Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No.

2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI KABUPATEN
TULANG BAWANG
Tori Rihiantoro*, Muji Widodo**
*Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
**Alumnus STIKES Mitra Lampung

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal,
dimana tekanan darah dikategorikan tinggi 140/90 mmhg. Penyakit hipertensi disebabkan karena pola
makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. 25 dari 32 penderita hipertensi mempunya kebiasaan
pola makan buruk dan 23 dari 32 penderita hipertensi melakukan aktivitas fisik ringan <600Mets-
min/minggu. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang I tahun 2017. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan
metode pendekatan “ restrospektif” populasi penelitian adalah penderita hipertensi sejumlah 267
responden. Teknik sampel yang digunakan simple random sampling analisa data menggunakan uji chi
square. Hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi hipertensi 32 responden (50,0%) sebanyak 25
(86,2%) mempunyai pola makan buruk, sebanyak 23 (67,9%) melakukan aktivitas ringan < 600Mets-
min/minggu. Hasil uji chi square diperoleh data hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi dengan
p-value=0,000 dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan p-value=0,005.
Diharapkan pada pihak terkait khususnya Puskesmas Tulang Bawang I untuk menggalakan senam
bersama bagi kelompok masyarakat beresiko hipertensi dan mengadakan penyuluhan tentang pentingnya
pencegahan hipertensi dengan berbagai metode dan media.

Kata Kunci: Pola Makan , Aktivitas Fisik, Hipertensi

LATAR BELAKANG orang di dunia yang meninggal akibat


gangguan kardiovaskular. Prevalensi
Hipertensi merupakan salah satu hipertensi di negara maju maupun negara
penyakit yang mengakibatkan kesakitan berkembang masih tergolong tinggi,
yang tinggi. Hipertensi atau penyakit darah adapun prevalensi hipertensi di negara
tinggi adalah gangguan pada pembuluh maju adalah sebesar 35% dari populasi
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dewasa dan prevalensi hipertensi di negara
dan nutrisi yang dibawa oleh darah berkembang sebesar 40% dari populasi
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang dewasa. Adapun prevalensi hipertensi yang
membutuhkannya. Secara umum, tertinggi terdapat di Amerika, yaitu sebesar
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa 46% dari populasi dewasa dan di
gejala, dimana tekanan darah yang tinggi perkirakan 1 milyar penduduk didunia
di dalam arteri menyebabkan menderita hipertensi dan di prediksi pada
meningkatnya risiko terhadap penyakit- tahun 2025 ada sekitar 29% jiwa didunia
penyakit yang berhubungan dengan yang akan menderita penyakit hipertensi
kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, (Julia. dkk, 2016).
serangan jantung, dan kerusakan ginjal Menurut National Health and
(Sutanto, 2010 dalam Widyaningrum, Nutrition Examination Survey (NHNE)
2012). sedikitnya 30 % penderita hipertensi tidak
World Health Organization (WHO) menyadari kondisi mereka, dan hanya 31
tahun 2013 menyebutkan bahwa penyakit % pasien yang menyadari penyakitnya dan
hipertensi diketahui sering menimbulkan mencapai target di bawah 140/90 mmhg.
penyakit kardiovaskular, ginjal dan stroke. Pada tahun 2006 American Hypertension
Telah terdapat 9,4 juta orang dari 1 milyar Association melakukan penelitian dan di

[159]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

temukan hanya 68 % penderita hipertensi disemua umur. Menurut National Institutes


