Anda di halaman 1dari 70

PROBLEM BASE LEARNING

LATAR BELAKANG MASALAH IV

Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Pembimbing:
Eirene E.M. Gaghauna , S.Kep.,Ns.,MSN

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Agung Wicaksono 11194561920073
2. Hifzhi Fadlianor 11194561920088
3. Ivana Itasia Putri 11194561920089
4. Merry Lidya 11194561920092
5. Novi Mahrita 11194561920102
6. Ni Komang Tri Mega Y. 11194561920097
7. Raihana 11194561920103
8. Wayan Lilis Alfiyanti 11194561920112
9. Yulia Puspita Sari 11194561920114

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
KASUS LBM IV :
Anak laki-laki usia 7 tahun beberapa hari ini sering merasa mengantuk
dan tidur lebih lama dari biasanya, saat ditanya mengeluh sering merasa
pusing, terkadang nausea dan muntah, iritabilitas juga dialami dalam 2
hari ini. Oranag tuanya mengira anaknya kelelahan karena hobby main
bola sampai tidak kenal waktu. Sebelum memeriksakan anaknya ke
dokter pasien mengalami hiperpireksia 1 hari dan kejang tonik-klonik
selama hamper 15 menit. Muntah 3-4 kali per hari setiap makan dan
minum. Setiap habis kejang pasien tidak sadar. Tiga hari sebelum
hiperpireksia, mengalami anoreksia karena pharyngitis yang dideritanya.
Ibu dan kaka pasien juga memiliki riwayat kejang pada saat bayi. Riwayat
kelahiran pasien adalah di tolong dukun. Pasien hanya pernah imunisasi
1x pada saat bayi. TTV Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,3⸰ C.
Kaku kuduk (+). Dokter yang memeriksa melakukan tes meningeal sign,
dan melakukan serangkaian tes darah.

1
JUMP 1 : KATA – KATA SULIT
1. Nausea
Sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah (Dorland,2015)
2. Iritabilitas
Sifat mudah marah (Dorland,2015)
3. Hiperpireksia
Peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus
(Dinarello, 2015).
4. Kejang tonik klonik
Kejang yang ditandai dengan tiada aura, mulai mata ke atas, kontraksi
tonik umum, sianosis, lalu kontraksi klonik & ritmik berulang – ulang
beberapa menit, sering kencing spontan, lalu bingung.
5. Anoreksia
Menurunnya atau hilangnya nafsu makan (Dorland,2015)
6. Pharingitis
Sakit tenggorok; radang faring (Dorland,2015)
7. Meningeal sign
Tanda-tanda adanya perangsangan selaput otak, bisa terjadi karena
infeksi (meningitis), zat kimia (bahan kontras), darah (perdarahan
subarachnoid/SAH), atau invasi neoplasma (meningitis carcinomatosa)
(Bahrudin, 2017)
8. Kaku kuduk (+)
Kaku kuduk (leher kaku) adalah Sensasi nyeri atau rasa tidak nyaman di
leher ketika mencoba untuk menggerakkan atau memutar kepala dari sisi
ke sisi. Leher kaku juga dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit
yang mendasari. Contohnya meliputi keseleo, otot tegang, posisi tidur
yang tidak nyaman, duduk di meja dengan ergonomi yang buruk, atau
kurang gerak (Dinarello, 2015).

2
JUMP 2 : MENGIDENTIFIKASI MASALAH (PERTANYAAN PADA KASUS)
1. Apa penyebab pasien merasa mengantuk dan tidur lebih lama ?
2. Mengapa usia mempengaruhi faktor resiko meningitis ?
3. Mengapa anak laki-laki lebih dominan terkena meningitis ?
4. Apa yang menyebabkan pusing tersebut dan kapan pusing tersebut
muncul ?
5. Apa selalu terjadi iritabilitas pada pasien meningitis ?
6. Apakah pada pasien meningitis selalu mengalami iritabilitas ?
7. Apakah pada pasien meningitis selalu merasa mual dan muntah ?
8. Apakah tanda gejala pusing,nausea dan muntah selalu sama pada tanda
gejala meningitis ?
9. Apakah kelelahan termasuk dalam tanda gejala meningitis ?
10. Apakah aktifitas berlebihan memperberat meningitis ?
11. Apakah iritabilitas bisa di alami lebih dari 2 hari ?
12. Apakah pada pasien meningitis tanda gejala nya selalu muncul
bersamaan hiperpireksia ?
13. Bagaimana proses hiperpireksia pada pasien meningitis ?
14. Dampak negatif dari kejang tonik-kronik ?
15. Apakah pada pasien meningitis sering terjadi kejang tonik-kronik dan
durasi nya berapa lama ?
16. Apakah hiperpireksia boleh ditangani dengan kompres hangat ?
17. Bagaimana cara penanganan kejang tonik-kronik yang efektif ?
18. Apakah ada terapi non farmakologi pada menginitis sebelum dibawa
keRumah sakit?
19. Penyebab pasien tidak sadarkan diri setelah kejang ?
20. Apakah pharyngitis penyebab meningitis ?
21. Apakah pharyngitis penyebab hiperpireksia ?
22. Apakah meningitis dapat menyebabkan berat badan turun drastis ?
23. Pemenuhan pola nutrisi pada pasien meningitis ?
24. Apakah hubungan riwayat kelahiran pasien berpengaruh pada kondisi
pasien saat ini ?
25. Apakah kejang tonik klonik adalah hal yang genetik atau bisa terjadi pada
keturunan selanjutnya ?
26. Apakah pada pasien menginitis bisa dilakukan vaksin ulang?
27. Apakah imunisasi yang tidak lengkap bisa menyebabkan menginitis?

3
28. Apakah melakukan tes menigeal sign efektif untuk mencegah terjadinya
kejang tonik-kronik ?
29. Apakah kaku kuduk selalu ada pada pasien meningitis ?
30. Serangkaian tes darah apa saja yang dilakukan pada pasien meningitis ?
31. Apakah meningitis dapat di sembuhkan ?
32. Apakah kejaang bisa dialami sampai dewasa?
33. Apakah ada tindakan operasi pada kepala pada kasus menginitis?
34. Apakah meningitis bisa sampai menjadi kanker otak ?
35. Apakah peradangan pada selaput meningen bisa menyebar ke seluruh
bagian otak ?
36. Apakah meningitis bisa mempengaruhi proses berpikir anak ?
37. Apakah meningits menghamabt perkembangan semua sisitem saraf di
otak ?
38. Bagaimana prognosis meningitis ?
39. Apa saja pemeriksaan penunjang meningits selain tes meningeal dan cek
darah?
40. Apakah penyebab yg paling sering terjadinya meningitis ?
41. Apakah ada imunisasi tertentu yg bersiko paling tinggi jika tidak diberikan
sehingga menyebabkan mengintis ?
42. Apakah meningitis bisa terjadi saat embrio berkembang di rahim?
43. Bagaimana pusing yang di rasakan pasien menginitis apakah ada
perbedaan dari pusing pada umumnya?
44. Bagaimana prodsedur pemriksaan tes meningeal sign?
45. Apa diagnosa yng bisa diangkat dri kasus meninginitis?
46. Sebagian meningitis dapatt di cegah melalui vaksin, Apa sajakah jenis
dari vaksin tersebut?
47. Bagaimana rangkaian prosedur yg dilkukan petugas kesehatan saat
pasien mengalami kejang?
48. Bagaimana cara mencegah penyakit meningitis?
49. Tindakan pencegahan apa yang tepat untuk mencegah terkena kaku
kuduk?
50. Pasien meningitis sering muntah,apakah dapat menyebabkan
kekurangan volume cairan dalam tubuh?
51. Pharyngitis tipe berapa yg akan di alami oleh pasien meningitis?

4
52. Tindakan perawat dalam mengatasi kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pentingnya imunisasi ?
53. Tindakan keperawatan apa yang akan di lakukan pada meningitis yang
sudah sangat parah?
54. Bagaimana pencegahan kekambuhan pada pasien meningitis ?
55. Terapi yang tepat untuk anak penderita meningitis?
56. Apakah keparahan meningitis bisa diukur?
57. Apakah leukosit pasien meningits meningkat sangat tinggi?
58. Bagaimana perawatan yang paling efektif pada pasien meningits?
59. A+pa saja sistem tubuh yang terpengaruh akibat meningitis?
60. Apakah EEG termasuk pemeriksaan penunjang mengintis?
61. Apakah tindakan pertama yang di lakukan perawat saat terjadinya kejang
tonik kronik?
62. Berapa lama waktu penyembuhan pasien yang tetkena penyakit
miningitis?
63. Apa yang menyebabkam mual muntah pada pasien miningitis?
64. Bagaimana proses terjadinya kejang tonik kronik pada pasien miningitis?
65. Apaka kejang tonik kronik pada pasien miningitis bisa berulang?
66. Apakah tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien meningitis?
67. Obat apa yang diberikan pada pasien meningitis?
68. Apakah pada pasien meningitis selalu tergantung dengan obat?
69. Komlikasi apa yang terjadi pada pasien meningitis ?
70. Apakah ada perbedaan tanda dan gejala antara meningitis yang diderita
oleh bayi, anak-anak dan orang dewasa ?
71. Apakah meningitis dapat kambuh sewaktu-waktu akibat konsumsi
makanan yang salah ?
72. Apakah ada efek samping setelah dilakukannya operasi pada pasien
meningitis
73. Apa perbedaan kaku kuduk pada pasien meningitis dan pasien
hipertensi ?
74. Apakah meningitis termasuk dalam penyakit autoimun ?
75. Apakah meningitis dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada pasien
anak ?
76. Apa perbedaan meningitis yang disebabkan oleh virus dan yang
disebabkan oleh bakteri ?

5
77. Berapa lama waktu yang di tempuh untuk sembuh dari bakteri
meningitis ?
78. Mengapa vaksin meningitis sangat dibutuhkan oleh anak – anak ?
engapa meningitis mengakibatkan kadar glokusa berkurang dalam cairan
serebrospinal ?
79. Bagaimana seorang bisa terjangkit meningitis ?
80. Yang mana lebih sering mengakibatkan meningitis. bakteri atau virus ?
81. Apa saja cara mencegah meningitis ?
82. Apakah meningitis yag disebabkan oleh bakteri selalu berakhir fatal ?
83. Mengapa meningitis mengancam jiwa ?
84. Mengapa penyakit meningitis menyebabkan peningkatan TIK
85. Apa perbedaan demam biasa dengan demam pada pasien meningitis ?
86. Apakah demam pada meningitis termasuk proses infeksi
87. Apakah meningitis mempengaruhi sistem kerja pembuluh darah
88. Apakah meningitis dapat menyebabkan gangguan persepsi sesnori
pendengaran dan penglihatan ?
89. Apakah virus meningitis dapat menular melalui udara ?
90. Apakah ada kelainan bentuk kepala pada pasien meningitis ?

6
JUMP 3 : MENJAWAB PERTANYAAN PADA JUMP 2
1. Yang menyebabkan pasien meningitis mengantuk dan tidur lebih lama
karena peradangan pada selaput saraf pusat yang bisa saja
menyebabkan rangsangan ingin tidur biasa nya terjadi pada orang
dewasa.
2. Usia sangat mempengaruhi biasa nya terjadi pada bayi 0 bulan sampai
usia 5 tahun dan bakteri meningitis terdapat pada usia 20 tahun yang
mempunyai lingkungan yang sangat padat.
3. Karena pada laki laki biasanya sering menggunakan rokok sehingga lebih
meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
4. Yang menyebabkan pusing dapat muncul dikarenakan peradangan
selaput otak dan sumsum tulang belakan hingga menyebabkan pasien
tersebut pusing dan pusing tersebut tidak tercatat jelas kapan muncul
akan tetapi biasa nya muncul pada malam hari.
5. Biasanya pada pasien meningitis tidak bisa terlalu menguras tenaga dan
terlalu di bebankan sehingga muncul iritabilitas atau frustasi (marah).
6. Biasanya pada pasien meningitis tidak bisa terlalu menguras tenaga dan
terlalu di bebankan sehingga muncul iritabilitas atau frustasi (marah).
7. Gejala mual dan muntah ini di pengaruhi oleh kinerja otak oleh
pertumbuhan bakteri meningitis.
8. Selalu bersamaan karena nausea sama halnya dengan mual dan muntah
9. Kelelahan termasuk dalam tanda dan gejala meningitis karena pada
pasien meningitis tidak bisa mengalami yang nama nya kelelahan akan
mengakibatkan iritabilitas.
10. Aktivitas yang berlebihan akan sangat mempengaruhi pada pasien
meningitis karena akan menyebabkan penderita meningitis menjadi
frustasi atau mudah marah.
11. Iritabilitas pada pasien meningitis bisa di alami dalam waktu lebih dari 2
hari lamanya karena berhubungan dengan proses penyakit.
12. Pada pasien meningitis tanda dan gejalanya tidak muncul secara
bersamaan dengan hiperperiksia. Hiperperiksia muncul apabila proses
penyakit mencapai pada fase infeksi.
13. Proses hiperperiksia pada pasien meningitis terjadi karena proses
penyakit di dalam otak mencapai fase infeksi sehingga merespon otak.

