Anda di halaman 1dari 9

ESSAY PEKAN PAJAK UNDIKSHA

GENERASI MILENIAL SADAR PAJAK

Disusun Oleh
NI KADEK PUTRI OKTAVIA UTAMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
TAHUN 2020
GENERASI MILENIAL SADAR PAJAK

Pada dasarnya manusia adalah makhluk hidup individu dan sosial. Manusia
senantias bertindak berdasarkan pertimbangan dan kesenangan pribadi sehinggga
disebut sebagai makhluk individual. Apabila sifat individual tersebut tidak
dikendalikan, maka sebagaimana yang dikatakan Thomas Hobbes manusia
menjadi homo homini lupus yaitu manusia menjadi serigala bagi sesamanya.
Selain sebagai makhluk individual, manusia adalah makhluk sosial (homo homini
socius) yang saling membutuhkan, memiliki kepedulian dan kebersamaan dengan
sesama. Oleh karna itu, sifat kepedulian terhadap sesama harus selalu
dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep inilah yang
melatarbelakangi lahirnya pajak di Indonesia.

Pajak berasal dari bahasa latin yaitu taxo yang berarti iuran wajib rakyat
kepada kepala negara. Pajak sebagaimana tertulis dalam UU No.28 Tahun 2007
pasal 1 ayat 1 adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sedangkan
menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat terhadaap kas negara
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung
dimata pajak biasanya digunakan untuk membayar pengeluaran umum
kenegaraan. Pengeluaran umum yang dimaksud adalah pengeluaran yang di
keluarkan oleh pemerintah, seperti pembangunan infrastruktur, membayar hutang
negara, mengembangkan perekonomian negara dan pemenuhan fasilitas umum
untuk maasyarakat.

Hal lain yang dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat, penggunaan
dana pajak pada saat keadaan darurat, seperti saat negara kita dilanda pandemi
covid-19 ini. Dimasa pandemi ini,negara tentunya membutuhkan uang dalam
jumlah yang tidak sedikit utuk menanggulangi pandemi covid-19, baik dalam segi
kesehatan, segi kemasyarakatan, segi perekonomian, segi sosial, dan segi-segi
kehidupan manusia lainnya. Dimana saat-saat genting seperti ini dana pajak

1
diperlukan sebagai salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk
kepentingan masyarakat bersama dalam menangani masalah yang ada. Dalam
situasi ini pajak menunjukkan eksistensinya untuk kembali mewujudkan budaya
gotong royong di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Bagaimna tidak, banyak dispensasi pajak yang diberikan untuk untuk
meringankan beban masyarakat ditengah pandemi covid-19 dan mendukung usaha
pemerintah untuk mengatasi situasi yang sulita saat ini. Berbagai macam lembaga
dalam negara ikut ikut bekerja bersama-sama secara gotong royong mulai dari
pemungutan pajak hingga pemanfaatan dan pengalokasian dananya. Dapat kita
lihat bahwa pajak dikenakan pada orang atau badan tertentu dengan sumber
pendapatan tertentu. Namun dalam pemanfaatan dana yang dikumpulkan dari
pajak itu bahkan ikut dinikmati oleh masyarakat yang bukan wajib pajak
sekalipun. Karena itu, baik dalam situasi normal maupun pandemi covid-19 ini,
dapat disimpulkan pajak adalah bentuk nyata adanya gotong royong untuk
membangun Indonesia serta terciptanya kesejateraan dan kemakmuran bagi
rakyat. Pajak merupakan bentuk nyata penerapan Ideologi Pancasila oleh
masyarakat Indonesia. Karena saaat kita berbicara mengenai makna atau isi di
dalam ideologi pancasila, jika kita kerucutkan menjadi satu unsur maka yang
muncul adalah unsur gotong royong, sehingga jika kita telah membayar pajak
kepada negara kita telah bergotong royong untuk memajukan negeri dari berbagai
aspek.

