Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEMI SOLID

FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI

KAOLIN

Dosen : Putu Rika Veryanti, M.Farm-Klin., Apt.

Di susun oleh :

Kelompok 10

Mentari Arum Bening P.L - 18330093

Anggita Tyas Ramadhanti - 18330100

Dimas Yusuf Atthariq - 18330110

Rahmad Niki Saputro - 18330127

Kelas A

Fakultas Farmasi S1

Institut Sains dan Teknologi Nasional

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap
bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan
untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan
sering digunakan adalah suspensi.

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat
diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn tujuan
penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata
lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh
para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada
prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan
bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan, suspensi
juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin stabilitas suspensi
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien
sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kekurangan
suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya
perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau
perubahan temperatur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Rancangan Formula dan Pembuatan dari Sediaan Suspensi?
2. Bagaimana Proses Pembuatan dari Sediaan Suspensi ?
3. Bagaimana Evaluasi dari Sediaan Suspensi ?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Formula dan Pembuatan dari Sediaan Suspensi.
2. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Proses Pembuatan dari Sediaan Suspensi.
3. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Evaluasi dari sediaan Suspensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Suspensi

2.1.1 Definisi Suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan
untuk penggunaan oral. (Farmakope Indonesia IV Th. 1995)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Farmakope Indonesia III Th. 1979).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak
boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus segera terdispersii
kembali. (IMO)
Secara umum, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang
dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium
dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan
yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.

2.1.2 Macam-macam Sediaan Suspensi

A. Suspensi berdasarkan kegunaanya.


1. Suspensi oral, Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat  yang terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical, Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung
partikael-partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang
ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi tetes telinga, Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik, Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata
B. Suspensi berdasarkan istilah.
1. Susu, Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma, Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika
zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat
yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik.
3.  Lotio, Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian
pada kulit.
C. Suspensi berdasarkan sifatnya.
1. Suspensi deflokulasi 
 Ikatan antar partikel terdispersi kuat
 Partikel dispersi mudah mengendap
 Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
 Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
 Ikatan antar partikel terdispersi lemak
 Partikel dispersi mengendap secara perlahan
 Partikel dispersi susah terdispersi kembali
 Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

2.1.3 Persyaratan Sediaan Suspensi

A. Menurut FI edisi III adalah :


1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau
sedia   dituang
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
B. Menurut FI edisi IV adalah :
1. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
3. Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sediaan Suspensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :

1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi

2.1.5 Ciri-ciri Sediaan Suspensi

1. Terbentuk dua fase yang heterogen


2. Berwarna keruh
3. Mempunyai diameter partikel > 100 nm
4. Dapat disaring dengan kertas saring biasa
5. Akan memisah jika didiamkan

2.1.6 Metode Pembuatan Sediaan Suspensi

A. Metode Dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi
yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair.
Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal
ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada
permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob.
Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk
menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa
digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau
keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil.
Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan
gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa
juga digunakan Gom (pengental).
B. Metode Presipitasi
1. Metode presipitasi dengan bahan organik
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu
dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang
digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu
diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi
bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
2. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
3. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

2.1.7 Bentuk Suspensi yang Diinginkan

1. Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan


2. Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
3. Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang
terdeflokulasi.
4. Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan
sedimentasi.

2.1.8 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Suspensi

1. Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)


2. Pembahasan serbuk
3. Floatasi 
4. Pertumbuhan Kristal
5. Pengaruh gula
6. Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi

2.1.9 Komponen Sediaan Suspensi

1. Zat aktif
2. Bahan tambahan
a. Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
b. Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
c. Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
d. Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
e. Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung
bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan
tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang. Pengawet yang sering
digunakan adalah metil atau propil paraben, asam benzoat, chlorbutanol,
dan senyawa ammonium.
f. Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam
galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
g. Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
h.  Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan.
Misalnya asam sitrat.
i. Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc.
Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik),
bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).

2.1.10 Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Suspensi

1. Keuntungan
 Baik digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul,
terutama anak-anak.
 Homogenitas tinggi
 Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
 Kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
 Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
 Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
2. Kerugian
 Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi
 Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
 Alirannya menyebabkan sukar dituang
 Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
 Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
 Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis
yang diinginkan.

2.2 Kaolin

Kaolin adalah sejenis mineral yang kerap dijadikan obat-obatan. Secara alami, kaolin
berwujud seperti tanah liat. Setelah dicuci untuk menghilangkan pasir dan kotoran lainnya,
material ini digunakan untuk mengatasi diare sejak bertahun-tahun lalu.

2.3 Diare

2.3.1 Definisi Diare

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang


air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat
makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit.

2.3.2 Gejala dan Penyebab

Perut terasa mulas, Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan
berdarah, Mengalami dehidrasi, Pusing, lemas, dan kulit kering. Sebagian besar
diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang
berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.

2.3.3 Pengobatan dan Pencegahan

Penderita diare dapat meminum cairan elektrolit, guna mengganti cairan


tubuh yang hilang akibat diare. Selama terjadi diare, konsumsi makanan yang
lunak dan antibiotik atau obat anti diare. Untuk kondisi yang lebih serius, dokter
mungkin akan memberikan obat-obatan, seperti, Obat antibiotic, Obat pereda
nyeri, Obat yang dapat memperlambat gerakan usus.

Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan


diri dan makanan, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak
dimasak hingga matang. Dalam mengatasi diare, kaolin bekerja dengan cara
menyerap racun dan zat-zat lain dari usus. Kaolin juga membantu membentuk
atau memadatkan tinja yang cair dalam 1-2 hari. Namun, kaolin tidak bisa
mengurangi jumlah cairan yang kerap hilang saat diare. Kaolin tidak memiliki
kemampuan untuk melawan bakteri, sehingga tidak dianjurkan digunakan sebagai
satu-satunya pengobatan untuk menangani diare akibat bakteri.

2.4 Teori Sediaan Suspensi Kaolin

Kaolin adalah sejenis mineral yang kerap dijadikan obat-obatan. Untuk


menjadi bentuk obat biasanya kaolin dalam bidang farmasi dijadikan dalam
bentuk sediaan suspense. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Kaolin biasanya di buat dalam
bentuk suspense oral. Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,
dan ditujukan untuk penggunaan oral. Kaolin berkhasiat sebagai obat anti diare.
Dalam mengatasi diare, kaolin bekerja dengan cara menyerap racun dan zat-zat
lain dari usus. Kaolin juga membantu membentuk atau memadatkan tinja yang
cair dalam 1-2 hari. Namun, kaolin tidak bisa mengurangi jumlah cairan yang
kerap hilang saat diare. Kaolin tidak memiliki kemampuan untuk melawan
bakteri, sehingga tidak dianjurkan digunakan sebagai satu-satunya pengobatan
untuk menangani diare akibat bakteri.
BAB III

ALAT, BAHAN, METODE KERJA

3.1 Syarat Umum Sediaan Dasar

No Parameter Syarat Buku Referensi


Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut,
1. Suspensi
yang terdispersi dalam fase cair. Farmakope
Indonesia IV
2. Berat / Volume per unit ml/botol
3. Pemerian
Cair
- Bentuk
Memiliki warna
- Warna
Tidak berbau tengik Ilmu resep
- Bau
Memiliki rasa
- Rasa
Karakteristik Lain
- Viskositas 1800-2000 cps
- Bobot Jenis
- Sifat Aliran Pesudoplastis, tiksotropik Farmakope
4. - Kec. Sedimentasi V=0 Indonesia IV
- Homogenitas 85 ± 115 %
- Ukuran partikel 0,5 ± 1 µm
- Wadah penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

3.2 Syarat Sediaan Suspensi Kaolin

SEPSIFIKASI SEDIAAN SYARAT SYARAT


NO. PARAMETER SATUAN
YANG AKAN DI BUAT FARMAKOPE LAIN
Kadar Bahan 18,5% Tidak kurang dari 95,0%
Aktif dan tidak lebih dari
1
105,0% dari jumlah atau
kadar yg tertera di etiket.
Berat / Volume ml 100ml/botol 100ml/ botol
2
Per unit
Pemerian : -
Warna - Putih Putih
3 Bau - Bau Khas Bau Khas
Rasa - Rasa Khas Rasa Khas
Konsentrasi -
4 Karakteristik
Lain :
Viskositas 1800 – 2000 cps 1800 – 2000 cps
Berat Jenis < 1 g/cm3 < 1 g/cm3
Bersifat Tiksotropik Pseudoplastis, tiksotropik
Sifat Aliran Harus mudah dituang dan
dapat terdispersi kembali
Kec. V≈0 V≈0
Sedimentasi
Homogenitas 85 ± 115% 85 ± 115%
Ukuran Partikel 0,5 ± 1 µm 0,5 ± 1 µm
Tipe Suspensi flokulasi Flokulasi
Kekentalan suspensi yang tidak Kekentalan suspensi tidak -
5 Viskositas cps terlalu tinggi agar mudah terlalu tinggi agar mudah
dikocong dan dituang untuk dikocok dan dituang
Volume 100ml
6 ml
terpindahkan
7 Stabilitas Stabil
8 Indikasi Antidiare
- Kaolin (FI IV Hal)
- Pectin (Pulvis Gummi
acaciae) (FI IV Hal)
- CMC Na (Propil paraben) (FI
IV Hal )
- Asam Sitrat (Metil Paraben)
(FI IV hal 551)
9 Komponen
- Sorbitol (Minyak jeruk) (FI
III Hal 452)
- Sirupus Simplex (FI III hal
567)
- Kalium Sorbat (FI III hal 96)
- Aqua Destilata
- Vanilium
Wadah dan Wadah tertutup dan kedap
10
penyimpanan udara, terlindung dari cahaya
Bentuk wadah Tertutup dan terhindar dari
11
panas (Botol coklat)
Penandaan Logo :

12
Tanda : Hijau
Etiket sesuai dengan monografi

3.3 Data Praformulasi Sediaan Suspensi Kaolin


3.3.1 Data Praformulasi Bahan Aktif Sediaan Suspensi Kaolin

 Nama Bahan Aktif : Kaolin (Bolus Alba) ( FI IV HAL 631 )

N
PARAMETER DATA
O
1. Pemerian Serbuk halus ; putih, putih keabuan; bau khas seperti lempung ; memiliki rasa seperti
lempung
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam dietil eter, etanol (95%), air, pelarut organic, asam encer dan
larutan alkali hidroksida.
3. pH 4,5 – 6,5