7
14. Dampak negatif dari kejang tonik kronik adalah Menggigit pipi atau lidah,
sulit bernapas Pucat
15. Kejang tonik klonik pada pasien meningitis adalah kondisi yang
disebabkan oleh gelombang otak yang bekerja secara abnormal dan
durasinya sekitar 10 sampai 15 menit
16. Hiperperiksia boleh ditangani dengan kompres hangat,
17. Cara menangani pada saat kejang adalah pasien di miringkan agar tidak
tergigit lidah, dan tidak sesak napas.
18. Terapi nonfarmakologis pada meningitis tidak ada
19. Pada saat kejang pasien tidak sadarkan diri, setelah kejang berakhir
pasien akan sadar dengan keadaan tampak bingung. Hal ini disebabkan
karena respon dari otak secara spontan
20. Pharyngitis bukan penyebab dari meningitis. Tetapi pharyngitis dan
meningitis sama – sama berasal dari bakteri dan virus.
21. Tidak, karena pharyngitis ialah nyeri pada tenggorokan sedangkan

hiperpireksia suhu tubuh yang melebihi 42 c, jadi tidak ada hubungannya.

22. Tidak, karena meningitis menyebabka radang selaput otak.


23. Harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter dan menanyakan
makanan atau minuman apa saja yang bisa memenihi nutrisi atau gizi
pada pasien meningitis.
24. Tidak, karena meningitis disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau jamur.
25. Tidak, karena kejang disebabkan oleh gangguan pada otak.
26. Tidak, karena vaksin yaitu proses dari imunisasi yang dilakukan pada
anak baru lahir sampai usia 9 bulan.
27. Tidak, karena meningitis disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau jamur
dan penyebarannya melalui udara (batuk atau bersin).
28. Tidak, karena tes meningeal sign untuk pemeriksaan terjadinya kaku
kuduk.
29. Iya, karena kaku kuduk salah satu dari gejala umum meningitis.
30. menurut saya, pemeriksaan laboraturium pengambilan sampel darah.
31. Meningitis dapat disembuhkan apabila mengikuti perawatan rutin yang
sesuai dengan anjuran dokter

8
32. Bisa, apabila seseorang mengalami demam yang suhunya melebihi 380C,
hal itu dapat menyebabkan demam yang berakhir kejang
33. Ada, karena penyakit meningitis terdapat dikepala
34. Bisa, karena meningitis terjadi pada bagian otak pasien
35. Bisa karena selaput meningen rusak akibat virus pada meningitis
36. Bisa karena mempengaruhi saraf kerja otak
37. Iya menghambat karena selaput meningen yang rusak
38. Meningitis disebabkan oleh virus sebaliknya cenderung sembuh sendiri
dan jarang fatal, meningitis dapat menyebabkan kematian apabila tidak
ditangani
39. Pemeriksaan penunjang meningitis selain tes meningeal dan cek darah
adalah tes punsi lumbal dan CT Scan
40. Penyebab yang paling sering menyebabkan meningitis adalah virus dan
bakteri meningitis
41. Ada salah satunya adalah vaksn menginitis dimana vaksin tersebut
mengantung antigen untuk kekebalan tubuh terhadap mikroorganisme.
42. Bisa, karena salah satu faktor menginitis adalah ginetik/keturunaan dan
ibu hamil lebih rentan terserang infeksi
43. Pusing yang dirasakan oleh pasien menginitis biasanya lebih berputar-
putar dan sakit yang parah dari pusing pada umunya
44. Prosesur pemeriksaan, pertama memeriksa kaku kuduk, pemeriksaan
pad persendiaan, dan memeriksa seluruh tubuh dengan cara digerakan
45. Nyeri, kekurangan volume cairan, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi,
hipertermi, risiko cidera.
46. Vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hiv)/vaksin Menginitis
47. Tindakan pertama mengatur posisi pasien dengan kepala miring, agar
tidak menghambat jalan nafas.
48. Memberikan imunisasi lengkap, menjaga daya tahan tubuh.
49. Kompres dengan air dingin atau hangat, dan pastikan pasien aktif
bergerak.
50. Iya, karena pasien menginitis sering mual muntah sehingga
mengakiatkan banyak carian yang keluar dari tubuh dan dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan cairan.

9
51. Pharyngitis yang di alami oleh pasien adalah pharyngitis akut,karena
pada tanda gejala nya adalah nyeri tenggorokan,kadang di sertai demam
dan batuk dan durasi nya tidak terlalu lama.
52. Pemberian edukasi dari petugas kesehatan secara rutin tentang
pentingnya imunisasi dalam pertumbuhan anak untuk mencegah
tertularnya penyakit yang menyebabkan sistem imun menurun
53. Pada pasien meningitis yang parah diberikan tindakan terapi konservatif
(terapi antibiotik), kartiko steroid (untuk mengurangi efek edema herniasi
yang mengancam dan menimbulkan defisit neurologik fokal ) dan terapi
operatif (untuk penanganan vokal infeksi setelah operasi mastoidektomi)
54. Untuk mencegah kekambuhan diberikan vaksin untuk mencegah pasien
terpapar kembali dari virus dan bakteri selain itu perlu dilakukan adalah :
a. Istirahat yang cukup
b. Menghindari asap rokok
c. Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi
d. Cuci tangan tiap kali beraktivitas
e. Rutin berolahraga
f. Jangan berbagi makanan atau barang pribadi
g. Gunakan masker
h. Pilih makanan yang telah dipasteurisasi
55. Pasien akan diberikan tindakan terapi konservatif, kartiko steroid, terapi
operatif dan terapi suportif.
56. Tingkat keparahan meningitis tergantung dari cara penularan dan sumber
vektor seperti virus,jamur,bakteri dll. Namun perlu di ketahui bahwa
meningitis ada yang akut dan kronik
57. Sebagian pasien yang terkena meningitis terjadi peningkatan leukosit
diatas 100/Mm3
58. Dilakukan emberian antibiok,pemenuhan nutrisi terpenuhi,pantau ttv
selalu observasi keadaan pasien.
59. Sistem imun lemah dan dapat terjadi komplikasi seperti Hilang
pendengaran,gangguan belajar,kejang,kerusakan otak,syok (gangguan
sirkulasi darah),gagal ginjal dan kematian
60. Alat EEG juga termasuk dalam pemeriksaan penunjang pada pasien
meningitis karena EEG adalah alat untuk mereka aktivitas otak.

10
61. Longgarkan pakaian dan miringkan pasien untuk meghindari lidah jatuh
kebelakang agar tidak menutupi jalan nafas pasien.
62. Tergantung tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien dan proses
pengobatannya.
63. Karena adanya peningkatan TIK sehingga menimbulkan pusing dan mual
muntah
64. Karena adanya peradangan dan infeksi sehingga menyebabkan
peningkatan TIK dan terjadi kejang
65. Bisa karena kejang tonik klonik gejalanya hilang timbul pada pasien
meningitis
66. Pusing, mual muntah, kejang , kaku kuduk, dan demam yang sangat
tinggi
67. Obat antibiotik untuk meringankan komplikasi peradangan pada selaput
otak
68. Tergantung tingkat keparahan penyakit meningitis. Pasien meningitis
mungkin akan bergantung pada obat antibiotic.
69. Kerusakan otak, gangguan ingatan dan kesulitan berkonsentrasi
70. Tanda gejala meningitis itu sama antara bayi, anak dan orang dewasa
yang membedakan mungkin tingkat keparahanya dan respon orang
tersebut ketika sakit.
71. Bisa. karena jika mengkonsumsi makanan ya ng sembarangan atau tidak
bersih bisa menyebabkan virus dan bakteri masuk kedalam tubuh.
72. Ada. Seperti nyeri,kemerahan, bengkak
73. Pada pasien menginitis kaku kuduk yang dirasakan seperti leher tidak
bisa digerakan, sedangkan pada pasien hipertensi leher bisa digerakan
namun pada bagian leher nyeri sepeti ditusuk-tusuk
74. Iya, karena pada pasien menginitis mengalami penurunan imun akibat
virus, bakteri, dan jamur.
75. Iya, karena penyakit menginitis menyerang otak, dan kuranganya
imunisasi dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan pda
anak
76. Perbedaannya yaitu menginitis bakteri cepat berkembang didalam tubuh,
sedangkan meginitis virus lebih lambat berkembang ditubuh.
77. Menurut dari kekebalan tubuh masing-masing pasien dan dilihat juga dari
pengobatan yang berikan.

11
78. Untuk menjaga kekebalan tubuh pada anak, sehingga bakteri dan virus
tidak dapat berkembang didalam tubuh.
79. Pertama anak tidak mendapatkan vakin yang lengkap sehingga sistem
kekebalan tubuh anak mudah turun, dan bakteri,virus serta jamur mudah
masuk dan berkembang didalam tubuh.
80. Virus , kerena virus lebih cepat berkembang dalam tubuh.

81. Cara mencegah meningitis yaitu:


a. vaksin meningitis
b. tidak berbagi barang pribadi
c. cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
d. tingkatkan kekebalan tubuh
82. Tidak selalu begitu karena dilihat juga hasilnya bias saja berbeda-beda
tergantung jenis organisme yang menginfeksinya.
83. Karena meningitis adalah infeksi yang menyebabkan radang selaput di
sekitar otak, dan sumsum tulang belakang (meninges).
84. Karena jaringan otak membengkak akibat luka atau penyakit infeksi dari
meningitis dapat menjadi penyebab peningkatan tekanan intracranial.
85. Demam biasa yaitu kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38
derajar celcius. Sedangkan demam pada px meningitis adalah demam
yang tinggi dan merupakan penyakit yang menyerang system saraf
pusat. Dengan tanda gejala flu, leher kaku, mata sensitive terhadap
cahaya, kebingungan dan sulit berkonsentrasi, bintik-bintik merah di kulit.
86. Demam pada px meningitis adalah akibt dari proses infeksi bakteri.
87. Karena mengalami peradangan maka system kerja pembuluh darah nya
akan menjadi terhambat.
88. Meningitis dpt menyebabkan gg dengar akibat peradangan bias merusak
koklea, yang merupakan organ kecil yang bertnggung jawab dalam
mengirimkan sinyal ke otak. Ketika koklea rusak maka koklea tidak bias
merespon pada gelombang suara, sehingga pendengaran pun akan
mengalami masalah. Meningitis juga dpt menyebabkan gg penglihatan
yang bersifat sementara maupun permanen. Diakibatkan karena
pembengkakan di sekitar saraf penglihatan.
89. Ketika orang tersebut batuk atau bersin, bakteri tersebut akan terbang di
udara ketika terhirup oleh orang yang sehat maka bias menyebabkan
meningitis.

12
90. Ketika orang tersebut batuk atau bersin, bakteri tersebut akan terbang di
udara ketika terhirup oleh orang yang sehat maka bias menyebabkan
meningitis.

