1) (EVA) Spermatogenesis sendiri berasal dari kata ‘spermato’ yang memiliki arti
benih, dan ‘genesis’ yang berarti pembelahan. Spermatogenesis adalah proses pembentukan
sel sperma di dalam testis pria. Sel sperma diproduksi pada tubulus seminiferus di dalam
testis. Tubulus seminiferus terdiri dari tunika jaringan ikat fibrosa (tunika fibrosa), lamina
basalis yang berbatas tegas, dan epitel germinativum/kompleks seminiferus. Pada lapisan
paling dalam yang melekat pada jaringan ikat dekat lamina basalis terdiri atas sel mieloid
yang menyerupai epitel selapis. Epitel terdiri atas 2 sel yaitu sel sertoli atau penyokong yang
berfungsi memberikan makanan untuk sel sperma yang belum matang. dan sel seminal atau
turunan spermatogenik. Sel seminal ini yang akan berproliferasi menghasilkan spermatozoa.
4) (WEDA) Satu sel benih yang belum matang membutuhkan waktu hingga 74 hari
untuk mencapai kematangan akhir. Selama proses spermatogenesis, lebih dari 300 juta
spermatozoa akan diproduksi setiap hari. Tetapi, dari sebanyak itu, hanya ada sekitar 100 juta
sel sperma yang berhasil matang dengan sempurna pada proses akhir. Bagian kepala sperma
memiliki kromosom dan juga memiliki struktur badan yang disebut akrosom. Akrosom yang
mengandung enzim hidrolitik dan proteinase yang akan melepaskan sel korona radiata dan
mencernakan zona pelusida. Saat spermatozoa bertemu ovum, akrosom akan lisis sebagian
dan mengeluarkan enzim yang dikandungnya sehingga memudahkan penetrasi sperma ke
ovum hingga menembus lapisan sel telur. Di bagian tengah akrosom terdapat mitokondria
kecil yang berfungsi menyediakan energi untuk menggerakkan ekor sperma. Bagian ekor
spermatozoa dibentuk oleh sentriol dan akan timbul flagelum yang digunakan untuk
pergerakan spermatozoa.
OOGENESIS
5) (WINA) Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Proses oogenesis terjadi dalam tiga tahapan yaitu penggandaan, pertumbuhan, dan
pematangan. Tahan penggandaan terjadi dalam ovarium janin ketika masih dalam kandungan.
Pada saat tahap ini, sel primordial (bakal calon ovum) mengalami pembelahan mitosis
membentuk oogonium yang bersifat diploid (2n). Proses oogenesis berlangsung sejak
individu dalam bentuk janin/embrio. Ovarium dalam tubuh embrio berjumlah sekitar 600.000
oogonium yaitu sel induk yang berasal dari telur yang terdapat pada sel folikel ovarium yang
bersifat diploid. Pada saat embrio berumur lima bulan, oogonium memperbanyak diri secara
mitosis membentuk kurang lebih 7 juta oosit primer yang mempunyai 46 kromosom. Pada
saat umur 6 bulan, oosit primer dalam tahap meiosis (profase I), setelah itu, terjadi
pengurangan jumlah oosit primer sampai lahir. Bayi yang lahir memiliki dua ovarium yang
mengandung sekitar 2 juta oosit primer. Kemudian, oosit primer yang sedang tahap
membelah tersebut istirahat (dorman) sampai masa pubertas. Pada waktu anak berumur 7
tahun jumlahnya susut lagi menjadi sekitar 300.000 – 400.000 oosit primer.
7) (VIKKA) Oosit sekunder yang bersifat haploid akan meninggalkan tuba ovarium
menuju tuba falopi dan membelah menjadi ootid dan badan polar. Sedangkan badan polar
pertama menghasilkan dua badan polar. Ootid ini akan berkembang menjadi ovum apabila
bertemu dengan spermatozoa atau sel sperma. Proses ini nantinya akan mengalami degenerasi
atau perubahan. Jika setelah degenerasi ootid tidak bertemu dengan sel sperma dan
pembuahan tidak terjadi, maka siklus oogenesis terulang kembali dan akan mengalami
menstruasi.
8) (FERA) Namun, jika terjadi pembuahan oleh sperma maka oosit sekunder akan
melengkapi tahapan meiosis II. Hasil dari tahapan tersebut adalah satu sel yang besar disebut
ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua. Saat menjelang terjadinya peleburan
inti sel telur dengan inti sperma, ootid berkembang menjadi ovum (telur). Ketiga badan polar
yang menempel pada ovum tidak berfungsi dan mengalami degenerasi atau
kemuduran/peluruhan.
9) (VALENT) Jadi, tahapan secara umum adalah Oogonium → oosit primer → oosit
sekunder dan 1 badan polar → ootid dan 3 badan polar → ootid menjadi ovum dan badan
polar mengalami degenerasi.
Hormon-hormon yang Mempengaruhi Oogenesis
Proses yang terjadi pada oogenesis dipengaruhi oleh berbagai jenis hormon. Hormon –
hormon tersebut dihasilkan oleh hipofisis dan ovarium. Beberapa hormon yang berperan
dalam proses oogenesis beserta fungsinya diberikan sepeti berikut.
Estrogen: menunjukkan ciri – ciri sekunder pada wanita yang telah masuk
pubertas/dewasa