4. Indikasi Antidiare
5. Dosis Lazim 550 mg
6. Sediaan lazim dan 5 -125%
kadar
7. Stabilitas dan Stabil. Mudah terkontaminasi mikroorganisme seperti Bacilus antrachis, Clostridium
penyimpanan tetani dan Clostridium welchi. Kaolin dapat disterilisasi dengan pemanasan pada
temperatur lebih dari 160°C selama tidak lebih dari 1 jam. Ketika terbasahi oleh air,
kaolin akan berwarna lebih gelap dan berubah menjasi plastik harus disimpan dalam
wadah tertutup baik pada tempat yang kering dan sejuk.
8. Inkompatibilitas Amoksisilin, Ampisillin, Simetidin, digoksin, linkomisin, fenitoin dan
tetrasilkin.Alkaloida dan garam alkaloida diserap oleh kaolin.. Kecepatan penyerapan
klindamisin dipengaruhi oleh adanya kaolin (tapi bukan jumlah yang diserap).
9. Cara Pembuatan Pencampuran secara aseptis

3.3.2 Data Praformulasi Bahan Tambahan Sediaan Suspensi Kaolin

 Nama Bahan Tambahan : Pectin ( FI IV HAL 631 )

No
PARAMETER DATA
.
Zat berbentuk serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih kekuningan, tidak
1. Pemerian
berbau, dan memiliki rasa seperti lendir.
2. Kelarutan Hampir sepenuhnya larut dalam 1 dari 20 air, membentuk larutan koloid viskos,
opalescent, yang mengalir dengan mudah dan asam untuk lakmus; praktis tidak larut
dalam alkohol atau dalam alkohol encer dan dalam pelarut organik lainnya. Ini larut
lebih mudah dalam air jika pertama dibasahi dengan alkohol, gliserol, atau sirup
sederhana, atau jika dicampur dengan 3 atau lebih sukrosa
3. Khasiat Penstabil
4. Inkompatibilitas Membentuk kompleks dengan CMC-Na
5. Stabilitas
Terlindung dari cahaya dan wadah tertutup baik
Penyimpanan

 Nama Bahan Tambahan : CMC Na ( Penambah Viskositas ) ( FI IV HAL 631 )

No PARAMETER
DATA
.
1. Pemerian Berbentuk serbuk atau granul ; warna putih sampai krem ; tidak berbau atau hampir
tidak berbau; tidak memiliki rasa.

2. Karakteristik lain
- Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol,
dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
0,52 g/cm3 atau 0,52 g/mL
2 - 10
- Bobot Jenis
- pH
3. Konsentrasi 0-5 – 2%
4. Stabilitas - Stabil pada range pH 2-10.
- Pengendapan terjadi pada pH dibawah 2.
- Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH di atas 10.
- Menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
- Stabil terhadap panas.
- Dapat disterililasikan dalam keadaan kering (160°C, 1 jam) tetapi akan terjadi
penurunan viskositas secara perlahan dan sifat larutan yang dibuat memburuk.
- Perlu penambahan antimikroba.
5. Inkompatibilitas CMC-Na adalah anionik maka OTT dengan kationik (akriflavine), gentian violet,
thiamin pharmagel A, germisida kuartener, hampir semua antibiotik, logam berat (Al,
Zn, Hg, Ag, Fe), larutan asam kuat, FeCl3, aluminium sulfat dan banyak elektrolit.
Membentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.
6. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan simpan ditempat sejuk

 Nama Tambahan : Asam Sitrat ( Acidifier ) ( FI IV HAL 631 )

No
PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Serbuk putih; tidak berwarna; tidak berbau; dan memiliki rasa yang asam.
2. Kemurnian
- Kadar Bahan
Tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,1 %
Aktif
3. Kadar Penggunaan 0,5 - 1% untuk penggunaan oral
4. Karakteristik lain
- Kelarutan Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanolP sukar larut dalam
eter P.

5. Inkompatibilitas Asam sitrat tidak cocok dengan kalium tartat, alkali dan karbonat alkali tanah dan
bikarbonat, asetat dan sulfide, zat pengoksidasi, basa mengurai agen dan nitrat.
6. pH 4,5
7. Stabilitas dan
Dalam wadah tertutup baik dan simpan ditempat sejuk.
Penyimpanan

 Nama Tambahan : Sorbitol ( Wetting Agent / Saporis ) ( FI IV HAL 631 )

No
PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Serbuk, granul higroskopis putih; rasa khas manis; bau khas manis
2. Karakteristik Lain:
- Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, metanol dan asam asetat

3. pH 4,5 – 7
4.
Kadar penggunaan Sorbitol : sirupus simplex 30% b/v : 10% b/v ad 20-25% b/v total
5. Wadah dan
Dalam wadah tertutup rapat,di tempat sejuk
Penyimpanan

 Nama Tambahan : Sirupus Simplex ( Corrigens Saporis ) ( FI III HAL 567 )

No PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Cairan jernih tak berwarna; rasa manis; tidak berbau.
2. Kelarutan Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam eter
3. OTT Dengan senyawa bentonite,Atropine, Mg Silikat, Talk, Sorbitol
4. Indikasi Sebagai zat tambahan ( pemanis )
5. Cara pemakaian Oral
6. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, di simpan di tempat yang sejuk.
penyimpanan

 Nama Tambahan : Kalium Sorbat ( Pengawet ) ( FI III HAL 567 )