13
JUMP 4 : MENJAWAB JUMP 2 SESUAI LITERATURE
1. Gejala umun yang biasanya terjadi pada pasien meningitis adalah sakit
kepala, leher kaku di sertai demam. Dan gejala non spesifik seperti lekas
marah dan udah merasa ngantuk karena di sebabkan oleh infeksi virus
bakteri yang terjadi pada sel selaput otak dan sumsum tulang belakang.
(Rajendra 2016)
2. Kebanyakan pada penderita meningitis ditemukan pada usia di bawah 5
tahun. Meningitis bakteri umumnya ditemukan pada penderita di bawah
usia 20 tahun, khusus nya mereka yang tinggal di lingkungan padat
penduduk. (Rajendra 2016)
3. Faktor resiko meningitis yang lebih bayak pada laki-laki dari pada
perempuan memang ada di sebutkan namun penjelasan mengapa
mengenai gal ini dapat terjadi, tidak ada data yang menjelaskan secara
langsung. Akan tetapi, hal ini mungkin dikaitkan oleh beberapa faktor
misalnya pada laki-laki lebih sering dalam penggunaan rokok terjadinya
infeksi termasuk meningitis. Kemudian para lelaki biasanya rentan terjadi
infeksi yang berat, setelah mengalami suatu trauma luka atau operasi
tertentu, kejadian trauma kepala yang lebih tinggi pada lelaki dapat
meningkatkan resiko meningitis. (Rajendra 2016).
4. Bukan sekedar pusing akan tetapi bisa menyebabkan sakitkepala yang
berkepanjangan biasa nya dirasakan dalam 1 minggu setelah terinfeksi dan
pada saat yang sama demampun muncul. Dan akan terjadi pada kapan
saja. (Siti ,2018).
5. Pada pasien meningitis sering terjadi iritabilitas karena pasien tidak bisa
kelelahan dan mengakibatkan frustasi dan marah hingga menyebabkan
iritabilitas (Siti ,2018).
6. Pada pasien meningitis sering terjadi iritabilitas karena pasien tidak bisa
kelelahan dan mengakibatkan frustasi dan marah hingga menyebabkan
iritabilitas (Siti ,2018).
7. Gejala mual dan muntah ini di pengaruhi oleh kinerja otak oleh
pertumbuhan bakteri meningitis (Siti ,2018)
8. Gejala mual dan muntah ini di pengaruhi oleh kinerja otak oleh
pertumbuhan bakteri meningitis. Biasa nya selalu berdampingan dengan
nausea (Siti ,2018).

14
9. Kelelahan termasuk dalam tanda dan gejala meningitis karena pada pasien
meningitis tidak bisa mengalami yang nama nya kelelahan akan
mengakibatkan iritabilitas (Siti ,2018).
10. Aktivitas yang berlebihan akan sangat mempengaruhi pada pasien
meningitis karena akan menyebabkan penderita meningitis menjadi frustasi
atau mudah marah (Siti ,2018).
11. Iritabilitas pada pasien meningitis bisa di alami dalam waktu lebih dari 2 hari
lamanya karena berhubungan dengan proses penyakit dan respon dalam
otak (Alimul, 2014).
12. Pada pasien meningitis tanda dan gejalanya tidak muncul secara
bersamaan dengan hiperperiksia. Hiperperiksia muncul apabila proses
penyakit mencapai pada fase infeksi yang direspon oleh otak (Alimul,
2014).
13. Proses hiperperiksia pada pasien meningitis terjadi karena proses penyakit
di dalam otak mencapai fase infeksi sehingga merespon otak pada bagian
hipotalamus (Alimul, 2014).
14. Negatif dari kejang tonik-kronik adalah mengigit mengigit pipi, lidah,
menggertakkan gigi, buang air kecil tidak terkontrol, pucat dan sulit
bernapas (Aulia, 2014).
15. Kejang tonik klonik pada pasien meningitis adalah kondisi yang disebabkan
oleh gelombang otak yang bekerja secara abnormal dan durasinya sekitar
15 – 20 menit ( Galang, 2015 ).
16. Hiperperiksia boleh ditangani dengan kompres hangat, karena kompres
hangat hanya tidak boleh digunakan pada Penderita penyakit jantung dan
pembuluh darah, darah tinggi, diabetes, dermatitis ( Allert, 2015 ).
17. Klonik cara menangani pada saat kejang adalah pasien di miringkan agar
tidak tergigit lidah, dan tidak sesak napas ( Rahman, 2012).
18. Terapi nonfarmakologis pada meningitis tidak ada ( Rahman, 2012).
19. Pada saat kejang pasien tidak sadarkan diri, setelah kejang berakhir pasien
akan sadar dengan keadaan tampak bingung. Hal ini disebabkan karena
respon dari otak secara spontan ( Mulyani, 2015)
20. Pharyngitis bukan penyebab dari meningitis. Tetapi pharyngitis dan
meningitis sama – sama berasal dari bakteri dan virus ( Rahman, 2012).
21. Tidak. Penyebab hiperpireksia yaitu infeksi bakteri, virus, dan parasit yang
parah dapat menyebabkan hiperpireksia. Sepsis juga dapat menyebabkan

15
hiperpireksia. Sepsis merupakan komplikasi yang mengancam jiwa dari
infeksi. Dalam sepsis, tubuh Anda melepaskan berbagai senyawa ke dalam
aliran darah Anda untuk membantu melawan infeksi. Hal ini terkadang
dapat menghasilkan respon inflamasi parah yang dapat menyebabkan
kerusakan organ dan kegagalan ( Rahman, 2012).
22. Tidak. Karena Menurut studi yang dirilis The New England Journal of
Medicine, meningitis hanya menyebabkan gejala umum yang terjadi yaitu
sakit kepala, leher kaku disertai demam, kebingungan atau perubahan
kesadaran, muntah, fotofobia atau meningkatnya kepekaan terhadap
cahaya, dan fonofobia alias kepekaan terhadap suara yang juga meningkat
(Aulia, 2017).
23. Konsumsi cairan sebanyak mungkin, untuk mengatasi gejala konsumsi
banyak cairan. Mulai dari air putih, teh, jus jeruk ataupun minuman yang
mengandung banyak isotonik. Adapun makanan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi oleh penderita penyakit meningitis antara lain seperti kacang-
kacangan, buah, sayur dan sereal (Galang, 2017).
24. Tidak. Karena sebagian besar kasus meningitis virus terjadi pada anak
yang usinya masih di bawah 5 tahun. Sedangkan, meningitis bakteri
biasanya mempengaruhi orang-orang yang usianya masih di bawah 20
tahun (Galang, 2017).
25. Kemungkin memilik risiko tinggi untuk mengalami kejang tonik-klonik jika
memiliki keluarga dengan riwayat penyakit epilepsi. Cidera pada otak yang
berhubungan dengan trauma pada kepala infeksi atau stroke dapat
membuat risiko yang tinggi ( Inukirana,2019).
26. Vaksin MCV4 disarankan diberikan kepada anak usia 11 – 12 tahun.
Vaksin meningitis mengandung antigen, yaitu zat yang merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi dan melawan bakteri penyebab
meningitis. Vaksin meningokokus pertama, yaitu MPSV4 (Meningococcal
polysaccharide vaccine), diciptakan pada 1978. Kemudian MCV4
(Meningococcal conjugate vaccine) pada 2005. MPSV4 disebut juga vaksin
meningokokus polisakarida, sedangkan MCV4 disebut vaksin
meningokokus konjugasi. Keduanya melindungi dari empat jenis penyakit
meningokokus yang disebabkan oleh serogroup A, C, W, dan Y
(Allert,2018).

16
27. Tidak. Penyebab paling umum penyakit meningitis adalah virus. Penyebab
lain termasuk bakteri, jamur, parasit, bahan kimia, obat-obatan, dan tumor.
Jika penyebab infeksi meningitis adalah bakteri, bakteri menyebar melalui
pernapasan dan sekresi tenggorokan (batuk, berciuman) (Tania,2018).
28. Tidak. Karena tes menigeal sign dilakukan pada pemeriksaan fisik yang di
dapatkan kekakuan leher. Pemeriksaan Meningeal sign yang paling peka
yaitu pemeriksaan kaku kuduk. (Rani,2013).
29. Tidak. Kaku kuduk tidak selalu muncul pada pasien meningitis (radang
selaput otak), namun banyak penyebab yang lain seperti:
a. Cedera otot/ligamen leher, akibat pergerakan leher yang tiba-tiba
b. Leher berada dalam posisi yang sama terus-menerus dalam jangka
waktu yang lama (misalnya menunduk menatap komputer selama
berjam-jam)
c. Sakit kepala tegang/ Tension headache (merupakan jenis sakit
kepala yang membuat penderitanya merasakan nyeri atau tekanan
secara konstan di kedua sisi kepala) (Muliani Sukiman 2015)
30. Pertama, tes darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tahu
penyebab meningitis yang dialami berasal dari infeksi virus, bakteri, atau
mikroorganisme lainnya. Kedua, tes pecintraan. MRI ataupun CT
Scan kepala, dada, dan sinus juga dapat dilakukan dokter guna
menunjukan kemungkinan adanya infeksi lain yang berhubungan dengan
infeksi ini. Ketiga, tes pungsi lumbar. Tes ini dilakukan untuk mengambil
sampel cairan di tulang belakang untuk memeriksa kadar glukosa (gula
darah), protein, dan sel darah. Tes ini juga membantu dokter untuk
mengetahui bakteri penyebab meningitis (Tania,2018).
31. Meningitis dapat disembuhkan dengan 3 pencegahan yaitu :
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor
resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko
dengan melaksanakan pola hidup sehat.29 Pencegahan penyakit
infeksi meningitis dapat dilakukan dengan pemberian vaksin pada
bayi agar mendapatkan kekebalan tubuh terhadap bibit penyakit
tersebut (Beaglehole,2015)
b. Pencegahan Sekunder

17
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera (Mansjoer,2016):
1. Diagnosis dini
2. Pengobatan

Penderita diberikan pengobatan dengan pemberian antibiotik yang


sesuai dengan jenis penyebab meningitis, yaitu (Soegijanto,2015)
a) Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok :
Ampisilin.
b) Meningitis yang disebabkan Haemophilus influenza :
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol.
c) Meningitis yang disebabkan enterobacteriaceae : Sefotaksim,
campuran trimetoprim dan sulfametoksazol.
d) Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus :
Vankomisin, sefotaksim atau setrifiakson.
e) Bila etiologi tidak diketahui : ampicillin ditambah kloramfenikol
(pada anak) dan ampisilin disertai gentamisin (pada neonates)
c. Pencegahan tersier
Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan
dan kecacatan akibat meningitis dan membantu penderita untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati
lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak
neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk
belajar (Fletcher,2015). Fisioterapi dan rehabilitasi juga dapat
dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat (Mansjoer,2015).
31. Bisa, apabula infeksi semakin memberat maka akan timbul peradangan
korteks dan edema otak dengan gejala-gejala penurunan tingkat
kesadaran, kejang-kejang dan dapat menyebabkan kelumpuhan saraf
otak yang bersifat sementara dan tidak jarang menetap ( Nelson,2016).
32. Penatalaksanaan pada meningitis tergantung pada etiologi meningitis dan
gawat daruratnya, pada penatalakasananan lebih sering memberikan
terapi pada pasien .Pada pasien dengan keadaan syok atau hipotensif,
pemberian infus kristaloid harus segera diberikan sampai euvolemia.
Pada pasien dengan gangguan status mental, perlu dilakukan proteksi
jalan napas dan kontrol agar tidak terjadi kejang. Pada pasien yang
memiliki kondisi cenderung stabil, dilakukan pemberian oksigen, akses

18
intravena, dan pungsi lumbal. Apabila diperlukan, dapat dilakukan
pemeriksaan CT Scan sebelum pungsi lumbal. Kultur darah segera
dilakukan jika dianggap perlu dan dilanjutkan dengan pemberian
antimikroba empiris (Nelson, 2016) .
33. Belum ada literature yang menjelaskan meningitis dapat menyebakan
kanker otak, akan tetapi meningitis dapat menyebabkan infark otak
karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian pada jaringan otak (Jeliffe,2014).
34. Reradangan pada selaput meningen dapat menyebar apabila tidak
ditangani akibat invasi dari bakteri (Soeginajto, 2015).
35. Bisa, karena adanya retardasi mental yang mengakibatan perkembangan
mental dan kecerdasan anak terganggu (Jellife,2014)
36. Bisa menghambat dikarenakan terdapat abses oratk yang menyebabkan
radang yang berisi pus atau nanah pada otak serta adanya arteritis
pembuluh darah otak yang menyebabkan infark orak karena adanya
infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian jaringan otak
(Jeliffe,2014).
37. Prognosis meningitis yang tidak tertangani dapat mencapai mortalitas
hingga 50-80%. Sekitar 10-20% pasien meningitis mengalami gejala
sisa.Walaupun sudah dapat didiagnosis sejak dini dan dilakukan
tatalaksana dengan tepat, masih terdapat 8-15% pasien yang meninggal
dalam 24-48 jam dari onset. Pada kasus meningitis yang tidak
ditatalaksana, angka kematian dapat meningkat sampai 50-80%.Terdapat
10-20% penyintas meningitis mengalami sekuele permanen, seperti
kerusakan otak, kehilangan pendengaran, atau disabilitas fungsional.
Sekitar 14% pasien akan mengalami gangguan pendengaran dan 4%
pasien mengalami hemiparesis (Oord,2018).
38. Beberapa pemeriksaan pada pasien meningitis adalah (WHO,2010)
1. Pemeriksaan purulenta
2. Pemeriksaan serosa
3. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
4. Pemeriksaan tanda kernig
5. Pemeriksaan tanda brudzinski I (Brudzinski Leher)
6. Pemeriksaan tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra lateral Tungkai

