PENELITIAN
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI KABUPATEN
TULANG BAWANG
Tori Rihiantoro*, Muji Widodo**
*Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
**Alumnus STIKES Mitra Lampung
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal,
dimana tekanan darah dikategorikan tinggi 140/90 mmhg. Penyakit hipertensi disebabkan karena pola
makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. 25 dari 32 penderita hipertensi mempunya kebiasaan
pola makan buruk dan 23 dari 32 penderita hipertensi melakukan aktivitas fisik ringan <600Mets-
min/minggu. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang I tahun 2017. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan
metode pendekatan “ restrospektif” populasi penelitian adalah penderita hipertensi sejumlah 267
responden. Teknik sampel yang digunakan simple random sampling analisa data menggunakan uji chi
square. Hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi hipertensi 32 responden (50,0%) sebanyak 25
(86,2%) mempunyai pola makan buruk, sebanyak 23 (67,9%) melakukan aktivitas ringan < 600Mets-
min/minggu. Hasil uji chi square diperoleh data hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi dengan
p-value=0,000 dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan p-value=0,005.
Diharapkan pada pihak terkait khususnya Puskesmas Tulang Bawang I untuk menggalakan senam
bersama bagi kelompok masyarakat beresiko hipertensi dan mengadakan penyuluhan tentang pentingnya
pencegahan hipertensi dengan berbagai metode dan media.
[159]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[160]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
dyspenia (6%), diare (6%), DM (4%) Dan penyakit hipertensi. Faktor makanan
faringitis akut (3%). modern sebagai penyumbang utama
Puskesmas Tulang Bawang I terjadinya hipertensi Kelebihan asupan
merupakan salah satu Puskesmas dengan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam
kasus hipertensi tertinggi dan selalu tubuh meningkat, terutama kolesterol yang
meningkat setiap tahunnya pada tahun menyebabkan kenaikan berat badan
2014 sebesar 556 orang, meningkat di sehingga volume darah mengalami
tahun 2015 sebesar 680 orang, dan kembali peningkatan tekanan yang lebih besar
meningkat di tahun 2016 sebesar 737 (Puspitorini. dkk, 2014 dalam Arini, 2015).
orang. Sedangkat di tahun 2017 pada bulan WHO (2011) menyatakan Faktor lain
Januari-Februari penderita hipertensi sudah yang menyebabkan hipertensi adalah
mencapai 267 orang, sedangkan di kurangnya aktivitas fisik. WHO
puskesmas lain seperti di Puskesmas menyatakan bahwa kurangnya aktivitas
Banjar Margo penderita hipertensi dari merupakan sebuah faktor resiko kunci
bulan Januari-Februari hanya 132 orang. utama terjadinya penyakit tidak menular
Hipertensi adalah salah satu penyakit seperti hipertensi, selain itu kurangnya
yang mengakibatkan kesakitan yang tinggi. aktifitas fisik juga merupakan faktor resiko
Hipertensi atau penyakit darah tinggi utama ke empat kematian diseluruh dunia.
adalah gangguan pada pembuluh darah Sekitar 3,2 juta orang meninggal setiap
yang mengakibatkan suplai oksigen dan tahun karena masalah kurangnya aktivitas
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat fisik (Wijaya. dkk. 2013)
sampai ke jaringan tubuh yang Menurut Penelitian yang dilakukan
membutuhkannya. Secara umum, oleh Siti Widyaningrum (2012), Rina
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa Kundre, dkk (2015) dan Pujianta (2015)
gejala, dimana tekanan darah yang tinggi menyatakan bahwa ada hubungan pola
di dalam arteri menyebabkan makan dengan kejadian hipertensi.
meningkatnya risiko terhadap penyakit- Sedangkan Rumsari Mutiarawati (2009),
penyakit yang berhubungan dengan Hengli (2012) dan Mayasari, dkk (2015)
kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, menyatakan dalam penelitianya ada
serangan jantung, dan kerusakan ginjal hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
(Sutanto, 2010 dalam Widyaningrum). hipertensi.
Menurut Triyanto, (2014) Hipertensi Berdasarkan data yang diperolah dari
merupakan salah satu penyakit degeretatif. Puskesmas Tulang Bawang I diketahui
Umumnya tekanan darah bertambah secara hipertensi termasuk dalam 10 besar
perlahan dengan bertambahnya umur. penyakit dan hipertensi berada di urutan
Resiko untuk menderita hipertensi pada ke-2 dengan jumlah penderita sebanyak
populasi ≥55 tahun yang tadinya normal 267 orang pada bulan Januari-Februari.