No
PARAMETER DATA
.
1. Pemerian Berwarna putih ; memiliki bau tajam; rasa yang asam
2. Karakteristik lain
- Kelarutan Mudah larut dalam air (1:1,72); dalam ethanol 5% (1:1,7); dalam propilenglikol (1:1,8).
Agak sukar larut dalam kloroform; dalam minyak jagung. Sukar larut dalam aseton
(1:1000). Praktis tidak larut dalam benzene.
- pH Stabil pada pH 6,5 – 7.
3. Konsentrasi Penggunaan oral 0,05 - 0,2 %
4. Inkompatibilitas Surfaktan non-ionik dan plastis.
Stabilitas dan
5. Dalam wadah tertutup rapat dan simpan ditempat sejuk dan kering.
Penyimpanan

 Nama Bahan Tambahan : Aqua Destilata (FI III HAL 96 )

N
PARAMETER DATA
O
1. Pemerian Cairan jernih tak berwarna; tidak mempunyai rasa; tidak berbau.
2. Kelarutan Larut dengan semua jenis larutan
3. pH 5,0 – 7,0
4. OTT Logam alkali, Magn Oksida, Kalium Oksida, Garam anhidrat, bahan organik tertentu
dan Kal.Karbide
5. Cara Sterilisasi Autoklaf dan Filter membrane
6. Indikasi Sebagai zat pelarut
7. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan

 Nama Bahan Tambahan : Vanilium (FI III HAL 96 )

No
PARAMETER DATA
.
1 Pemerian Bentuk hablur halus seperti jarum; Putih jingga kekuningan; Bau khas dan Rasa khas.
Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam etanol (95%), dalam
2. Kelarutan
eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam gliserol
3. Densitas 1,056 gr/cm3 , padat
Wadah dan
4. Dalam wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan kering.
Penyimpanan
5. Kegunaan Corrigen

3.4 Formulia Pemecahan Masalah Sediaan Suspensi Kaolin

No RUMUSAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Keputusan


MASALAH KOMPONEN PROSES PENGAWASAN
MUTU
1 Apa medium Air Air. Zat tidak larut dalam air
pembawa yang maka akan ada endapan dalam
cocok untuk zat? suspensi
2 Bagaimana agar Kaolin Milling Dilakukan milling dengan
ukuran partikel Lumpang lumpang. Karena semakin kecil
sesuai dengan ukuran partikel, viskositas
yang meningkat dan sifat alir menjadi
diinginkan? bagus.
-0,5 mm sampai
10 mm
3 Bagaimana zat Suspending Pembuatan Penambahan suspending agent
aktif dapat Agent Suspending dan pembasahan zat aktif oleh
terdispersi - PGA Agent dan sorbitol. Karena zat aktif akan
dalam cairan - - AIR 1,5 x PGA Pembasahan lebih mudah terdipersi dengan
pembawa? Sorbitol Zat Aktif bantuan pembasah (sorbitol) dan
oleh Sorbitol dapat terdipersi dalam cairan
pembawa dengan bantuan
suspending agent (PGA).
4 Bagaimana cara CMC-Na Penambahan Uji Viskositas Penambahan CMC-Na dan PGA.
membuat PGA CMC-Na Karena viskositas
suspensi yang meningkat/bagus dan sudut
tidak cepat kontak menjadi lebih kecil
mengendap? sehinggga suspensi akan lama
mengedap.
5 Bagaimana agar Membuat Uji Viskositas Suspensi flokulasi. Karena bila
suspensi dapat suspensi nilai rpm tidak berhimpitan pada
memiliki sifat flokulasi grafik maka bersifat tiksotrofi
alir tiksotropik? (pseudoplastis), dimaksudkan agar
mudah dituang.
6 Bagaimana - CMC-Na Pencampuran Uji Viskositas Penambahan mucilago CMC-Na,
membuat - Sorbitol sorbitol dan PGA. Karena bahan-
viskositas agar - PGA bahan ini dapat meningkat
tetap stabil? viskositas sehingga suspensi
menjadi stabil.
7 Bagaimana agar Asam Sitrat Pencampuran Uji pH Penambahan asam sitrat. Karena
pH sediaan tetap Buffer Fosfat fungsi sebagai pendapar yang
stabil pada 5 – akan mempengaruhi buffer pH,
7? digunakan apabila pH lebih dari 7.
8 Bagaimana agar Kalium Sorbat Pencampuran Penambahan pengawet Kalium
suspensi tetap Sorbat. Karena sediaan
stabil secara mengunakan medium air maka
mikrobiologi? perlu pengawet agar tidak tumbuh
mikroba dan kalium sorbat aman
untuk dikonsumsi.
9 Bagaimana agar - Sirupus Pencampuran Sirupus simplex, sorbitol, vanilin.
rasa dan aroma simplex Karena sediaan suspensi secara
enak sehingga - Sorbitol oral maka perlu perbaikan rasa
nyaman - Vanilin. dan aroma agar nyaman
dimulut? dikonsumsi.
10 Bagaimana Aqua destilata Penambahan Penambahan aqua dest. Ad 100
menentukan aqua dest. Ad ml. karena mempengaruhi
volume yang 100 ml pemakaian obat dalam sehari.
cocok untuk
pemakaian?
- 25 ml
- 50 ml
- 100 ml
11 Bagaimana Penandaan pada Etiket Bulat berwarna hijau karena obat
menentukan etiket / bersifat tidak keras dan bebas di
penandaan atau brosurdalam pasaran tanpa resep dari dokter.
penggolongan kemasan
sediaan suspensi digunakan
kaolin?
K

3.5 Komponen Umum Sediaan Suspensi Kaolin


Suspensi yang dibuat sebanyak 10 botol suspense kaolin dimana dalam satu botol
berisi 100 ml. Sehingga dibuat suspense kaolin sebanyak 1000 ml per batch.