19
40. Pada umumnya, penyebab meningitis adalah bakteri dan virus. Meningitis
serosa penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia. Meningitis
purulenta penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumonia
(pneumokok), Nesseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza,
Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,dan Pseudomonas aeruginosa
(Mansjoer,2015)
41. Pemberian vaksin/imunisasi bertujuan agar melindungi pasien dari
penyebab seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan
agar terhindar dari meningitis meliputi:
a. Vaksin pneumococcal. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap
bakteri pneumococcal.
b.Vaksin Hib. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri Haemophilus
influenzae tipe B penyebab meningitis.
c. Vaksin MenC. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri meningococcal
grup C.
d.Vaksin MMR. Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi pasien dari
kondisi yang memicu meningitis, seperti gondongan, campak, dan
rubella.
e.Vaksin ACWY. Vaksin ini memberikan perlindungan pada pasien
terhadap bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y.
f. Vaksin meningitis B. vaksin meningitis B berfungsi untuk melindungi
pasien dari bakteri meningococcal tipe B. (Willy,2018)
42. Tingkat mortalitas akibat meningitis ini bisa mencapai 60 persen, di
dalam kandungan seorang anak bisa terkena meningitis secara
langsung oleh bakteri, virus, dan jamur atau ketika terpapar cairan
vagina saat persalinan.Anak sudah mengalami meningitis (meningitis
-red) di dalam rahim. Kalau misalnya si ibu ada keputihan yang bau,
infeksi saluran kencing, air ketubannya hijau atau pecah lama
sebelum persalinan nah itu bisa ke bayi. (Darmawan,2017)
43. Pusing yang dirasakan oleh pasien meningitis merupakan sakit pada
kepala dan pusing yang berkepanjangan serta terus-menerus.pada
pasien meningitis bukan sekedar pusing biasa, sakit dibagian kepala
yang datang tiba-tiba atau dengan cepat, namun bisa juga dirasakan

20
seminggu setelah terinfeksi dan pada saat yang sama demam pun
muncul (Muhlisin, 2018).
44. Tes meningeal sign
1. Kaku Kuduk/kekuatan nuchal
Pasien tidur terlentang, lalu diperiksa diatas tempat tidurdan coba
menundukan kepala pasien sampai dagu disetujui dada ( fleksikan
kepala). Positif (+) jika ada tahanan atau nyeri saat ditundukan.
2. Brudzinski 1 (tanda leher)
Sama seperti kaku kuduk, pemeriksaan menundukan kepala
sampai dagu pasien bertemu dada ( Fleksikan kepala). Positif jika
saat ditekukan kedua lutut terangkat (+ jika sendi paha fleksi).
3. Brudzinski 2 (tanda kaki kontralateral)
Angkat tungkai bawah pasien sehingga antara paha dan betis
membentuk 90 derajat (sendi paha fleksi, sendi lutut fleksi). Jika
saat diangkat tanda kaki ikut diangkat, artiny tanda kaki brudzinski
positif ( + jika kaki kontralateral fleksi).
4. Kernig Sign
Angkat tungkai bawah pasien sehingganantara paha dan betis
membentuk 90 derajat (sendi paha fleksi, sendi lutut fleksi).
Kemudian luuruskan betis sehingga sejajar dengan paha
(ekstensikan sendi lutut). Jika ada tahanan, tanda kering positif ( +
jika ada tahanan) (Diyakh,2017).
45. Diagnosa keperawatan meningitis
1. Nyeri
2. Hipertermi
3. Gangguan pola nafas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Hambatan komunikasi verbal
7. Defisit perawatan diri
8. Resiko cidera
9. Resiko syok
10. Resiko keterlambatan perkembangan ( Wastica,2017).

21
46. Pemberian vaksin/imunisasi bertujuan agar melindungi pasien dari
penyebab seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan
agar terhindar dari meningitis meliputi:
a. Vaksin pneumococcal. Vaksin ini memberikan perlindungan
terhadap bakteri pneumococcal
b. Vaksin Hib. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri Haemophilus
influenzae tipe B penyebab meningitis.
c. Vaksin MenC. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri
meningococcal grup C.
d. Vaksin MMR. Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi pasien dari
kondisi yang memicu meningitis, seperti gondongan,
campak, dan rubella.
e. Vaksin ACWY. Vaksin ini memberikan perlindungan pada pasien
terhadap bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y
f. Vaksin meningitis B. vaksin meningitis B berfungsi untuk
melindungi pasien dari bakteri meningococcal tipe B.
(Willy,2018)
47. prosedur yg dilakukan pada pasien yang mengalami kejang?
1) Baringkan penderita di tempat aman dan jauhkan dari benda
berbahaya atau benda tajam.
2) Jangan memakai cara kekerasan untuk menahan gerakan
penderita.
3) Gunakan bantal atau alas lain untuk menyangga kepala
penderita.
4) Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita
selama kejang.
5) Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher
penderita.
6) Miringkan kepala penderita. Bila penderita muntah, posisi
miring akan mencegah muntahan masuk ke dalam paru-paru.
7) Segera panggil bantuan medis atau bantuan dari orang lain di
sekitar.
8) Temani penderita sampai kejangnya berhenti atau sampai
petugas medis datang.

22
9) Setelah kejang berhenti, baringkan penderita pada posisi
miring. Kemudian, periksa gerakan napas serta denyut nadi
penderita. Berikan RJP, jika dibutuhkan. (Willy,2019)
48. Pencegahan meningitis
a. Memberikan vaksin
1) Vaksin pneumococcal. Vaksin ini memberikan perlindungan
terhadap bakteri pneumococcal.
2) Vaksin Hib. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri
Haemophilus influenzae tipe B penyebab meningitis.
3) Vaksin MenC. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri
meningococcal grup C.
4) Vaksin MMR. Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi
pasien dari kondisi yang memicu meningitis, seperti
gondongan, campak, dan rubella.
5) Vaksin ACWY. Vaksin ini memberikan perlindungan pada
pasien terhadap bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y.
6) Vaksin meningitis B. vaksin meningitis B berfungsi untuk
melindungi pasien dari bakteri meningococcal tipe B.
(Willy,2018)
b. Jangan berbagi barang pribadi seperti gelas, botol air, sedotan,
sikat gigi, dan lipstik
c. Jaga jarak denga orang yang terinfeksi
d. Mencuci tangan
e. Optimalkan sistem kekebalan tubuh
f. Gunakan masker
g. Pilih makanan yang telah dipasteurisasi
h. Rutin olahraga
i. Tidak merokok (Trimurtini,2017)
49. Pencegahan kaku kuduk
1. Kompres dengan air dingin atau air hangat
2. Aktif bergerak
3. Pijat perlahan jika ada nyeri
4. Kurangi stres
5. Minum obat
6. Posisikan tidur dengan nyaman ( Firdaus,2019)

23
50. Pasien yang mengalami meningitis miliki salah satu dampak yaitu
mual muntah.Mual muntah yang berlebihan akan mengakibatakan
kurangnya cairan dalam tubuh (Firdaus,2019)
51. Pharyngitis yang di alami oleh pasien adalah pharyngitis akut,karena
pada tanda gejala nya adalah nyeri tenggorokan dan bisa disertai
dengan demam dan batuk (Markum 2015)
52. Pemberian edukasi menjelaskan tentang pentingnya imunisasi dan
tujuan dari imunisasi. Imunisasi adalah suatu usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Sedangkan
Vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan ke dalam
tubuh bayi/anak yang disebut antigen. Dalam tubuh antigen akan
bereaksi dengan anti body sehingga akan terjadi kekebalan. Ada dua
jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh bayi/anak :
1) Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh
tubuh.Kekebalan aktif dapat dibagi :
a. Kekebalan aktif alamiah : dimana si anak membuat
kekebalan sendiri setelah sembuh dari sakit misal : anak
telah menderita campak.
b. Kekebalan aktif buatan : kekebalan yang dibuat tubuh
setelah mendapat vaksin (imunisasi) misalnya : BCG, DTP
dan polio dan lainnya.
2) Kekebalan pasif : Tubuh anak tidak membuat antibody sendiri
tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh
zat penolak, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama.
Kekebalan pasif dapat dibagi :
a. Kekebalan pasif alamiah : kekebalan yang diperoleh bayi
secara lahir dari ibunya misal : difteri, morbili dan tetanus.
b. Kekebalan pasif buatan : dimana kekebalan diperoleh
setelah mendapat suntikan zat penolak. Misalnya : ATS.
Ada 6 macam penyakit yang dapat dicegah sesuai dengan
program imunisasi yaitu BCG, difteri, pertusis, tetanus ,
polio dan campak.
53. Terapi konservatif (terapi antibiotik), kartiko steroid (untuk mengurangi
efek edema herniasi yang mengancam dan menimbulkan defisit

24
neurologik fokal ) dan terapi operatif (untuk penanganan vokal infeksi
setelah operasi mastoidektomi) (Tri,2016)
54. Menjaga kebersihan,setiap dari kita harus rajin mencuci tangan,
terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Tidak
merokok dan menghindari asap rokok, istirahat cukup, dan tidak
berkontak dekat dengan orang yang sedang sakit. Jangan lupa
menggunakan masker bila bepergian ke wilayah endemik meningitis,
selalu mengonsumsi makan dan minuman dengan nutrisi seimbang
sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Lengkapi juga
dengan vaksin, terutama pada si kecil seperti vaksin hib
(Haemophilus Influenza type B), MMR, dan IPD (Invasive
Pneumococcal Disease). (Agustin, 2015)
55. Terapi konservatif, kartiko steroid, terapi operatif dan terapi suportif
(Allert,2018)
56. Tingkat keparahan meningitis tergantung dari penyebab utama seperti
seperti virus, bakteri, jamur, atau parasite,tergantung dari cara
penularannya dan berapa lama pasien mengalami meningitis.
(Harsono,2015)
57. Bayi yang baru lahir memiliki leukosit antara 9.000-30.000 per
mikroliter darah. Rentang jumlah leukosit normal ini akan berubah
seiring dengan bertambahnya usia, hingga hanya menjadi 3.500-
10.500 per mikroliter saat kita dewasa. Pada orang dewasa, jumlah
sel darah putih atau leukosit tinggi jika mencapai lebih dari 11.000 per
mikroliter.Pemeriksaan mikroskopik CSS pada sebagian besar
meningitis menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih (PMN) di
atas 100/mm3. Selanjutnya dilakukan pengecatan Gram. Tambahan
informasi bisa diperoleh dari kadar glukosa CSS (rendah: < 1.5
mmol/liter), protein CSS (tinggi: > 0.4 g/l), dan biakan CSS (bila
memungkinkan). Jika terdapat tanda peningkatan tekanan
intrakranial, tunda tindakan pungsi lumbal tetapi tetap lakukan
pengobatan. Jumlah sel darah putih yang tinggi (tipikal < 500 sel
darah putih per ml, sebagian besar berupa limfosit), kadar protein
meningkat (0.8–4 g/l) dan kadar gula darah rendah (< 15 mmol/liter).
(HCC, 2016)

25
58. Pantau perubahan derajat kesadaran, kejang, atau perubahan
perilaku anak,pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas,
tekanan darah setiap 6 jam, selama setidaknya dalam 48 jam
pertama,periksa tetesan infus secara rutin dan dilakukan pemberian
antibiok,pemenuhan nutrisi terpenuhi,pantau ttv selalu observasi
keadaan pasien. (HCC,2016)
59. Inflamasi pembulu darah serebral berupa kejang, parese nervus
kranialis, lesi serebri fokal, dan hidrosefalus. Dan komplikasi yang
disebabkan oleh bakteri meningokokus pada organ tubuh lainnya
seperti infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endicarditis,
myocarditis, orchitis, eepydidimiti, albuminuria atau
hematuria,perdarahan adrenal dan infeksi pada saluran napas bagian
atas, telinga tengah dan paru-paru. Dan pengaruh lainnya adalah :
a. Gangguan pendengaran (tuli)
b. Gangguan penglihatan (buta)
c. Gangguan bicara
d. Keterlambatan perkembangan
e. Kejang-kejang
f. Ketidakmampuan dalam belajar
g. Kelumpuhan
h. Penurunan fungsi mental
i. Gangguan pada jantung, ginjal, dan kelenjar
j. Kematian (Tania,2018)
60. Elektroensefalografi (EEG) adalah merekam aktivitas elektrik di
sepanjang kulit kepala. EEG mengukur fluktuasi tegangan yang
dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.alam konteks klinis,
EEG mengacu kepada perekaman aktivitas elektrik spontan dari otak,
berbentuk rekaman gelombang elektrik sel saraf yang berada di otak
untuk mengetahui adanya gangguan fisiologi fungsi otak.
(Niedermeyer, 2014)
61. Membebaskan jalan nafas bisa dilakukan dengan melonggarkan
pakaian yang ketat. Hal sederhana seperti melonggarkan pakaian
yang ketat cukup efektif untuk mengkondisikan cukup oksigen
tersuplai secara adekuat. Seperti kita ketahui, kondisi kejang demam

