Anda di halaman 1dari 6

.

 Carbon dioksida (CO2)


Gas ini adalah hasil dari proses oksidasi lengkap, seperti pembakaran bahan bakar. Gas ini
dikeluarkan oleh hewan selama bernafas, selama pembusukan aerobik dari semua bahan organik karbon
dan dari oksidasi mineral. Misalnya, batu kapur yangdipanaskan pada suhu tinggi memancarkan karbon
dioksidayang menyisakan kapur mentah.
Konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer diperkirakan telah meningkat dari 275 ppm sekitar
tahun 1850 menjadi 345 ppm di tahun 1985 dan memberikan sumbangan terhadap pemanasan global
sebagai konsekuensi dari “efek rumahkaca”. 
Secara global, Indonesia menduduki peringkat kesembilan di antara 50 negara yang menghasilkan
gas-gas rumah kaca tertinggi pada tahun 1987. Namun, bila diperhitungkan dengan jumlah penduduknya,
Indonesia tidak termasuk di antara 50 negara peringkat puncak, di mana emisi per kapita tahunan dari gas-
gas rumah kaca adalah 1,5 ton.
CO2 dapat dihilangkan dari atmosfer melalui:Konsumsi dalam fotosintesis dan Reaksi lambat
dengan batu silikat batu kapur dan dolomit.
 
 
4. Oksida Sulfur
Oksida sulfur menyebar luas di udara, terdapat dalam bentuk SO, SO2, SO3, SO4, S2O3 dan
S2O7. 
SO2 merupakan gas tak berwarna, tak mudah meledak dan tak mudah terbakar dengan bau
belerang, berasa pada konsentrasi 0,3 ppm dan berbau pada konsentrasi 0,5 ppm. Sangat larut dalam air dan
diperkirakan diudara 2 – 4 hari dan dapat menyebar sampai jarak 1000 km. Relatif stabil di udara, SO2
bereaksi sebagai reduktor maupun oksidator, sehingga dapat menghasilkan SO3 , H2SO4 dan garam-garam
sulfur. Pembakaran sampah dan bahan bakar fosil menimbulkan > 80% emisi SO2.
 
5. Sulfur dioksida
Jumlah emisi dunia sekitar 100 juta ton/tahun. Sulfur dioksida adalah hasil pokok dari pembakaran
sulfur (belerang) dalam bahan bakar dan secara langsung hampir proporsional dengan jumlah yang ada
dalam bahan bakar.  Beberapa bagian dari sulfur dioksida ini, diperkirakan 20% mengandung bahan bakar
sulfur rendah tetapi tidak lebih dari 5% dengan bahan bakar sulfur tinggi, dikonversi bentuknya menjadi
sulfur trioksida, yang pada gilirannya digabungkan dengan uap air dalam gas cerobong asap, membentuk
asam belerang.
SO2 dihilangkan dari atmosfer dalam waktu sekitar 43 hari. penghilangan SO2 sebagai berikut: 

• SO2 + O2  SO3 + H2O  H2SO4 + NH3, Lime à amonia sulfat, kalsium sulfat 

• SO2 + NH3, langsung kalsit kapur àOksidasi sulfit àsulfat (presipitat)


 
6. Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen (NOx) terdapat dalam bentuk NO, NO2, N2O, N2O3, N2O4 dan N2O5. NO dan
NO2 merupakan bentuk yang sangat penting dalam pencemaran udara. Lebih berat dari udara dan larut
di dalam air membentuk asam-asam nitrit dan oksida nitrogen. Sumber antara lain pembakaran bahan bakar
minyak dan pembakaran sampah. 
Nitrogen oksida dibentuk dalam konsentrasi 200–600 ppm dalam cerobong asap dari hampir semua
proses pembakaran. Ini merupakan susunan yang sama dengan sulfur oksida dalam bahan bakar sulfur yang
lebih rendah. Mereka melakukan pelanggaran yang lebih sedikit walaupun mungkin tidak kurang
berbahayanya daripada sulfur dioksida, karena oksida dari nitrogen merupakan penyumbang utama asbut
fotokimia.
Oksida dari nitrogen adalah polutan gas utama dari gas yang dibakar unit pembangkit tenaga.
Pembersihan NOx: Asam nitrik bila terbentuk bereaksi dengan amonia atau kapur à amonia nitrat
atau kalsium nitrat.
 
