Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula,

karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan

jaringan subkutan sangat tipis pada bagian anterior dan medial dari tulang tibia

dan sebagai akibat dari hal ini, sejumlah besar fraktur tulang terbuka

sering terjadi. Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-

pasien usia lanjut yang terjatuh, Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma

yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (Dwisang, 2014).

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran,

atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung.

Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di

tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya

fraktur berjauhan (Dwisang, 2014).

Di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain

karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul.

Kecendrungan prevalensi cedera menunjukkan kenaikan dari 7,5% (RKD 2007)

menjadi 8,2% (RKD 2013). Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami

fraktur sebanyak 1.775 orang (58%) mengalami penurunan menjadi 40,9%. Dari

20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang

1
(25,9%) meningkat menjadi 47,7%. Dari 14.125 trauma benda tajam atau tumpul

yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) mengalami penurunan

menjadi 7,3% (Riskesdas, 2013)

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik tulang

rawan yang bersifat total maupun sebagian yang biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik. Fraktur terjadi ketika tekanan yang diberikan pada tulang lebih

besar dari yang dapat ditahan oleh tulang. Salah satu dari dua tulang yang

menyusun batang kaki ialah tibia (Rosdahl, 2014).

Menurut Muttaqin (2012), fraktur tibia adalah terputusnya hubungan

tulang tibia yang disebabkan oleh cedera dari trauma langsung yang mengenai

kaki. Patah tulang tertutup atau terbuka akan mengenai serabut syaraf yang akan

menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur atau patah tulang adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa.

Fraktur akan bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut

diantaranya syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan

arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama

akan terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan.

Berbagai tindakan bisa dilakukan di antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan

rehabilitasi. Meskipun demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai

itu saja dan akan berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi (Price, 2015).

2
Penanganan terhadap fraktur bisa dilakukan dengan pembedahan atau

tanpa pembedahan, meliputi reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi. Pembedahan

merupakan segala upaya tindakan pengobatan yang secara invasif dengan cara

membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani (Djamal, 2015).

Immobilisasi adalah upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang

sehingga kembali seperti semula secara optimum. Sedangkan Imobilisasi fraktur

adalah fraktur yang telah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau

dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi

eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau

fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang

berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur (Djamal, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record di RSU. H. Abdul

Manan Simatupang Kisaran, sudah ada 754 penderita DHF sepanjang tahun 2018,

yang terdiri dari penderita laki-laki sebanyak 397 orang dan penderita pada wanita

sebanyak 357 orang.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk menyusun karya

tulis ilmiah lebih dalam tentang Post Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di

RSU. H. Abdul Manan Simatupang Kisaran.

3
1.2 TUJUAN PENELITIAN

1.2.1 Tujuan Umum

Penulis memahami Ilmu Pengetahuan dengan pengalaman praktek

dilapangan dan mengaplikasikan ke dalam Asuhan Keperawatan Pada Tn. R

dengan Post Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2019.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. R dengan Post

Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2019.

2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. R dengan Post

Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2019.

3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Tn. R dengan Post Fraktur

Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran Tahun 2019.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. R dengan Post

Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2019.

5. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada Tn. R dengan Post

Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2019.

4
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan Post

Fraktur Tibia Dextra diruangan Melati di RSU. H. Abdul Manan

Simatupang Kisaran Tahun 2019.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Tempat Penelitian

Instasi pelayanan kesehatan diharapkan meningkatkan kinerja perawat dan

tenaga medis sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan terhadap pasien,

khususnya pada pasien dengan Post Fraktur Tibia Dextra.

1.3.2 Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi yang berguna untuk pengetahuan dalam

pembahasan Post Fraktur Tibia Dextra dan menyediakan fasilitas dan tenaga

pengajar yang berkualitas dan memberikan inovasi-inovasi baru yang dapat

mendukung terciptanya perawat yang berkualitas dan profesional.

1.3.3 Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan sumber data bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian pada pasien dengan Post Fraktur Tibia Dextra.

Anda mungkin juga menyukai