Review Kom-Org
Review Kom-Org
NIM : 1181003097
Systems Approaches
Kartz dan Kahn (1978) berargumen bahwa organisasi harus terkonseptualisasi sebagai
sistem terbuka yang kompleks yang membutuhkan interaksi antar bagian-bagian
komponennya dan berinteraksi dengan lingkungan untuk bisa tetap bertahan. Meski
begitu, hampir semua sistem teori menganut aspek tertentu dari sistem metafora.
Pertama sistem terbentuk dari system components. Lalu kita meninjau bagaimana
sistem bekerja – system process. Pada akhirnya, kita mendiskusikan karakteristik unik
yang terdapat pada komponen-komponen dan proses tersebut – system properties.
· System Component
1. Hierarchial Ordering
Komponen sistem tersusun dalam cara yang kompleks yang mencakup subsystem dan
supersystem – hierarchial ordering. Contohnya adalah pada sistem organisasi rumah
sakit. Sebuah rumah sakit terdiri dari beberapa departemen subsystem, termasuk unit
operasi, unit penyembuhan, ruang gawat darurat, laboratorium dan kantor. Subsytem
terdiri atas sebuah kelompok kecil atau individual. Sedangkan supersystem mencakup
organisasi yang lebih besar, seperti klinik, rumah sakit, perusahaan asuransi, dll.
2. Interdependence
Ciri ketiga dari komponen sistem adalah memiliki permeable boundaries yang
memungkinkan informasi dan material mengalir masuk dan keluar. Tingkat dari
permeabilitas berbeda dari sistem ke sistem, ada yang relatif tertutup, dan ada yang
relatif terbuka. Misalnya, rumah sakit harus terbuka terhadap lingkungan luar sehingga
pasien, informasi, dan sumber daya dapat masuk dan keluar dari organisasi. Unit
rumah sakit harus terbuka satu sama lain untuk mempermudah aliran dari pasien,
informasi, dan sumber daya. Permeabilitas ke lingkungan luar juga dapat menyebabkan
masalah bagi sistem. Di organisasi, permeabilitas juga dapat menjadi racun.
· System Process
1. Exchange
Aktifitas input dan output yang jelas. Baik masukan bahan dan informasi dan keluaran
dari hasil bahan dan informasi mencakup proses pertukaran dengan lingkungan luar
sistem. Proses pertukaran erat kaitannya dengan permeabilititas batas sistem.
2. Feedback
bebas rokok. Jenis feedback ini membantu mengubah keseluruhan sistem daripada
mempertahankannya dalam keadaan stabil.
· System Properties
1. Holism
Sistem lebih dari total bagian-bagiannya. Sistem memiliki property ini karena sifat saling
bergantung dari komponen dan informasi yang mengalir melalui proses feedback dan
pertukaran.
2. Equifinality
Sistem dapat mencapai keadaan akhir yang sama dari kondisi awal yang berbeda-beda
dan langkah bervariasi.
3. Negative Entropy
Entropy adalah kecenderungan dari sistem tertutup untuk memburuk. Misalnya, jika
tubuh benar-benar tertutup dari lingkungannya (tidak menerima makanan, air, atau
oksigen), tubuh akan cepat memburuk. Sebaliknya, sistem terbuka dicirikan dengan
entropi negatif atau kemampuan mempertahankan diri dan tumbuh.
4. Requisite Variety
Properti ini menyatakan bahwa pekerjaan internal sistem harus bermacam-macam dan
rumit sebagaimana lingkungan tempat mereka melekat. Jika tim atau unit tidak mampu
menyadari, menyerap, dan berurusan dengan variasi di lingkungannya, mereka tidak
akan berkembang dan bertahan.
Teori cybernetic systems berurusan dengan proses melalui fisikal, natural dan sistem
organisasi diarahkan untuk mencapai tujuan sistem. Cybernetic systems terdiri dari
beberapa komponen yang saling berhubungan, yaitu:
1. System goal yang terletak di pusat kontrol. Tujuan sistem adalah target untuk aspek
tertentu dari operasi sistem. Misalnya, tubuh manusia memiliki tujuan sistem untuk
menjaga temperatur sekitar 98.6o Fahrenheit.
