 38.285
- Pertanian Lainnya 132.512 144.753 150.860 161.936 166.107
B Pertambangan & Penggalian 63.821 64.666 61.778 62.939 64.232
C Industri Pengolahan 8.066.514 8.570.189 9.361.199 10.254.955 10.958.284
D Pengadaan Listrik & Gas 28.992 29.483 32.127 34.779 36.206
E Pengadaan Air, Pengelolaan 21.911 22.538 21.733 21.908 22.319
F Sampah, Limbah & Daur Ulang 2.937.398 3.039.667 3.196.638 3.435.216 3.633.966
G Perdagangan Besar & Eceran; 2.675.473 2.910.476 2.942.075 3.087.824 3.182.061
H Reparasi Mobil & Sepeda Motor 457.153 473.739 503.601 524.266 573.297
I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 661.233 719.147 752.976 777.141 851.384
J Informasi & Komunikasi 703.045 765.251 841.542 911.007 1.052.309
K Jasa Keuangan & Asuransi 708.811 762.164 801.315 847.740 916.620
L Real Estate 669.899 715.097 751.077 801.522 844.464
M,N Jasa Perusahaan 84.718 93.011 97.610 110.119 119.590
O Administrasi Pemerintahan, 739.019 748.758 749.671 767.171 769.881
P Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 506.276 614.273 735.842 795.575 865.287
Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 125.307 141.529 156.274 164.538 179.597
R,S, Jasa lainnya 272.110 279.261 274.744 299.178 324.855
Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015, Diolah, 2016

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-23
Laporan Akhir

Gambar 2. 7 Grafik Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan
Kabupaten Semarang

D. Laju Inflasi Daerah


Inflasi didefinisikan secara umum sebagai turunnya nilai mata uang. Jika terjadi inflasi tinggi
akan berpengaruh terhadap daya beli, yakni turunnya tingkat daya beli masyarakat, sebaliknya jika
tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak menguntungkan bagi para pelaku ekonomi
dan bila terjadi deflasi terus menerus akan menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan bahkan
bisa menimbulkan resesi ekonomi. Kenaikan harga telah memicu inflasi PDRB. Berdasarkan data
BPS, dapat diketahui tingkat inflasi yang terjadi dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dalam
perkembangannya, tingkat inflasi mengalami perkembangan yang fluktuatif.
Dari pertumbuhan indeks implisit PDRB, selama kurun waktu lima tahun terakhir di Kabupaten
Semarang mengalami penurunan laju inflasi dari 7,07% di tahun 2010 menurun menjadi 3,29%.
Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar
4,56% meningkat menjadi 8,11% tahun 2013 dan 8,63% di tahun 2014. Secara rinci,
perkembangan tingkat inflasi di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 21 TINGKAT INFLASI PDRB KABUPATEN SEMARANG
No Tahun Inflasi
1 2010 7,07
2 2011 3,29
3 2012 4,56
4 2013 8,11
5 2014 8,63
Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015

Sumber : PDRB Kabupaten Semarang 2010- 2015, Diolah, 2016


Gambar 2. 8 Grafik Perkembangan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Semarang

E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


1) Pendapatan
Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang merupakan siklus pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Perkembangan realisasi APBD selama
lima tahun sebelumnya akan memberikan gambaran kemampuan penerimaan dan pengeluaran
daerah.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-24
Laporan Akhir

Pendapatan daerah merupakan penerimaan daerah yang diperoleh dari berbagai sumber ,
meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Dilihat dari sumbernya, pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan atau hasil usaha di dalam
daerah dikelompokkan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan yang
diperoleh karena adanya transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, serta perolehan
dari hibah akan dikelompokkan dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan simbol kemandirian daerah dan menjadi salah satu
indikator tumbuhnya perekonomian di suatu daerah. Pendapatan Asli Daerah pada APBD
Kabupaten Semarang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada lima tahun terakhir, jumlah
realisasinya menunjukkan angka peningkatan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan rata-
rata sebesar 20,70%. Hal tersebut dipengaruhi perubahan beberapa kebijakan keuangan negara
yakni peralihan BPHTB dan PBB menjadi pajak daerah, selanjutnya kebijakan pemberian dana
kapitasi dari BPJS Kesehatan kepada Puskesmas juga meningkatkan angka PAD.
Dana Perimbangan Kabupaten Semarang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi
Hasil Pajak/ Sumber Daya Alam, serta Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana transfer yang berupa
DAK bersifat alokatif sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan pemerintah pusat, Dana
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau juga dibatasi peruntukannya berpedoman pada Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia. Rata-rata pertumbuhan dana perimbangan dalam lima
tahun terakhir sebesar 8,94%, sebagian besar disumbang dari peningkatan DAU, disisi lain DAK
dan Dana Bagi Hasil mengalami pertumbuhan negatif.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah Kabupaten Semarang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak
Provinsi, Dana penyesuaian khususnya tunjangan kependidikan, Bantuan Keuangan dari
pemerintah Provinsi, serta Dana Desa yang baru masuk dalam APBD pada tahun 2014. Beberapa
kesempatan juga memperoleh Dana desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah,
serta Dana Insentif Daerah.
Secara rinci perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Semarang dapat dilihat
pada tabel berikut :