yang tahu bahwa mereka menderita For Health USA (NIH,1998), prevalensi
penyakit tersebut dan sisanya mengatakan tekanan darah tinggi pada orang dengan
tidak tahu (Triyanto, 2014). Indeks Massa Tubuh (imt) >30 (obesitas )
Berdasarkan data epidemiologi adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
tahun 2013 prevalensi hipertensi dinegara wanita, dibandingkan dengan prevalensi
maju masih merupakan masalah global 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi
yang menjadi masalah kesehatan, di yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
Amerika Serikat prevalensi hipertensi menurut standar internasional). Dalam
menempati urutan pertama penyebab sebuah penelitian Harvard terhadap lebih
kematian pada kelompok usia > 60 tahun dari 40.000 laki-laki, para peneliti
yang berhubungan dengan penyakit menemukan bahwa asupan serat tinggi
degeneratif,sebesar 4 juta orang setiap berpengaruh terhadap penurunan sekitar
tahun. Adapun di Rusia hipertensi pada 40% resiko penyakit jantung koroner,
klompok usia > 60 tahun sebesar 1-2 juta dibandingkan dengan asupan rendah serat.
orang setiap tahun dan di Jepang hipertensi Studi lain pada lebih dari 31.000 orang
merupakan penyebab utama gangguan menemukan bahwa terjadi penurunan
jantung koroner pada usia > 60 tahun resiko penyakit jantung koroner nonfatal
(Hartono, 2013 dalam Arini. dkk, 2015). sebesar 44% dan mengurangi resiko
Dari data NHNES tahun 2013 di penyakit jantung koroner fatal sebesar 11%
perkirakan 30 % penduduk di Amerika bagi mereka yang makan roti gandum
dengan jumlah penduduk (± 50 juta jiwa) dibandingkan dengan mereka yang makan
menderita tekanan darah tinggi (≥140/90 roti putih. Aktivitas fisik atau olahraga
mmhg) dengan presentasi biaya kesehatan adalah salah satu cara untuk dapat menjaga
yang cukup besar setiap tahunya. Di tubuh tetap sehat, meningkatkan aktivitas
Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan fisik guan menghindari faktor resiko tulang
kesehatan yang lebih rendah, dengan kropos, dan mengurangi stres. Penelitian
jumlah pasien yang cukup besar yang tidak membuktikan bahwa orang yang
menyadari dan mematuhi minum obat berolahraga memiliki faktor resiko lebih
dengan kecenderungan perubahan sosial rendah untuk menderita penyakit jantung,
ekonomi dalam masyarakat Indonesia yang tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
berdampak pada budaya dan gaya hidup Orang yang beraktivitasnya rendah
masyarakat. Di dalam lingkup penyakit beresiko tekena hipertensi 30-50% dari
kardiovaskular, hipertensi menduduki pada yang aktif (Costas 2008, dalam
peringkat pertama dengan jumlah penderita Widyaningrum, 2012).
terbanyak (Triyanto, 2014) Prevalensi di Indonesia mencapai
Ada beberapa faktor penyebab 31,7 % dari populasi usia 18 tahun ke atas.
terjadinya hipertensi, antara lain Dari jumlah itu 60% penderita hipertensi
karakteristik individu ( usia, jenis kelamin, mengalami komplikasi stroke dan sisanya
faktor genetik), pola makan,stres, gaya mengalami penyakit jantung , gagal ginjal,
hidup (kurang aktivitas fisik) dan serta kebutaan. Hipertensi juga sebagai
kebiasaan merokok. Ditemukan penyebab kematian ke-3 setelah stoke dan
kecenderungan peningkatan prevalensi tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%
menurut peningkatan usia dan biasanya dari proporsi penyebab kematian pada
pada usia > 40 tahun. Bertambahnya umur semua umur di Indonesia (Kemenkes, 2014
maka resiko terkena hipertensi menjadi Dari data dinas kesehatan Provinsi
lebih besar sehingga prevalensi hipertensi Lampung (2015) penyakit hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu menempati urutan pertama dari 10
40% dengan kematian sekitar diatas 65 penyakit terbesar. Data yang didapat
tahun. Namun berat badan dan pola makan adalah hipetrtensi (47 %), ISPA (15%),
juga merupakan faktor determinan pada demam (10%), penyakit telainga (7%),
tekanan darah kebanyakan kelompok etnik