26
mengonsumsi oksigen yang sangat tinggi. Memastikan jalan nafas
terjaga adalah langkah utama yang harus dilakukan ( Tasker, 2015)
62. Penyembuhan meningitis berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahanya. Misalkan disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diobati
dengan antibiotik infus ataupun obat kortikosteroid untuk
mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi, seperti
pembengkakan otak dan kejang. Jangan gunakan antibiotik secara
sembarang tanpa berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter. Jika
terkena radang selaput otak yang disebabkan oleh virus, antbiotik
tidak dapat mengobati infeksi jenis ini. Dalam banyak kasus, pasien
yang terkena radang selaput otak jenis ini kondisinya akan membaik
dalam beberapa minggu. Pengobatan untuk kondisi ini pun tergolong
ringan dan dapat dilakukan di rumah seperti bed rest (istirahat total),
mengonsumsi banyak cairan, serta minum obat pereda nyeri tanpa
resep untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri di tubuh
(Gremany, 2017)
63. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda
perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa
dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran ( Tasker, 2015).
64. Kejang tonik klonik adalah kondisi yang disebabkan oleh gelombang
otak yang bekerja secara abnormal. Di samping itu, kejang mungkin
terjadi akibat dari infeksi otak yang menyebabkan demam tinggi
(Sowden, 2013).
65. Kejang tonik klonik adalah jenis kejang yang melibatkan seluruh
tubuh. Kondisi ini muncul saat gelombang otak bekerja secara
abnormal yang mengakibatkan kejang otot abnormal dan pingsan.
Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini akan memengaruhi
kondisi kesehatan dan kehidupan sehari-hari.Jadi kejang tonik klonik
pada pasien mengitis bisa terjadi berulang apabila infeksi pada otak
semakin parah dan tidak di tangani ( Tasker, 2015).

66. Gejala meningitis pada anak yang muncul terkadang terlihat dalam
hitungan jam sejak terjadinya peradangan. Namun, bisa juga terjadi

27
lebih dari satu atau dua hari. Berikut adalah gejala awal yang mungkin
dialami oleh anak-anak yang menderita meningitis:

a. Demam tinggi dengan telapak tangan dan kaki dingin

b. Kehilangan nafsu makan dan muntah-muntah

c. Anak menjadi rewel dan tidak mau digendong

d. Kulit pucat dan lesu

e. Ada bercak pudar dengan ruam kemerahan

f. Leher terasa kaku dan sensitif terhadap cahaya

g. Muncul benjolan kecil di kepala bagian atas berupa benjolan lunak


maupun padat yang disebut fontanelle

h. Tangisan dengan suara tinggi dan mengerang

i. Mudah mengantuk

j. Mengalami kejang

k. Bernafas cenderung lebih cepat (Nugraha Arief, 2018).


67. Meningitis virus. Pada kondisi tertentu, meningitis yang disebabkan
oleh virus dapat pulih dengan sendirinya. Namun, jika kondisi
meningitis yang disebabkan oleh virus tergolong parah, dokter
mungkin akan meresepkan obat golongan antiviral, seperti acyclovir.
Dokter juga akan menganjurkan pasien meningitis virus untuk cukup
beristirahat dan memperbanyak minum air putih.
Meningitis bakterialis. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri,
pengobatan yang dilakukan dapat berupa pemberian antibiotik
atau kortikosteroid. Dokter akan menyesuaikan antibiotik yang
digunakan dengan bakteri penyebab meningitis. Beberapa antibiotik
yang umum digunakan untuk mengobati meningitis adalah golongan
sefalosporin, seperti cefotaxim dan ceftriaxone. Selain untuk
mengobati meningitis yang disebabkan bakteri, penggunaan antibiotik

28
juga menurunkan potensi terjadinya komplikasi, seperti kejang atau
pembengkakan pada otak.
Meningitis Jamur. Meningitis yang disebabkan oleh jamur diatasi
dengan obat antijamur, seperti amphotericin B atau fluconazole.
Dokter akan menyesuaikan tipe obat beserta dosis dengan kondisi
pasien (Mayo Clinic, 2018).

68. Dalam mengatasi meningitis tipe lain, dokter akan menyesuaikan


pengobatan dengan penyebab yang menyertainya. Apabila meningitis
disebabkan oleh adanya kondisi seperti kanker atau penyakit
autoimun, maka dokter akan menganjurkan terapi atau obat yang
bertujuan untuk menangani kondisi tersebut (Mayo, 2018).

69. Dewasa tanda-tanda umum meningitis pada orang dewasa termasuk


sakit kepala, dan demam. Beberapa orang akan mengeluh leher kaku
dan mengalami kepekaan terhadap cahaya terang. Iritabilitas, gelisah,
dan perubahan tingkat kesadaran dapat terjadi pada kasus yang lebih
parah. Muntah juga umum dan gejala kadang-kadang didahului
dengan batuk, pilek atau sakit tenggorokan. Ruam dengan bintik-
bintik merah dan ungu kadang-kadang akan berkembang. Orang
dewasa bisa menjadi sakit parah dalam waktu 24 jam.
Bayi dan balita tanda-tanda dan gejala yang biasanya muncul
pertama pada bayi dan balita termasuk masalah makan, muntah dan
perubahan perilaku. Anda mungkin melihat ada perubahan dalam
cara teriakan mereka yang terdengar. Bisa jadi tangisan yang lebih
dari biasanya. Mereka dapat mengalami suhu tubuh tinggi atau
rendah. Anak mungkin menjadi lesu dan menjadi tukang tidur lebih
dari biasanya. Meningitis bakteri menyebabkan pembengkakan
jaringan otak. Jika anak masih memiliki titik lemah, yang disebut
fontanel di kepalanya, Anda mungkin melihat tempat ini akan
menggelembung atau merasa tegang. Anak-anak juga dapat
mengembangkan ruam merah dan ungu.
Bayi baru lahir pada anak yang baru lahir, pada bulan pertama
kehidupan, gejala meningitis sering tidak jelas. Anda mungkin
memperhatikan pola makan yang buruk, saat menyusu dan menangis
lemah. Bayi yang baru lahir mungkin mengalami muntah dan diare.
Demam mungkin tidak ada, namun bayi yang baru lahir mungkin

29
memiliki masalah pernapasan tidak teratur, dan periode gangguan
tidur dapat hadir.  Ruam merah dan ungu mungkin muncul (Mayo,
2018).

70. Komplikasi yang muncul akibat meningitis pada tiap orang dapat
berbeda-beda. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi:
Kehilangan penglihatan, kejang, gangguan ingatan, migraine,
kehilangan pendengaran, arthritis atau radang sendi, gagal ginjal,
syok, kesulitan berkonsentrasi, kerusakan otak, hidrosefalus (Mayo,
2018).

71. Bukan hanya kekambuhan melainkan meningitis bisa terjadi pada


siapapun yang perawatan sakit infeksinya tidak memadai atau mereka
yang memiliki kelainan pada sistem kekabalan tubuh (Nugraha Arief,
2018).
72. Efek samping setelah di lakukan vaksin meningitis seperti:
a. Rasa sakit sementara
b. Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan
c. Gejala mirip flu atau tidak enak badan (demam ringan, sakit
perut,
muntah, hilang selera makan, dan sakit kepala. (Shabrina,2017)
73. Perbedaan kaku kuduk pada pada pasien meningitis dan pasien
hipertensi:
Pada pasien meningitis terasa kaku di belakang leher (kuduk) ini
menyebabkan leher menjadi pegal sehingga tidak bisa digerakkan.
"Saking kakunya sampai tengadah tidak bisa. Leher lurus saja
( Anna,2018) Sedangkan pada paien hipertensi Nyeri yang
parah,Nyeri yang tidak kunjung hilang selama beberapa hari
Menyebar ke tangan atau kaki,Disertai sakit kepala, mati rasa,
kelemahan atau kesemutan (naimah,2016) Karena pada pasien
menginitis mengalami penurunan imun akibat virus, bakteri, dan
jamur yang masuk kedalam tubuh ( Anna,2018)
74. Bisa karena meningitis adalah peradangan pada selaput pelindung
saraf otak dan tulang belakang yang dikenal sebagai meninges.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi dari cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan

30
oleh virus dan bakteri, Sehingga dapat memperlambat pertumbuhan
dan perkembangan padaanak.(kumala dewi,2017)
75. a. Infeksi virus
Infeksi virus adalah penyebab meningitis yang paling umum
terjadi. Virus penyebab infeksi ini pun ada beragam jenisnya.
Namun hampir 85 persen kasus radang selaput otak disebabkan
oleh enterovirus, diikuti oleh coxsackievirus A, coxsackievirus B,
dan echoviruses.herpes simplex, HIV, gondong, virus West Nile
dan lainnya juga dapat menyebabkan radang selaput
otak. Infeksi ini biasanya ringan dan dapat hilang dengan
perawatan rumahan
b. Infeksi bakteri
Infeksi bakteri juga bisa jadi penyebab radang selaput
otak. Bakteri yang memasuki aliran dan darah berkembang di 
otak serta sumsum tulang belakang dapat menyebabkan radang
selaput otak.Namun dalam beberapa kasus, bakteri juga dapat
langsung menyerang meninges (selaput pelindung otak) akibat
infeksi telinga atau sinus, patah tulang tengkorak, ataupun efek
samping setelah operasi yang berhubungan dengan organ
kepala( candra,2018)

76. Waktu penyembuhan meningitis belum diketahui karena dokter akan


menyesuaikan antibiotik yang digunakan dengan bakteri penyebab
meningitis.. meningitis yang disebabkan oleh bakteri, pengobatan
yang dilakukan dapat berupa pemberian antibiotik atau
kortikosteroid. meningitis bakteri dapat menjadi serius, bisa
berkembang sangat cepat dan membutuhkan pengobatan antibiotik
yang cepat untuk meningkatkan kemungkinan pemulihan. Menunda
pengobatan untuk meningitis bakteri meningkatkan risiko kerusakan
otak permanen dan efek berbahaya permanen lainnya.( Willy, 2018)
77. Karena Anak-anak dan remaja berisiko tinggi terinfeksi penyakit
meningitis atau yang sering disebut dengan radang selaput otak.
Salah satu cara efektif untuk mencegah penularan penyakit ini
adalah dengan vaksin meningitis.(Savitri,2018)

31
78. Meningitis dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti infeksi bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti
melemahnya sistem imun tubuh, juga dapat memicu munculnya
meningitis(Willy, 2018)

79. Infeksi virus karena infeksi virus adalah penyebab meningitis yang
paling umum dan sering terjadi terjadi. Virus penyebab infeksi ini pun
ada beragam jenisnya. Namun hampir 85 persen kasus radang
selaput otak disebabkan oleh enterovirus, diikuti oleh coxsackievirus
A, coxsackievirus B, dan echoviruses. .(Savitri, 2018)

80. Meningitis kebih sering di sebabkan oleh bakteri daripada


virus,nama-nama bakteri penyebab meningitis antara lain
(Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, Haemophilus
influenza, Listeria monocytogenes dan Staphylococcus aureus ) (Tjin
Willy, 2018)