Pemakaian Bahan
No Nama Bahan Fungsi Bahan % Pemakaian Per batch
% Lazim Per unit
(10 botol)
1. Kaolin Zat aktif 550 mg/tab 11% 11 g 110 g
2. Pektin Zat aktif/ Penstabil 20 mg/tab 0,4% 0,4 g 4g
3. PGA Suspending Agent 5 - 10 % 4,5% 4,5 g 45 g
4. Air PGA Air mucilago 1,5 x PGA 0,9% 6,75 g 67,5 g
5. Asam Sitrat Acidifier 0,5 - 0,1 % 0,1% 0,1 g 1g
6. Nipagin Pengawet 0,05 – 0,2 % 0,05% 0,05 g 0,5 g
7. Syrup simplex Pemanis 20 – 25 % 10% 10 g 100 g
8. Sorbitol Pemanis/wett.agt 15 – 20 % 15% 15 g 150 g
9. Vanilin Pengaroma q.s q.s 1g 10 g

 Perhitungan
1. Kaolin = 550 mg ~ 0,55 gram
0,55 g / 5 mL x 100 mL = 11 g per 100 mL ~ 11 % b/v
2. Pektin = 20 mg ~ 0,02 gram
0,02 g / 5 mL x 100 mL = 0,4 g per 100 mL ~ 0,4 % b/v
3. PGA = 4,5 % b/v ~ 4,5 gram
Air PGA = 1,5 x 4,5 = 6,75 ml
4. Asam Sitrat = 0,1 % b/v ~ 0,1 gram
5. Kalium sorbat= 0,05% b/v ~ 0,05 gram
6. Syrupus Simplek = 10% v/v ~ 10 g
7. Sorbitol = 15%b/v ~ 15 g
8. Vanilin = 1 tetes/ 5ml x 100 ml = 20 tetes ~ 1 g
9. Air = 100 mL – (11 + 0,4 + 4,5 + 6,75 + 0,1 + 0,05 + 10+15+1)
= 100 mL – 48,8 = 51,2 mL

3.6 Rancangan Formulasi Suspensi Kaolin

Nama Produk : ® KAOKAO


Jumlah Produk : 1 botol @ 100 ml
Tanggal Produksi : 2 Juli 2020
No. Reg : DBL 123456789 A1
No. Batch : 987654321
Komposisi Tiap 100 ml Suspensi Kaolin Mengandung :
Kaolin 11%
Pektin 0,4%
PGA 4,5%
Air untuk PGA 0,9%
Asam Sitrat 0,1%
Sirupus Simplex 0,05%
Sorbitol 10%
Vanillin 15%
Aqua dest ad 100 ml

3.7 Pengawasan Mutu Sediaan Suspensi Kaolin

NO. PARAMETER YANG DIUJI SATUAN CARA PEMERIKSAAN


1. Uji Organoleptis Uji Organoleptis
2. Ph IK Uji Ph sediaan
3. Volume terpindahkan mL IK Uji Volume terpindahkan
4. Uji BJ mL IK Uji BJ
5. Uji Sedimentasi mL IK Uji Sedimentasi
6. Uji Waktu Terdispersi Det IK Uji waktu terdispersi
7. Uji Homogenitas IK Uji Homogenitas

3.8 Prosedur Tetap Pembuatan Sediaan Suspensi

Prosedur Tetap

I. PERSIAPAN
1. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan, bersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan.
2. Sterilisasi alat-alat dan wadah yang akan digunakan.
3. Praktikan menyiapkan pembuatan sediaan.
4. Praktikan melakukan kegiatan
II. KEGIATAN PRODUKSI
1. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan jika diperlukan.
2. Penghalusan bahan aktif dan bahan tambahan jika diperlukan.
3. Uji ukuran partikel bahan aktif.
4. Pembuatan suspending agent.
5. Penambahan bahan basah.
6. Pencampuran bahan aktif dengan suspending agent.
7. Pengujian mutu sediaan.
8. Pengemasan.

3.9 Instruksi Kerja

3.9.1 Instruksi Kerja Pembuatan Sediaan Suspensi Kaolin

No Instruksi Kerja
1 Tujuan :
Memperoleh hasil timbangan dari bahan dengan jumlah yang sesuai dengan formula

Bahan :
Kaolin
Pektin
PGA
Air PGA
Asam Sitrat
Nipagin
Sorbitol
Syrupus Symplex
Vanillin

Alat :
1. Timbangan
2. Spatel

Prosedur :
1. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan
a) Pilih wadah yang akan ditimbang
b) Siapkan wadah sesuai berat bahan
c) Beri label identitas untuk tiap bahan