Berdasarkan kerja fisika dan kosmologi, area teori memiliki cabang yang terkenal
dengan label chaos theory, complexity theory, dan self-organizing systems theory. Jika
diaplikasikan ke dalam studi komunikasi dan organisasi, area tersebut mengusulkan
cara baru berpikir mengenai organisasi sebagai different kinds dari sistem, dan sebagai
kelompok gagasan tersebut dapat dianggap sebagai new science. Inti dari gagasan
new science adalah gagasan bahwa tidak semua sistem di alam dan
masyarakat dijelaskan oleh fisika klasik. Sistem di new science tidak dilihat linear dan
berusaha menuju keseimbangan, tetapi sistem yang kompleks dan adaptif yang dapat
muncul dari gangguan, yang membuat perbedaan, yang sistem komplesk sering
dipertahankan dalam bentuk fraktarl, dan yang efek besar dapat berasal dari prubahan
sangat kecil. New science lebih menekankan pada pentingnya kompleksitas, informasi
fluktuatf, dan inovatif yang dapat muncul ketika sistem pada the edge of chaos.
Faktor ini diperoleh dari ide new science mengenai keterkaitan dan ketergantungan dari
kesatuan dalam fisika kuantum.
Faktor ini ditekankan karena sifat partisipatif dari semesta dan karena partisipasi yang
dilakukan secara serius adalah jalan keluar dari ketidakpastian dan kualitas remang dari
ketidakobjektifan dari dunia yang kita tinggali.
Weatly menyatakan bahwa perubahan organisasi, bahkan pada sistem yang besar,
dapat diciptakan oleh kelompok kecil individual atau juara.
Dalam new science, perubahan terjadi pada ujung kekacauan ketika kita terbuka pada
ide di sekitar kita. Wheatley menyatakan kita perlu membuka gerbang untuk lebih
banyak informasi, di tempat yang lebih banyak, dan mencari informasi yang ambigu,
kompleks, dan tidak ada nilai langsung.
· Network Analysis
1. Properties of Networks
Tujuan dari network analysis adalah memetakan aliran yang bergerak pada anggota
jaringan. Beberapa cara untuk mengarakterisasi jaringan mencakup konten jaringan,
tipe jaringan, dan kepadatan jaringan.
a. Network content
Mengarah pada stuff yang mengalir melalui hubungan dalam jaringan. Misalnya, Tichy,
Tushman, dan Fombrun melihat konten jaringan menjadi empat kategori: barang dan
jasa, informasi, ekspresi perasaan, dan usaha untuk memengaruhi atau mengontrol.
b. Network mode
c. Network density
Jaringan komunikasi yang tingkat padatnya tinggi terdapat banyak koneksi antara
anggota, sebaliknya kurang padatnya jaringan hubungannya lebih longgar.
Jaringan dapat dapat dilihat dari level analysis. Jaringan intraorganisasi akan melihat
koneksi antara individu dalam organisasi, sedangkan jaringan interorganisasi akan
melihat hubungan banyak organisasi. Dalam global dan masyarakat kompleks, jaringan
interorganisasi antara lain bisnis, pemerintah, dan organisasi nonpemerintah.
Mengarakterisasi koneksi yang menghubungkan anggota. Tiga cara yang paling sering
digunakan yaitu strength, symmetry, dan multiplexity.
a. Strength
Didefinisikan dalam berbagai cara. Misalnya, hubungan yang kuat dapat terjadi ketika
terdapat kesepakatan yang baik dari alur komunikasi antara dua orang, yang telah
terjadi selama jangka waktu yang lama, atau pertukaran informasi yang dianggap
penting oleh partisipan jaringan.
b. Symmetry
Hubungan komunikasi mengacu pada dua orang yang terlibat dalam hubungan memiliki
jenis hubungan yang sama satu lain. Misalnya, hubungan sesama coworker adalah
simetris.
c. Multiplexity
Mengacu pada jenis konten yang berbeda yang mengalir melalui hubungan tertentu.
3. Network Roles
Melihat aktor individual dalam jaringan. Tiap node dalam jaringan dapat dideskripsikan
dalam berbagai cara. Salah satu caranya ialah menyadari peran jaringan. Network role
menjelaskan cara individu terhubung satu sama lain dan terhubung dengan berbagai
cara.