[160]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

dyspenia (6%), diare (6%), DM (4%) Dan penyakit hipertensi. Faktor makanan
faringitis akut (3%). modern sebagai penyumbang utama
Puskesmas Tulang Bawang I terjadinya hipertensi Kelebihan asupan
merupakan salah satu Puskesmas dengan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam
kasus hipertensi tertinggi dan selalu tubuh meningkat, terutama kolesterol yang
meningkat setiap tahunnya pada tahun menyebabkan kenaikan berat badan
2014 sebesar 556 orang, meningkat di sehingga volume darah mengalami
tahun 2015 sebesar 680 orang, dan kembali peningkatan tekanan yang lebih besar
meningkat di tahun 2016 sebesar 737 (Puspitorini. dkk, 2014 dalam Arini, 2015).
orang. Sedangkat di tahun 2017 pada bulan WHO (2011) menyatakan Faktor lain
Januari-Februari penderita hipertensi sudah yang menyebabkan hipertensi adalah
mencapai 267 orang, sedangkan di kurangnya aktivitas fisik. WHO
puskesmas lain seperti di Puskesmas menyatakan bahwa kurangnya aktivitas
Banjar Margo penderita hipertensi dari merupakan sebuah faktor resiko kunci
bulan Januari-Februari hanya 132 orang. utama terjadinya penyakit tidak menular
Hipertensi adalah salah satu penyakit seperti hipertensi, selain itu kurangnya
yang mengakibatkan kesakitan yang tinggi. aktifitas fisik juga merupakan faktor resiko
Hipertensi atau penyakit darah tinggi utama ke empat kematian diseluruh dunia.
adalah gangguan pada pembuluh darah Sekitar 3,2 juta orang meninggal setiap
yang mengakibatkan suplai oksigen dan tahun karena masalah kurangnya aktivitas
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat fisik (Wijaya. dkk. 2013)
sampai ke jaringan tubuh yang Menurut Penelitian yang dilakukan
membutuhkannya. Secara umum, oleh Siti Widyaningrum (2012), Rina
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa Kundre, dkk (2015) dan Pujianta (2015)
gejala, dimana tekanan darah yang tinggi menyatakan bahwa ada hubungan pola
di dalam arteri menyebabkan makan dengan kejadian hipertensi.
meningkatnya risiko terhadap penyakit- Sedangkan Rumsari Mutiarawati (2009),
penyakit yang berhubungan dengan Hengli (2012) dan Mayasari, dkk (2015)
kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, menyatakan dalam penelitianya ada
serangan jantung, dan kerusakan ginjal hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
(Sutanto, 2010 dalam Widyaningrum). hipertensi.
Menurut Triyanto, (2014) Hipertensi Berdasarkan data yang diperolah dari
merupakan salah satu penyakit degeretatif. Puskesmas Tulang Bawang I diketahui
Umumnya tekanan darah bertambah secara hipertensi termasuk dalam 10 besar
perlahan dengan bertambahnya umur. penyakit dan hipertensi berada di urutan
Resiko untuk menderita hipertensi pada ke-2 dengan jumlah penderita sebanyak
populasi ≥55 tahun yang tadinya normal 267 orang pada bulan Januari-Februari.
adalah 90%. Sampai umur 55 tahun,laki- Dengan kondisi jumlah penyakit hipertensi
laki lebih banyak menderita hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang I belum
dibanding perempuan. Hipertensi ini pada pernah di lakukan penelitian dan hal ini di
dasarnya memiliki sifat yang cenderung dukung dari hasil wawancara yang di
tidak stabil dan sulit untuk di kontrol, lakukan terhadap 25 orang pada tanggal
maka dapat menyebabkan terjadinya infark 13-14 Maret 2017 terdapat 12 orang (48
jantung, gagal ginjal, stroke dan kerusakan %) penderita menjawab memiliki
mata. kebiasaan sering mengkomsumsi makanan
Gaya hidup merupakan faktor gurih, cepat saji, santan,gorengan dan juga
penting yang mempengaruhi kehidupan daging, 9 orang (36%) mengatakan kurang
masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat melakukan aktivitas atau pun olahraga
dapat menjadi penyebab terjadinya secara teratur dan 4 (16%) berusia ≥ 50
hipertensi misalnya aktivitas fisik, stres, tahun.
dan Pola makan yang salah merupakan
salah satu faktor resiko yang meningkatkan