81. Menurut (Diana rafiksari 2015) meningitis dapat di cegah dengan


cara:

a. Vaksin
b. Jangan menggunakan barang yang sama dengan prang lain
c. Jaga jarak dengan penderita meningitis
d. Rajin cuci tangan
e. Jaga kekebalan tubuh
82. Pada penelitian pengamatan yang berbasis populasi di amerika
serikat tahun 2003-2007, tingkat kasus yang fatal untuk meningitis
bakteri pada orang dewasa adalah sebesar 16,4%; pada usia 18-34
tahun, tingkat kasus yang fatal tidak banyak berubah dari tahun
1998-1999 dan 2006-2007. Hasilnya juga berbeda-beda tergantung
organismenya (Tjin Willy, 2018).
83. Meningitis cukup banyak berarti peradangan pada meninges yang
merupakan penutup luar sistem saraf pusat (termasuk otak dan
sumsum tulang belakang). Salah satu kebutuhan untuk memahami
bahwa dalam SSP, sebenarnya tidak ada ruang untuk hal lain selain
otak dan sumsum tulang belakang. Jadi ketika meninges terinfeksi,

32
itu mulai membengkak. Selain itu, sistem kekebalan tubuh Anda
akan mulai mengirim sel-sel darah putih ke dalam cairan
cerebralspinal untuk mencoba dan melawan infeksi. Semua yang
mengarah ke banyak sampah dan cairan terakumulasi dalam ruang
subarachnoid. Itu buruk karena SSP tidak benar-benar memiliki cara
alami untuk menghidupkan kembali semua tekanan itu. Tekanan
yang dihasilkan yang terbentuk dapat menyebabkan kejadian yang
mengancam jiwa seperti herniasi batang otak. Apa yang terjadi di
sana adalah bahwa ada begitu banyak tekanan di otak yang secara
harfiah mendorong seluruh otak ke dalam foramen magnum (lubang
besar di bagian bawah tengkorak Anda). Yang kompres struktur otak
kritis diperlukan untuk kesadaran dan pernapasan, yang dapat
menyebabkan kematian (Willy, 2018)
84. Akibat peningkatan tekanan pada cairan serebrospinal, yaitu cairan
yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. edema serebri
"vasogenik" (pembengkakan otak akibat kebocoran cairan dari
pembuluh darah). Sejumlah besar sel darah putih emasuki likuor
serebrospinalis (LCS), menyebabkan radang pada meningen
sehingga timbul edema "interstisial" (pembengkakan akibat cairan
antarsel). Selain itu, dinding pembuluh darah sendiri mengalami
peradangan (vaskulitis serebral), yang menyebabkan menurunnya
aliran darah dan jenis edema yang ketiga, edema "sitotoksik". Ketiga
bentuk edema serebral ini menyebabkan meningkatnya tekanan
intracranial (McCracken GH,2015).
85. Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius yg
umunya merupakan respons tubuh terhadap penyakit, sedangkan
demam pada px meningitis adalah demam tinggi disertai menggigil,
flu, leher kaku, mata sensitive terhadap cahaya, kebingungan dan
sulit berkonsentrasi, bintik-bintik merah di kulit. (Risky Candra
Swari,2015) Demam yang terjadi pada px dengan diagnose meningitis
mengalami tanda gejala yang salah satunya adalah demam tinggi
yang diakibatkan oleh infeksi bakteri atau virus meningitis.( Fitrina
Aprilia, 2019)

33
86. Akibat dari infeksi dari bakteri meningitis maka menyebabkan radang
selaput di sekitar otak dan menghambat system kerja pembuluh darah
ke otak. (Fitrina Aprilia,2019)
87. Gangguan pendengaran akibat meningitis dapat terjadi karena
beberapa hal, diantaranya adalah: efek langsung dari toksin bakteri
penyebab meningitis yang merusak sel-sel rambut di dalam telinga
(sel yang berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke
saraf pendengaran dan kemudian ke otak) yang menyebabkan
terjadinya tuli sensorineural yang sifatnya permanen infeksi yang
berat yang menyebabkan terjadinya sepsis dapat menyebabkan aliran
darah ke dalam koklea (bagian dari telinga dalam) terganggu dan sel-
sel rambut di dalam koklea ini mengalami kerusakan
88. Osifikasi atau terjadinya pertumbuhan tulang abnormal di dalam
koklea.Gangguan penglihatan akibat meningitis bisa bersifat
sementara ataupun permanen. Gangguan penglihatan sementara
dapat terjadi karena pembengkakkan di sekitar saraf penglihatan
(saraf optik) yang terjadi karena reaksi peradangan. Setelah reaksi
peradangan berkurang (meningitis sembuh), maka penglihatan bisa
kembali normal. Gangguan penglihatan permanen dapat terjadi
dengan mekanisme yang serupa dengan penyebab gangguan
pendengaran, yaitu terjadi kerusakan pada saraf penglihatan karena
efek langsung dari toksin bakteri ataupun gangguan perfusi (aliran
darah) ke saraf penglihatan (Fitrina Aprilia,2019).
89. Secara garis besar, meningitis dapat menular dari satu orang ke
orang lain melalui kontak langsung. Misalnya, seorang yang terinfeksi
meningitis sedang bersin atau batuk, maka mikroorganisme penyebab
meningitis akan menetap di udara. Secara tak sengaja, bisa saja
mikroorganisme itu terhirup oleh orang yang sehat ( Fitrina Aprilia,
2019)
90. Orang tua wajib waspada dan tidak mengabaikan dan menunda
pengobatan terhadap meningitis, karena apabila kondisi tersebut
terlambat, meningitis bisa berkembang menjadi hidrosefalus dan
semakin memperburuk kondisi syaraf,” jelas Senior Consultant
Neurosurgeon dari Gleneagles Hospital Singapura. (Rajendra
Tiruchelvarayan, 2012)

34
35
JUMP 5 : TUJUAN
1. Menjelaskan tentang penyakit Meningitis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi dari
kasus Meningitis
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengetahui pathogenesis dan
patofisiologi dari kasus Meningitis
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses timbulnya komplikasi
yang dapat terjadi dari kasus Meningitis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai pemeriksaan fisik dan
penunjang yang diperlukan untuk kasus Meningitis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian keperawatan yang
spesifik dan diperlukan pada klien Meningitis
7. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosis keperawatan yang
mungkin dialami klien Meningitis
8. Mahasiswa mampu menjelaskan perencanaan keperawatan untuk
mengatasi masalah klien Meningitis
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan keperawatan yang harus
dilakukan kepada klien Meningitis
10. Mahasiswa mampu menjelaskan terapi yang diberikan untuk
mengatasi kasus Meningitis

36
JUMP 6 LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer & Bare, 2015).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan
aseptis (virus) (Muttaqin, 2015).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi
pada sistem saraf pusat (Muttaqin, 2015).
B. Etiologi
a. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
b. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
c. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan
e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan
C. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab

37
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa (Smeltzer & Bare, 2008).
D. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha
dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan
yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada
cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan
TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-
tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal.

38
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam
tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan
tanda koagulopati intravaskuler diseminata (Muttaqin, 2014).
E. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan
diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas (Muttaqin, 2015).
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri (Muttaqin, 2015).
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat
eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen
dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang
terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK
(Muttaqin, 2015).
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri
sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan
kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus (Price, 2014).

39
40
Pathway

1
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
1) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan
keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat
glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis
bakteri.
2) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya dengan prosedur khusus.
b. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
c. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
e. Elektrolit darah : Abnormal .
f. ESR/LED : meningkat pada meningitis
g. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan
daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
h. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau
tumor
i. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi
intra kranial.
G. Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
b. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
c. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan
adrenal bilateral)
d. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
e. Efusi subdural
f. Kejang
g. Edema dan herniasi serebral
h. Cerebral palsy
i. Gangguan mental

39
j. Gangguan belajar
k. Attention deficit disorder
Komplikasi lebih umum setelah bakteri meningitis dan
sangat jarang ditemukan setelah virus meningitis. Komplikasi
dengan meningitis mungkin sementara atau permanen. Mereka
dapat pendek atau jangka panjang.
Komplikasi meningitis meliputi:
1. Di sekitar seperempat dari orang-orang dengan penyakit
meningococcal mungkin mengembangkan infeksi septicaemia
atau aliran darah dan mengembangkan beberapa komplikasi.
2. Pendengaran adalah komplikasi umumnya ditakuti. Kehilangan
mungkin parsial atau lengkap. Sebelum habis dari rumah sakit
atau dalam empat minggu yang cukup baik untuk mengambil tes,
pasien perlu tes pendengaran.
3. Mungkin ada masalah dengan memori dan konsentrasi.
4. Ada dapat pendek atau panjang istilah masalah dengan
koordinasi dan keseimbangan.
5. Masalah dengan pidato dan visi. Mungkin ada sebagian atau
sepenuhnya kehilangan penglihatan.
6. Mungkin ada gangren jika ada septicaemia karena meningitis.
Hal ini menyebabkan produksi racun dalam tubuh yang
membunuh jaringan sehat terutama jari, jari-jari kaki atau dahan.
Anggota badan mungkin perlu diamputasi karena untuk
gangrene.
7. Masalah dan penyakit mental seperti depresi, kecemasan
kelemahan dan kelelahan dapat dideteksi sebagai komplikasi
dari meningitis.

Komplikasi meningitis pada anak-anak


1. Ketika baru-borns terpengaruh, ada risiko kerusakan otak. Hal ini
menyebabkan serangkaian gejala yang mempengaruhi gerakan
dan koordinasi.
2. Karena meningitis umumnya mempengaruhi anak-anak di sana
mungkin akan kesulitan belajar yang mungkin sementara atau
permanen.

40
3. Banyak anak-anak dengan meningitis dapat mengembangkan
epilepsi yang mengarah ke serangan berulang.
Anak-anak setelah menjalani pengobatan meningitis akan
mengalami beberapa perubahan yaitu :
1. Menjadi "lengket" atau menderita kecemasan ketika ditinggalkan
sendirian
2. Mengembangkan gangguan tidur
3. Bed-wetting
4. Agresi atau mudah marah
5. Moody
6. Mengalami mimpi buruk
7. Mengembangkan amarah
8. Merasa rendah dan mengembangkan rasa takut dokter dan
rumah sakit

H. Pencegahan
Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan mengurangi
kemungkinan penyebaran infeksi dan mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat. Beberapa upaya di bawah ini dapat dilakukan
dalam mencegah meningitis (Muttaqin, 2015).:
1. Istirahat yang cukup
2. Menghindari asap rokok
3. Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi
4. Cuci tangan tiap kali beraktivitas
5. Rutin berolahraga
6. Jangan berbagi makanan atau barang pribadi
7. Gunakan masker
8. Pilih makanan yang telah dipasteurisasi
Selain beberapa upaya di atas, pencegahan meningitis juga
dapat dilakukan dengan menerima vaksinasi atau imunisasi.
Pemberian vaksin bertujuan agar melindungi pasien dari penyebab
seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan untuk
mencegah meningitis meliputi (Muttaqin, 2015) :
1. Vaksin pneumococcal. Vaksin ini memberikan perlindungan
terhadap bakteri pneumococcal.

41
2. Vaksin Hib. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri
Haemophilus influenzae tipe B penyebab meningitis.
3. Vaksin MenC. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri
meningococcal grup C.
4. Vaksin MMR. Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi pasien
dari kondisi yang memicu meningitis, seperti gondongan,
campak, dan rubella.
5. Vaksin ACWY. Vaksin ini memberikan perlindungan pada pasien
terhadap bakteri meningococcal grup A, C, W, dan Y.
6. Vaksin meningitis B. vaksin meningitis B berfungsi untuk
melindungi pasien dari bakteri meningococcal tipe B.

I. Penatalaksanaan
Penderita meningitis harus segera di rawat di rumah sakit.
Tergantung pada fasilitas yang tersedia bagi dokter umum yang
bersangkutan, maka penderita dapat dikirim ke dokter ahli saraf
atau di rawat sendiri di rumah sakit. Bilamana penderita akan di
obati oleh dokter umum sendiri, maka ia harus dimasukkan di
rumah sakit. Di situ akan dilakukan tindakan pemeriksaan
neurologik dan tindakan terapeutik darurat yang pada hakekatnya
sangat menentukan (Muttaqin, 2015).
Tindakan perawatan terdiri dari (Muttaqin, 2015) :
1. Tindakan pencegahan dan higiene yang lazim diselenggarakan
pada penderita yang sakit keras atau yang tidak sadar.
Perawatan pada orang sakit keras atau koma dalam garis besar
adalah sama, baik yang disebabkan oleh infeksi, intoksikasi,
neoplasma atau gangguan peredaran darah serebral maupun
karena trauma.
2. Pemberian antibiotika.
Biasanya memakai penicillin G atau ampicilin selama lima hari,
jika dalam lima hari tidak ada perbaikkan maka bisa
dikombinasikan dengan chlorampenicol.