· Modeling Techniques
Bab 5
Cultural Approaches
Dalam chapter ini kita akan meninjau dua perbedaan cara berfikir tentang budaya. Yang
pertama berawal dari business press yang terkenal tiga dekade yang lalu – melihat
budaya sebagai sesuatu yang dimiliki oleh organisasi. Berdasarkan pendekatan ini,
memiliki budaya yang “benar” bisa membangun atau menghancurkan sebuah
organisasi. Pendekatan yang kedua menganggap budaya adalah sebagaimana sebuah
organisasi. Edgar Schein, mengkonsepkan budaya sebagai sebuah asumsi, nilai, sikap,
dan artefak dimana sebuah organisasi sebagai usaha untuk beradaptasi dengan
kemungkinan organisasi-organisasi eksternal dan internal. Mari kita lihat metode
penelitian yang digunakan untuk menginvesitagi budaya organisasi.
1. Metafora dari budaya disuarakan oleh para akademisi dan praktisi. hal ini
menjelaskan organisasi dilihat sebagai arena kompleks dari sejarah dan nilai
dibandingkan sebagai institusi rasional.
Deal dan Kennedy (1982) berpendapat bahwa bisnis yang sukses bisa ditingkatkan
melalui pengembangan dari “strong” culture. Jika sebuah organisasi memiliki komponen
dari strong culture, ini akan menjadi tempat yang baik bagi invidu untuk bekerja dan
akan
1. Values adalah kepercayaan dan visi yang di pegang oleh sebuah organisasi
2. Heroes adalah individu yang memberikan contoh dari value organisasi tersebut.
3. Rites and Rituals adalah upacara yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk
merayakan value dalam organisasi tersebut.
4. Cultural Network adalah sistem komunikasi yang dibentuk dan diperkuat melalui
value budaya organisasi tersebut.
Setelah melihat budaya sebagai “thing” yang harus diatur, peneliti sekarang mulai
melihat budaya sebagai munculnya nilai-nilai dan terfragmentasi, praktek, narasi dan
artefak yang membuat organisasi tertentu "what it is". Putnam (1983) pendekatan
interpretatif ini mempertimbangkan “cara individu memahami dunia mereka, melalui
penerapan perilaku
komunikatif mereka”. Empat hal yang menggaris bawahi perbedaan antara pendekatan
presciptive dan pendekatan yang sekarang digunakan: culture is complicated, cilture is
emergent, culture is not unitary, dan culture is often ambiguous.
Budaya organisasi adalah budaya yang secara sosial diciptakan melalui interaksi antar
anggota organisasi. Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo (1983) mengambil pendekatan
dalam ranah budaya di pekerjaan mereka “Organizational Communication as Cultural
Performance” pembelajaran budaya organisasi berkonsentrasi pada proses komunikasi
dimana budaya diciptakan. Mereka lebih lanjut menyatakan bahwa proses komunikasi
ini dapat dikonsepkan sebagai “performances” yang interactional, contextual, episodic,
dan improvisational.
Edgar Schein adalah seorang akademisi menejemen dan konsultan yang tertarik
menjadi role leader dalam pengembangan dan pengutamaan dari sebuah budaya
organisasi. Model dari Schein ini membantu kita untuk mengerti bagaimana budaya
bisa dimengerti dalam variasi bentuk dan konteks organisasi.
A Definition of Culture
A Model of Culture
Setelah definisi budaya, Schein mengatur empat model yang menjelaskan variasi
elemen dalam budaya dalam tiga level yang berbeda.
· Level 1: Artifacts
Level yang paling terlihat dalam model Schein terdiri dari physical dan social
environment yang anggota organisasi ciptakan. Indikator budaya yang berbeda
termasuk dalam level observable ini. Artifak yang nyata diperlihatkan oleh anggota
organisasi dan perilaku mereka. Sebagaimana peneliti mencoba menginvestigasi dan
memahami budaya organisasi dengan mempertimbangkan manisfestasi yang terlihat
ini. Inverstigator akan melihat artifak yang beragam seperti arsitektur, furnitur,
tekhnologi, pakaian, dokumen tertulis, dan seni. Investigator akan melihat perilaku yang
membentuk pola komunikasi seperti forms of address, decision-making styles,
communication during meetings, the use
of various technologies dan meluas dimana work takes place in dispersed physical
locations.
