Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

1. Delapan Tahapan Dalam Perencanaan Audit

Terdapat delapan tahapan dalam perencanaan audit yaitu Penerimaan klien dan pembuatan
rencana audit awal, Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien, Menilai
risiko bisnis klien, Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan, Menetapkan materialitas
dan menilai risiko yang dapat diterima dan risiko pengendalian, Memahami pengendalian
internal dan menilai risiko pengendalian, Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko
kecurangan, dan Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit . 7 Tahapan
pertama digunakan guna memenuhi kewajiban auditor untuk melaksanakan prosedur
penilaian risiko. Tahapan ke-8, merupakan respons atas ketujuh tahapan sebelumnya (respons
terhadap prosedur penilaian risiko).

2. Jenis-Jenis Pengujian dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut


a. Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman atas Internal Control
Auditor harus memahami efektivitas aspek rancangan dan operasional dari
pengendalian intern. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan
pemahaman auditor terhadap pengendalian intern yaitu: Memperbaharui dan
mengevaluasi pengalaman auditor terdahulu, Meminta keterangan dari personil klien,
Membaca manual sistem dan kebijakan klien.
b. Menguji dokumen Tests of Controls (Uji Pengendalian)
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan
efektivitas kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian
yang diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian) Pengujian tersebut
meliputi jenis prosedur audit sebagai berikut : Meminta keterangan dari personil
klien, Menguji dokumen, arsip, dan laporan, Mengamati aktivitas yang terkait dengan
pengendalian, dan Melaksanakan kembali prosedur klien.
c. Substantive Test of Trans actions (Uji Substantif atas Transaksi)
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk
menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas
transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi
dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke
buku besar dan buku tambahan dengan benar.
d. Analitycal Procedure (Prosedur Analitis)
Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan
angka tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan utama dari prosedur analitis
dalam tahap perencanaan ini adalah : Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji
dalam laporan keuangan, Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci, dan Detail
Test of Balances (Pengujian Terinci atas Saldo).
3. Pemilihan Jenis Pengujian yang Akan Dilakukan
Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk
ketersediaan kedelapan bukti, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas
pengendalian internal serta risiko bawaan.
4. Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit
Standar auditing member pedoman pada auditor yang mengaudit entitas yang mengirim,
memproses, menyimpan, atau mengakses transaksi dalam jumlah yang signifikan secara
elektronik. Bukti tentang dilakukannya pengendalian otomatis seperti misalnya
perbandingan antara order penjualan yang akan diterbitkan dengan batas kredit pelanggan
dengan menggunakan computer juga bisa hanya berbentuk elektronik. Standar mengakui
apabila terdapat banyak bukti audit dalam bentuk elektronik, tidaklah praktis atau
memungkinkan untuk mengurangi resiko deteksi pada suatu tingkat bisa diterima hanya
dengan melakukan pengujian substantive.
5. Kombinasi Bukti
Pemilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas hal itu dilakukan
bisa sangat bervariasi antara audit yang satu dengan yang lainnya untuk tingkat
efektivitas pengendalian dan resiko inheren yang berbeda. Bahkan pada suatu audit
tertentu, variasi bisa terjadi antara siklus yang satu dengan yang lainnya. Untuk
memperoleh bukti yang cukup sebagai respon atas resiko yang diidentifikasi melalui
prosedur penilaian resiko, auditor melakukan kombinasi pada keempat pengujian audit
lainnya. Kombinasi ini biasa disebut sebagai kombinasi bukti.
6. Perancangan Program Audit
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian resiko untuk menentukan penekanan
yang tepat pada keempat jenis pengujian lainnya, prosedur audit yang spesifik harus
dirancang untuk setiap pengujian. Prosedur-prosedur audit tersebut selanjutnya
digabungkan sehingga menjadi suatu program audit. Dalam kebanyakan audit, biasanya
auditor in-charge mengajukan usulan kombinasi bukti kepada manajer audit. Setelah
kombinasi bukti disetujui, auditor in-charge menyusun program audit atau memodifikasi
program yang ada agar dapat memenuhi semua tujuan audit, dengan mempertimbangkan
berbagai hal seperti misalnya materialitas, kombinasi bukti, resiko inheren, dan resiko
pengendalian. Auditor in-charge biasanya juga harus mendapat persetujuan dari manajer
sebelum melaksanakan prosedur audit atau mendelegasikan pelaksanaan prosedur audit
kepada asisten.

Anda mungkin juga menyukai