42
Berikut daftar obat-obat antibiotik pada menigitis (Muttaqin, 2015):
Mikro-Organisme Antibiotika Dosis dan Cara
pemberian
 Menigitis Akut
Pneumokokus Dewasa :
Meningokokus Penicilin G 1 jt unit/1-2 jam, i.m atau i.v
Streptokokus Anak :
Stafilokokus 1 jt unit i.m/i.v, selanjutnya
500rb unit i.m/2 jam
Neonatus:
50-100ribu
unit/Kg/BB/hari
H. influenza Ampicilin Dewasa :
E. coli 1 gr i.m, sebagai suntikan I,
Kuman yang tidak selanjutnya 1 gr i.m/3 jam
Dikenal Anak :
300-400 mg/Kg/BB/hari i.m,
dibagi dalam dosis angsuran
3 jam sekali
Neonatus :
½ dosis anak
 Menigitis Sub-Akuta

Sedangkan pada meningitis karena virus pengobatan


bersifat simptomatik, oleh karena belum ada antibiotika yang
dapat digunakan secara efektif. Obat yang biasanya dipakai pada
meningitis karena virus biasanya menggunakan vidarabine (9-
beta-D-arabinosyladenine monohydrate) dengan nama dagang
Vira-A. Penggunaannya dengan melarutkan obat dalam air dan
diberikan secara intravena selama 12-24 jam. Dosisnya ialah
15mg/Kg/BB/sehari selama 10 hari berturut-turut. Efek samping
yang timbul yaitu mual, muntah, diare dan anoreksia tetapi efek
samping ini tidak merupakan indikasi untuk menghentikan obat,
bila efek samping berupa tremor, halusinasi, delirium dan psikosis
maka pemakaian obat ini harus dihentikan. Tetapi obat ini
tergolong mahal (Muttaqin, 2015).

43
Obat antiviral yang lain yaitu isoprinosine yang
mengandung methisoprinol dalam bentuk tablet. Untuk anak-anak
dapat diberikan sebanyak 50-100 mg/Kg/BB/hari dan untuk orang
dewasa 100 mg/Kg/BB/hari. Efek samping dari penggunaan obat
ini adalah konvulsi, muntah, singultus dan delirium (Muttaqin,
2015).
J. Diagnosa
Diagnosa yang sering muncul :
1. Hipertermi b.d penyakit Meningitis
2. Nyeri Akut b.d agens cedera biologis
3. Mual b.d meningitis
4. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d gangguan neurologis
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d trauma
6. Gangguan menelan b.d Paralisis Serebral
7. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf pusat
8. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
9. Ansientas b.d ancaman pada status terkini
10. Risiko jatuh
11. Risiko keterlambatan perkembangan
12. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
K. Intervensi
NO Nama NOC NIC
Diagnosa
1. Hipertermi Thermoregulation Fever treatment
berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor suhu
dengan tindakan sesering mungkin
penyakit keperawatan 2.   Monitor IWL
meningitis selama 1x8 jam 3. Monitor warna dan
hipertermi dapat suhu kulit
teratasi, dengan 4. Monitor tekanan
kriteria hasil darah, nadi dan
1. Suhu tubuh dalam RR
rentang normal 5. Lakukan tapid
2. Nadi dan RR dalam sponge
rentang normal 6. Berikan cairan
3. Tidak ada intravena

44
perubahan warna 7. Berikan pengobatan
kulit dan tidak ada untuk mengatasi
pusing, merasa penyebab demam
nyaman
2. Nyeri akut Pain Control Pain management:
berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji pengalaman
dengan agen tindakan keperawatan nyeri pasien
cidera selama 1 x 24 jam, sebelumnya, gali
biologis diharapkan nyeri pengalaman pasien
hilang/terkendali tentang nyeri dan
dengan kriteria hasil : tindakan apa yang
1. Mengenali faktor dilakukan pasien
penyebab nyeri untuk mengatasi
2. Mengenali lamanya nyeri
sakit (skala, 2. Kaji intensitas,
intensitas, frekuensi karakteristik, onset,
dan tanda nyeri) durasi nyeri.
3. Menggunakan 3. Kaji
metode non- ketidaknyamanan,
analgetik untuk pengaruh terhadap
mengurangi nyeri kualitas istirahat,
4. Melaporkan nyeri tidur, ADL.
berkurang dengan 4. Kaji penyebab dari
menggunakan nyeri e. Monitoring
manajemen nyeri respon verbal/non
5. Menyatakan rasa verbal
nyaman setelah 5. Atur posisi
nyeri berkurang senyaman mungkin
TTV dalam rentang 6. Ajarkan teknik
normal relaksasi dan
distraksi
7. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian
antibiotic
3. Mual Nausea & Vomitting Nausea Management

45
berhubungan control 1. Lakukan
dengan Setelah dilakukan pengkajian lengkap
meningitis tindakan rasa mual termasuk
keperawatan frekuensi, durasi,
selama 1 x 24 jam, tingkat mual, dan
diharapkan mual faktor yang
teratasi dengan menyebabkan
kriteria hasil : pasien mual.
1. Pasien dapat 2. Evaluasi efek mual
menghindari faktor terhadap nafsu
penyebab nausea makan pasien,
dengan baik aktivitas sehari-
2.  Pasien melakukan hari, dan pola tidur
acupressure point pasien
P6 untuk 3. Anjurkan makan
mencegah sedikit tapi sering
mengurangi mual dan dalam keadaan

3. Pasien hangat

mengatakan tidak 4. Anjurkan pasien

mual mengurangi jumlah

4. Pasien makanan yang bisa

mengatakan tidak menimbulkan mual.

muntah 5. Berikan istirahat


dan tidur yang
5.  Tidak ada
adekuat untuk
peningkatan
mengurangi mual
sekresi saliva
6.  Lakukan
akupresure point
P6 3 jari dibawah
pergelangan
tangan pasien.
7. Lakukan selama 2-
3 menit setiap 2
jam selama
kemoterapi

46
8.  Kolaborasi
pemberian
antiemetik :
ondansentron 4 mg
IV jika mual

4. Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management


Pola Nafas Airway patency 1. Auskultasi suara
berhubungan Setelah dilakukan nafas, catat
dengan tindakan adanya suara
gangguan keperawatan selama tambahan
neurologis 1x8 jam 2. Posisikan pasien
ketidakefektifan pola untuk
nafas dapat teratasi, memaksimalkan
dengan kriteria hasil ventilasi
1. Mendemonstrasikan 3. Monitor TTV
batuk efektif dan 4. Buka jalan nafa
suara nafas yang gunakan teknik
bersih, tidak ada chin lift atau jaw
sianosis dan dyspneu thrust bila perlu
(mampu 5. Lakukan fisioterapi
mengeluarkan dada bila perlu
sputum, mampu 6. Kolaborasi
bernafas dengan memberikan
mudah, tidak ada bronkodilator bila
pursed lips) perlu
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
3. Tanda Tanda vital

47
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
5. Ketidakefektifan Circulation status Peripheral Sensation
perfusi jaringan Setelah dilakukan Management
perifer tindakan 1. Monitor adanya
berhubungan keperawatan daerah tertentu
dengan trauma selama 1x8 jam yang hanya peka
ketidakefektifan terhadap
perfusi jaringan panas/dingin/tajam/
dapat teratasi, tumpul
dengan kriteria hasil 2. Monitor kemampuan
: BAB
1. menunjukkan fungsi 3. Batasi gerakan pada
sensori motori cranial kepala,leher dan
yang utuh punggung
2. tingkat kesadaran 4. Instruksikan keluarga
mambaik untuk
3. tidak ada gerakan mengobservasi kulit
gerakan involunter jika ada lsi atau
laserasi
5. Kolaborasi
pemberian
Analgetik
6. Gangguan Swallowing status Apiration, Risk for
Menelan Setelah dilakukan 1. Memantau tingkat
berhubungan tindakan keperawatan kesadaran, refleks
dengan paralisis selama 1x8 jam batuk, refleks
Serebral gangguan menelan muntah, dan
dapat teratasi, dengan kemampuan
kriteria hasil : menelan
1. Dapat 2. Memonitor status
mempertahankan paru
makanan dalam menjaga/Mempert
mulut ahankan jalan

48
2.   Kemampuan napas
menelan adekuat 3.  Posisi tegak 90
3. Pengiriman bolus derajat atau
ke hipofaring sejauh mungkin
selaras dengan 4.  Hindari cairan
refleks menelan atau
4. Mampu menggunakan zat
mengontrol mual pengental
& muntah 5. Jauhkan kepala
tempat tidur
ditinggikan 30
sampai 45 menit
setelah makan
6.  Sarankan
pidato/berbicara
patologi
berkonsultasi,
sesuai
7.  Sarankan barium
menelan kue atau
video fluoroskopi,
sesuai

7. Hambatan Sensory function: Communication


komunikasi verbal hearing & vision Enhancement :
b.d gangguan Setelah dilakukan Speech Deficit
sistem saraf pusat tindakan 1. Gunakan
keperawatan penerjemah , jika
selama 1x8 jam diperlukan
hambatan 2. Beri satu kalimat
komunikasi verbal simple setiap
dapat teratasi, bertemu, jika
dengan kriteria hasil diperlukan
: 3. Gunakan kartu

49
1. Komunikasi: baca, kertas,
penerimaan, pensil, bahasa
intrepretasi dan tubuh, gambar,
ekspresi pesan daftar kosakata
lisan, tulisan, dan bahasa asing,
non verbal computer, dan
meningkat lain-lain untuk
2. Gerakan memfasilitasi
Terkoordinasi : komunikasi dua
mampu arah yang optimal
mengkoordinasi 4. Anjurkan
gerakan dalam kunjungan
menggunakan keluarga  secara
isyarat teratur untuk
3.   Pengolahan memberi stimulus
informasi : klien komunikasi
mampu untuk 5. Beri anjuran
memperoleh, kepada pasien
mengatur, dan dan keluarga
menggunakan tentang
informasi penggunaan alat
bantu bicara
(misalnya, prostesi
trakeoesofagus
dan laring buatan
6. Konsultasikan
dengan dokter
kebutuhan
terapi bicara
8. Gangguan Joint Movement : Exercise therapy :
mobilitas fisik Active ambulation
b.d gangguan Setelah dilakukan 1. Monitoring vital sign
neuromuskular tindakan keperawatan sebelm/sesudah
selama 1 x 8 jam latihan dan lihat
diharapkan gangguan respon pasien saat
mobilitas fisik teratasi latihan

50
Dengan kriteria hasil : 2. Kaji kemampuan
1. Klien meningkat pasien dalam
dalam aktivitas fisik mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari 3. Latih pasien dalam
peningkatan pemenuhan
mobilitas kebutuhan ADLs
3. Memverbalisasikan secara mandiri
perasaan dalam sesuai kemampuan
meningkatkan 4. Dampingi dan
kekuatan dan Bantu pasien saat
kemampuan mobilisasi dan
berpindah bantu penuhi
4. Memperagakan kebutuhan ADLs
penggunaan alat ps.
Bantu untuk 5. Ajarkan pasien
mobilisasi (walker) bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan
jika diperlukan
6. Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan
lain tentang teknik
ambulasi
7. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
8. Konsultasikan
dengan terapi fisik
tentang rencana
ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
9. Ansientas b.d Anxiety control Anxiety Reduction
ancaman pada Tujuan : Setelah 1. Gunakan
status terkini dilakukan tindakan pendekatan yang
keperawatan selama 1 menenangkan
x 8 jam diharapkan 2. Nyatakan dengan

51
rasa cemas pasien jelas harapan
berkurang terhadap pelaku
Dengan kriteria hasil : pasien
1. Klien mampu 3. Jelaskan semua
mengidentifikasi prosedur dan apa
dan yang dirasakan
mengungkapkan selama prosedur
gejala cemas 4. Dengarkan dengan
2. Mengidentifikasi, penuh perhatian
mengungkapkan 5. Identifikasi tingkat
dan menunjukkan kecemasan
tehnik untuk 6. Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan
3. Vital sign dalam keamanan dan
batas normal mengurangi takut
4. Postur tubuh, 7. Berikan informasi
ekspresi wajah, faktual mengenai
bahasa tubuh dan diagnosis, tindakan
tingkat aktivitas prognosis
menunjukkan 8. Dorong keluarga
berkurangnya untuk menemani
kecemasan anak
9. Lakukan back / neck
rub
10. Risiko jatuh    Injury risk for Fall Prevention
Tujuan : Setelah 1. Identifikasi perilaku
dilakukan tindakan dan faktor yang
keperawatan selama mempengaruhi
1 x 8 jam diharapkan risiko jatuh
risiko jatuh tidak 2. Identifikasi
terjadi karakteristik
Dengan kriteria hasil : lingkungan yang
1.   Keseimbangan : dapat
kemampuan untuk meningkatkan
mempertahankan potensi untuk jatuh
ekuilibrium (misalnya, lantai