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-25
Laporan Akhir

TABEL II. 22 REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011-2015 ( RP MILYAR)
Rata-rata
No Uraian Pendapatan 2011 2012 2013 2014 2015
pertumbuhan (%)
1 PENDAPATAN DAERAH 1,373.36 11.15
1,099.48 1,258.07 1,527.68 1,677.16
1.1 Pendapatan asli daerah 133.20 156.10 215.68 248.21 278.85 20.70
1.1.1 Pajak daerah 39.43 47.19 82.60 85.24 95.58 27.51
1.1.2 Retribusi daerah 66.26 27.37 28.35 22.22 24.31 (16.83)
1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3.57 7.57 8.19 5.96 7.94 31.58
1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 23.94 73.97 96.53 134.80 151.03 72.80
1.2 Dana perimbangan 681.28 809.79 879.11 956.00 952.25 8.94
1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak 44.42 50.78 41.39 39.85 34.92 (5.07)
1.2.2 Dana alokasi umum 567.86 691.27 778.60 848.74 876.67 11.67
1.2.3 Dana alokasi khusus 69.00 67.74 59.11 67.41 40.65 (10.06)
1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 272.40 292.18 278.57 323.47 446.06 14.15
1.3.1 Hibah - - - - 1.51
1.3.2 Dana darurat - - - - -
1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya 56.43 71.82 80.99 104.43 127.02 22.65
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 142.29 134.23 179.51 172.71 233.22 14.83
1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya 73.66 67.00 18.06 43.32 26.47 4.72
Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan
1.3.6 Pembangunan Daerah dan Dana Percepatan Pembangunan 12.59 - - - - (100.00)
Infrastruktur
1.3.7 Sumbangan dari Pihak Ketiga 0.02 0.03 0.01 0.00 0.00 (36.76)
1.3.8 Pendapatan Dana Insentif daerah - 19.11 - 3.00 - (100.00)
1.3.9 Dana Desa dari APBN - - - - 57.84
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-26
Laporan Akhir

Dari tabel di atas menampilkan pendapatan daerah dan rata-rata pertumbuhannya dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015, beserta rincian sumber-sumber penerimaannya. Pertumbuhan
pendapatan daerah tersebut dipengaruhi beberapa perubahan kebijakan baik eksternal maupun
internal yang bersifat temporer/ momental dan tidak merupakan suatu kondisi yang bersifat stabil,
sehingga rata-rata pertumbuhan pada masa lalu sebelum tahun perencanaan sebagaimana
disajikan pada tabel di atas, semata-mata merupakan informasi kinerja pendapatan daerah lima
tahun yang lalu. Dipandang perlu melakukan pemilahan atas setiap rincian obyek pendapatan
daerah untuk mengetahui apakah setiap obyek penerimaan pendapatan daerah mengandung
konsekuensi pengeluaran baik belanja maupun pembiayaan, sehingga dapat diketahui kapasitas riil
kemampuan pendanaan yang benar-benar dapat direncanakan secara bebas untuk membiayai
pembangunan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah.
Pendapatan daerah yang bersumber dari PAD mengalami pertumbuhan rata-rata dalam lima
tahun terakhir sebesar 20,70%. Peningkatan PAD pada tahun 2011 dan tahun 2013 dipengaruhi
oleh kebijakan keuangan negara yang memindahkan penerimaan BPHTB dan PBB menjadi pajak
daerah. Pada tahun 2012 juga ditetapkan kebijakan daerah penerapan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di RSUD Ungaran dan RSUD Ambarawa, sehingga
mempengaruhi struktur pendapatan retribusi daerah karena bergeser ke lain-lain PAD yang sah.
Pada penerimaan lain-lain PAD yang sah, pertumbuhan pada tahun 2012 dan 2013 khususnya
pada penerimaan laba BUMD mengalami peningkangkatan yang disebabkan adanya setoran laba
PDAM yang selanjutnya dikeluarkan lagi sebagai penyertaan modal, mengingat cakupan layanan
PDAM belum mencapai 80% perkotaan dan 60% pedesaan sebagaimana target SDG’s.
Pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan pada tabel II.18 di atas,
menunjukkan bahwa realisasinya secara komulatif mengalami peningkatan, secara rinci realisasi
Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam mengalami penurunan seiring dengan pengalihan
BPHTB dan PBB menjadi pajak daerah mulai tahun 2012, selanjutnya pada realisasi Dana Alokasi
Khusus menunjukkan adanya fluktuasi. Secara rata-rata pertumbuhan Dana Bagi Hasil dan Dana
Alokasi Khusus mengalami pertumbuhan negatif selama lima tahun terakhir.
Pada komponen Dana Bagi Hasil terdapat Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT)
yang penggunaannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan antara lain untuk peningkatan
ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas bahan baku, dan pembinaan lingkungan sosial. Di
Kabupaten Semarang DBHCHT antara tahun 2011 sampai dengan 2014 direalisasikan pada bidang
kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, perindustrian dan usaha mikro kecil menengah. Dana
Alokasi Khusus hanya dapat dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh
kementerian terkait.
Realiasasi penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah pada lima tahun terkahir
menunjukkan pertumbuhan rata-rata 14,15%, penerimaan dengan nominal terbesar disumbang
oleh Dana Penyesuaian Tunjangan Kependidikan yang bersifat alokatif untuk tunjangan profesi
dan tambahan penghasilan guru PNSD. Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi juga
mengalami pertumbuhan positif sepanjang lima tahun terakhir.

