Anda di halaman 1dari 16

SENYAWA KIMIA TANAH, HUBUNGAN KIMIA TANAH DAN KUALITAS AIR

TANAH, SERTA TEKNIK SAMPLING KIMIA TANAH

DISUSUN OLEH

Kelas    : 1D3A Kesehatan Lingkungan

Kelompok          : 8

Nama Anggota   :1. Adinda Rahmannita(P21345119002)

2. Dinda Dwi Mu’ariffah (P21345119020)

3. Efriza Zahwa(P21345119021)

4. Fachri Fahlevi Oktariawan(P21345119023)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2019

16

Kata Pengantar

 
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas kelompok mata kuliah  Kimia Lingkungan. Tanpa izin-Nya tentu kami
belum tentu mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis tentunya mengucapkan rasa terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia membantu dalam penyusunan makalah ini, termasuk orang tua
kami yang telah memfasilitasi.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dan dosen untuk mengembangkan makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang
terjadi. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin 

Jakarta, November 2019 

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar…………………......………………...................…………..…  i

Daftar Isi…………………………….……………………..…........................... ii 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………...……..................………. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………….….........………..... 2


1.3 Tujuan………………………..…………...............…..............…….  2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kimia Tanah.........................…...….................………..... 3

2.2  Sifat dan Kandungan Kimia Tanah .................................................. 4

2.3 Hubungan Kimia Tanah dan Kualitas Air Tanah............………...... 9

2.4 Teknik Sampling Kimia Tanah ........................................................ 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………..…….……........................  16 

Daftar Pustaka………….....................………………………………............... 17

16

16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan tubuh alam dihasilkan dari berbagai proses dan faktor pembentuk yang berbeda. Karena itu
tanah mempunyai karakteristik yang berbeda demikian akan memerlukan manajemen yang berbeda pula untuk
tetap menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut. Koloid tanah yang memiliki muatan negatif besar akan
dapat menyerap sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat diserap koloid dalam bentuk dapat tukar pada pH
tertentu disebut kapasitas tukar kation. Kapasitas tukar kation merupakan jumlah muatan negative persatuan berat
koloid yang dinetralisasi oleh kation yang mudah diganti.

Kapasitas tukar kation didefinisikan sebagai nilai yang diperoleh pada pH 7 yang dinyatakan dalam milligram
setara per 100 gram koloid. Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat,
kandungan bahan organik dan pH tanah. Kapasitas tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung
pH dapat berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang sangat masam menyebabkan tanah kehilangan
kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar karena perkembangan
muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit menjadi sangat berkurang karena perubahan pH dari menjadi 5,5.
Kapasitas tukar kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7. Kapasitas tukar kation menunjukkan
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut.

Untuk mencari atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan dua teknik yaitu pengambilan contoh
tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Lugito, 2012).

Pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus
mewakili suatu areal atau luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah kontaminasi,
jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang variabilitas kesuburannya tinggi (Poerwowidodo,
1991).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah Pengertian Tanah dan Kimia Tanah ?

 
2) Apa saja  sifat dan kandungan kimia dalam tanah ?
3) Apakah hubungan kimia tanah dan kualitas air tanah ?
4) Bagaimanakah teknik sampling kimia pada tanah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kimia tanah.
2. Mengetahui sifat dan kandungan kimia tanah.
3. Mengetahui hubungan kimia tanah dan kualitasair tanah.
4. Mengetahui Teknik sampling kimia tanah.

 
 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kimia Tanah

2.1.1 Pengertian Tanah


1) Menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis)

Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
2) Menurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi)

Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak dipermukaan
bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk,
iklim, organisme, topografi, dan waktu.
3) Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi)

Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.


4) Pengertian Tanah oleh Ahli Tanah

Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut: 
"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke
akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa
organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B,
Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan.

2.1.2 Pengertian Kimia Tanah

Kimia tanah adalah studi mengenai karakteristik kimiawi dari tanah. 


Kimia tanah menyangkut komposisi mineral, bahan organik, dan faktor lingkungan.

