Anda di halaman 1dari 25

BAHAN PERTEMUAN LINGKUNGAN

BULAN PANGGILAN
KEBANGSAAN

“Jangan biarkan orang lain


mengambil keputusan mengenai nasibmu,
tanpa kamu terlibat di dalamnya.”

Mgr. Albertus Soegijapranata

Oleh :
Komkat & Kerawam
Keuskupan Agung Palembang
Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

Agustus 2016

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 2


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

DAFTAR ISI

ARAH DASAR

TEMA PERTEMUAN I :
MENYELAMATKAN NUSA DAN BANGSA
DARI PELBAGAI KEBOBROKAN

TEMA PERTEMUAN II :
MEMPERJUANGKAN KESEJAHTERAAN BERSAMA

TEMA PERTEMUAN III :


BERPOLITIK SEBAGAI PANGGILAN DAN PERUTUSAN

TEMA PERTEMUAN IV :
PERAN SERTA UMAT KATOLIK DI BIDANG POLITIK

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 3


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

ARAH DASAR

Bagi orang Katolik, iman itu adalah sebuah praksis atau aksi tindak. Iman itu
bukan teori, bukan juga dinamika interpretasi akademis atau abstraksi
spekulatif melainkan sebuah tindakan kongret. Iman tanpa perbuatan mati.
Dengan pemahaan seperti ini, iman ditanggapi sebagai sesuatu yang memiliki
dampak sosial. Beriman adalah terlibat, tidak berdiam diri, menolak bungkam
terhadap ketidakadilan yang terjadi dan proaktif terhadap pembangunan
masyarakat. Iman sebagai praksis berarti melaksanakan apa yang dituntut oleh
Mat. 25:31-46 yaitu tuntutan yang diutarakan pada saat penghakiman
terakhir. Jadi praksis atau tindakan iman harus diarahkan pada krisis sosial
yang terjadi seperti kemiskinan, konflik dan pertikaian, kerusakan lingkungan
hidup, ketidakadilan, penindasan, patriarkal, kekerasan structural dll.

Praksis iman bagaimanapun selalu bersifat “publik” dan “politis”. Kata


“publik” berarti ada hubungnya dengan masyarakat umum atau kepentingan
umum. Gereja berkeyakinan bahwa orang beriman adalah mereka yang tidak
mengabaikan atau merugikan kepentingan umum atau dengan kata lain
mereka yang peduli terhadap kepentingan umum. Sedangkan kata “politis”
berarti kesejahteraan dan jika disandingkan dengan kata iman maka predikat
politis berarti yang “peduli terhadap kesejahteraan umum”. Beriman dengan
sendirinya berarti tidak boleh bersikap “apolitis”. Orang katolik hendaknya
keluar dari kenaifan refleksi pastoral termasuk perwujudan iman yang
membutakannya dari realitas sesame yang lemah dan tertindas.

Nota Pastoral KWI 2004 yang berjudul”keadaan publik : menuju habitus baru
bangsa – keadilan sosial bagi semua, pendekatan sosial-budaya”, menyatakan :
“hidup kita sekarang ini menjadi begitu lemah karena tidak ditata berdasarkan
iman dan ajaran agama. Hidup tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
cita-cita mulia kehidupan berbangsa. Hati nurani tidak dipergunakan, perilaku
tidak dipertanggungjawabkan kepada Allah dan sesama. Perilaku lebih
dikendalikan oleh perkara-perkara yang menarik indera dan menguntungkan
sejauh perhitungan materi, uang dan kedudukan di tengah masyarakat. Dalam
kehidupan bersama bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia justru
menjadi egoistis, konsumeristis, dan materialistis. Keadilan dan hukum tidak
dapat ditegakkan, korupsi merajalela, penyelenggara negara memboroskan
uang rakyat. Semua itu membuat orang menjadi rakus dan kerakusan itu

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 4


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

membuat rusak lingkungan hidup dan dengan demikian orang tidak


memikirkan masa depan.
Politik betapa tidak, harus diterangi iman. “Keterlibatan orang katolik dalam
bangsa ini hendaknya didorong oleh kerinduan untuk ambil bagian dalam
menciptakan tata hidup politik yang dijiwai oleh semangat serta nilai-nilai injil
demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Keterlibatan dilakukan karena
ingin menghadirkan habitus baru dalam bidang politik. Dan pilihan itu diambil
berdasarkan kesadaran sendiri akan tanggung jawab sebagai warga Negara
dan kesadaran itu tumbuh karena penghayatan iman katolik yang kian
mendalam.

Untuk itu perlunya katekese umat bidang politik untuk pertemuan Lingkungan
selama bulan Agustus, diharapkan akan ada perubahanbeberapa tahun ke
depan yakni “tumbuhnya kesadaran akan panggilan umat beriman dalam
bidang politik yang dinyatakan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab dan
kecintaan umat beriman terhadap bangsa dan Negara. Keterlibatan umat
katolik diharapkan semakin banyak sehingga dapat mempengaruhi system
politik dan pengambilan kebijakan publik, serta munculnya kader-kader politik
yang berkualitas diantara umat sendiri.