[161]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

METODE dilakukan analisis data secara univariat dan


bivariat menggunakan uji Chi Square
Penelitian ini menggunakan disain dengan Confidence Interval (CI) sebesar
penelitian survei analitik, dimana 95%.
penelitian ini mencoba menggali fenomena
tentang penyakit hipertensi yang terjadi di
wilayah Puskesmas Tulang Bawang 1. HASIL
Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan case control, dimana peneliti Analisis Univariat
berusaha melihat kebelakang (backward
looking) terhadap beberapa faktor yang Tabel 1: Distribusi Frekuensi Hipertensi
berhubungan dengan kejadian hipertensi (Kasus) Dan Tidak Hipertensi
meliputi pola makan dan aktivitas fisik. (Kontrol)
Populasi dalam penelitian ini adalah
penderita hipertensi yang berkunjung ke Responden f %
Puskesmas Tulang Bawang 1 selama dua Hipertensi (kasus) 32 50
bulan yang berjumlah 267 orang. Tidak Hipertensi (kontrol) 32 50
Sedangkan populasi kontrol dalam Jumlah 64 100
penelitian ini adalah pasien yang datang
berkunjung ke puskesmas tulang bawang Tabel di atas menggambarkan bahwa
yang tidak menderita penyakit hipertensi dari total responden berjumlah 64 terdiri
dan atau penyakit kardiovaskuler lainnya. dari kasus sebanyak 32 responden (50%)
Selanjutnya untuk menentukan sampel dan kontrol sebanyak 32 responden (50%).
menggunakan teknik simple random
sampling. Sedangkan untuk menentukan Tabel 2: Distribusi Frekuensi Pola Makan
besar sampel digunakan rumus sampel pada Kelompok Hipertensi
menurut rumus Sujarweni (2014): (Kasus) dan Tidak Hipertensi
( ) ( ) (Kontrol)
( ) Hipertensi
Tidak
Hipertensi Total
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh Pola Makan (Kasus)
(Kontrol)
sampel sebesar 32 responden. Sehingga f % f % f
jumlah sampel keseluruhan sebesar 64 Buruk 25 86,2 4 13,8 29 100
responden yang terbagi menjadi 32 Baik 7 20 28 80 35 100
responden untuk kasus hipertensi dan 32 Jumlah 32 32 64
responden untuk kontrol.
Data penelitian dikumpulkan dengan Tabel di atas menggambarkan bahwa
menggunakan kuesioner FFQ (Food dari total 29 responden yang mempunyai
Frequency Questionnaires) dan pola makan buruk diperoleh data
menggunakan kuesioner IPAQ menderita hipertensi sebanyak 25
(International Activity Quetionnaire. responden (86,2%) dan yang tidak
Dimana responden mendapatkan menderita hipertensi sebanyak 4 responen
penjelasan tentang cara pengisisn (13,8%). Sedangkan dari total 35
kuesioner sebelum melakukan pengisian responden yang mempuyai pola makan
kuesioner. Kuesioner FFQ (food frequency baik sebanyak 7 responden (20%)
questionnaires) untuk kuesioner frekuensi menderita hipertensi dan yang tidak
makan dan IPAQ ( International Physial menderita hipertensi sebanyak 28
Aktivity Quationnaire ) telah dilakukan uji responden (80%).
validitas-reliabelitas dan dinyatakan valid
dalam buku Gizi Kesehatan Masyarakat
(Andri, dkk, 2009).
Data penelitian yang telah
terkumpul, selanjutnya diolah dan

[162]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Aktivitas menggambarkan nilai OR=4.31 (2,187-