2.2  Sifat dan Kandungan Kimia Tanah

2.2.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi
daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH
lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya
tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral
meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam
dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah
yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam
Na (Anonim 1991).

2.2.2 C-Organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan
keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia,
fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik
(Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di
tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun
dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik
mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat
mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).

2.2.3 N-Total

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi
terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).

Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :

Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar

(1) Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, (2) Pupuk, (3) Air Hujan

Sumber Nitrogen berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah
sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai
bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi
oleh aktifitas jasad renik tanah.

Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme. Kandungan N total
umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3
% dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman
pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik
meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun
bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam
siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami
imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi,
hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena
pengendapan.

2.2.4 P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah.
Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Siklus Fosfor sendiri dapat
dilihat pada gambar di bawah.

Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan
mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).

Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor
anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik.
Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah
tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga
penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005).
Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.

2.2.5 Kalium (K)

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion
K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium
yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya
sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.

Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses
dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian
besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan
tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah
ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation
tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.

2.2.6 Natrium (Na)

Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam
menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang
berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau
muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen
dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl).
Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim
kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam
tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
 

2.2.7 Kalsium (Ca)

Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+
dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah,
mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabe  ssy 1988). Adapun manfaat dari
kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu
keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).

2.2.8 Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan
magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum
waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).

2.2.9 Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-
tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah
sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :
1) Reaksi tanah
2) Tekstur atau jumlah liat
3) Jenis mineral liat
4) Bahan organik dan,
5) Pengapuran serta pemupukan.

Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena jumlah humus dan liat
serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

2.2.10 Kejenuhan Basa (KB)

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation
yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa
mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH.
Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap.
Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang
berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim
1991).

Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam
melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila
kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan
basa

2.3 Hubungan Kimia Tanah dan Kualitas Air Tanah

Karakteristik kualitas air tanah dipengaruhi oleh gerakan ke bawah dari air pada daerah imbuhan
(perkolasi) dan gerakan lateral melalui akuifernya (aliran bawah). Efektif atau tidaknya proses penjernihan itu
dipengaruhi oleh kedalaman tanah diatas muka air tanah (water table), jenis tanah dan konsentrasi bahan pencemar
di dalam air yang berperkolasi. Jika muka air tanahnya relatif dalam atau tanahnya kurang berpori proses
penjernihan akan lebih bagus, dan imbuhan akuifernya akan terhindar dari bahan-bahan organik yang bisa
menurunkan kualitas air tanah. Namun jika muka air tanahnya dangkal serta tanahnya berpori, gas-gas terlarut,
nitrat, sulfat, senyawa organik yang terlarut dan garam yang terlarut dapat masuk ke dalam sistem air tanah.

Selain itu, sistem pembuangan limbah padat domestik dan industri yang apabila tidak dikelola dengan
baik dapat juga masuk kedalam sistem air tanah, dimana bahan kimia dan gas-gas hasil pembusukan dengan
konsentrasi tinggi akan hanyut masuk melalui pori-pori tanah dan akan sampai kedalam lajur freatik sehingga
dapat menurunkan kualitas dan mutu air tanah (tercemar). Air tanah di kawasan pertanian juga sangat rawan
tercemar apabila sisa pestisida (residu) masuk melalui pori-pori tanah dan meresap sampai ke dalam lajur
freatik.

Bukan hanya itu, ketika berperkolasi air tanah juga melarutkan mineral yang terkandung dalam lapisan
tanah dan batuan, sehingga kadar mineral dalam air tanah menjadi tinggi. Batuan yang mudah terlarut dapat
menambahkan mineral terlarut secara mencolok, khususnya kalsium bikarbonat ( Ca(HCO ) ), magnesium
3 2 

bikarbonat ( Mg(HCO ) ), kalsium sulfat (CaSO ), magnesium sulfat (MgSO ). Mineral-mineral ini
3 2  4 4

sesungguhnya tidak berbahaya bagi kesehatan, asalkan tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
seperti yang tertera dalam Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air
Minum.