2) Belanja Daerah
Belanja Daerah periode Tahun 2010-2015 sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten
Semarang dapat dilihat dalam tabel berikut :

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-27
Laporan Akhir

TABEL II. 23 REALISASI BELANJA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011-2015


(RP MILYAR DAN PROSENTASE)

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


Belanja
1. Belanja Tidak Langsung 652,19 742,77 803,78 856,00 1.050,24
62,59% 61,11% 60,27% 56,87% 62,91%
2. Belanja Langsung 389,84 472,75 529,76 649,32 619,17
37,41% 38,89% 39,73% 43,13% 37,09%
Jumlah Belanja Daerah 1.042,03 1.215,52 1.333,54 1.505,32 1.669,41
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021
Belanja Tidak Langsung lebih besar dibandingkan dengan Belanja Langsung, dengan
komposisi terbesar dari Belanja Tidak Langsung adalah Belanja Pegawai; Belanja Bantuan
Keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desaterutama untuk mencukupi ADD
sebesar 10% dari dana perimbangan.

3) Realisasi Pengeluaran Rutin


Proporsi penggunaan anggaran terhadap yang akan dianalisis adalah prosentase realisasi
anggaran terhadap APBD dan realisasi pemenuhan belanja aparatur. Prosentase realisasi akan
menunjukkan kinerja pendanaan pembangunan dan seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk
belanja penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Semarang, secara rinci akan ditampilkan
pada tabel berikut :
TABEL II. 24 RASIO ANGGARAN DAN REALISASI PENGELUARAN DAERAH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 - 2015 (%)
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
2. BELANJA DAERAH 93.89 92.99 91.35 89.22 92.03 89.89
2.1 Belanja Tidak Langsung 96.99 97.32 92.94 91.89 93.86 93.24
2.1.1. Belanja Pegawai 96.93 97.14 97.52 91.45 93.76 92.29
2.1.2. Belanja Bunga 84.45 90.40 66.24 99.99 99.96 99.98
2.1.3. Belanja Subsidi 86.22 92.31 60.26 - - -
2.1.4. Belanja Hibah 98.45 98.32 45.20 95.92 97.68 97.56
2.1.5. Belanja bantuan sosial 89.84 99.67 67.89 97.42 94.63 86.36
Belanja bagi hasil kepada
65.93 100.00 100.00 100.00 100.00 99.04
2.1.6. Pemerintah Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada
99.45 98.82 98.10 98.74 97.82 99.86
2.1.7. Pemerintah Desa dan partai politik
2.1.8. Belanja Tidak terduga 70.95 93.88 33.82 52.77 18.75 29.74
2.2 Belanja Langsung 87.09 86.54 88.96 85.44 89.72 84.72
2.2.1 Belanja pegawai 90.09 94.69 93.46 91.71 88.00 80.43
2.2.2 Belanja Barang dan jasa 95.02 95.92 93.01 89.40 92.62 91.22
2.2.3 Belanja Modal 74.82 76.13 85.96 80.43 86.33 76.52
Jumlah Belanja 93.89 92.99 91.35 89.22 92.03 89.89
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021
Dari tabel di atas dapat diketahui, beberapa jenis belanja mengalami penyerapan yang
rendah, tetapi bersifat temporer, seperti realisasi belanja hibah pada tahun 2012 yang hanya
sebesar 45,20 persen hal tersebut dipengaruhi permasalahan pada DAK pendidikan sehingga
pada tahun 2013 realisasi pada belanja hibah meningkat kembali. Belanja subsidi pada tahun
2012 hanya terealisasi sebesar 60,26 persen, selanjutnya pada tahun 2013 dan tahun 2014
subsidi tidak dianggarkan. Belanja subsidi beberapa tahun diberikan kepada PMI untuk pembelian
kantung darah, sehingga mengurangi beban yang harus dikeluarkan oleh masyarakat yang
membutuhkan. Seiring dengan diupayakannya tertib administrasi pengelolaan keuangan maka
belanja subsidi hanya dapat diberikan kepada lembaga yang sudah diaudit. Pada belanja modal
realisasi dalam lima tahun terakhir menunjukkan fluktuasi peningkatan realisasi