Pertemuan dibagi dalam empat sub Tema:


I. Menyelamatkan Nusa Dan Bangsa Dari Pelbagai Kebobrokan
II. Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama
III. Berpolitik sebagai Panggilan dan Perutusan
IV. Peran Serta Umat Katolik di Bidang Politik

Melalui pendalaman tema tersebut, diharapkan umat mampu mengambil


bagian secara aktif dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat,
menggunakan hati nuraninya untuk menentukan pilihan politiknya, berani
menyampaikan suaranya melalui jalur-jalur yang benar dan dengan demikan
memunculkan kader-kader katolik yang menghayati, memperjuangkan dan
mengamalkan nilai-nilai kristiani di manapun tempat mereka menyalurkan
aspriasi politik, sehingga tata dunia sungguh dikelolah berdasarkan nilai-nilai
injil.

Palembang, Juli 2016


Tim Penyusun

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 5


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

TEMA PERTEMUAN I :
MENYELAMATKAN NUSA DAN BANGSA
DARI PELBAGAI KEBOBROKAN

Tujuan
Menyadari panggilan untuk sungguh-sungguh mencintai nusa dan bangsanya
dengan tindakan yang mulia dan benar.

Sumber Bahan
Amos 5 : 7-13

Lagu Pembukaan
Indonesia Raya

Tanda Salib dan Salam


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin.
P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus
Kristus, besertamu.
U : Dan sertamu juga.

Pengatar (Pemikiran Dasar)


Sebagai insan beriman kita dipanggil dan diutus melayani dan menyelamatkan.
Keprihatinan dalam masyarakat juga menjadi keprihatinan kita semua.
Misalnya, adanya “money politic” dan gontok-gontokan (saling menjatuhkan),
dengan menjelek-jelekkan orang lain misalnya saat pemilu. Akibat lebih jauh,
bisa terjadi saling serang, keretakan antar kelompok, bahkan permusuhan
terselubung maupun terbuka, yang bisa menjadi benih bahaya kehancuran
sebuah bangsa.

Kita hendaknya bersikap kritis dan dewasa dalam menanggapi situasi aktual
dalam kehidupan masyarakat dengan kerangka nilai yang benar dan utuh.
Selain itu kita hendaknya tetap menganut prinsip hormat terhadap manusia
baik sebagai pribadi maupun secara kelompok, baik sebagai sesama golongan
maupun beda golongan.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 6


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

Kita hendaknya mempunyai hati keibuan, kebapaan, dan berdiri digaris depan
sebagai penyelamat bangsa dan negara. Penampilan dan sepak terjang kita
harus meneguhkan dan menguatkan hati masyarakat bahwa kita sedang
membangun bangsa dan negara yang kita miliki bersama demi tercapainya
cita-cita kesejahteraan bersama pula.

Pernyataan Tobat
P : Marilah kita memeriksa batin kita sejenak. (hening sejenak). Saya
mengaku….
U : kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya
telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan
kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh
sebab itu, saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para
malaikat dan orang kudus dan kepada Saudara sekalian, supaya
mendoakan saya pada Allah, Tuhan Kita. Amin.
P : Semoga Tuhan yang berbelaskasih mengampuni kita, membebaskan kita
dari dosa dan menganugerahkan hati yang bersih.
U : Amin.

Doa Pembukaan
Ya Bapa yang Mahacinta, Pengasih Dan Penyayang, kami bersyukur kepada-Mu
karena Engkau telah memberikan kami kesempatan yang penuh rahmat ini
untuk lebih memahami keberadaan kami sebagai warga sejati Gereja-Mu dan
warga sejati Negara tercinta kami, Indonesia. Kami mohon dampingilah kami
agar sungguh-sungguh menyadari panggilan dan perutusan kami untuk
mencintai bangsa dan Negara kami dengan tindakan yang mulia dan terpuji.
Demi Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami, yang bersama Dikau,
dalam persatuan dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang
segala masa.Amin.

Mendalami Puisi
Pemandu mengajak peserta untuk mendengar atau membaca puisi berikut
ini !

PASKA NASIONALISME
Oleh : Husni Djamaluddin

Aku kehilangan rasa asin


Di ladang-ladang garam tanah-airku

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 7


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

Aku kehilangan pedas


Di ulek-ulekan sambal tanah-airku
Aku kehilangan rasa manis
Di kebun-kebun tebu tanah-airku
Aku kehilangan rasa kenyang
Di lumbung-lumbung padi tanah-airku
Aku kehilangan rasa nyaman
Ketika mandi di sungai-sungai tanah-airku
Aku kehilangan rasa segar
Ketika menghirup udara pagi tanah-airku
Aku kehilangan rasa takjub
Ketika memadang gunung-gunung tanah-airku
Aku kehilangan rasa memiliki
Ketika menatap tanah-airku yang subur
Dari tanahku terakhir
Jengkal-jengkal penghabisan
Tanah nenek moyangku yang digurus
Jadi padang golf yang wah
Bah !

(sumber: sajak perjuangan dan nyanyian tanah ari,


Oyon Sofyan Editor, hal.207)

 Bagaimana pikiran dan perasaan peserta sesudah mendengarkan puisi ini ?