Pajak yang sudah dikenal dengan iuran wajib masih saja menimbulkan
tanda tanya besar bagi masyarakat awam yang tidak paham tentang manfaat pajak.
Masyarakat masih tidak mau berkontribusi dalam pembayaran pajak, masyarakat
menganggap bahwa pajak hanya menambah beban saja, uang yang telah
dikumpulkan dengan susah payah harus digunakan untuk membayar pajak.
Mungkin itu opini yang sedang beredar di masyarakat terutama masyarakat
menengah kebawah, dan mereka menganggap semua fassilitas itu adalah
tanggung jawab pemerintah sedangkan rakyatnya hanya menikmati fasilitas
tersebut. Padahal semua fasilitas umum tersebut dibangun dengan uang pajak
yang dibayar oleh masyarakat dari semua kalangan. Tanpa adanya pajak mungkin
tidak ada rumah sakit umum, sekolah, dan jalan pun maasih sulit dilalui.

2
Mengubah pola pikir wajib pajak tentang perpajak memang tak semudah
membalikkan kedua telapak tangan. Pola pikir ‘paksaan’ yang sudah tertanam
sejak lama dalam benak wajib pajak akan menimbulkan dampak buruk.
Kepatuhan wajib pajak yang tak kunjung meningkat secara signifikan dari tahun
ketahun menjadi fenomena dan persoalan yang sulit dihadapi otoritas pajak.
Kepercayaan masyarakat adalah modal utama jika tidak, maka upaya apapun akan
tidak berdampak besar,alias sia-sia. Pemerintah perlu, menutup celah bagi oknum
untuk bersikap tidak independen dalam menjalankan kewajibannya, yang pada
akhirnya merusak citra aparat negara secara umum. Ada 2 faktor penyebab
rendahnya kepatuhan pajak di kalangan mayarakat, yaitu:

1. Factor Internal, merupakan pemikiran yang timbul dari pemahaman dan


wawasan yang belum memadai dari seorang wajib pajak terhadap sistem
perpajakan di Indonesia disebabkan karena tingkat pendidikan yang
diperoleh rendah, sifat buruk yang ada dalam diri manusia seperti pelit,kikir
dan serakah yang berdampak pada menyembunyikan bahkan mengurangkan
informasi pada saat pengisian SPT yang melanggar PP No. 1 tahun 2017
pasal 7 ayat.
2. Faktor Eksternal, merupakan penilaian yang timbul atas kejadian yang
terjadi pada pelaksanaan sistem yang ada berupa penyimpangan yang
dilakukan oleh fiskus atau aparat pemerintah dalam merealisasikan
penggunaan anggaran yang bersumber dari penerimaan pajak yang
menyebabkan adanya prasangka negatif dan akhirnya timbul rasa tidak
percaya yang menyebabkan tidak suka pajak dan keengganan dalam
membayar kewajiban pajak disebabkan bukan karena ketidakmampuan
dalam membayar tetapi lebih kepada ketidakpercayaan kepada aparat
pemerintah.

Pemikiran yang sangat rasional sekali apabila manusia itu tidak suka pajak.
Penghasilan merupakan sebuah capaian atas kerja keras yang semestinya harus
dinikmati bukan diminta begitu saja oleh pihak pemerintah. Di era terkini, media
digital dapat dimanfaatkan untuk menjaring subjek potensial terutamadari
generasi milenial. Generasi milenial yaitu orang yang lahir pada kisaran

3
tahun1980-2000an dimana usianya saat ini mencapai 17-37 yang merupakan usia
produktif. Sebagaimana data menunjukkan bahwa pada tahun 2045 Indonesia
mengalami bonus demografi yang penduduk usia produktif mencapai angaka
mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu bonus demografi yang dipenuhi oleh
generasi milenial ini harus dioptimalkan untuk mendukung budaya sadar pajak
yang diharapkan dapat menciptakan wajib pajak yang patuh pajak. Mereka lahir
ketika handphone dan media sosial mulai muncul di Indonesia, sehingga wajar
apabila generasi ini lebih melek teknologi ketimbang generasi-generasi
sebelumnya.