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-28
Laporan Akhir

Penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya membutuhkan aparat pelaksana beserta


pendanaan atas gaji dan fasilitas kerja yang dibutuhkan. Belanja pemenuhan kebutuhan aparatur
yang ideal tentu akan lebih rendah dari belanja yang dialokasikan untuk pelayanan kepada
masyarakat dan pendanaan pembangunan.
Regulasi tentang pengelolaan keuangan tidak membagi secara tegas kelompok belanja
aparatur dan belanja publik. Belanja gaji dan tunjangan yang diperuntukkan PNS yang
melaksanakan pelayanan langsung kepada masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan
masih digabungkan sebagai belanja aparatur, meskipun kecukupan jumlah tenaga tersebut
mempengaruhi kualitas pelayanan. Untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan aparatur di
Kabupaten Semarang, yang dikelompokkan pada belanja tidak langsung dan belanja langsung,
pada tabel berikut :
TABEL II. 25 REALISASI BELANJA PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012-2015 (RP MILYAR)
Rata rata
No Uraian 2012 2013 2014 2015 pertumbuhan
(%)
1 Belanja Tidak Langsung 655.06 702.49 773.72 848.40 9.01
1.1 Belanja Gaji dan Tunjangan 646.94 684.27 749.23 812.76 7.91
1.2 Belanja Tambahan Penghasilan 8.12 18.23 24.49 35.64 68.12
1.3 Belanja Subsidi - - - -
2 Belanja Langsung 54.02 24.21 37.00 26.09 -10.61
2.1 Belanja Honorarium PNS 4.57 3.86 3.96 5.16 5.77
2.2 Belanja uang lembur 1.51 2.18 2.22 2.63 21.57
2.3 Belanja beasiswa pendidikan PNS 0.00 0.06 0.01 0.01 3351.12
2.4 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi
3.70 2.57 4.64 3.23
dan bimbingan teknis PNS 6.53
2.5 belanja makan minum harian PNS 2.25 2.51 2.70 3.34 14.38
2.6 belanja pakaian dinas 0.12 1.81 1.66 0.18 431.06
2.7 belanja pemulangan pegawai 0.00 0.01 0.01 0.01 32.39
belanja modal (Kantor, mobil dinas,
41.87 11.23 21.80 11.53
2.8 mebelair,dll) -8.73
JUMLAH 709.08 726.70 810.71 874.48 7.30
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021
Dar tabel di atas menunjukkan secara total belanja untuk peenuhan kebutuhan aparatur
dalam tiga tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,01 persen, terutama pada
belanja tidak langsung untuk pembayaran gaji dan tunjangan yang tumbuh rata-rata sebesar 7,91
persen, serta belanja tambahan penghasilan PNS yang tumbuh rata-rata sebesar 68,12 persen.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan gaji PNS serta peningkatan dana
transfer yang dialokasikan untuk tunjangan sertifikasi dan tambahan penghasilan guru PNSD, juga
dipengaruhi oleh kebijakan daerah menaikkan tambahan penghasilan PNSD.
Beberapa komponen belanja terdapat pertumbuhan yang sangat tinggi seperti belanja
beasiswa pendidikan PNS dan belanja pakaian dinas. Terhadap kedua belanja tersebut tidak
dianggarkan secara rutin khususnya belanja pakaian seragam PNS sehingga pada tahun
dilaksanakannya pengadaan seragam PNS akan mengangkat rata-rata pertumbuhan belanja
tersebut. Comment [R6]: KONDISI INI TIDAK
HARUS ADA DALAM KISI-KISI PEDOAMN.
DIIKUTKAN TIDAK ?
2.4.2.2. Isu-isu Strategis Ekonomi