 
2.4 Teknik Sampling Kimia Tanah

Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia
dari sampel tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat
digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila sampel tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.

Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh
dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan sampel tanah pada lahan kering
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.

2.4.1 Peralatan untuk pengambilan sampel sampel tanah


1) Alat untuk mengambil sampel tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul, sekop.
2) Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah untuk
mencampur atau mengaduk
3) Ember plastik untuk mengaduk kumpulan sampel tanah individu
4) Kantong plastik agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic untuk label.
5) Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6) Spidol (water proof atau permanen) untuk menulis isi label
7) Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.

2.4.2 Hal- hal yang perlu diperhatikan : 


1) Jangan mengambil sampel tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi sekitar rumah
dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan
bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
2) Permukaan tanah yang akan diambil sampelnya harus bersih dari rumput- rumputan, sisa
tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
3) Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong plastic yang
digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk keperluan lain.

2.4.3 Macam-macam Contoh (Sampel) Tanah

Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan beberapa macam contoh tanah,
antara lain:
1) Contoh Terduga (Judgemental Sample)

Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan pemetaan yang ditemui pada areal
survei. Lokasi pengambilan contoh tanahditentukan secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat
kepercayaan data yangdiperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung dari tingkat pengalaman (keahlian) si
pengambil contoh.
2) Contoh acak (Random Sample)

Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalamdaerah survei mempunyai
kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukandengan menggunakan tabel bilangan random. Satu
pasangan angka random yangdiperlukan untuk pemilihan lokasi contoh berdasarkan atas sistem koordinat.
3) Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample )

Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalahsuatu cara yang paling efektif
untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilancontoh. Hal ini berarti dapat meningkatkan akurasi atau
mengurangi jumlahcontoh tanah yang diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei kedalam
areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan pemetaanditentukan dengan bilangan
random.
4) Contoh sistematik (Systematic Sample )

Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengansistim Grid yaitu berjarak sama pada
kedua arah. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga yang kurang
terampil. Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tigamacam contoh tanah yaitu :
a) Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan bobot isi (bulk density), susunan pori
tanah, pF, dan permeabilitas tanah. 
b) Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat ) untuk penetapanstabilitas agregat.
c) Contoh Tanah Biasa (Disturbed Soil Sample), untuk penetapan kandunganair, tekstur angka Atterberg,
dan sifat-sifat kimia.

2.4.4 Cara Pengambilan Sampel Tanah


1) Sampel Sesaat (Grab Sample) 

Sampel yng diambil secara langsung dr badan tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya
menggmbarkan karakteritik tanah pada saat pengambilan sampel.
2) Compsite sample (Sampel komposit) 

Sampel campuran dari beberapa waktu pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara
manual ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-waktu
tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan jika ingi mengetahui gambaran tentang
karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus. Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan
yang homogen (10 – 15 Ha). Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit  dapat mewakili
tidak kurang dari 5 hektar. Satu contoh komposit terdiri dari  campuran 15 contoh tanah individu  (sub
samples).
3) Sampel gabungan tempat (integrated sample) 

Sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. 
4) Automatic Sampling (Pengambilan sampelOtomatis)

Cara ini dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara penyeluruh. Peralatan
memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh
otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam
5) Disturb soil samples (Pengambilan  sampel tanah  terganggu), 

Sampel tanah biasa atau tanah terganggu di gunakan untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur dan
konsistensi. Pengangkutan sampel tanah terutama untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus
hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan
6) Undisturb  soil samples (Pengambilan sampeltanah utuh)

Sampel tanah utuh  biasanya diperlukan untuk  analisis sifat fisik tanah (bobot isi, porisitas dan
permeabilitas tanah), sedangkan sampel tanah terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan
sifat fisik tanah lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF). Pengambilan sampel tanah utuh (undisturb soil
samples)  harus menggunakan  “ring samples”, sedangkan sampel tanah terganggu dapat diambil dengan
menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).