 Peserta diajak mengungkapkan pendapat mereka. Mengapa Tanah-air
menjadi seperti yang digambarkan dalam puisi diatas ?
 Peserta diajak berbincang-bincang tentang kerusakan-kerusakan dalam
berbagai bidang seperti: politik, ekonomi, dan budaya.

Masukkan pendamping (kalau dianggap perlu)


 Puisi tadi melukiskan kehancuran negeri yang tercinta yang disebabkan oleh
orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
 Mereka ini adalah orang-orang yang sudah sangat tererosi semangat cinta
tanah-air, yang membuat mereka tidak peduli lagi pada kesejahteraan
bersama, sikap mereka lebih bersifat merusak daripada membangun.

Mendalami Kitab Suci


Membaca teks kitab suci Am. 5:7-13

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 8


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

5:7 Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh dan yang mengempaskan
kebenaran  ke tanah !  5:8 Dia yang telah membuat bintang kartika dan
bintang belantik,  yang mengubah kekelaman menjadi pagi  dan yang
membuat siang gelap seperti malam;  Dia yang memanggil air laut dan
mencurahkannya ke atas permukaan bumi--TUHAN itulah nama-Nya.  5:9 Dia
yang menimpakan kebinasaan atas yang kuat, sehingga kebinasaan  datang
atas tempat yang berkubu. 5:10 Mereka benci kepada yang memberi teguran
di pintu gerbang,  dan mereka keji kepada yang berkata dengan tulus ikhlas. 
5:11 Sebab itu, karena kamu menginjak-injak orang yang lemah  dan
mengambil pajak gandum dari padanya, --sekalipun kamu telah mendirikan
rumah-rumah dari batu pahat,  kamu tidak akan mendiaminya;  sekalipun
kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum
anggurnya.  5:12 Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan
dosamu  berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit,
yang menerima uang suap  dan yang mengesampingkan orang miskin  di pintu
gerbang.  5:13 Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada
waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat. 

 Peserta diberi kesempatan untuk memilih ayat-ayat yang berkesan dan


menjelaskan mengapa memilih ayat tersebut.
 Peserta selanjutnya menceritakan kepada siapa saja kecaman Nabi Amos
itu.
 Peserta diajak merenungkan apakah kecaman-kecaman Nabi Amos masih
relevan untuk jaman ini? Kira-kira bagaimana jika dibahasakan sesuai
dengan konteks jaman ini?
 Peserta akhirnya diminta untuk menceritakan kepincangan-kepincangan
dalam masyarakat di lingkungannya.

Doa Penutup
Ya Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang
beraneka ragam; Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta
bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Semoga kami
semua berusaha memelihara dan memajukannya. Semoga pemimpin bangsa
kami tekun membangun tanah air ini demi kemakmuran dan kesejahteraan
seluruh bangsa bukan untuk kepentingan golongan tertentu saja. Bantulah
mereka mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera
bukan menciptakan „Tsunami bangsa‟ sehingga rakyat semakin menderita.
Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan
kami. Amin.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 9


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

Lagu Penutup
Ibu Pertiwi

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 10


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

TEMA PERTEMUAN II :
MEMPERJUANGKAN KESEJAHTERAAN BERSAMA

Tujuan
Umat menyadari arti, makna dan tujuan politik.

Sumber Bahan
 Yeremia 29:7
 Dokumen Konsili II (GS 1)
 Nota Pastoral KWI 2003 ; Keadilan Sosial Bagi Semua
 Rm. Eddy Kristianto, OFM, Sakramen Politik

Lagu Pembukaan

Tanda Salib dan Salam


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin.
P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus
Kristus, besertamu.
U : Dan sertamu juga.

Pengantar (Pemikiran Dasar)


Politik adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan cara-cara dan
kebijakan pemerintah dalam mengatur Negara dan masyarakatnya. Politik
juga usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan dan
kesejahteraan umum. Bahkan bagi Gereja, politik adalah tanda dan sarana
keselamatan (bdk. Edy Kristianto OFM, Sakramen Politik). Prinsip utama Gereja
dalam berpolitik adalah seperti yang dikatakan bapak Kasimo; salus populi
suprema lex (kesejahteraan rakyat adalah hukum yang tertinggi).

Akan tetapi dalam kenyataan di tengah masyarakat kita, politik hanya


dipahami sebagai sarana untuk mempertahankan kekuasaan, atau menjadi
ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan
kepentingan diri dan kelompok. Rakyat sering kali hanya digunakan untuk
mendapatkan dan mempertahankan kepentingan dan kekuasaan sendiri.
Politik terasa semakin menyengsarakan rakyat, membuat banyak orang tidak

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 11


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

lagi percaya terhadap mereka yang memegang kendali pemerintahan dan


sumber daya ekonomi dan mengikis rasa tidak saling percaya diantara warga
terhadap sesamanya. Hasilnya banyak orang merasa masa bodoh terhadap
politik (bdk. Nota Pastoral KWI).