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-29
Laporan Akhir

2.4.3. Isu Strategis Lingkungan


2.4.3.1. Kondisi Lingkungan Strategis
A. Topografi
Kondisi topografi wilayah Kabupaten Semarang mempunyai bentuk topografi yang
bervariasi antara lain dataran, berombak, bergelombang, agak berbukit, dan pegunungan, dan
mencakup elevasi topografi antara El + 300 m - El + 2050 m di atas permukaan laut. Kenampakan
bentang alam wilayah Kabupaten Semarang merupakan areal pedataran, perbukitan, dan
pegunungan yang memiliki kemiringan lereng beragam mulai 0% sampai 70%, dengan penjelasan
sebagai berikut:
 Daerah pedataran menempati wilayah sekitar Rawa Pening dengan kemiringan antara 0%
sampai 5%.
 Daerah perbukitan dengan kemiringan lahan sangat beragam mulai dari landai sampai terjal,
umumnya berkisar antara 5% - 15%, tetapi pada tonjolan bukit dan lembah bisa mencapai
40% atau lebih. Wilayah ini menempati bagian utara sampai tenggara wilayah Kabupaten
Semarang, yaitu yang mencakup sekitar dukuh Kaligawe (sekitar Hutan Penggaron),
Dadapayam, dan sekitar Susukan.
Daerah Kabupaten Semarang sebagian besar berupa perbukitan dan memiliki relief daerah
pegunungan vulkanik serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu:
1. Daerah dataran, meliputi daerah yang berada di sekitar Rawa Pening dan sekitarnya, meliputi
sebagian Kecamatan Banyubiru dan sebagian Kecamatan Tuntang.
2. Daerah perbukitan – pegunungan, meliputi hampir seluruh wilayah administratif Kabupaten
Semarang, dengan penyebaran sampai ke lereng utara dan timur Gunung Merbabu
Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke
dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar (kemiringan 0-2%) sebesar 6.297 Hektar;
wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) sebesar 57.640 Hektar; wilayah curam (kemiringan 15-
40%) sebesar 21.706 Hektar; dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 9.438
Hektar. Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berada pada kisaran antara 318-1.450 meter di
atas permukaan laut (dpl), dengan ketinggian terendah berada di Desa Candirejo Kecamatan
Pringapusdan tertinggi di Desa Batur Kecamatan Getasan.
Kabupaten Semarang merupakan bagian dari jajaran pegunungan yang membentang
dengan arah relatif timur barat, dikenal sebagai Pegunungan Serayu Utara, terhampar dari sebelah
barat Gunung Selamet, Pemalang, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung hingga Ungaran.
Rangkaian pegunungan ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.
Puncak-puncak pegunungan ini merupakan kerucut gunung api dan beberapa diantaranya masih
aktif. Deretan pegunungan ini merupakan daerah resapan yang potensial bagi ketersediaan air
bawah tanah. Bagian timur dari Pegunungan Serayu Utara, sebelah Timur dari Gunung Ungaran,
terdapat deretan Pegunungan Kendeng meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tuntang dan
Kecamatan Bringin. Diantara kedua pegunungan di atas terdapat daerah lembah yang meliputi
Rawa Pening dan sekitarnya, berfungsi sebagai daerah pelepasan air tanah dan mempunyai
potensi air tanah yang cukup besar.
Kabupaten Semarang dikelilingi oleh beberapa pegunungan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung dan penyangga diantaranya :

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-30
Laporan Akhir

 Gunung Ungaran yang meliputi wilayah Kecamatan Ungaran Barat, Bergas, Bandungan dan
Sumowono.
 Gunung Telomoyo yang meliputi wilayah Kecamatan Banyubiru, Getasan.
 Gunung Merbabu yang meliputi wilayah Kecamatan Getasan dan Tengaran.
 Pegunungan Sewakul terletak di wilayah Kecamatan Ungaran Barat.
 Pegunungan Kalong terletak di wilayah Kecamatan Ungaran Timur.
 Pegunungan Pasokan, Kredo, Tengis terletak di Wilayah Kecamatan Pabelan.
 Pegunungan Ngebleng dan Gunung Tumpeng terletak di wilayah Kecamatan Suruh.
 Pegunungan Rong terletak di wilayah Kecamatan Tuntang.
 Pegunungan Sodong terletak di wilayah Kecamatan Tengaran.
 Pegunungan Pungkruk terletak di Kecamatan Bringin.
 Pegunungan Mergi terletak di wilayah Kecamatan Bergas.
Secara stratigrafi, daerah Kabupaten Semarang dan sekitarnya tersusun secara dominan
oleh endapan volkanik beberapa gunung api yang ada di sekitar daerah ini seperti Gunung
Ungaran dan Gunung Merbabu. Batuan lain penyusun daerah ini adalah intrusi batuan beku berupa
dasit di sekitar Ungaran dan sebelah barat Ambarawa, napal bagian dari Formasi Kerek, yang
merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, serta endapan alluvium yang tersebar di sekitar
Rawa Pening.pegunungan berupa G. Merbabu, G. Telomoyo, dan G. Ungaran dengan kemiringan
medan umumnya 25% - 40%.

B. Geohidrologi
Berdasarkan pada letak posisi dari sumberdaya air dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu air
permukaan dan air tanah. Secara umum pola tata air dan pola aliran di wilayah Kabupaten
Semarang dipengaruhi oleh struktur tanah, topografi, geomorfologi, geologi, dan curah hujan.
Pola aliran dominan mengarah mengikuti pola kemiringan lahan yang mengalir dari selatan
menuju ke arah utara atau timur laut dan bermuara di Laut Jawa. Hulu sungai sebagian besar
berasal dari gunung-gunung yang terdapat di wilayah ini, diantaranya Gunung Ungaran, Gunung
Merbabu, dan Gunung Telomoyo. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Semarang
termasuk dalam SWS Garang, SWS Babon, SWS Bodri, SWS Jragung, SWS Tuntang (termasuk
Rawa Pening) dan SWS Serang.
a. Satuan Wilayah Sungai (SWS)
Di wilayah Kabupaten Semarang terdapat beberapa SWS, dengan SWS Tuntang sebagai SWS
terbesar di wilayah ini. Beberapa SWS tersebut adalah sebagai berikut:
 SWS Tuntang
 SWSi Garang
 SWS Bodri
 SWS Babon/ Penggaron
 SWS Jragung
 SWS Serang
 SWS Progo-Opak
 SWS Pepe
b. Rawa Pening