7. Hidrokarbon
a. Metan. 
Metan dianggap sebagai gas yang secara relatif tidak berbahaya, sering ditemukan di pertambangan
dan dipancarkan dari penguraian anaerobik bahan organik, seperti pupuk. Dalam konsentrasi tinggi
ia akan berlaku sebagai suatu asphyant, sedangkan jika bercampur dengan udara menjadi eksplosif.
Metan dianggap menjadi penyumbang besar terhadap pemanasan global dan meningkat dari 0,7
ppm sekitar tahun 1850 menjadi 1,7 ppm pada tahun 1985
b. Hidrokarbon non metan. 
Sisa hidrokarbon yang volatil dikelompokkan bersama dan disebut “hidrokarbon non- metan” dan
penting dalam pencemaran udara karena tidak seperti halnya metan, yang secara relatif stabil, dapat
diserang oleh oksidan dalam atmosfer danakan ikut serta dalam reaksi-reaksi fotokimia.
Hidrokarbon dihilangkan melalui serangkaian reaksi fotokimia.
 
8. CFC
CFC adalah gas yang sangat stabil yang digunakan secara luas di seluruh dunia sebagai refrigeran
(pendingin) dan hingga akhir-akhir ini, sebagai pressure pack propellant, tiupan busa (foam blowing), cuci
kering (drycleaning) dan di industri elektronik.  Suatu kelompok bahan kimia sejenis yang disebut “halon”
digunakan dalam alat pemadam kebakaran. Tidak ada reaktan yang dikenal untuk CFC dalam troposfir,
oleh karena itu CFC tinggal di dalam troposfir selama 50–100 tahun, lambat-laun naik ke stratosfir dimana,
dengan fotolisis, mereka gagal melepaskan atom khlorin yang sangat reaktif.  CFC dianggap
bertanggungjawab atas penipisan ozon di dalam stratosfir.
CFC merupakan penyumbang besar terhadap pemanasan global dan konsentrasi CFC dalam
troposfir telah meningkat dari yang hampir nol menjadi hampir satu bagian per milyar selama 50 tahun
terakhir ini. Sifat dan tingkat keprihatinan yang dialamatkan pada CFC membutuhkan dilaksanakannya
perjanjian lingkungan internasional, dan hingga Maret 1985 49 negara telah menyatakan persetujuannya
dalam sebuah sidang PBB dalam rangka melindungi lapisan ozon. “Protokol Montreal” ini, yang dirunding
ulang pada tahun 1990, menuntut dihentikannya penggunaan khlorokarbon dan fluorokarbon tertentu pada
akhir abad ini dan memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dalam melaksanakan transisi
ini. 
Melalui tindakan seperti pemulihan dan pendauran ulang CFC spesifik, hasilnya sudah sangat cepat,
dengan tingkat target CFC yang secara dramatis berkurang sejak dilaksanakannya sidang ini.
 
9. Pb (Timah Hitam)
Pb telah lama digunakan sebagai zat tambahan berupa TEL (Tetra ethyl Lead) dengan rumus
kimianya (C2H5)4Pb, untuk meningkatkan kadar oktan bensin. Dengan demikian Pb hanya ditemukan
pada sisa pembakaran bahan bakar bensin. TEL merupakan senyawa garam metalorganik yang tercampur
dalam bensin dan ikut terbakar. Pada saat pembakaran, TEL tersebut mengalami dekomposisi secara termis
membentuk oksida Pb dengan mekanisme sebagai berikut:  PbO + OH- PbO(OH)  PbO(OH) + OH-
PbO2 + H2
Bahan bakar bensin mengandung 2,5 sampai ml Pb setiap gallonnya. Pb yang tersebar diudara bila
terhisap hidung, 70% diantaranya akan bersarang dalam jaringan tubuh. Serbuk Pb yang halus itu
(penampangnya kuranglebih 1 mikron), bila terhirup keadalam paru-paru akan menyebar keseluruh
jaringan tubuh melalui pembuluh darah. Sedangkan yang masuk tubuh melalui makanan dan minuman
paling banyak 25% yang tertinggal.
Di Jakarta, pencemaran logam berat Pb makin serius dan di beberapa tempat sudah melebihi
ambang batas yang ditetapkan.  Pada tahun 1988 emisi Pb di Jakarta mencapai 1,6 ton per hari. Sedangkan
konsentrasi Pb di Jakarta mencapai 2 µg/m³ (dengan baku mutu 0,06 µg/m³). Jumlah ini akan diperkirakan
meningkat terus sejalan dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang berkisar antara 4–10% per
tahun. 
Pembukaan terhadap timbal dalam jumlah yang terlalu besar dapat menggangu kesehatan,
khususnya berkaitan dengan pengembangan intelek anak-anak kecil. Dampak tingkat Pb yang tinggi
terhadap tumbuh- tumbuhan dan binatang belum diteleti secara seksama, dan belum ada pengertian yang
baik mengenai ini.