No Bahan Fungsi % Teoritis Realita


1 Kaolin Zat aktif 11% 11 g 110 g
2 Pektin Penstabil 0,4% 0,4 g 4g
3 PGA Suspending 4,5% 4,5 g 4,5 g
agent
4 Air PGA Air 0,9% 6,75 g 67,5 g
mucilage
5 Sirupus Pemanis 10% 10 g 100 g
simplex
6 Asam sitrat Acidifier 0,1% 0,1 g 1g
7 Sorbitol Pemanis 15% 15 g 150 g
8 Vanillin Pengaroma 1% 1g 10 g
9 Nipagin Pengawet 0,05% 0,05 g 0,5 g
2
Pembuatan sediaan suspensi kaolin
 Alat : mortir, stamfer, botol kaca, batang pengaduk
 Bahan : kaolin, pektin, Nipagin, PGA, asam sitrat , Sirupus simplex, Aqua destilata, vanillin sorbitol
 Prosedur :
1. Asam sitrat dilarutkan dalam air.
2. Nipagin dilarutkan dalam air panas, dinginkan.
3. Kaolin dan pektin gerus halus hingga homogen campurkan dengan mucilage PGA
4. Masukan larutan asam sitrat ad homogen
5. Masukan nipagin sedikit demi sedikit gerus ad homogen
6. Sirupus symplex masukan sedikit demi sedikit ad homogen
7. Vanillin dilarutkan, dimasukkan kedalam mortir digerus ad homogen
8. Suspense dimasukkan kedalam botol ad 100 ml/botol.

3.9.2 Instruksi Kerja Pengujian Mutu Sediaan Suspensi Kaolin

No. Instruksi Kerja


1 Tujuan :
Memastikan bahwa suspensi yang telah dihasilkan memenuhi kriteria dan syarat yang
telah ditetapkan.

Bahan :
Suspense Kaolin

Alat :
Alat – alat evaluasi Suspensi

Cara Kerja :
Organoleptis
Ambil sediaan 5 ml dari yang telah dibuat, lihat warna, bau, rasa dari sediaan

2 Volume sedimentasi
- Ambil suspensi 50 ml
- Masukkan kedalam gelas ukur
- Catat tinggi awal volume sedimentasi pada waktu tertentu
- Laju sedimentasi :
Hu = Volume endapan pada waktu tertentu
Ho = Volume awal suspensi keseluruhan
Rumus
Volume sedimentasi = Hu/Ho

3 Volume terpindahkan
1. Tuang kembali suspensi kedalam gelas ukur, lihat hasilnya apakah sesuai dengan
volume sebelumnya/volume yang ditentukan
2. Tulis hasil pengamatan pada tabel :

4 Penetapan bobot jenis


- Timbang piknometer kosong
- Timbang piknometer berisi sediaan

Berat piknometer isi−Berat piknometer kosong


BJ=
Volume piknometer
5 Penentuan pH sediaan
1. Masukkan sediaan kedalam beaker glass.
2. Ukur pH dengan menggunakan pH indikator.
3. Tulis hasil pengamatan pada tabel
Kriteria pH : 5-7
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Evaluasi Suspensi Kaolin

4.1.1 Evaluasi Organoleptis Suspensi Kaolin

Identifikasi Hasil Sesuai Persyaratan


Bau Bau tengik
Warna Memiliki warna
Rasa Memiliki rasa

4.1.2 Evaluasi pH Sediaan Suspensi Kaolin

Kriteria Sesuai Persyaratan


pH 4,5-6,5

4.1.3 Evaluasi Bobot Jenis

Bobot Jenis Sesuai Persyaratan


< 1g/cm3

4.1.4 Evaluasi Volume Sedimentasi

Volume sediaan suspense dalam 1 botol adalah 100 ml (V0)


Hari ke- Volume Endapan (ml) Volume Sedimentasi
V1
1 80 0,8 ml
2 85 0,85 ml
3 90 0,9 ml
4 90 0,9 ml
5 90 0,9 ml

 Perhitungan
80
- Hari ke 1 = = 0,8 ml
100 ml
85
- Hari ke 2 = = 0,85 ml
100 ml
90
- Hari ke 3 = = 0,9 ml
100 ml
90
- Hari ke 4 = = 0,9 ml
100 ml
90
- Hari ke 5 = = 0,9 ml
100 ml
 kurva antara F (sumbu y) terhadap waktu (sumbu x)

4.1.5 Evaluasi Volume Terpindahkan

Wadah Voume (ml) Presentase (%)


1 100 100
2 98 98
3 97 97
4 100 100
5 100 100
6 100 100
7 110 110
8 100 100
9 95 95
10 100 100

 Perhitungan
100
- Wadah 1 = x 100% = 100%
100 ml
98
- Wadah 2 = x 100 % = 98%
100 ml
97
- Wadah 3 = x 100 % = 97%
100 ml
100
- Wadah 4 = x 100 % = 110%
100 ml
100
- Wadah 5 = x 100% = 100%
100 ml
100
- Wadah 6 = x 100% = 100%
100 ml
110
- Wadah 7 = x 100% = 110%
100 ml
100
- Wadah 8 = x 100% = 100%
100 ml
95
- Wadah 9 = x 100% = 95%
100 ml
100
- Wadah 10 = x 100% = 100%
100 ml
4.1.6 Evaluasi Viskositas

Spindel Rpm Skala Faktor Viskositas (cps)


(skala x faktor)
1 12 12,5 5 62,5
1 30 29 2 58
1 60 52 1 52
1 30 28,4 2 56,8
1 12 12,5 5 62,5