Fisik pada Kelompok Hipertensi 8,494) yang berarti orang yang pola
(Kasus) dan Tidak Hipertensi makannya buruk beresiko untuk menderita
(Kontrol) hipertensi 4,31 kali dibandingkan dengan
yang pola makanya baik.
Tidak
Hipertensi
hipertensi Total Tabel 5: Analisis Hubungan Aktivitas
Aktivitas Fisik (kasus)
(kontrol)
Fisik dengan Kejadian Hipertensi
f % f % f %
Ringan 23 67,6 11 32,4 34 100
Sedang dan berat 9 30,0 21 70,0 30 100 Tidak
Hipertensi
Jumlah 32 32 64 Aktivitas Hipertensi Total
(Kasus)
Fisik (Kontrol)
f % f % f %
Tabel di atas menggambarkan bahwa Ringan 23 67,6 11 32,4 34 100
dari total 34 responden yang mempunyai Sedang dan berat 9 30,0 21 70 30 100
aktivitas fisik ringan diperoleh data p-value 0,005
menderita hipertensi sebanyak 23 OR (95%CI) 2,255 (1,245-4,084)
responden (67,6%) dan yang tidak
menderita hipertensi sebanyak 11 responen Dari tabel di atas diketahui dari total
(32,4%). Sedangkan dari total 30 34 responden yang aktivitas fisiknya
responden yang mempuyai aktivitas fisik ringan terdapat 23 responden (67,6%)
sedang dan berat sebanyak 9 responden menderita hipertensi dan 11 responen
(30%) menderita hipertensi dan yang tidak (32,4%) tidak menderita hipertensi.
menderita hipertensi sebanyak 21 responen Sedangkan dari total 30 responden yang
(70%). aktivitas fisiknya sedang dan berat terdapat
9 responden (30%) menderita hipertensi
Analisa Bivariat dan 21 responen (70%) tidak menderita
hipertensi.
Tabel 4: Analisis Hubungan Pola Makan Hasil uji statistik di peroleh nilai p-
dengan Kejadian Hipertensi value=0,005. Hal ini menunjukan adanya
hubungan antara aktivitas fisik dengan
Tidak kejadian hipertensi. Hasil analisis juga
Hipertensi
Pola Makan Hipertensi Total menjelaskan nilai OR=2,255 (1,245-4,084)
(Kasus)
(Kontrol) yang berarti responden yang melakukan
f % f % f %
aktivitas fisik ringan beresiko untuk
Buruk 25 86,2 4 13,8 29 100
Baik 7 20 28 80 35 100 menderita hipertensi sebesar 2,26 kali
p-value 0,000 dibandingkan dengan yang melakukan
OR (95% CI) 4.310 (2.187-8,494) aktivitas fisik sedang dan berat.

Berdasarkan tabel di atas diketahui


dari 29 responden yang pola makannya PEMBAHASAN
buruk terdapat 25 responden (86,2%)
menderita hipertensi dan 4 responen Hipertensi
(13,8%) tidak menderita hipertensi. Penelitian ini menggambarkan dari
Sedangkan dari 35 responden yang pola 64 responden sebanyak 32 (50%) adalah
makannya baik terdapat 7 responden penderita hipertensi. Berdasarkan data
(20%) menderita hipertensi dan 28 Riskesdas tahun 2013 angka prevalensi
responden (80%) tidak menderita hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 %
hipertensi. dari populasi usia 18 tahun ke atas.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p- Sebanyak 60% penderita hipertensi
value=0,000. Hal ini menunjukan adanya tersebut mengalami komplikasi stroke dan
hubungan antara pola makan dengan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal
kejadian hipertensi. Hasil analisis juga ginjal, serta kebutaan. Hipertensi menjadi