Untuk keperluan evaluasi  status kesuburan tanah, sebaiknya sampel yang diambil merupakan contoh
komposit yaitu sampel tanah campuran dari  sampel tanah individu (sub amples). Suatu contoh komposit harus
mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.

2.4.5 Waktu Pengambilan Sampel


1) Sampel tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di laboratorium.
2) Keadaan tanah saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang 
(keadaan kelembaban tanah sedang) yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk dilakukan
pengolahan tanah).
3) Pengambilan sampel tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan
perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.

2.4.6 Frekuensi Pengambilan Sampel

• Secara umum sampel tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman di lapangan.
• Untuk tanah yang digunakan secara intensif untuk budidaya pertanian, sampel tanah diambil paling
sedikit sekali dalam setahun.

• Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, sampel tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.

2.4.7 Cara Mengambil Sampel Tanah Komposit


1) Menentukan tempat pengambilan sampel tanah  individu, terdapat dua cara yaitu  cara sistematik
seperti sistem diagonal atau zig- zag dan  cara acak.
2) Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/ serasah yang
terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
3) Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan sampel tanah sebaiknya pada kondisi
kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah).
Sedang untuk lahan sawah sampel tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi
saat terdapat tanaman.
4) Sampel tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul dan
sekop. Jika menggunakan bor tanah, sampel tanah individu diambil pada titik pengambilan yang telah
ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah
dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang
tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop 

Sampel- sampel tanah individu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic, lalu bersihkan dari
sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil sampel seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan
kedalam kantong plastic (sampel tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman,
kantong plastic yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus
dengan plastic dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label
tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan
plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor sampel tanah, asal dari
(desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi
keterangan, akan lebih baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi .

2.4.8 Pengambilan Sampel Tanah Terusik di Lapisan Permukaan.


1) Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari langsung,datar dan
mewakili tempat sekitarnya.
2) Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaan sehingga tubuh tanah
terlihat.
3) Mengambil sekitar 1-2 kg sampel tanah kering angin dengan menggunakan pacul,cethok dan
memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor
perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.
 

2.4.9  Pengambilan Sampel Tanah Terusik dengan Bor.


1) Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.
2) Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai tekanansampai seluruh
kepala bor terbenam.
3) Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegangan bor tanah ke arah
kiri dengan disertai tarikan.
4) Sampel tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih dandiusahakan
tidak banyak merusak susunan tanah.
5)  Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampaikedalaman yang
dikehendaki.
6) Sampel tanah hasil pengeboran pada setiapketebalan 20 cm itu diletakkan tersusun menurut
kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran profiltanah.

2.4.10 Pemeriksaan Sampel Tanah untuk Pemeriksaan Kualitas Kimia


1) Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger / bor tangan dengan kedalaman
15 – 25 cm
2) Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan dengan mengunakan sekop kecil
3) Lakukan pelabelan pada kemasan sampel, dengan rincian:

a.       Tanggal pengambilan sampel        : ………………..

b.      Lokasi pengambilan sampel          : ………………..

c.       Jenis sampel                                  : Padatan / sampah / tanah *)

d.      Jenis pemeriksaan                          : Fisik / kimia / mikrobiologi dan parasitologi*)

e.       Nama petugas                               : .................... Tanda Tangan : ….................

 
 
4) Masukan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cairan, dan gas,
mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan system yang
terbuka dengan terjadinya proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan

Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah
keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di
dalam program uji tanah. Analisis kimia dari sampel tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien,
rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila sampel tanah yang diambil tidak
mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan
sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 

Pesan untuk Student Bisnis: http://klikdynasis.net/?id=AB148

Sifat-sifat kimia Tanah: http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/

Kimia Tanah: http://www.datafilecom.co

http://youda.wordpress.com/2008/11/13/teknik-pengambilan-sampel/

http://www.batan.go.id/datalingkungan/index.php?id=9.

http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=138:cara-pengambilan-contoh-
tanah-untuk-analisis-uji-tanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&Itemid=53

http://riskirana.blogspot.com/2011/10/teknik-pengambilan-sampel-
tanah.html

16

Anda mungkin juga menyukai