 Perhitungan
- 12,5 x 5 = 62,6
- 29 x 2 = 58
- 52 x 1 = 52
- 28,4 x 2 = 56,8
- 12,5 x 5 = 62,5
 Grafik Viskositas
Viskositas
70

60

50

40

30

20

10

0
5 2 1 2 5

4.2 Pembahasan

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut yang terdispersi pada fase cair. Sediaan suspensi dapat diberikan secara oral dan
parenteral. Pada percobaan praktikum kali ini dibuat suspensi oral dengan metode disperse yang
dilakukan dengan menambahkan bahan aktif kedalam mucilago lalu di encerkan.. Selain itu juga
dilakukan evaluasi sediaan suspensi atau kontrol kualitas dengan Uji Organoleptis, Uji
Homogenitas, Uji BJ, Uji pH, Uji Sedimentasi, Uji Waktu Dispersi, Uji Volume terpindahkan.

Pada peracikan dengan komposisi formula yang mengandung bahan aktif kaolin sebagai zat
aktif sebanyak 11% yang berkhasiat sebagai anti diare dan ditambahkan pectin sebanyak 0,4%
sebagai zat aktif dan juga penstabil, pga-air sebagai mucilago, asam sitrat sebagai acidifer,
sorbitol dan sirupus simplex sebagai pemanis dan vanilin sebagai corrigent odoris. Formula pada
sediaan suspense ini termasuk suspensi deflokulasi. Karena formula ini tidak ada penambahan
zat AlCl3 yang berfungsi sebagai pembentuk flokulasi atau floculating agent. Suspensi
deflokulasi mempunyai sifat mengendap secara perlahan namun sulit untuk terdispersi kembali,
sehingga mudah terjadi cake.

Pembuatan suspensi umumnya ada dua metode, yaitu metode praesipitasi dan
dispersi.Setelah dilakukan pembuatan suspense dengan metode disperse, pada sediaan suspense
dilakukan pengujian mutu yang bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi yang digunakan
sudah tepat dan sesuai serta apakah sediaan yang kita buat itu sudah baik atau masih terdapat
banyak kekurangannya.

Kaolin / bolus alba merupakan zat aktif di dalam sediaan ini dibuat dalam bentuk suspensi
untuk digunakan secara oral dan pectin sebagai zat aktif sekaligus penstabil, fungsi atau zat
berkhasiat dari kaolin dapat mengobati diare serta peradangan pada kulit tertentu.

Evaluasi pertama yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis yaitu uji dengan
menggunakan panca indera yaitu meliputi pengamatan warna, bau dan rasa terhadap suspense
kaolin ini. Dari hasil evaluasi uji organoleptik ini terdapat hasil yang meliputi warnanya
berwarna putih, baunya khas bau vanili karena ditambahkan beberapa tetes vanili, dan memiliki
rasa yang manis karena penambahan sirupus simplex sebagai pemanis.

Selanjutnya evaluasi kedua yaitu evaluasi uji ph. Ph yang didapatkan yaitu 4,5-6,5 yang
merupakan ph aman untuk pencernaan. Dimana yang berdasarkan khasiat dari kaolin yaitu
sebagai anti diare.

Evaluasi ketiga yang dilakukan yaitu evaluasi bobot jenis, sesuai persyaratan bobot jenis
dari suspense kaolin yaitu < 1 g/cm3 yang merupakan syarat yang sudah tertera di syarat
farmakope untuk sediaan kaolin.

Evaluasi keempat yang dilakukan yaitu evaluasi volume sedimentasi yang merupakan
volume awal atau Vo . Perubahan volume di catat selama 5 hari tanpa pengadukan hingga tinggi
sedimentasi konstan atau tetap. Maka akan didapatkan volume akhir atau (V1). Volume
sedimentasi dapat ditemukan dengan menggunakan persamaan f = V1/Vo. Pada pengujian
volume sedimentasi pada sediaan suspense kaolin selama 5 hari dengan sediaan suspense dalam
botol yaitu 100ml, didapati pada hari ke-1 V1nya yaitu 80 ml maka pada hari ke 1 volume
sedimentasinya yaitu 0,8 ml, selanjutnya pada hari ke-2 V1nya yaitu 85 ml, maka pada hari ke 2
didapati hasil volume sedimentasinya yaitu 0,85 ml, sedangkan pada hari ke 3,4, dan 5 didapati
volume konstan atau volume akhir sedimentasinya yaitu 0,9 ml. Maka dalam sediaan suspense
kaolin volume konstan bisa dilihat dari hari ke3, yaitu 0,9 ml.

Evaluasi kelima yang dilakukan yaitu evaluasi volume terpindahkan dalam 10 wadah. Uji
ini bertujuan mengukur kesesuaian volume sediaan dengan yang tertulis pada etiket jika
dipindahkan dari wadah asli. Pada sediaan suspense kaolin di dalam etiket tercatat 100 ml.
Namun pada saat di uji volume terpindahkan dari 10 wadah menghasilkan hasil seperti berikut,
pada wadah 1,4,5,6,8 dan 10 menghasilkan volume tetap dari wadah asli sediaan suspense dan
tidak berkurang 100%. Namun pada wadah 2, 3 dan 9 terjadi pengurangan volumenya, namun
tidak melebihi sampai 95%. Sedangkan pada wadah 7 terjadi penambahan volume menjadi 110%
hal ini bisa saja terjadi mungkin karena ketidak telitian praktikan memasukkan jumlah sediaan ke
dalam botol.