2.3.3 SUMBER PENCEMARAN UDARA 


Sumber pencemran udara di bagi menjadi 2 bagian, yaitu dari kegiatan manusia dan faktor alam

• Kegiatan manusia 
o Transportasi 
o Rokok
o Industri
o Penggunaan zat – zat kimia yang di semprotkan ke udara 
o Kegiatan rumah tangga
 
• Faktor alam 
o Debu akibat letusan gunung berapi 
o Semburan gas CO2 
o Proses pembusukkan sampah organik 
 
2.4  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) 
Saat ini Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di Indonesia adalah Indek Standar
Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 /
MENLH / 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan diantaranya : bahwa untuk memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas
udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar
Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien
di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan
makhluk hidup lainnya.
Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur
menjadi suatu angka yang tidak berdimensi. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3 : Rentang Indeks Pencemaran Udara
Katagori   Rentang  Penjelasan 
Baik  0-50 Tingkat kualitas udara yang tidak
memberikan efek bagi kesehatan manusia
atau hewan dan tidak berpengaruh pada
tumbuhan, bangunan, atau nilai estetika.
Sedang  51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan manusia
ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika
Tidak sehat 101-199 tingkat kualitas udara yang bersifat
merugikan pada manusia atau kelompok
hewan yang sensitif atau bisa
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan
ataupun nilai estetika
Sangat tdk 200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat
sehat merugikan kesehatan pada sejumlah
segmen populasi yang terpapar
Berbahaya  300- Tingkat kualitas udara berbahaya yang
lebih secara umum dapat merugikan kesehatan
yang serius
Data Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian Stasiun Pemantauan Kualitas Udara
Ambien Otomatis. Sedangkan Parameter Indeks Standar Pencemar Udara meliputi : 
a Partikulat (PM10)
b Karbondioksida (CO) 
c Sulfur dioksida (SO2).
d Nitrogen dioksida (NO2).
e Ozon (O3)  
Perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan oleh Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan, yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107
Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, memuat diantaranya adalah : 1. Parameter-
Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara (Ispu) Dan Periode Waktu Pengukuran, selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 2.  
Tabel 4. Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Dan Periode Waktu
Pengukuran
No  Parameter  Waktu pengukuran
1 Partikulat 24 jam (pengukuran periode rata-
rata)
2 Sulfur dioksida 24 jam (pengukuran periode rata-
rata)
3 Karbon monoksida 8 jam (pengukuran periode rata-rata)
4 Ozon 1 jam (pengukuran periode rata-rata)
5 Nitrogen dioksida 1 jam (pengukuran periode rata-rata)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
PENUTUP
 
4.1.       Kesimpulan
Teknk sampling kualitas udara dilihat dari lokasi pemantauannya terbagi dalam 2 katagori yaitu teknik sampling
udara emisi dan teknik sampling udara ambien.
Di tinjau dari tujuan dan lokasinya, sampling atau pengambilan contoh udara dapat dibedakan menjadi sampling
ambien dan sampling emisi sumber.Pengambilan titik sampling udara berbeda – beda sesuai dengan bentuk wadah
atau daerah udara yang akan disampling.
Parameter Kualitas udara digunakan sebagai indikator kualitas
udara. Parameter kualitas udara terbagi dalam3 kategori yaitu beradasarkan kualitas fisik, kimia, danbiologi.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara
bebas.
4.2.       Saran
Setelah mempelajari makalah ini, semoga wawasanpengetahuan lebih menambah dalam memahamipengertian uda
ra emisi dan ambien, berbagai macam pencemaran udara serta mengetahui cara pengambilan titik samplingnya.
 

Anda mungkin juga menyukai