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-31
Laporan Akhir

Air Rawa Pening berasal dari air hujan, sungai dan sumber mata air alami terutama yang
terbesar adalah dari sumber air Muncul, sungai dan mata air utama pengisi waduk antara lain
berasal dari Sungai Rawa Pening, Muncul, Kedungringin, Rengas, Galeh, Paras, Torong,
Panjang, Legi, Petung, dan mata air Rawa Pening, Muncul, Tonjang dan mata air Petis.
Berdasarkan peta hidrologi Indonesia skala 1:250.000 lembar VII Semarang (Jawa), yang
disusun oleh Said dan Sukrisno (1988), secara hidrogeologi Kabupaten Semarang dikelompokkan
ke dalam:
a. Daerah Dengan Kondisi Akuifer Bercelah atau Sarang, Produktif Kecil dan Daerah Air Tanah
Langkah.
Penyebarannya di sekitar Gunung Merbabu bagian selatan, Gunung Ungaran bagian utara, serta
bagian timur wilayah Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang.
Di sekitar Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran kelangkaan air tanah disebabkan karena tidak
dijumpai adanya iar tanah dan materinya terdiri atas endapan Vulkanik Kuarter Tua.
Sifat fisik penyusun buatan menunjukkan kelulusan rendah sampai sedang, tergantung
banyaknya celah pada formasi batuan, sedang di bagian timur wilayah kelangkaan air
disebabkan kelulusan materialnya termasuk rendah. Materi penyusun terdiri dari batu pasir,
batu gamping, batu lempung (formasi Kerek), perseling batu pasir tufaan, batu gamping dan
lempung.
b. Daerah Dengan Kondisi Akuifer Produktif Kecil Setempat Berarti (Akuifer Bercelah atau Sarang)
Karakteristik daerah ini adalah keterusan umumnya rendah sampai sangat rendah, setempat air
tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada mintakat/ zona pelapukan batuan
padu. Penyebarannya meliputi bagian barat wilayah yaitu Kecamatan Sumowono bagian barat
yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal, serta Kecamatan Pringapus, Kecamatan Bringin,
Kecamatan Suruh serta Kecamatan Susukan.
Material penyusun terdiri dari tufa, batu pasir tufaan, dan breksi vulkanik (Formasi Damar,
Notopuro, dan Pucangan); breksi vulkanik aliran dan lahar dengan sisipan aliran lava kecil dan
tufa halus sampai kasar. Kelulusan rendah sampai sedang.
Di Kecamatan Sumowono bagian barat material terdiri dari batuan pair, breksi, dan batu
lempung (Formasi Penyatan dan Banyak), batu pasir tufaan dan breksi vulkanik dengan sisipan
batu lempung dan napal. Kelulusan rendah sampai sedang. Di Kecamatan Pringapus material
terdiri dari endapan vulkanik tak teruraikan, campuran bahan-bahan gunung api lepas dan
padu. Kelulusan rendah sampai sedang.
c. Daerah Dengan Kondisi Aliran Melalui Rekahan dan Saluran
Kondisi akuifer setempat dan produktif merupakan aliran air tanah yang melalui mintakat
celahan dan rekahan, muka air tanah umumnya dalam dan serahan sumur serta mata air
beragam dalam kisaran yang kasar, umumnya rendah.
Penyebaran meliputi bagian barat wilayah Kabupaten Semarang di sekitar kaki Gunung Ungaran
termasuk wilayah Kecamatan Ungaran bagian timur, Kecamatan Pringapus dan Kecamatan
Sumowono bagian utara serta Kecamatan Jambu bagian selatan meliputi daerah Gunung
Merbabu, yaitu di Kecamatan Getasan dan Banyubiru bagian selatan.
Umumnya material terdiri dari endapan vulkanik antara lain tufa, lahar, breksi, dan lava andesit
sampai basal; kelulusan sedang sampai tinggi, kelulusan tinggi terutama pada endapan lahar