Pernyataan Tobat
P : Marilah kita memeriksa batin kita sejenak. (hening sejenak). Saya
mengaku….
U : kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya
telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan
kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh
sebab itu, saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para
malaikat dan orang kudus dan kepada Saudara sekalian, supaya
mendoakan saya pada Allah, Tuhan Kita. Amin.
P : Semoga Tuhan yang berbelaskasih mengampuni kita, membebaskan kita
dari dosa dan menganugerahkan hati yang bersih.
U : Amin.

Doa Pembukaan
Ya Bapa yang Mahacinta, pengasih dan penyayang, kami bersyukur kepada-Mu
karena Engkau telah memberikan kami kesempatan yang penuh rahmat ini
untuk lebih memahami kehidupan politik di tengah masyarakat kami. Hadirlah
ditengah kami dan terangilah kami dengan cahaya roh-Mu agar kami sanggup
melihat dan memahami politik sebagai upaya untuk memperjuangkan
kepentingan bersama bukan sebaliknya untuk kepentingan pribadi dan
kelompok. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kami yang
hidup dan berkuasa bersama Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini
dan sepanjang masa. Amin.

Mendalami cerita
Peserta diajak untuk membaca dan mendengarkan cerita tentang tokoh I.J.
Kasimo berikut ini:

Bapak Kasimo banyak jasanya bagi Gereja dan Negara Indonesia. Bersama
tokoh-tokoh nasional lainnya, ia turut meletakkan dasar dalam membangun
Negara kita. Dalam berpolitik, ia sangat mengutamakan kepentingan rakyat.
Mottonya yang terkenal ialah “Salus Populi Suprema Lex” (hukum yang
tertinggi adalah kesejahteraan rakyat). Dengan motto tersebut, Bapak

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 12


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

Kasimo selalu mengabdikan dirinya secara penuh bagi kepentingan bangsa dan
Negara.

Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono (1900 – 1 Agustus, 1986) adalah


salah seorang pelopor kemerdekaan Indonesia. Ia juga merupakan salah
seorang pendiri Partai Katolik Indonesia. Selain itu ia juga pernah menjabat
sebagai beberapa Menteri setelahIndonesia merdeka. Beliau memberi teladan
bahwa berpolitik itu pengorbanan tanpa pamrih. Berpolitik selalu memakai
beginsel atau prinsip yang harus dipegang teguh. Seperti yang disampaikan
oleh pemimpin umum harian Kompas, Jakob Oetama, beliau adalah salah satu
tokoh yang menjunjung tinggi motto salus populi supremalex, yang berarti
kepentingan rakyat, hukum tertinggi, yang merupakan cermin etika berpolitik
yang nyaris klasik dari tangan beliau.

Kasimo Hendrowahyono adalah salah satu pendiri partai politik Katholiek


Djawi yang lalu berubah nama menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek di
Djawa dan lalu menjadi Partai Politik Katolik Indonesia (PPKI). Sebagai anggota
PPKI, Kasimo diangkat menjadi anggota Volksraad antara tahun 1931 – 1942.
Ia ikut menandatangani petisi Soetardjoyang menginginkan kemerdekaan
Hindia-Belanda.

Pada masa kemerdekaan awal, PPKI yang dilarang oleh Jepang dihidupkan
kembali atas gagasan Kasimo dan berubah nama menjadi Partai Katolik
Republik Indonesia. Antara tahun 1947-1949 ia duduk sebagai Menteri Muda
Kemakmuran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, Menteri Persediaan Makanan

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 13


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

Rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II. Dalam kabinet peralihan atau
Kabinet Soesanto Tirtoprodjo ia juga menjabat sebagai menteri.
Karena perjuangannya, I.J Kasimo mendapat anugerah Bintang Ordo
Gregorius Agung dari Paus Yohanes Paulus II dan diangkat menjadi Kesatria
Komandator Golongan Sipil dari Ordo Gregorius Agung. Sementara oleh
Pemerintah Indonesia, beliau diangkat menjadi Pahlawan Nasional.

Walaupun ia mempunyai jasa dan pangkat, Bapak Kasimo selalu merasa bahwa
apa yang dibuatnya hanyalah tugas yang harus dijalankan untuk rakyat.
Sampai akhir hayatnya, ia tidak mau mengambil untung.

Pernah Bapak Kasimo jatuh sakit agak berat. Ia sebenarnya tidak mau di
bawa ke Belanda untuk berobat di sana. Mengingat jasa-jasanya, presiden
Suharto memerintahkan supaya seluruh biaya perawatan dan perjalan pergi
pulang ditanggung oleh Negara. Ia sangat berat hati menerima sumbangan
Negara ini. Katanya, “Negara kita sedang dalam situasi sulit akibat krisis!” ia
tak mau jasanya dibesar-besarkan.

 Peserta diajak sharing tentang bagaimana perasaan mereka sesudah


membaca dan mendengar kisah IJ Kasimo tadi.
 Apakah tokoh seperti Kasimo dapat kita temukan saat ini?
 Apa arti politik bagi Kasimo?
 Apaarti politik bagi peserta sendiri?

Masukan Pendamping ( kalau diperlukan)


Kita kagum dengan sikap dan motto hidup pak Kasimo. Ia melihat politik
sebagai pengabdian bagi kesejahteraan rakyat dan bukan untuk kepentingan
pribadi. Itulah sebenarnya politik. Tidak banyak orang yang bersikap seperti
pak Kasimo.

Dalam kenyataan, kita sangat cemas karena politik sering menjadi sarana
untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan atau menjadi ajang
pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan kepentingan diri
dan kelompok. Kepentingan ekonomi atau keuntungan finansial bagi pribadi
dan kelompok menjadi tujuan utama. Rakyat sering kali hanya digunakan
sebagai alat untuk mempertahankan kepentingan dan kekuasaan tersebut.
Terkesan tidak ada upaya serius untuk kesejahteraan bersama. Politik terasa
semakin menyengsarakan rakyat, membuat banyak orang tidak lagi percaya
terhadap mereka yang memegang kendali pemerintahan dan sumber daya

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 14


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

ekonomi dan mengikis rasa tidak saling percaya diantara warga terhadap
sesamanya.
Ke depan kita diajak untuk melaksanakan politik yang mengarah untuk
kesejahteraan umum. Kita perlu mengembalikan politik pada hakikatnya yang
sebenarnya yaitu politik demi kesejahteraan bersama.

Mendalami Kitab Suci dan Dokumen Gereja

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku buang, dan berdoalah


untuk kota itu kepada Tuhan sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu” (bdk.Yeremia 29:7)

GS 1: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman


sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga”.

Sebagai warganegara yang baik, umat Katolik memiliki kewajiban ikut terlibat
dalam memperjuangkan kebaikan umum (bonum commune) yang merupakan
tujuan politik (bdk. Kan. 747, § 2). Sebagai insan politik yang mengimani Kristus
sudah sepantasnya nilai-nilai Injili mewarnai cara berpolitik umat Katolik (bdk.
Kan. 747, § 1).

 Peserta diajak berbincang-bincang tentang ajakan diatas.


 Peserta lalu diajak menemukan pesan teks bagi dirinya dalam berpolitik.
 Peserta diajak untuk bisa melakukan sesuatu yang mengarah kepada
kepentingan umum dalam Lingkungan.
 Peserta diajak untuk bersama mendoakan kehidupan politik ditanah air.

Doa Penutup
Bapa yang maha kasih, kami bersyukur atas teladan dan perjuangan Bp Kasimo
dalam membangun negeri kami ini. Semoga kami yang telah mendengarkan
Sabda-Mu dapat meneladan cinta dan perjuangan Bp Kasimo di jaman ini
dengan berani ambil bagian dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Demi
Kristus Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa kini
dan sepanjang masa. Amin.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 15


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

TEMA PERTEMUAN III :


BERPOLITIK SEBAGAI PANGGILAN DAN PERUTUSAN

Tujuan
Umat menyadari bahwa politik itu adalah bagian dari panggilan dan perutusan
sebagai pengikut Kristus

Sumber Bacaan
 Dokumen konsili Vatikan II (GS 75)
 Katekismus Gereja Katolik No. 1905

Lagu Pembukaan

Tanda Salib dan Salam


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin.
P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus
Kristus, besertamu.
U : Dan sertamu juga.

Pengantar (Pemikiran Dasar)


Katekismus Gereja Katolik no. 1905 menegaskan bahwa usaha untuk
memperjuangkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan kodrat sosial
manusia. Tujuan dari politik itu sendiri adalah demi kesejahteraan umum.
Maka keterlibatan seseorang (kaum awam) dalam politik merupakan
panggilan. Keterlibatan itu disebabkan oleh dua alasan, yakni, pertama,
terdorong oleh rasa cinta akan bangsa dan oleh rasa tanggung jawab sebagai
warga negara demi memajukan kesejahteraan bersama (bonum publicum).
Kedua, untuk mengabdikan kecakapan dan bakat dalam politik tanpa
memperhitungkan kepentingan pribadi dan keuntungan materiil demi
terwujudnya kesejahteraan umum (bonum commune).

Sebagai orang Katolik, dasar pengabdian dan panggilan kita dalam berpolitik
adalah Yesus Kristus sendiri. Ia telah menunjukkan diri-Nya sebagai teladan
dalam membela kepentingan umum. Ia menyerahkan diri-Nya sampai sehabis-
habisnya bagi manusia. Yesus bergaul dengan semua kelompok manusia tanpa

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 16


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

membeda-bedakan; menentang kebijakan yang bertentangan dengan


kepentingan umum yang tidak memihak kepada kaum kecil; dan bahkan tidak
segan-segan memberikan nyawa-Nya sebagai taruhan pada korban politik
yang tidak sehat dari lawan-lawan-Nya. Itulah pribadi Kristus Sang Guru yang
menjadi prototipe politik bagi kita.

Pernyataan Tobat
P : Marilah kita memeriksa batin kita sejenak. (hening sejenak). Saya
mengaku….
U : kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya
telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan
kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh
sebab itu, saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para
malaikat dan orang kudus dan kepada Saudara sekalian, supaya
mendoakan saya pada Allah, Tuhan Kita. Amin.
P : Semoga Tuhan yang berbelaskasih mengampuni kita, membebaskan kita
dari dosa dan menganugerahkan hati yang bersih.
U : Amin.

Doa pembuka

Allah Bapa kami di surga. Kami bersyukur dan memuji Dikau karena berkat
Sakramen Baptis, kami dipanggil sebagai anak-anak-Mu, dan lewat Sakramen
Penguatan kami dimampukan untuk ikut terlibat menggarami dunia ini. Kami
mohon hadirlah dalam pertemuan ini agar apa yang kami bicarakan pada
kesempatan ini sehubungan dengan panggilan dan perutusan kami di dunia
politik, berjalan dengan baik dan membuahkan hasil demi kemuliaan nama-Mu
dan kebahagiaan kami sendiri. Kami mohon ini demi Kristus Tuhan dan
pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini
dan sepanjang masa. Amin.

Mendengarkan Cerita

Kisah Hidup Soekarno

Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno ini lahir di Surabaya, 6 Juni 1901
dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Saat kecil, Soekarno hanya tinggal
beberapa tahun bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat ia

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 17


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

tinggal di Surabaya. Ia melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School).


Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya.

Selepas lulus HBS tahun 1920, iapindah ke Bandung dan melanjutkan ke THS
(Technische Hoogeschool atau sekolah Tehnik Tinggi yang sekarang menjadi
ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.

Pada 4 Juli 1927 Soekarno mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Akibatnya, Belanda,
memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.
Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bung Karno muda begitu
bersemangat memperjuangkan kemerdekaan. Namun sejak dipenjara
komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus.

Delapan bulan kemudian ia baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul


“Indonesia Menggugat”, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930,
PNI pun dibubarkan.

Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno kembali ditangkap Belanda dan
dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke
Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang amat panjang, dan harus mengalami


beberapa kali dipenjara dan diasingkan, akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 18


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Ia pula


yang merumuskan Pancasila menjadi dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Soekarno menjadi presiden pertama dan wakilnya


adalah Bung Hatta. Soekarno adalah presiden yang mampu menyatukan
nusantara. Bahkan ia bisa menghimpun bangsa-bangsa di Asia dan Afrika
dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 yang kemudian
berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

 Peserta diajak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya sesudah


mendengar cerita diatas.
 Peserta diajak untuk berbincang-bincang; apakah kisah tokoh seperti ini
menggerakkan hati mereka untuk terpanggil mengabdi Tanah air?

Mendalami Dokumen Gereja GAUDIUM ET SPES 75


GS 75. Kerjasama Semua Orang Di Dalam Kehidupan Umum

Hendaknya semua warga mengingat, bahwa mereka memiliki hak dan


kewajiban untuk menggunakan hak suaranya yang bebas untuk memajukan
kepentingan umum. Gereja berpendapat bahwa layak diuji dan dihormati
karya mereka yang demi melayani manusia membaktikan diri pada
kepentingan Negara dan menerima beban tugas-tugas Negara. Agar kerjasama
para warga yang disertai dengan kesadaran terhadap tugas mencapai hasil
yang baik dalam kehidupan sehari-hari, dituntut suatu tata hukum yang positif.
Di dalam tata hukum itu diatur secara serasi pembagian tugas dan pranata dari
wewenang Negara dan perlindungan hak yang tepat guna yang tidak
merugikan siapa pun.

Semua orang Kristen hendaknya merasakan panggilannya yang khusus dan


khas di dalam masyarakat politik. Di dalamnya mereka harus menonjol dengan
teladannya, sejauh mereka terikat dengan tugas dan melayani pengembangan
kepentingan umum, sehingga mereka dapat membuktikan bagaimana
wewenang diserasikan dengan kebebasan. Pendidikan kewarganegaraan dan
pendidikan politik pada zaman ini sangat dibutuhkan oleh rakyat; terutama
bagi kaum muda, agar warga dapat berperanserta di dalam masyarakat politik.
Dengan keutuhan moral dan dengan bijaksana hendaknya mereka bertindak
melawan ketidakadilan dan penindasan melawan dominasi yang sewenang-
wenang serta sikap tidak toleran dari seseorang atau partai politik. Hendaknya

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 19


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

mereka membaktikan diri dengan ikhlas dan layak, dengan cinta kasih dan
keteguhan politik untuk kepentingan semua orang.

 Peserta diajak mengungkapkan pikiran dan perasaannya sesudah membaca


dan mendengar pembacaan dokumen tadi.
 Peserta diajak mengungkapkan kalimat-kalimat mana yang berkesan untuk
mereka sehubungan dengan perutusannya ditengah-tengah dunia.
 Peserta untuk berbincang-bincang tentang apa hubungan antara politik
dengan Kerajaan Allah.

Doa Penutup
Ya Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, terima kasih atas rahmat penyertaan-Mu
terhadap kami selama pertemuan ini sehingga kami dapat saling
mendengarkan dan meneguhkan. Semoga apa yang telah kami bicarakan dan
dengarkan bersama, dapat memberikan pencerahan budi bagi kami. Terpujilah
Dikau ya Tuhan, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
Amin.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 20


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

TEMA PERTEMUAN : IV
PERAN SERTA UMAT DI BIDANG POLITIK

Tujuan
Bersama peserta menyadari bahwa setiap warga Negara Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam bidang politik
sehingga mereka secara sadar dan aktif ikut membangun kesejahteraan
bersama.