adalah 90%. Sampai umur 55 tahun,laki- Dengan kondisi jumlah penyakit hipertensi
laki lebih banyak menderita hipertensi di Puskesmas Tulang Bawang I belum
dibanding perempuan. Hipertensi ini pada pernah di lakukan penelitian dan hal ini di
dasarnya memiliki sifat yang cenderung dukung dari hasil wawancara yang di
tidak stabil dan sulit untuk di kontrol, lakukan terhadap 25 orang pada tanggal
maka dapat menyebabkan terjadinya infark 13-14 Maret 2017 terdapat 12 orang (48
jantung, gagal ginjal, stroke dan kerusakan %) penderita menjawab memiliki
mata. kebiasaan sering mengkomsumsi makanan
Gaya hidup merupakan faktor gurih, cepat saji, santan,gorengan dan juga
penting yang mempengaruhi kehidupan daging, 9 orang (36%) mengatakan kurang
masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat melakukan aktivitas atau pun olahraga
dapat menjadi penyebab terjadinya secara teratur dan 4 (16%) berusia ≥ 50
hipertensi misalnya aktivitas fisik, stres, tahun.
dan Pola makan yang salah merupakan
salah satu faktor resiko yang meningkatkan
[161]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[162]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[163]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[164]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[165]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
darah pada penderita hipetensi. Hasil 20 menit/ hari selama 5 hari dalam satu
penelitian Andria (2013) juga minggu dengan intensitas berat untuk
menyimpulkan adanya hubungan antara mendapatkan hasil yang optimal dari
prilaku olahraga dengan tingkat hipertensi aktivitas fisik atau olahraga.Para ahli
pada lanjut usia. Demikian juga dengan epdemiologi membagi aktivitas fisik
penelitian Rumsari (2009) yang kedalam 2 kategori, yaitu aktivitas fisik
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan terstruktur (kegiatan olahraga) dan
antara riwayat aktivitas fisik dengan aktivitas fisik tidak terstruktur (kegitan
kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun. sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan
Aktivitas fisik umumnya diartikan bekerja (Fatmah, 2011 dalam Lilianty
sebagai gerakan tubuh yang ditimbulkan Fauzi, 2014).
oleh otot-otot skeletal dan mengakibatkan Dari pembahasan di atas dan masalah
pengeluaran energi.Bagi yang mempunyai yang terjadi pada responden diketahui
satu atau lebih faktor resiko hipertensi, kurangnya penyuluhan dari tenaga
aktifitas fisik dapat mencegah terjadinya kesehatan khususnya pihak Puskesmas
peningkatan tekanan darah. Bagi penderita Tulang Bawang I sehingga responden tidak
hipertensi ringan, aktifitas fisik dapat mengetahui pentingnya melakukan
mengendalikan tekanan darah, sehingga aktivitas fisik. Dengan masalah yang
mungkin tidak diperlukan lagi peengobatan terjadi maka peneliti menyimpulkan bahwa
farmakologis. Olahraga secara teratur ada hubungan aktivitas fisik dengan
idealnya 3-5 kali dalam seminggu dan kejadian hipertensi
minimal setengah jam setiap sesi dengan
instensitas sedang. Olahraga yang
dianjurkan bagi penderita hipertensi yang KESIMPULAN
sifatnya ringan seperti jalan kaki, joging ,
bersepeda (Sustranim, 2004 dalam Hasil penelitian menyimpulkan
Sulistiyowati, 2009) bahwa ada hubungan antara pola makan
Menurut WHO,2011 Aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh Tulang Bawang I, dimana pola makan
otot tubuh dan sistem penunjangnya dari buruk beresiko untuk menderita hipertensi
setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh 4,31 kali lebih besar dibandingkan dengan
otot rangka yang memerlukan pengeluaran pola makan baik. Hasil penelitian juga
energi. Kurangnya aktivitas fisik menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
merupakan faktor resiko independent aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi
untuk penyakit kronis, dan secara di Puskesmas Tulang Bawang I, dimana
keseluruhan diperkirakan menyebabkan responden yang melakukan aktivitas fisik
kematian global. ringan beresiko mengalami hipertensi
Aktivitas fisik mempengaruhi sebesar 2,255 kali lebih besar
stabilitas tekanan darah. Pada orang yang dibandingkan dengan yang melakukan
tidak aktif melakukan kegiatan fisik aktivitas fisik sedang dan berat.
cenderung mempunyai frekuensi denyut Berdasarkan kesimpulan di atas
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut makan penulis menyarankan agar
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih Puskesmas Tulang Bawang I
keras pada setiap kontraksi. Makin keras meningkatkan upaya promotif dan
usaha otot jantung dalam memompa darah, preventif, melalui kegiatan senam maupun
makin besar pula tekanan yang dibebankan olehraga bagi kelompok masyarakat yang
pada dinding arteri sehingga meningkatkan beresiko mengalami hipertensi. Selain itu
tahanan perifer yang menyebabkan juga dapat dilakukan dengan upaya deteksi
kenaikan tekanan darah. WHO dini penderita hipertensi dan penyuluhan
merekomendasikan untuk melakukan tentang pentingnya pencegahan hipertensi
aktivitas fisik dengan intensitas sedang dengan berbagai macam metode dan
selama 30 menit/ hari dalam 1 minggu atau media.
[166]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357
[167]