Level kedua dalam model Schein terdiri dari nilai individu dan grup. Values
menggambarkan kecenderungan atau what “ought” to happen. Contohnya: seorang
individu yang memegang hard work akan menghabiskan waktu yang lebih lama di
kanto. Manager yang memegang nilai inovatif akan menghargai pekerja yang datang
dengan ide baru. Oleh karenanya, level ini menggambarkan kepercayaan tentang
bagaimana sesuatu harus dikerjakan dalam organisasi.
1. Organisasi tidak memiliki value tapi individu memilikinya, individu dalam organisasi
mungkin memegang beragam nilai yang bervariasi yang akan berkontribusi pada
keberadaan subbudaya organisasi.
2. Nilai budaya terkadang individu mengatakan mereka memegang budaya tertentu tapi
perilaku mereka mendustai pernyataan mereka. Oleh karenanya, Schein melabeli label
kedua ini sebagai “espoused values” yang menekankan value dan behavior tidak selalu
cocok.
Pada diskusi awal kita tentang budaya orgnisasi, beberapa poin telah ditekankan.
Pertama, budaya organisasi direflesikan oleh serangkaian rumit assumptions, values,
bahaviours, dan artifatcs. Kedua, budaya organisasi berubah seiring waktu ketika grup
mengadaptasi kontigensi lingkungan. Ketiga, organisasi biasanya terdiri dari subbudaya
yang ada di beragam tingkat harmoni atau kompetisi. Keempat, budaya organisasi
diciptakan dan dipertahankan melalui interaksi komunikatif di anggota organisasi.
Metode penelitian kemudian digunakan untuk investigasi budaya.
Istilah ethnography artinya “the writing of culture,” dan metode enthnographic berbeda
secara dramatis dari tekhnik ilmu tradisisosial (Goodall, 2000). Untuk memulainya,
ethnographer mendekati budaya orgnaisasi sebagai sebuah “text” yang harus dibaca.
Agar bisa menguraikan text, ethnographer akan mencoba membaur dalam kehidupan
organisasi. Contohnya: ethnographer yang mencoba mempelajari restoran fast food
mungkin akan bekerja sebagai flipping burgers (participation observation); mungkin
menghabiskan banyak waktu menyaksikan interaksi di restauran (non-participation
observation); mungkin menganalisa training manuals dan work-related memos (archival
anyalisis); atau berbicara dengan pekerja tentang values, metaphor, heroes, rules, dan
stories. Sebenarnya, ethnographer mungkin akan melakukan hal-hal tersebut dengan
tujuan untuk minimize jarak diantara peneliti dengan budaya yang diinvestigasi.
Pemahaman yang mendalam tentang budaya didapatkan melalui personal experience
(Jackson, 1989).
Ketika peneliti budaya telah membangun teori dasar tentang budaya organisasi,
ethnograpgy dari budaya bisa ditulis menjadi social science article (literature review,
methods, results, discussion).
Lebih lanjut, ethnographer akan mencoba menjelaskan “cultural tale” untuk membantu
pembaca memahami organisasi secara mendalam dan detail. Van maanen (1988) telah
mendiskusikan 3 jenis cultural tales yang bisa ceritakan tentang budaya organisasi.
Pertama – a realist tale- seperti dokumentasi, ethnpgrapher mencoba menyediakan
sesuatu yang komplit dan objektif atas apa yang telah diobservasinya di organisasi.
Kedua, a confesionnal tale, yaitu tenang ethnoghrapher dan apa yang ditelitinya. Disini
peneliti berbicara secara personal tentang bagaiamana pengalamannya dalam
investigasi tersebut. Terakhir, imppresional tale adalah narasi dimana informasi tentang
budaya dibagi menjadi sebuah cerita yang memiliki alur drama. Critical tales- adalah
narasi yang mengekspresikan tujuan yang tidak terungkapkan dari kekuatan yang
menggerakan organisasi.
Oleh karenanya, peneliti yang terkait dalam budaya organisasi terkadang berbeda dari
peneliti tradisional social science. Peneliti biasanya menggunakan metode kualitatif dari
observasi, termasuk participant observation, nonparticipant observation, archival
analysis, dan interviews. Peneliti kemudian mencoba mendapatkan pemahaman
budaya yang menjadi dasar observasi. Akhirnya, peneliti membagikan pemahaman
budaya ini dengan pembacanya melalui cerita yang mereflesikan complex, emergent,
and interactional performance