Salah satu ciri generasi milenial selain aktif dan kreatif adalah generasi yang
melek teknologi, artinya generasi ini sangat akrab dan mudah mengikui
perkembangan teknologi. Sebagaimana yng kita ketahui bahwa di era globalisasi
teknologi berkembang pesat. Oleh karena itu, upaya untuk menciptakan
kwsadaran pajak pada generasi milenial dapat dilakukan dengn memanfaatkan
teknologi. Gerakan sadar pajak sebagai wujud peningkatan kesadaran pajak bagi
generasi milenial dapat ditempuh dengan beberapa gerakan yaitu :

1. Gerakan Mantak (Manfaat Pajak)


Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran pajak di
Indonesia, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan pentingnya manfaat
pajak tersebut. Oleh karena itu, melalui teknologi terutama media sosial atau
situs web hendaknya ditampilkan manfaat yang dihasilkan dari pajak
sehingga dari pengetahuan tersebut, tartanam kesadaran pajak.

2. Gerakan Kebukak (Keterbukaan Pajak)


Penyebab rendahnya kesadaran pajak di Indonesia adalah kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap pihak pengelola pajak. Oleh larna itu,
untuk mengembalikan dan menghidupkan kepercayaan masyarakat tersebut
terutama generasi milenial yang cerdas dapat di tempuh dengan memberikan
informasi terkait pajak secara transparan.

3. Gerakan Pokus (Pajak Goes To Kampus)

4
Program ini menyasar pada generasi milenial yang duduk di jenjang
perguruan tinggi, oleh karena kesadaran generasi muda sebagai calon wajib
pajak sangat penting . dengan tingkat kepatuhan masyarakat untuk
membayar pajak rendah, diharapkan dengan adanya kegiatan ini sejak awal
generasi muda sudah diberikan bekal peran penting pajak.

4. Gerakan Sosialisai E-pajak

E-pajak sesuatu yang baru di Indonesia, dimana keberadaannya sangat


diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak. Oleh karna itu, sangat
diperlkan sosialisasi e-pajak tersebut sehingga masyarakat terutama generasi
milenial mengetahui kemudahan yang diberikan e-pajak sehingga dengan
demikian dapat mendorong kesadara pajak.

Beberapa gerakan sadar pajak sebaiknya ditampilkan secara menarik


sehingga mendorong perhatian masyarakat khususnya generasi milenial. Gerakan
ini diharapkan menjadi awal dari terbentuknya budaya sadar pajak, yaitu budaya
masyarakat Indonesia khususnya bagi generasi milenial memiliki kebanggaan
terhadap pajak, mengganggap pajak bukanlah sebuah beban, melainkan suatu
wujud timdakan berbagi kepada sesama. Kesadaran pajak menjadi hal yang sangat
serius dan harus segera diatasi dengan membentuk pola pikir yang positif dan
membentuk karakter warga Indonesia, dengan kesadaran yang tertadang dalam
setiap individu maka menciptakan buah hasil yang baik bagi bangsa. Siapapun
kita, selama tinggal di Indonesia wajib dengan membayar pajak. Selain itu
pemerintah juga harus secara bijak dapat menyebarkan dan mengelola uang pajak
yang dibayar oleh masyarakat dan pemerintah harus meyakinkan bahwa uang
tersebut kembali kepada masyarakat itu sendiri dalam bentuk berbagai fasilitas
dan layanan umum. Ayo, generasi milenial singsingkan lengan baju, wujudkan
masa depan Indonesia yang gemilang dengan budaya sadar pajak.

5
DAFTAR PUSTAKA
Arabella Oentari Fuadi dan Yeni Mangonting. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan
Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Tax & Accounting Review, 1(1), h: 35-42.
Bencsik, A., Csikos, G., & Juhaz, T. (2016). Y dan Z Generations at Workplaces.
Journal of Competitivess, 8(3), 90-106
Dwi, Abidah dan Choirun Nisak. 2017. Pengaruh Kesadaran Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB. 3
(1), hlm : 633-644. ISSN : 2502 – 3764
Jati, I. G. (2016). Pengaruh sikap, kesadaran wajib pajak dan pengetahuan
perpajakan pada kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan. EJurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 1510-1535.
Kurnia Rahayu, Siti. 2010. Perpajakan Indonesia “Konsep dan Aspek
Formal”.Yogyakarta: Graha Ilmu
------------------------, Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai