Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KAOLIN
Di susun oleh :
Kelompok 10
Kelas A
Fakultas Farmasi S1
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap
bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan
untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan
sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat
diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn tujuan
penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata
lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh
para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada
prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan
bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan, suspensi
juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin stabilitas suspensi
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien
sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kekurangan
suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya
perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau
perubahan temperatur.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan
untuk penggunaan oral. (Farmakope Indonesia IV Th. 1995)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Farmakope Indonesia III Th. 1979).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak
boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus segera terdispersii
kembali. (IMO)
Secara umum, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang
dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium
dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan
yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi
A. Metode Dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi
yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair.
Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal
ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada
permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob.
Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk
menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa
digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau
keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil.
Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan
gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa
juga digunakan Gom (pengental).
B. Metode Presipitasi
1. Metode presipitasi dengan bahan organik
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu
dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang
digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu
diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi
bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
2. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
3. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.
1. Zat aktif
2. Bahan tambahan
a. Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
b. Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
c. Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
d. Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
e. Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung
bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan
tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang. Pengawet yang sering
digunakan adalah metil atau propil paraben, asam benzoat, chlorbutanol,
dan senyawa ammonium.
f. Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam
galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
g. Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
h. Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan.
Misalnya asam sitrat.
i. Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc.
Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik),
bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).
1. Keuntungan
Baik digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul,
terutama anak-anak.
Homogenitas tinggi
Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
Kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
2. Kerugian
Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi
Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
Alirannya menyebabkan sukar dituang
Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis
yang diinginkan.
2.2 Kaolin
Kaolin adalah sejenis mineral yang kerap dijadikan obat-obatan. Secara alami, kaolin
berwujud seperti tanah liat. Setelah dicuci untuk menghilangkan pasir dan kotoran lainnya,
material ini digunakan untuk mengatasi diare sejak bertahun-tahun lalu.
2.3 Diare
Perut terasa mulas, Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan
berdarah, Mengalami dehidrasi, Pusing, lemas, dan kulit kering. Sebagian besar
diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang
berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.
12
Tanda : Hijau
Etiket sesuai dengan monografi
N
PARAMETER DATA
O
1. Pemerian Serbuk halus ; putih, putih keabuan; bau khas seperti lempung ; memiliki rasa seperti
lempung
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam dietil eter, etanol (95%), air, pelarut organic, asam encer dan
larutan alkali hidroksida.
3. pH 4,5 – 6,5
4. Indikasi Antidiare
5. Dosis Lazim 550 mg
6. Sediaan lazim dan 5 -125%
kadar
7. Stabilitas dan Stabil. Mudah terkontaminasi mikroorganisme seperti Bacilus antrachis, Clostridium
penyimpanan tetani dan Clostridium welchi. Kaolin dapat disterilisasi dengan pemanasan pada
temperatur lebih dari 160°C selama tidak lebih dari 1 jam. Ketika terbasahi oleh air,
kaolin akan berwarna lebih gelap dan berubah menjasi plastik harus disimpan dalam
wadah tertutup baik pada tempat yang kering dan sejuk.
8. Inkompatibilitas Amoksisilin, Ampisillin, Simetidin, digoksin, linkomisin, fenitoin dan
tetrasilkin.Alkaloida dan garam alkaloida diserap oleh kaolin.. Kecepatan penyerapan
klindamisin dipengaruhi oleh adanya kaolin (tapi bukan jumlah yang diserap).
9. Cara Pembuatan Pencampuran secara aseptis
No
PARAMETER DATA
.
Zat berbentuk serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih kekuningan, tidak
1. Pemerian
berbau, dan memiliki rasa seperti lendir.
2. Kelarutan Hampir sepenuhnya larut dalam 1 dari 20 air, membentuk larutan koloid viskos,
opalescent, yang mengalir dengan mudah dan asam untuk lakmus; praktis tidak larut
dalam alkohol atau dalam alkohol encer dan dalam pelarut organik lainnya. Ini larut
lebih mudah dalam air jika pertama dibasahi dengan alkohol, gliserol, atau sirup
sederhana, atau jika dicampur dengan 3 atau lebih sukrosa
3. Khasiat Penstabil
4. Inkompatibilitas Membentuk kompleks dengan CMC-Na
5. Stabilitas
Terlindung dari cahaya dan wadah tertutup baik
Penyimpanan
No PARAMETER
DATA
.
1. Pemerian Berbentuk serbuk atau granul ; warna putih sampai krem ; tidak berbau atau hampir
tidak berbau; tidak memiliki rasa.
2. Karakteristik lain
- Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol,
dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
0,52 g/cm3 atau 0,52 g/mL
2 - 10
- Bobot Jenis
- pH
3. Konsentrasi 0-5 – 2%
4. Stabilitas - Stabil pada range pH 2-10.
- Pengendapan terjadi pada pH dibawah 2.
- Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH di atas 10.
- Menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
- Stabil terhadap panas.
- Dapat disterililasikan dalam keadaan kering (160°C, 1 jam) tetapi akan terjadi
penurunan viskositas secara perlahan dan sifat larutan yang dibuat memburuk.
- Perlu penambahan antimikroba.
5. Inkompatibilitas CMC-Na adalah anionik maka OTT dengan kationik (akriflavine), gentian violet,
thiamin pharmagel A, germisida kuartener, hampir semua antibiotik, logam berat (Al,
Zn, Hg, Ag, Fe), larutan asam kuat, FeCl3, aluminium sulfat dan banyak elektrolit.
Membentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.
6. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan simpan ditempat sejuk
No
PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Serbuk putih; tidak berwarna; tidak berbau; dan memiliki rasa yang asam.
2. Kemurnian
- Kadar Bahan
Tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,1 %
Aktif
3. Kadar Penggunaan 0,5 - 1% untuk penggunaan oral
4. Karakteristik lain
- Kelarutan Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanolP sukar larut dalam
eter P.
5. Inkompatibilitas Asam sitrat tidak cocok dengan kalium tartat, alkali dan karbonat alkali tanah dan
bikarbonat, asetat dan sulfide, zat pengoksidasi, basa mengurai agen dan nitrat.
6. pH 4,5
7. Stabilitas dan
Dalam wadah tertutup baik dan simpan ditempat sejuk.
Penyimpanan
No
PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Serbuk, granul higroskopis putih; rasa khas manis; bau khas manis
2. Karakteristik Lain:
- Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, metanol dan asam asetat
3. pH 4,5 – 7
4.
Kadar penggunaan Sorbitol : sirupus simplex 30% b/v : 10% b/v ad 20-25% b/v total
5. Wadah dan
Dalam wadah tertutup rapat,di tempat sejuk
Penyimpanan
No PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Cairan jernih tak berwarna; rasa manis; tidak berbau.
2. Kelarutan Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam eter
3. OTT Dengan senyawa bentonite,Atropine, Mg Silikat, Talk, Sorbitol
4. Indikasi Sebagai zat tambahan ( pemanis )
5. Cara pemakaian Oral
6. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, di simpan di tempat yang sejuk.
penyimpanan
No
PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Berwarna putih ; memiliki bau tajam; rasa yang asam
2. Karakteristik lain
- Kelarutan Mudah larut dalam air (1:1,72); dalam ethanol 5% (1:1,7); dalam propilenglikol (1:1,8).
Agak sukar larut dalam kloroform; dalam minyak jagung. Sukar larut dalam aseton
(1:1000). Praktis tidak larut dalam benzene.
- pH Stabil pada pH 6,5 – 7.
3. Konsentrasi Penggunaan oral 0,05 - 0,2 %
4. Inkompatibilitas Surfaktan non-ionik dan plastis.
Stabilitas dan
5. Dalam wadah tertutup rapat dan simpan ditempat sejuk dan kering.
Penyimpanan
N
PARAMETER DATA
O
1. Pemerian Cairan jernih tak berwarna; tidak mempunyai rasa; tidak berbau.
2. Kelarutan Larut dengan semua jenis larutan
3. pH 5,0 – 7,0
4. OTT Logam alkali, Magn Oksida, Kalium Oksida, Garam anhidrat, bahan organik tertentu
dan Kal.Karbide
5. Cara Sterilisasi Autoklaf dan Filter membrane
6. Indikasi Sebagai zat pelarut
7. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan
No
PARAMETER DATA
.
1 Pemerian Bentuk hablur halus seperti jarum; Putih jingga kekuningan; Bau khas dan Rasa khas.
Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam etanol (95%), dalam
2. Kelarutan
eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam gliserol
3. Densitas 1,056 gr/cm3 , padat
Wadah dan
4. Dalam wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan kering.
Penyimpanan
5. Kegunaan Corrigen
Pemakaian Bahan
No Nama Bahan Fungsi Bahan % Pemakaian Per batch
% Lazim Per unit
(10 botol)
1. Kaolin Zat aktif 550 mg/tab 11% 11 g 110 g
2. Pektin Zat aktif/ Penstabil 20 mg/tab 0,4% 0,4 g 4g
3. PGA Suspending Agent 5 - 10 % 4,5% 4,5 g 45 g
4. Air PGA Air mucilago 1,5 x PGA 0,9% 6,75 g 67,5 g
5. Asam Sitrat Acidifier 0,5 - 0,1 % 0,1% 0,1 g 1g
6. Nipagin Pengawet 0,05 – 0,2 % 0,05% 0,05 g 0,5 g
7. Syrup simplex Pemanis 20 – 25 % 10% 10 g 100 g
8. Sorbitol Pemanis/wett.agt 15 – 20 % 15% 15 g 150 g
9. Vanilin Pengaroma q.s q.s 1g 10 g
Perhitungan
1. Kaolin = 550 mg ~ 0,55 gram
0,55 g / 5 mL x 100 mL = 11 g per 100 mL ~ 11 % b/v
2. Pektin = 20 mg ~ 0,02 gram
0,02 g / 5 mL x 100 mL = 0,4 g per 100 mL ~ 0,4 % b/v
3. PGA = 4,5 % b/v ~ 4,5 gram
Air PGA = 1,5 x 4,5 = 6,75 ml
4. Asam Sitrat = 0,1 % b/v ~ 0,1 gram
5. Kalium sorbat= 0,05% b/v ~ 0,05 gram
6. Syrupus Simplek = 10% v/v ~ 10 g
7. Sorbitol = 15%b/v ~ 15 g
8. Vanilin = 1 tetes/ 5ml x 100 ml = 20 tetes ~ 1 g
9. Air = 100 mL – (11 + 0,4 + 4,5 + 6,75 + 0,1 + 0,05 + 10+15+1)
= 100 mL – 48,8 = 51,2 mL
Prosedur Tetap
I. PERSIAPAN
1. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan, bersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan.
2. Sterilisasi alat-alat dan wadah yang akan digunakan.
3. Praktikan menyiapkan pembuatan sediaan.
4. Praktikan melakukan kegiatan
II. KEGIATAN PRODUKSI
1. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan jika diperlukan.
2. Penghalusan bahan aktif dan bahan tambahan jika diperlukan.
3. Uji ukuran partikel bahan aktif.
4. Pembuatan suspending agent.
5. Penambahan bahan basah.
6. Pencampuran bahan aktif dengan suspending agent.
7. Pengujian mutu sediaan.
8. Pengemasan.
No Instruksi Kerja
1 Tujuan :
Memperoleh hasil timbangan dari bahan dengan jumlah yang sesuai dengan formula
Bahan :
Kaolin
Pektin
PGA
Air PGA
Asam Sitrat
Nipagin
Sorbitol
Syrupus Symplex
Vanillin
Alat :
1. Timbangan
2. Spatel
Prosedur :
1. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan
a) Pilih wadah yang akan ditimbang
b) Siapkan wadah sesuai berat bahan
c) Beri label identitas untuk tiap bahan
Bahan :
Suspense Kaolin
Alat :
Alat – alat evaluasi Suspensi
Cara Kerja :
Organoleptis
Ambil sediaan 5 ml dari yang telah dibuat, lihat warna, bau, rasa dari sediaan
2 Volume sedimentasi
- Ambil suspensi 50 ml
- Masukkan kedalam gelas ukur
- Catat tinggi awal volume sedimentasi pada waktu tertentu
- Laju sedimentasi :
Hu = Volume endapan pada waktu tertentu
Ho = Volume awal suspensi keseluruhan
Rumus
Volume sedimentasi = Hu/Ho
3 Volume terpindahkan
1. Tuang kembali suspensi kedalam gelas ukur, lihat hasilnya apakah sesuai dengan
volume sebelumnya/volume yang ditentukan
2. Tulis hasil pengamatan pada tabel :
Perhitungan
80
- Hari ke 1 = = 0,8 ml
100 ml
85
- Hari ke 2 = = 0,85 ml
100 ml
90
- Hari ke 3 = = 0,9 ml
100 ml
90
- Hari ke 4 = = 0,9 ml
100 ml
90
- Hari ke 5 = = 0,9 ml
100 ml
kurva antara F (sumbu y) terhadap waktu (sumbu x)
Perhitungan
100
- Wadah 1 = x 100% = 100%
100 ml
98
- Wadah 2 = x 100 % = 98%
100 ml
97
- Wadah 3 = x 100 % = 97%
100 ml
100
- Wadah 4 = x 100 % = 110%
100 ml
100
- Wadah 5 = x 100% = 100%
100 ml
100
- Wadah 6 = x 100% = 100%
100 ml
110
- Wadah 7 = x 100% = 110%
100 ml
100
- Wadah 8 = x 100% = 100%
100 ml
95
- Wadah 9 = x 100% = 95%
100 ml
100
- Wadah 10 = x 100% = 100%
100 ml
4.1.6 Evaluasi Viskositas
Perhitungan
- 12,5 x 5 = 62,6
- 29 x 2 = 58
- 52 x 1 = 52
- 28,4 x 2 = 56,8
- 12,5 x 5 = 62,5
Grafik Viskositas
Viskositas
70
60
50
40
30
20
10
0
5 2 1 2 5
4.2 Pembahasan
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut yang terdispersi pada fase cair. Sediaan suspensi dapat diberikan secara oral dan
parenteral. Pada percobaan praktikum kali ini dibuat suspensi oral dengan metode disperse yang
dilakukan dengan menambahkan bahan aktif kedalam mucilago lalu di encerkan.. Selain itu juga
dilakukan evaluasi sediaan suspensi atau kontrol kualitas dengan Uji Organoleptis, Uji
Homogenitas, Uji BJ, Uji pH, Uji Sedimentasi, Uji Waktu Dispersi, Uji Volume terpindahkan.
Pada peracikan dengan komposisi formula yang mengandung bahan aktif kaolin sebagai zat
aktif sebanyak 11% yang berkhasiat sebagai anti diare dan ditambahkan pectin sebanyak 0,4%
sebagai zat aktif dan juga penstabil, pga-air sebagai mucilago, asam sitrat sebagai acidifer,
sorbitol dan sirupus simplex sebagai pemanis dan vanilin sebagai corrigent odoris. Formula pada
sediaan suspense ini termasuk suspensi deflokulasi. Karena formula ini tidak ada penambahan
zat AlCl3 yang berfungsi sebagai pembentuk flokulasi atau floculating agent. Suspensi
deflokulasi mempunyai sifat mengendap secara perlahan namun sulit untuk terdispersi kembali,
sehingga mudah terjadi cake.
Pembuatan suspensi umumnya ada dua metode, yaitu metode praesipitasi dan
dispersi.Setelah dilakukan pembuatan suspense dengan metode disperse, pada sediaan suspense
dilakukan pengujian mutu yang bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi yang digunakan
sudah tepat dan sesuai serta apakah sediaan yang kita buat itu sudah baik atau masih terdapat
banyak kekurangannya.
Kaolin / bolus alba merupakan zat aktif di dalam sediaan ini dibuat dalam bentuk suspensi
untuk digunakan secara oral dan pectin sebagai zat aktif sekaligus penstabil, fungsi atau zat
berkhasiat dari kaolin dapat mengobati diare serta peradangan pada kulit tertentu.
Evaluasi pertama yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis yaitu uji dengan
menggunakan panca indera yaitu meliputi pengamatan warna, bau dan rasa terhadap suspense
kaolin ini. Dari hasil evaluasi uji organoleptik ini terdapat hasil yang meliputi warnanya
berwarna putih, baunya khas bau vanili karena ditambahkan beberapa tetes vanili, dan memiliki
rasa yang manis karena penambahan sirupus simplex sebagai pemanis.
Selanjutnya evaluasi kedua yaitu evaluasi uji ph. Ph yang didapatkan yaitu 4,5-6,5 yang
merupakan ph aman untuk pencernaan. Dimana yang berdasarkan khasiat dari kaolin yaitu
sebagai anti diare.
Evaluasi ketiga yang dilakukan yaitu evaluasi bobot jenis, sesuai persyaratan bobot jenis
dari suspense kaolin yaitu < 1 g/cm3 yang merupakan syarat yang sudah tertera di syarat
farmakope untuk sediaan kaolin.
Evaluasi keempat yang dilakukan yaitu evaluasi volume sedimentasi yang merupakan
volume awal atau Vo . Perubahan volume di catat selama 5 hari tanpa pengadukan hingga tinggi
sedimentasi konstan atau tetap. Maka akan didapatkan volume akhir atau (V1). Volume
sedimentasi dapat ditemukan dengan menggunakan persamaan f = V1/Vo. Pada pengujian
volume sedimentasi pada sediaan suspense kaolin selama 5 hari dengan sediaan suspense dalam
botol yaitu 100ml, didapati pada hari ke-1 V1nya yaitu 80 ml maka pada hari ke 1 volume
sedimentasinya yaitu 0,8 ml, selanjutnya pada hari ke-2 V1nya yaitu 85 ml, maka pada hari ke 2
didapati hasil volume sedimentasinya yaitu 0,85 ml, sedangkan pada hari ke 3,4, dan 5 didapati
volume konstan atau volume akhir sedimentasinya yaitu 0,9 ml. Maka dalam sediaan suspense
kaolin volume konstan bisa dilihat dari hari ke3, yaitu 0,9 ml.
Evaluasi kelima yang dilakukan yaitu evaluasi volume terpindahkan dalam 10 wadah. Uji
ini bertujuan mengukur kesesuaian volume sediaan dengan yang tertulis pada etiket jika
dipindahkan dari wadah asli. Pada sediaan suspense kaolin di dalam etiket tercatat 100 ml.
Namun pada saat di uji volume terpindahkan dari 10 wadah menghasilkan hasil seperti berikut,
pada wadah 1,4,5,6,8 dan 10 menghasilkan volume tetap dari wadah asli sediaan suspense dan
tidak berkurang 100%. Namun pada wadah 2, 3 dan 9 terjadi pengurangan volumenya, namun
tidak melebihi sampai 95%. Sedangkan pada wadah 7 terjadi penambahan volume menjadi 110%
hal ini bisa saja terjadi mungkin karena ketidak telitian praktikan memasukkan jumlah sediaan ke
dalam botol.
Evaluasi terakhir yang dilakukan yaitu evaluasi viskositas yang bertujuan untuk
menentukan viskositas dan rheologi cairan newton maupun non newton. Uji viskositas yang
digunakan ialah menggunakan viskosimeter Brookfield pada beberapa harga kecepatan geser.
viskositas merupakan suatu sifat yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Uji
viskositas berguna untuk menentukan stabilitas fisik suspense. Pada pengujian viskositas ini,
menggunakan 1 putaran, disaat Rpm 60 dengan skala baca 52 dikalikan factor yang ada yaitu 1
maka viskositas suspense kaolin yaitu 52 dalam 1 kali putaran spindle.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan formulasi sediaan suspense kaolin ini dapat disimpulkan beberapa
bahasan seperti berikut :
1. Pembuatan sediaan suspense kaolin ini menggunakan bahan aktif kaolin yang berkhasiat
sebagai antidiare.