Sumber Bahan
Matius 5 : 13 – 16

Lagu Pembukaan

Tanda Salib dan Salam


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin.
P : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus
Kristus, besertamu.
U : Dan sertamu juga.

Pangantar (Pemikiran Dasar)


Partisipasi/keterlibatan dalam kehidupan berpolitik merupakan panggilan yang
mendesak untuk diperhatikan. Orang katolik diharapkan menjadi “garam” dan
“terang” menjadi figur teladan yang memperjuangkan kebenaran - keadilan,
kejujuran-kedamaian. Perjuangan itu diharapkan menghasilkan kesejahteraan
bagi masyarakat umum. Untuk mencapai cita-cita ideal itu orang katolik tidak
harus bekerja sendiri, tetapi mesti membangun kerjasama lintas kelompok,
suku, agama demi menjawab kebutuhan masyarakat yang dicita-citakan.

Yesus mengajak para murid untuk berpartisipasi menegakkan nilai – nilai


kerajaan Allah yang dibawa-Nya agar terjadi perubahan. Mereka harus
menjadi “garam” dan “terang” dunia. Menjadi “garam” artinya seseorang
perlu berkorban untuk mengubah keadaan menjadi lebih “enak”. Menjadi
“terang” berarti seseorang perlu tampil di muka untuk menjadi teladan yang
bisa dilihat dan diikuti oleh orang lain. Dengan keteladanan dan pengorbanan,

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 21


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

partisipasi politik akan membawa pembaruan demi kesejahteraan masyarakat


banyak.

Pernyataan Tobat
P : Marilah kita memeriksa batin kita sejenak. (hening sejenak). Saya
mengaku….
U : kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya
telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan
kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh
sebab itu, saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para
malaikat dan orang kudus dan kepada Saudara sekalian, supaya
mendoakan saya pada Allah, Tuhan Kita. Amin.
P : Semoga Tuhan yang berbelaskasih mengampuni kita, membebaskan kita
dari dosa dan menganugerahkan hati yang bersih.
U : Amin.

Doa Pembuka
Ya Allah Bapa yang Mahapengasih dan Penyayang. Ketika menciptakan dunia
dengan segala isinya, Engkau menghendaki agar manusia ikut berperan serta
membangun dunia yang lebih baik. Engkau memberi manusia tugas untuk
mengolah dan menguasai dunia demi kehidupannya. Dengan itu Engkau
mengajar kami untuk ikut berperan serta dalam dunia politik. Semoga
pertemuan kami ini, mengobarkan semangat kami untuk semakin terlibat
dalam upaya menciptakan kesejahteraan umum. Demi Kristus Tuhan dan
Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dan Roh
Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Mendalami Tulisan
Untuk ikut menentukan jalannya politik, Gereja, dalam hal ini kaum awam
harus secara aktif terlibat dan ikut mewarnai dunia politik. Hanya dengan
terlibat secara aktif, Gereja ikut berperan mengubah dunia politik kearah yang
lebih baik. Keterlibatan secara aktif dalam dunia politik melalui perebutan
jabatan publik (legislatif dan eksekutif) memerlukan suatu strategi yang jitu.

Untuk mewujudkan perubahan tersebut di atas, setiap anggota Gereja perlu


berperan aktif sebagai “garam dan terang dunia”, sesuai tugas tanggungjawab,
situasi dan kemampuannya masing-masing, serta sesuai aturan yang berlaku.
Dalam hal ini semua anggota Gereja: kaum klerus, biarawan-biarawati dan
kaum awam dapat dan perlu memainkan peranannya sesuai hak dan

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 22


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

kewajibannya sebagai warga masyarakat/


negara dan serentak warga Gereja. Secara
khusus, kaum klerus serta biarawan dan
biarawati dapat berperan secara formatif dan
tidak langsung, yakni sebagai pembina,
pengawal dan pengontrol dunia politik;
sedangkan kaum awam berperan secara
praktis dan langsung, sebagai politisi,
pemimpin eksekutif dan birokrat.

Bila hal itu tidak dilakukan, maka nasib dan


masa depan kita akan ditentukan oleh orang
lain seperti yang dikatakan oleh Mgr. Soegijapranata kepada politikus Katolik
Indonesia I.J. Kasimo:  ''Jangan biarkan orang lain mengambil keputusan
mengenai nasibmu, tanpa kamu terlibat di dalamnya.'' Ini merupakan ajakan
kepada setiap orang beriman untuk peka akan kecemasan dan harapan,
penderitaan dan kegembiraan bangsa ini. Ini merupakan ajakan bagi segenap
insan Katolik untuk teribat secara aktif dalam dunia politik, ikut menentukan
masa depan diri dan bangsa. Menjadi orang Katolik Indonesia berarti 100 %
Katolik dan 100% Indonesia. (Rm I Ketut Adi Hardana, MSF)

Langkah Mendalami Kitab Suci.