[163]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

penyebab kematian ketiga setelah stoke Persagi, 2003 dalam Widyaningrum


dan tuberkulosis yang angkanya mencapai 2012 menyatakan Pola makan terdiri dari
6,8% dari proporsi penyebab kematian frekuensi makan, jenis makanan dan
pada semua umur di Indonesia. Sedangkan tingkat konsumsi.
berdasarkan data pada dinas kesehatan Frekuensi makan adalah jumlah
Provinsi Lampung tahun 2015 hipertensi makan dalam sehari-hari secara alamiah
menempati urutan pertama dari 10 makanan diolah dalam tubuh melalui alat-
penyakit terbesar. alat pencernaan mulai dari mulut sampai
Angka kejadian hipertensi ini usus halus. Lama makanan dalam lambung
mempunyai kecenderungan terus tergantung sifat dan jenis makanan. Jika
meningkat dari tahun ke tahun baik dalam dirata-rata, umumnya lambung kosong
sekala nasional maupun daerah. Demikian antara 3-4 jam (Persagi, 2003 dalam
juga dengan kejadian hipertensi di Widyaningrum, 2012).
Puskesmas Tulang Bawang I, dimana Jenis makanan adalah variasi bahan
angka kejadiannya selalu meningkat setiap makanan yang kalau dimakan, dicerna,dan
tahunnya. Pada tahun 2014 sebesar 556 diserap akan menghasilkan paling sedikit
orang, meningkat menjadi 680 orang pada susunan menu sehat dan seimbang
tahun 2015, dan kembali meningkat pada menyediakan variasi makanan merupakan
tahun 2016 sebesar 737 orang. salah stau cara untuk menghilangkan rasa
Secara umum, hipertensi merupakan bosan. Seseorang akan merasa bosan
suatu keadaan tanpa gejala, dimana apabila dihidangkan menu yang itu-itu
tekanan darah yang tinggi di dalam arteri saja, sehingga mengurangi selera makan
menyebabkan meningkatnya risiko (Persagi, 2003 dalam Widyaningrum,
terhadap penyakit-penyakit yang 2012).
berhubungan dengan kardiovaskuler Menyusun hidangan sehat
seperti stroke, gagal ginjal, serangan memerlukan keterampilan dan
jantung, dan kerusakan ginjal (Sutanto, pengetahuan gizi dengan berorientasi pada
2010 dalam Widyaningrum). pedoman 4 sehat 5 sempurna terdiri dari
Menurut Triyanto (2014) hipertensi bahan pokok (nasi, ikan, sayuran, buah dan
merupakan salah satu penyakit degeretatif. susu). Variasi menu yang tersusun oleh
Umumnya tekanan darah bertambah secara kombinasi bahan makanan yang
perlahan dengan bertambahnya umur. diperhitungkan dengan tepat akan
Resiko untuk menderita hipertensi pada memberikan hidangan sehat baik secara
populasi ≥55 tahun yang tadinya normal kualitas maupun kuantitas. Teknik
adalah 90%. Sampai umur 55 tahun,laki- pengolahan makanan adalah guna
laki lebih banyak menderita hipertensi memperoleh intake yang baik dan
dibanding perempuan. Hipertensi ini pada bervariasi (Persagi, 2003 dalam
dasarnya memiliki sifat yang cenderung Widyaningrum, 2012).
tidak stabil dan sulit untuk di kontrol, Pengertian tingkat konsumsi adalah
maka dapat menyebabkan terjadinya infark kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas
jantung, gagal ginjal, stroke dan kerusakan hidangan menunjukkan adanya semua zat
mata. gizi yang diperlukan tubuh di dalam
susunan hidangan dan perbandingan yang
Pola Makan satu terhadap yang lain. Kuantitas
Hasil penelitian menggambarkan dari menunjukkan kwantum masing-masing zat
jumlah 32 hipertensi (kasus) di Puskesmas gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika
Tulang Bawang I sebagian besar memiliki susunan hidangan memenuhi kebutuhan
kebiasaan pola makan buruk yaitu tubuh, baik dari sudut kualitas atau
sebanyak 25 orang dan 7 orang kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan
mempunyai pola makan baik. kondisi kesehatan gizi yang sebaik-
baiknya.

[164]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Aktivitas Fisik disamping itu perlu meningkatkan makan