Evaluasi terakhir yang dilakukan yaitu evaluasi viskositas yang bertujuan untuk
menentukan viskositas dan rheologi cairan newton maupun non newton. Uji viskositas yang
digunakan ialah menggunakan viskosimeter Brookfield pada beberapa harga kecepatan geser.
viskositas merupakan suatu sifat yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Uji
viskositas berguna untuk menentukan stabilitas fisik suspense. Pada pengujian viskositas ini,
menggunakan 1 putaran, disaat Rpm 60 dengan skala baca 52 dikalikan factor yang ada yaitu 1
maka viskositas suspense kaolin yaitu 52 dalam 1 kali putaran spindle.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam pembuatan formulasi sediaan suspense kaolin ini dapat disimpulkan beberapa
bahasan seperti berikut :

1. Pembuatan sediaan suspense kaolin ini menggunakan bahan aktif kaolin yang berkhasiat
sebagai antidiare.
2. Formulasi yang digunakan yaitu :

Kaolin 11%
Pektin 0,4%
PGA 4,5%
Air untuk PGA 0,9%
Asam Sitrat 0,1%
Sirupus Simplex 0,05%
Sorbitol 10%
Vanillin 15%
Aqua dest ad 100 ml
3. Metode pembuatan suspense kaolin ini yang dilakukan dengan metode dispers yaitu
menambahkan bahan aktif kedalam mucilago lalu di encerkan.
4. Suspensi yang dibuat sebanyak 10 botol suspense kaolin dimana dalam satu botol berisi
100 ml. Sehingga dibuat suspense kaolin sebanyak 1000 ml per batch.
5. Suspensi kaolin ini termasuk suspense terflokulasi, yang artinya sedimen tidak
membentuk cake yang keras dan padat serta mudah terdispersi kembali seperti semula.
6. Evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis, evaluasi uji ph, evaluasi bobot jenis,
evaluasi viskositas, evaluasi volume terpindahkan, dan evaluasi sedimentasi.
7. Evaluasi organoleptis dengan memanfaatkan panca indra menghasilkan, bau yang khas
karena vanillin, rasa manis karena syrup simplex, dan warna putih.
8. Evaluasi pH menghasilkan 4,5-6,5 yang merupakan syarat ph sesuai dengan farmakope
dan kriteria ph pencernaan.
9. Evaluasi bobot jenis menghasilkan sesuai persyaratan bobot jenis dari suspense kaolin
yaitu < 1 g/cm3 yang merupakan syarat yang sudah tertera di syarat farmakope untuk
sediaan kaolin.
10. Evaluasi sedimentasi pada suspense kaolin menghasilkan volume konstan atau volume
akhir sedimentasinya yaitu 0,9 ml yang bisa dilihat dari hari ke3, yaitu 0,9 ml.
11. Pada evaluasi volume terpindahkan, dari 10 wadah hanya ada 3 wadah yang kurang
volumenya dari 100% volume suspense kaolin yaitu 100 ml. Namun pengurangan tidak
melibihi 95% sehingga masih dikatakan memenuhi persyaratan evaluasi volume
terpindahkan.
12. Evaluasi Viskositas pada suspense kaolin menghasilkan dalam penggunaan 1 putaran,
disaat Rpm 60 dengan skala baca 52 dikalikan factor yang ada yaitu 1 maka viskositas
suspense kaolin yaitu 52 dalam 1 kali putaran spindle.
13. Wadah yang digunakan yaitu botol coklat ukuran 100 ml dan diberikan etiket kocok
dahulu sebelum digunakan.
14. Nama sediaan suspense kaolin ini diberikan nama produk KAOKAO

5.2 Saran

Diharapkan semua mahasiswa/i untuk lebih banyak belajar mengenai suspensi mulai dari
cara kerja, metode apa saja dan juga uji yang berkaitan dengan suspensi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anief., Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University. Yogyakarta
Allen, L. V., 2009,. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey,
P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1978). Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta:


Depkes RI
LAMPIRAN

Kemasan Suspensi Kaolin


a. Label Pada Dus Kemasan Suspensi kaolin

b. Brosur Pada Kemasan Suspensi Kaolin


CAMULSION®
Emulsi Castor Oil
KOMPOSISI
Tiap 100 ml mengandung :
Kaolin...........11%
Pectin..........0,4%
DESKRIPSI
Suspensi Kaolin berkhasiat sebagai antidiare

INDIKASI
Untuk pengobatan simptomatik pada :
- Diare yang ringan
- Diare yang tidak diketahui sebabnya

KONTRA INDIKASI
Penderita dengan hambatan pada usus atau
Usus tersumbat

EFEK SAMPING
Kolik, Mual, dan Muntah.

DOSIS
Dewasa : 2 sendok takar setiap setelah BAB
Anak- anak : 1 sendok takar setiap setelah BAB

KEMASAN
Botol @ 100ml
No. Reg. : DBL 123456789 A1

PENYIMPANAN
Simpan di tempat yang sejuk dan gelap.

Dibuat oleh : PT ISTN FARMA


Jakarta – Indonesia
c. Dus Kemasan Suspensi Kaolin

Anda mungkin juga menyukai