Membaca Teks Kitab Suci dari Mat.5:13-16 untuk menerangi keterlibatan
peserta dalam politik.

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? Tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah
terang dunia. Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang disurga.

 Peserta diajak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka sesudah


membaca dan mendengar Injil di atas.
 Peserta diberi kesempatan untuk berbincang-bincang apakah mereka
sungguh merasa sebagai garam dan terang dilingkungannya.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 23


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

 Peserta diberi kesempatan untuk menemukan kerja nyata bagaimana


mereka bisa menjadi garam dan terang.

Masukan dari pendamping kalau dianggap perlu.


 Kita adalah pengikut Kristus yang hidup di tengah masyarakat. Untuk
mencapai kesejahteraan bersama, masyarakat kita telah diatur dalam suatu
tatanan politik tertentu. Sebagai orang Kristen, kita perlu terlibat namun
keterlibatankita perlu beda.
 Tampilan kita bagaikan “Garam dan Terang”. Di tengah masyarakat yang
kurang nyaman, kita perlu tampil sebagai sumber kenyamanan. Di tengah
masyarakat yang bimbang dan ragu kita perlu tampil sebagai pembawa
kepastian. Ketika tidak ada kedamaian kita perlu tampil sebagai pembawa
damai (lih. MB.156).
 Dalam situasi sekarang, pesan Yesus ini tetap relevan, sesuai dengan situasi
kita. Maka pesan Yesus ini perlu tetap menjadi pegangan hidup kita yakni
menjadi “Garam” yang tidak pernah tawar, yang tetap berguna bagi
masyarakat. Juga kehidupan kita tetap menjadi “Terang” yang harus tetap
bersinar/bercahaya agar orang melihat perbuatan kita yang baik dan
memuliakan Bapa di surga. Sebab kalau garam kita tawar dan terang kita
pudar bahkan padam, maka kita menjadi orang yang tidak berguna dalam
masyarakat.

Doa Penutup

Bapa di Surga, kami bersyukur atas Sabda-Mu yang baru saja kami dengar dan
renungkan. Bantulah kami masing-masing untuk mewujudkan panggilan kami
sebagai murid-murid Kristus Putra-Mu, Sang Sabda yang menjelma menjadi
manusia, agar kami sanggup menjadi garam dan terang dunia. Bantulah kami
untuk mewujudkan niat-niat baik kami, agar Kerajaan-Mu semakin dirasakan
oleh banyak orang di sekitar kami. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami,
yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 24


Bahan Pertemuan Lingkungan Bulan Panggilan Kebangsaan Agustus 2016

REKOMENDASI PROGRAM AKSI


RAPAT PLENO VII KOMISI KERASULAN AWAM KWI
Wisma Samadi Klender – Jakarta, 18 -21 April 2016

“Dari Konsolidasi Komitmen Menuju Konsolidasi Partisipasi”

NO BIDANG/PROGRAM TARGET HASIL


“Menata bersama” pelaku –  Persamaan persepsi
pelaksana – agen pastoral  Menyamakan komitmen
1. Gereja dalam ranah  Sinergitas
kemasyarakatan dan politik
(tata dunia)
 Terbentuk “komunitas” – paguyuban
pejabat publik Kristiani (bersama –
segmentatif – Kategorial
pendampingan dan
 Menjadikan “rasul awam” dibidang dan
Pemantapan spiritualitas dan
tempat kerjanya.
2 moralitas kristiani bagi
 Menjadikan pribadi pejabat publik yang
pejabat-pejabat publik dan
berintegritas.
Katolik.
 Menjadi “mitra” hirarki dlm merespon,
merumuskan sikap terhadap isyu-isyu
aktual dlm masyarakat.
 Adanya “bank data” kader Katolik
“Bank Data”, inventarisasi  Sesuai tingkatannya (nasional – daerah)
3 kader/tokoh nasional, daerah  Terbangun jalinan komunikasi-interaksi
(keuskupan-propinsi) antar kader Katolik.
 “sinergitas” – konsolidatif.
“Mempersiapkan kader” utk  Tersedianya kader Katolik yang siap
4 diutus dalam ranah publik dan “diutus” (kontestasi)
politik.
 Tersedianya kader-kader yang siap untuk
terjun dalam ranah kemasyarakatan dan
5 “Kaderisasi” politik.
 Tampilnya kader-kader yang mempunyai
pengaruh dalam masyarakat dan negara.
 Jumlah kader Katolik yg menjadi pejabat
Optimalisasi publik ( terutama: lageslatif dan eksekutif)
perolehan/menambah jumlah  Meminimalisir friksi (menghilangkan) antar
kader Katolik menduduki kader dan polarisasi umat yang
6
jabatan-jabatan publik/politik “mengganggu/mengancam” soliditas dan
dan strategis dalam ranah persekutuan umat.
masyarakat dan politik  Kotribusi Gereja (melalui kadernya) secara
lebih signifikan.

Komkat & Kerawam Keuskupan Agung Palembang Hal. 25

Anda mungkin juga menyukai