Hasil penelitian mengambarkan dari buah dan sayur.
jumlah 32 hipertensi (kasus) diperoleh Faktor-faktor yang mempengaruhi
sebanyak 23 responden melakukan pola makan menurut Wulandari & Susilo
aktivitas fisik ringan. Sedangkan dari (2011), yaitu usia, pendidikan, budaya,
jumlah 32 tidak hipertensi (kontrol) pengalaman, pendapatan, pekerjaan dan
diketahui melakukan aktivitas fisik ringan agama.
sebanyak 11 responden. Penjelasan di atas dan berdasarkan
WHO (2011) menyatakan bahwa pengisian kuesioner diketahui bahwa
aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang responden mempunyai tingkat konsumsi
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem makanan mengandung tinggi natrium dan
penunjangnya dari setiap gerakan tubuh juga lemak, dimana natrium yang sifatnya
yang dihasilkan oleh otot rangka yang menahan air sehingga menambah beban
memerlukan pengeluaran energi. darah masuk ke jantung dan berakibat pada
Kurangnya aktivitas fisik merupakan kenaikan tekanan darah. Sementara lemak
faktor resiko independent untuk penyakit dapat menyebabkan pembuluh darah
kronis, dan secara keseluruhan menjadi tebal atau menjadi endapaan
diperkirakan menyebabkan kematian keras yang tidak normal pada dinding
global. arteri sehingga pembuluh darah mendapat
pukulan paling berat, jika tekanan darah
Hubungan Pola Makan dengan terus menerus tinggi dan tidak berubah
Kejadian Hipertensi sehingga saluran darah tersebut menjadi
Hasil penelitian menunjukan adanya sempit dan aliran darah menjadi tidak
hubungan pola makan dengan kejadian lancar dan dapat menyebabkan penyakit
hipertensi. Berdasarkan nilai OR= 4,31, arteosklorosis.
maka berarti pola makan buruk beresiko Pembahasan di atas dan berdasarkan
mengalami hipertensi 4,31 kali masalah yang terjadi pada responden hasil
dibandingkan dengan pola makan baik. pengisian quesioner diketahui kurangnya
Hasil penelitian tersebut sejalan pengetahuan dan informasi tentang pola
dengan penelitian Emerita Stefany (2012) makan adalah salah satu penyebab
dimana terdapat hubungan pola makan, terjadinya hipertensi. Maka peneliti
dengan kejadian hipertensi pada pra lansia menyimpulkan bahwa pola makan
dan lansia. Hasil penelitian Devi Catur penyebab terjadinya hipertensi.
(2015) juga mendukung hasil penelitian
ini, dimana terdapat hubungan konsumsi Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
makanan dengan kejadian hipertensi. Kejadian Hipertensi
Demikian juga dengan penelitian Arifin, Hasil penelitian menunjukan adanya
dkk (2016) yang menyatakan bahwa dari hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
beberapa faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Diperoleh juga nilai OR=2,255
kejadian hipertensi pada kelompok lanjut yang berarti responden yang melakukan
usia, salah satunya adalah faktor pola aktivitas fisik ringan beresiko mengalami
makan. Hal yang sama juga pada hipertensi sebesar 2,255 kali dibandingkan
penelitian Andrian dkk 2016 tentang dengan yang melakukan aktivitas fisik
hubungan konsumsi makanan dengan sedang dan berat.
kejadian hipertensi. Hal ini didukung oleh penelitian
Pola makan adalah salah satu faktor Lilianty Fauzi (2014) yang menyebutkan
penyebab terjadinya berbagai penyakit bahwa terdapat hubungan yang signifikan
seperti salah satunya adalah hipertensi. antara aktivitas fisik dengan kejadian
salah satu cara untukmengurangi terjadinya hipertensi. Penelitian Agustina (2013) juga
penyakit hipertensi adalah dengan menjaga memperkuat hasil penelitian, dimana hasil
pola makan dengan baik yaitu mengurangi penelitian menyimpulkan terdapat
asupan banyak lemak dan asupan garam hubungan aktivitas fisik dengan tekanan