2. Formulasi yang digunakan yaitu :
Kaolin 11%
Pektin 0,4%
PGA 4,5%
Air untuk PGA 0,9%
Asam Sitrat 0,1%
Sirupus Simplex 0,05%
Sorbitol 10%
Vanillin 15%
Aqua dest ad 100 ml
3. Metode pembuatan suspense kaolin ini yang dilakukan dengan metode dispers yaitu
menambahkan bahan aktif kedalam mucilago lalu di encerkan.
4. Suspensi yang dibuat sebanyak 10 botol suspense kaolin dimana dalam satu botol berisi
100 ml. Sehingga dibuat suspense kaolin sebanyak 1000 ml per batch.
5. Suspensi kaolin ini termasuk suspense terflokulasi, yang artinya sedimen tidak
membentuk cake yang keras dan padat serta mudah terdispersi kembali seperti semula.
6. Evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis, evaluasi uji ph, evaluasi bobot jenis,
evaluasi viskositas, evaluasi volume terpindahkan, dan evaluasi sedimentasi.
7. Evaluasi organoleptis dengan memanfaatkan panca indra menghasilkan, bau yang khas
karena vanillin, rasa manis karena syrup simplex, dan warna putih.
8. Evaluasi pH menghasilkan 4,5-6,5 yang merupakan syarat ph sesuai dengan farmakope
dan kriteria ph pencernaan.
9. Evaluasi bobot jenis menghasilkan sesuai persyaratan bobot jenis dari suspense kaolin
yaitu < 1 g/cm3 yang merupakan syarat yang sudah tertera di syarat farmakope untuk
sediaan kaolin.
10. Evaluasi sedimentasi pada suspense kaolin menghasilkan volume konstan atau volume
akhir sedimentasinya yaitu 0,9 ml yang bisa dilihat dari hari ke3, yaitu 0,9 ml.
11. Pada evaluasi volume terpindahkan, dari 10 wadah hanya ada 3 wadah yang kurang
volumenya dari 100% volume suspense kaolin yaitu 100 ml. Namun pengurangan tidak
melibihi 95% sehingga masih dikatakan memenuhi persyaratan evaluasi volume
terpindahkan.
12. Evaluasi Viskositas pada suspense kaolin menghasilkan dalam penggunaan 1 putaran,
disaat Rpm 60 dengan skala baca 52 dikalikan factor yang ada yaitu 1 maka viskositas
suspense kaolin yaitu 52 dalam 1 kali putaran spindle.
13. Wadah yang digunakan yaitu botol coklat ukuran 100 ml dan diberikan etiket kocok
dahulu sebelum digunakan.
14. Nama sediaan suspense kaolin ini diberikan nama produk KAOKAO
5.2 Saran
Diharapkan semua mahasiswa/i untuk lebih banyak belajar mengenai suspensi mulai dari
cara kerja, metode apa saja dan juga uji yang berkaitan dengan suspensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anief., Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta
Allen, L. V., 2009,. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey,
P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation
INDIKASI
Untuk pengobatan simptomatik pada :
- Diare yang ringan
- Diare yang tidak diketahui sebabnya
KONTRA INDIKASI
Penderita dengan hambatan pada usus atau
Usus tersumbat
EFEK SAMPING
Kolik, Mual, dan Muntah.
DOSIS
Dewasa : 2 sendok takar setiap setelah BAB
Anak- anak : 1 sendok takar setiap setelah BAB
KEMASAN
Botol @ 100ml
No. Reg. : DBL 123456789 A1
PENYIMPANAN
Simpan di tempat yang sejuk dan gelap.