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-32
Laporan Akhir

dan aliran lava vesikuler. Selain itu dijumpai pada endapan vulkanik kuarter tua dengan
kelulusan rendah sampai sedang, tergantung banyaknya celah (fissuration).
d. Daerah dengan Kondisi Akuifer Aliran Melalui Celahan dan Ruang Antarbutir
Kondisi akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, mempunyai keterusan sangat
beragam, kedalaman muka air tanah umumnya dalam, dan debit sumur umumnya kurang dari
5 liter/ detik, muncul terutama pada daerah lekuk lereng. Penyebarannya meliputi Kecamatan
Ungaran terutama di sekitar Kota Ungaran, Kecamatan Bergas, dan Kecamatan Bawen bagian
tengah. Sedang penyebaran di daerah tengah-selatan meliputi Kecamatan Jambu bagian timur,
Kecamatan Getasan bagian utara dan timur, Kecamatan Suruh bagian barat, dan Kecamatan
Tengaran. Materialnya terdiri dari endapan vulkanik kuarter tua dan endapan vulkanik muda.
e. Daerah Dengan Kondisi Akuifer Melalui Aliran Ruang Antar Butir
Kondisi akuifer produktif dengan penyebaran luas, berlapis banyak dengan keterusan sedang,
muka air tanah beragam umumnya dekat dengan permukaan tanah dengan debit sumur antara
5 - 10 meter/ detik. Material terdiri dari aluvium endapan danau terutama tipe lempung, pasir,
kerikil dan bongkah batuan vulkanik dengan kelulusan sedang sampai tinggi. Disamping hal-hal
yang telah dikemukakan di atas, wilayah Kabupaten Semarang juga cukup banyak dijumpai
mata air dengan debit yang bervariasi. Pemunculan mata air dengan debit bervariasi banyak
ditemui di lereng-lereng gunung yang terdapat di wilayah ini, terutama Gunung Merbabu dan
Gunung Ungaran. Debit mata air tersebut bervariasi, sebagai contoh mata air Muncul di
Kecamatan Banyubiru berdebit maksimal mencapai 3.000 liter/ detik, tetapi beberapa mata air
hanya memiliki debit kecil (kurang dari 10 liter/ detik). Pemanfaatan mata air tersebut antara
lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih perkotaan dan untuk keperluan irigasi.
Sekitar 120 mata air telah dialirkan langsung oleh DPU Cabang Tuntang untuk mengairi
persawahan di daerah Kabupaten Semarang.

C. Geologi Dan Jenis Tanah


Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Semarang dan sekitarnya cukup
kompleks, terutama pensesaran yang cukup intensif. Perlapisan batuan di daerah ini dijumpai
pada daerah sebelah Utara mempunyai kemiringan dengan arah bervariasi, dominan ke arah
Selatan hingga Barat. Sesar yang terdapat pada daerah ini adalah sesar-sesar geser dengan arah
dominan Utara-Selatan. Sesar-sesar tersebut diantaranya adalah Sesar G. Pobongan-Ungaran,
Sesar Ungaran, Sesar Ungaran-Ambarawa serta Sesar G. Tungku Jambu.
Namun demikian perlu dicatat bahwa Kab. Semarang memiliki daerah rawan bencana.
Untuk tanah longsor adalah Kecamatan Ungaran Barat, Sumowono, Banyubiru, Getasan, Jambu,
dan Bringin. Untuk putting beliung adalah Kecamatan Pabelan, Getasan, Bringin, dan Suruh.
Daerah rawan banjir adalah Kecamatan Ungaran Timur, Bergas, Pringapus, dan Ambarawa.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang dan Peta Geologi Lembar
Salatiga, batuan yang terdapat di Kabupaten Semarang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu batuan sedimen, batuan gunung api, dan alluvial.
a. Batuan Sedimen, terdiri dari perselingan antara batu lanau, batu lempung, batu pasir, dan
napal dengan sisipam batu gamping yang penyebarannya terdapat di bagian utara sebelah
timur, breksi gunung api dan tuf di bagian tengah, dan perselingan antara batu pasir, breksi,
tuf dan batu lempung di bagian ujung barat.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-33
Laporan Akhir

b. Batuan Gunung Api, terdiri dari lava, breksi gunung api, lahar, dan tuf yang merupakan produk
dari G. Ungaran di sebelah utara serta G. Merbabu dan G. Telomoyo di sebelah selatan. Selain
itu terdapat pula batuan intrusi (terobosan) seperti di G. Mergi, G. Sewakul, G. Kendalisodo dan
G. Gugon.
c. Aluvial, terdiri dari lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang penyebarannya terdapat di dalam
alur-alur sungai serta dataran di sekitar Rawa Pening.
Berdasarkan jenis tanahnya Kabupaten Semarang memiliki 6 (enam) jenis, yaitu: aluvial,
regosol, andosol, grumosol, mediteran dan latosol, yang dapat diperinci lagi menjadi 12 macam
tanah, yaitu :
 Tanah aluvial coklat tua, tersebar di Kecamatan Susukan
 Tanah regosol kelabu di Kecamatan Susukan
 Tanah komples regosol kelabu dan grumosol kelabu tua di Kecamatan Beringin dan Suruh.
 Tanah andosol coklat pada Kecamatan Bawen, Ambarawa, Sumowono, Getasan, Tengaran,
Bergas, dan Pringapus
 Tanah asosiasi andosol coklat dan latosol coklat kemerahan di Kecamatan Jambu, Banyubiru,
dan Getasan
 Tanah kompleks andosol kelabu tua litosol di Kecamatan Getasan
 Tanah mediteran coklat tua di Kecamatan Bringin, Bawen, Pringapus, Bergas, dan Suruh
 Tanah grumosol pada Kecamatan Sumowono, Jambu, Ambarawa, dan Banyubiru.
 Tanah latosol coklat pada Kecamatan Ungaran, Pringapus, Bergas, Bawen, Ambarawa,
Sumowono, Bringin, Tuntang, dan Suruh.
 Tanah latosol coklat tua dan kemerahan Ungaran, Pringapus, Bergas, Bawen, Banyubiru,
Tengaran, dan Suruh.
 Tanah kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat tua dan latosol di Kecamatan
Sumowono dan Jambu
 Tanah latosol coklat kemerahan di Kecamatan Tengaran