[165]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

darah pada penderita hipetensi. Hasil 20 menit/ hari selama 5 hari dalam satu
penelitian Andria (2013) juga minggu dengan intensitas berat untuk
menyimpulkan adanya hubungan antara mendapatkan hasil yang optimal dari
prilaku olahraga dengan tingkat hipertensi aktivitas fisik atau olahraga.Para ahli
pada lanjut usia. Demikian juga dengan epdemiologi membagi aktivitas fisik
penelitian Rumsari (2009) yang kedalam 2 kategori, yaitu aktivitas fisik
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan terstruktur (kegiatan olahraga) dan
antara riwayat aktivitas fisik dengan aktivitas fisik tidak terstruktur (kegitan
kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun. sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan
Aktivitas fisik umumnya diartikan bekerja (Fatmah, 2011 dalam Lilianty
sebagai gerakan tubuh yang ditimbulkan Fauzi, 2014).
oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan Dari pembahasan di atas dan masalah
pengeluaran energi.Bagi yang mempunyai yang terjadi pada responden diketahui
satu atau lebih faktor resiko hipertensi, kurangnya penyuluhan dari tenaga
aktifitas fisik dapat mencegah terjadinya kesehatan khususnya pihak Puskesmas
peningkatan tekanan darah. Bagi penderita Tulang Bawang I sehingga responden tidak
hipertensi ringan, aktifitas fisik dapat mengetahui pentingnya melakukan
mengendalikan tekanan darah, sehingga aktivitas fisik. Dengan masalah yang
mungkin tidak diperlukan lagi peengobatan terjadi maka peneliti menyimpulkan bahwa
farmakologis. Olahraga secara teratur ada hubungan aktivitas fisik dengan
idealnya 3-5 kali dalam seminggu dan kejadian hipertensi
minimal setengah jam setiap sesi dengan
instensitas sedang. Olahraga yang
dianjurkan bagi penderita hipertensi yang KESIMPULAN
sifatnya ringan seperti jalan kaki, joging ,
bersepeda (Sustranim, 2004 dalam Hasil penelitian menyimpulkan
Sulistiyowati, 2009) bahwa ada hubungan antara pola makan
Menurut WHO,2011 Aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh Tulang Bawang I, dimana pola makan
otot tubuh dan sistem penunjangnya dari buruk beresiko untuk menderita hipertensi
setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh 4,31 kali lebih besar dibandingkan dengan
otot rangka yang memerlukan pengeluaran pola makan baik. Hasil penelitian juga
energi. Kurangnya aktivitas fisik menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
merupakan faktor resiko independent aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi
untuk penyakit kronis, dan secara di Puskesmas Tulang Bawang I, dimana
keseluruhan diperkirakan menyebabkan responden yang melakukan aktivitas fisik
kematian global. ringan beresiko mengalami hipertensi
Aktivitas fisik mempengaruhi sebesar 2,255 kali lebih besar
stabilitas tekanan darah. Pada orang yang dibandingkan dengan yang melakukan
tidak aktif melakukan kegiatan fisik aktivitas fisik sedang dan berat.
cenderung mempunyai frekuensi denyut Berdasarkan kesimpulan di atas
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut makan penulis menyarankan agar
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih Puskesmas Tulang Bawang I
keras pada setiap kontraksi. Makin keras meningkatkan upaya promotif dan
usaha otot jantung dalam memompa darah, preventif, melalui kegiatan senam maupun
makin besar pula tekanan yang dibebankan olehraga bagi kelompok masyarakat yang
pada dinding arteri sehingga meningkatkan beresiko mengalami hipertensi. Selain itu
tahanan perifer yang menyebabkan juga dapat dilakukan dengan upaya deteksi
kenaikan tekanan darah. WHO dini penderita hipertensi dan penyuluhan
merekomendasikan untuk melakukan tentang pentingnya pencegahan hipertensi
aktivitas fisik dengan intensitas sedang dengan berbagai macam metode dan
selama 30 menit/ hari dalam 1 minggu atau media.

[166]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

DAFTAR PUSTAKA Puskesmas Tulang Bawang I, 2017. Data


10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas
Arini. dkk, 2015. Hubungan Gaya Hidup Tulang Bawang I. Tulang bawang.
Dan Pola Makan Dengan Kejadian Sulistiyowati, 2009. Faktor-Faktor Yang
Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Berhubungan Dengan Kejadian
Sawangan Baru Kota Depok Tahun Hipertensi Di Kampung Botton
2015. Jurnal. Jakarta Kelurahan Magelang Kec.
Dinkes Provinsi Lampung, 2015. Profil Mage;Lang Tengah Tahun 2009.
Kesehatan Provinsi Lampung. Skripsi.semarang
Julia, Giront Linda.dkk, 2016. Hubungan Triyanto, 2014. Pelayanan Keperawatan
Antara Kebiasaan Merokok Dan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pada Pasien Poliklinik Umum Di Widyaningrum, 2012 Hubungan Antara
Puskesmas Ranotama Weru Kota Konsumsi Makanan dengan Kejadian
Manado Tahun 2016. Hipertensi Pada Lansia (Studi di
Fauzi, Lilianty. 2014. Hubungan Aktivitas UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Jember). Sripsi.Universitas Jember
Pada Pasien Rawat Jalan Di WHO, 2013. 1 miliar orang di dunia alami
Poliklinik Telkomedika Health hipertensi. www.voaindonesia.com/
Center Bandar Lampung. Tesis. a/who-1-miliar-orang-alami-hiper
Stikes Mitra Lampung tensi/1636680. diakses pada april
Pujianta, 2015. Hubungan Pola Makan 2017
Dengan Tingkat Hipertensi Lanjut Wijaya. Dkk, 2013. KMB I ( Keperawatan
Usia Di Posyandu Pucanganom Medikal Bedah (Keperawatan
Rongkop Gunungkidul Tahun Dewasa )). Numbed.
2015.Jurnal.stikes Wulandari & Susilo, 2011. Cara Jitu
aisyiyah.Yogyakarta Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta :
Andi Offset.

[167]

Anda mungkin juga menyukai