D. Klimatologi
Rata-rata curah hujan di wilayah Kabupaten Semarang selama tahun 2014 cenderung
menurun dibanding tahun 2013. Tercatat rata-rata curah hujan sebesar 1.840 Mm, kecamatan
bercurah hujan tertinggi adalah Kecamatan Getasan (3.554 Mm) sedangkan kecamatan dengan
curah hujan terendah adalah Kecamatan Bancak (742 Mm). Suhu udara berkisar antara 160C-330C
kecepatan angin 2-20 knot dengan kelembaban udara 39,4-97,5 %. Selengkapnya mengenai hari
hujan dan curah hujan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL II. 26 HARI HUJAN DAN CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG
Tahun (mm)
No. Kecamatan 2012 2013 2014
1 Getasan 2.717 3.193 3.554
2 Tengaran 2.093 2.879 2.213
3 Susukan 1.773 2.674 1.950
4 Kaliwungu - 1.187 1.187
5 Suruh 1.781 1.791 1.939
6 Pabelan 1.637 2.638 1.955
7 Tuntang 2.461 2.280 2.036
8 Banyubiru 1.741 2.472 1.812
9 Jambu 1.793 2.794 2.172

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-34
Laporan Akhir

10 Sumowono 2.632 2.464 598


11 Ambarawa 2.063 2.067 1.561
12 Bandungan - 1.311 1.311
13 Bawen 1.701 1.311 348
14 Bringin 1.450 1.998 1.884
15 Bancak 742 742 742
16 Pringapus 2.165 2.436 1.982
17 Bergas 3.123 1.772 2.332
18 Ungaran Barat 2.286 2.906 2.906
19 Ungaran Timur - 2.906 2.484
2.010 2.201 1.840
Sumber : Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang 2017-2021

E. Data risiko bencana alam

2.4.3.2. Isu-Isu Strategis Lingkungan

2.4.4. Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

Kisi-kisi pedoman :
Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya :
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
• Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang
bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan
kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
• Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan
kawasan permukiman.
• Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta
perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman

Isu strategis pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten Semarang


sebagai berikut :
a. Pengembangan Kawasan Permukiman
1) Belum optimalnya pembangunan infrastruktur terutama penyelesaian Ruas Tuntas,
peningkatan Jalan-jalan Poros Desa dan daerah tujuan wisata; (data dukung : jalan kondisi
baik : 70,06%; jalan kondisi sedang : 17,04% jalan kondisi rusak : 12%) (Rancangan
RPJMD Kabupaten Semarang).
2) Belum optimalnya perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang.
3) Belum optimalnya pembangunan yang berwawasan kawasan perdesaan.
4) Masih kurangnya pembangunan infrastruktur terutama pada daerah terisolir/perbatasan.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-35
Laporan Akhir

5) Masih kurangnya infrastruktur dasar permukiman sehingga belum tercipta lingkungan yang
sehat.
b. Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Belum optimalnya perencanaan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang; (Data
dukung : Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan (76,25%); Luas wilayah produktif
(91,10%); Luas wilayah industri (90,19%); Luas wilayah kebanjiran (22,64%); Luas
wilayah perkotaan (98,61%) (Rancangan RPJMD Kabupaten Semarang).
2) Kurangnya kuantitas dan kualitas trotoar yang memenuhi syarat.
3) Kurangnya infrastruktur yang mendukung sektor Pariwisata Kabupaten Semarang.
4) Belum tertatanya kawasan pariwisata.
5) Kurangnya promosi wisata di dalam maupun di luar negeri.
6) Masih kurangnya luasan ruang terbuka hijau (RTH).
7) Belum optimalnya penanganan dan penanggulangan bencana.
8) Kurangnya kualitas dan kuantitas trotoar (pedestrian).
c. Pengembangan Penyehatan Lingkungan dan Permukiman
1) Belum memiliki sarana pengelolaan air limbah kabupaten.
2) Masih kurangnya pengelolaan dan pelayanan sampah.
3) Belum ada keterpaduan dalam penanganan drainase.
4) Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang penyehatan lingkungan dan
permukiman (pengelolaan limbah dan sampah domestik yang benar dan aman bagi
lingkungan).
d. Sistem Penyediaan Air Minum
1) Belum optimalnya kualitas dan penyediaan sarana prasarana air bersih.
2) Masih kurangnya kualitas dan penyediaan air bersih.
3) Masih rendahnya upaya pengelolaan SDA dan LH dalam rangka pelestarian sumber-
sumber air.
Isu strategis yang terkait dengan aspek peraturan dan kelembagaan daerah dalam
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten Semarang sebagai berikut :
1) Kurangnya sosialisasi Perda dan Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Cipta
Karya.
2) Lemahnya penegakan Perda dan Perbup.
3) Terbatasnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang II-36

Anda mungkin juga menyukai