52
2. Gerakan yang licin dan
terkoordinasi : tangga terbuka)
kemampuan otot 3. sediakan kursi dari
untuk bekerja ketinggian yang
sama secara tepat, dengan
volunter untuk sandaran dan
melakukan sandaran tangan
gerakan yang untuk memudahkan
bertujuan transfer
3. Perilaku 4. Ajarkan pasien
pencegahan bagaimana jatuh
jatuh : tindakan untuk
individu atau meminimalkan
pemberi asuhan cedera
untuk 5. Beri informasi
meminimalkan kepada anggota
faktor resiko yang keluarga tentang
dapat memicu faktor risiko yang
jatuh dilingkungan berkontribusi
individu terhadap jatuh dan
bagaimana mereka
dapat menurunkan
resiko tersebut
6. Kolaborasi dengan
anggota tim
kesehatan lain
untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap jatuh
(misalnya, hipotensi
ortostatik dan
kiprah goyah)

11. Risiko Parenting Parenting

53
keterlambatan Performance Education
perkembangan Setelah dilakukan 1. Diskusikan hal-hal
tindakan keperawatan terkait kerjasama
selama 1 x 8 jam antara orang tua
diharapkan risiko dan anak
keterlambatan 2. Ajarkan kepada
perkembangan tidak orang tua tentang
terjadi penanda
Dengan kriteria hasil : perkembangan
1. Pengetahuan orang normal
tua terhadap 3. Ajarkan tentang
2. perkembangan perilaku yang
anak meningkat sesuai dengan
3. Berat badan  = usia anak
index masa tubuh 4. Ajarkan tentang
mainan dan
benda-benda yang
sesuai dengan
usia anak

12. Risiko Fluid balance Fluid management


ketidakseimbanga Setelah dilakukan 1. Monitor status
n elektrolit tindakan keperawatan hidrasi
selama 1x8 jam ( kelembaban
pasien tidak membran mukosa,
mengalami nadi adekuat,
ketidakseimbangan tekanan darah
volume cairan, ortostatik ), jika
dengan kriteria hasil : diperlukan
1. Mempertahankan 2. Monitor vital sign
urine output sesuai 3. Monitor masukan
dengan usia dan BB, makanan / cairan
BJ urine normal, HT dan hitung intake
normal kalori harian
2. Tekanan darah, nadi, 4. Timbang
suhu tubuh dalam popok/pembalut jika

54
batas normal diperlukan
3. Tidak ada tanda 5. Pertahankan catatan
tanda dehidrasi, intake dan output
Elastisitas turgor kulit yang akurat
baik, membran 6. Lakukan terapi IV
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan

55
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas
Identitas Pasien
Nama Pasien                  : An. A
Umur                               : 7 tahun
Jenis kelamin                  : Laki-laki
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
An. A mengeluh sering merasa pusing
2. Riwayat Penyakit sekarang
Keluarga pasien mengatakan beberapa hari ini pasien sering
merasa mengantuk dan tidur lebih lama dari biasanya, saat
ditanya mengeluh sering merasa pusing, terkadang nausea dan
muntah, iritabilitas juga dialami dalam 2 hari ini. Orang tuanya
mengira anaknya kelelahan karena hobby main bola sampai tidak
kenal waktu. Sebelum memeriksakan anaknya ke dokter pasien
mengalami hiperpireksia 1 hari dan kejang tonik-klonik selama
hampir 15 menit. Keluarga pasien mengatakan pasien muntah 3-4
kali per hari setiap makan dan minum. Keluarga pasien
mengatakan setiap habis kejang pasien tidak sadar. Tiga hari
sebelum hiperpireksia, pasien mengalami anoreksia karena
pharyngitis yang dideritanya. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
hasil TTV Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,3⸰ C dan kaku
kuduk (+).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien memiliki riwayat. pharyngitis.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dan kaka pasien juga memiliki riwayat kejang pada saat bayi.
5. Riwayat Persalinan
Riwayat kelahiran pasien adalah di tolong dukun
6. Riwayat Imunisasi
Pasien hanya pernah imunisasi 1x pada saat bayi

56
C. PEMERIKSAAN FISIK
1.  Keadaan Umum    
TTV:
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,3⸰ C
2. Kulit
3. Kepala dan Leher
Kaku kuduk (+)
4. Penglihatan Dan Mata
5. Penciuman Dan Hidung
6. Mulut Dan Gigi
7. Pendengaran Dan Telinga
8. Dada: paru & jantung
9. Abdomen
10. Genetalia dan reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki .
D. Kebutuhan Fisik , Psikologis , Sosial Dan Spritual
1. Aktivitas dan latihan
Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien
hobby main bola sampai tidak kenal waktu
2. Personal Hygine
3. Nutrisi
Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien
muntah 3-4 kali per hari setiap makan dan minum dan pasien
mengalami anoreksia karena pharyngitis yang dideritanya.
4. Eliminasi
5. Seksualitas
6. Psikososial
7. Spritual
E. Data Fokus
Ds :
- Pasien mengeluh sering merasa pusing
- Keluarga pasien mengatakan pasien nausea dan muntah
- Pasien mengalami anoreksia karena pharyngitis yang dideritanya

57
- Keluarga pasien mengatakan beberapa hari ini pasien sering merasa
mengantuk dan tidur lebih lama dari biasanya
- Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien
muntah 3-4 kali per hari setiap makan dan minum
- Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien memiliki riwayat
pharyngitis.
- Keluarga mengatakan sebelum memeriksakan anaknya ke dokter
pasien mengalami hiperpireksia 1 hari dan kejang tonik-klonik
selama hampir 15 menit
- Keluarga pasien mengatakan setiap habis kejang pasien tidak
sadar.
- Keluarga pasien mengatakan Ibu dan kaka pasien juga memiliki
riwayat kejang pada saat bayi.
- Keluarga pasien mengatakan riwayat kelahiran pasien adalah di
tolong dukun
- Keluarga pasien mengatakan pasien hanya pernah imunisasi 1x
pada saat bayi
DO :
- Hasil pemeriksaan fisik kaku kuduk (+)
- Diagnosa medis meningitis
- TTV
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,3⸰ C

F. Pemeriksaan Penunjang
Tes meningeal sign dan melakukan serangkaian tes darah.

G. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. Ds Ds: Nyeri Akut Agens cedera
- Pasien mengeluh sering biologis
merasa pusing
- Pasien mengalami
anoreksia karena

58
pharyngitis yang
dideritanya
Do :
- Hasil pemeriksaan fisik
kaku kuduk (+)
- Diagnosa medis meningitis
- TTV
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,3⸰ C
2. Ds: Mual Meningitis
- Keluarga pasien
mengatakan pasien nausea
dan muntah
- Pasien mengalami
anoreksia karena
pharyngitis yang
dideritanya
- Keluarga pasien
mengatakan sebelum
masuk rumah sakit pasien
muntah 3-4 kali per hari
setiap makan dan minum
- Keluarga pasien
mengatakan sebelumnya
pasien memiliki riwayat
pharyngitis.
- Keluarga mengatakan
sebelum memeriksakan
anaknya ke dokter pasien
mengalami hiperpireksia 1
hari dan kejang tonik-klonik
selama hampir 15 menit
Do :
- Diagnosa medis meningitis

59
- TTV
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,3⸰ C

3. Faktor Resiko : Resiko


- Keluarga mengatakan Ketidakseimbangan
sebelum memeriksakan Elktrolit
anaknya ke dokter pasien
mengalami hiperpireksia 1
hari dan kejang tonik-klonik
selama hampir 15 menit
- Keluarga pasien
mengatakan setiap habis
kejang pasien tidak sadar.
- Hasil pemeriksaan fisik
kaku kuduk (+)

Diagnosa medis meningitis


Faktor Resiko : Resiko Jatuh
4. - Keluarga mengatakan
sebelum memeriksakan
anaknya ke dokter pasien
mengalami hiperpireksia 1
hari dan kejang tonik-klonik
selama hampir 15 menit
- Keluarga pasien
mengatakan setiap habis
kejang pasien tidak sadar.
- Hasil pemeriksaan fisik
kaku kuduk (+)
- Diagnosa medis meningitis

H. Diagnosa

60
1. Nyeri Akut b.d Agens Cedera Biologis
2. Mual b.d Meningitis
3. Resiko Ketidakseimbangan Elktrolit
4. Resiko Jatuh

I. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil NIC
NOC
1. 1 Nyeri Akut b.d Pain Control Pain management
Agens Cedera Setelah dilakukan 1. Kaji pengalaman nyeri
Biologis tindakan keperawatan pasien sebelumnya, gali
selama 1 x 24 jam, pengalaman pasien
diharapkan nyeri tentang nyeri dan
hilang/terkendali tindakan apa yang
dengan kriteria hasil : dilakukan pasien untuk
1. Mengenali faktor mengatasi nyeri
penyebab nyeri 2. Kaji intensitas,
2. Mengenali karakteristik, onset,
lamanya sakit durasi nyeri.
(skala, 3. Kaji ketidaknyamanan,
intensitas, pengaruh terhadap
frekuensi dan kualitas istirahat, tidur,
tanda nyeri) ADL.
3. Menggunakan 4. Kaji penyebab dari
metode non- nyeri e. Monitoring
analgetik untuk respon verbal/non
mengurangi verbal
nyeri 5. Atur posisi
4. Melaporkan senyaman mungkin

nyeri berkurang 6. Ajarkan teknik

dengan relaksasi dan

menggunakan distraksi

manajemen 7. Kolaborasi dengan


dokter untuk

61
nyeri pemberian
5. Menyatakan antibiotic
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
6. TTV dalam
rentang normal
2 Mual b.d Meningitis Nausea & Vomitting Nausea Management
control 1. Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan lengkap rasa mual
tindakan keperawatan termasuk frekuensi,
selama 1 x 24 jam, durasi, tingkat mual, dan
diharapkan mual faktor yang
teratasi dengan menyebabkan pasien
kriteria hasil : mual.
1. Pasien dapat 2. Evaluasi efek mual
menghindari faktor terhadap nafsu makan
penyebab nausea pasien, aktivitas sehari-
dengan baik hari, dan pola tidur
2. Pasien melakukan pasien
acupressure point 3. Anjurkan makan sedikit
P6 untuk tapi sering dan dalam
mencegah keadaan hangat
mengurangi mual 4. Anjurkan pasien
3. Pasien mengurangi jumlah
mengatakan tidak makanan yang bisa
mual menimbulkan mual.
4. Pasien 5. Berikan istirahat dan
mengatakan tidak tidur yang adekuat
muntah untuk mengurangi mual
5. Tidak ada 6.  Lakukan akupresure
peningkatan point P6 3 jari dibawah
sekresi saliva pergelangan tangan
pasien.
7. Lakukan selama 2-3

62
menit setiap 2 jam
selama
Resiko Fluid balance Fluid management
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Monitor status hidrasi
3. Elktrolit tindakan keperawatan (kelembaban membran
selama 1x8 jam mukosa, nadi adekuat,
pasien tidak tekanan darah
mengalami ortostatik), jika
ketidakseimbangan diperlukan
volume cairan, 2. Monitor vital sign
dengan kriteria hasil : 3. Monitor masukan
1. Mempertahankan makanan / cairan dan
urine output sesuai hitung intake kalori
dengan usia dan harian
BB, BJ urine 4. Timbang
normal, HT normal popok/pembalut jika
2. Tekanan darah, diperlukan
nadi, suhu tubuh 5. Pertahankan catatan
dalam batas normal intake dan output yang
3. Tidak ada tanda akurat
tanda dehidrasi, 6. Lakukan terapi IV
Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
4 Resiko Jatuh    Injury risk for Fall Prevention
Tujuan : Setelah 1. Identifikasi perilaku
dilakukan tindakan dan faktor yang
keperawatan selama mempengaruhi risiko
1 x 8 jam diharapkan jatuh
risiko jatuh tidak 2. Identifikasi
terjadi karakteristik
Dengan kriteria hasil : lingkungan yang dapat
1.   Keseimbangan : meningkatkan potensi

63
kemampuan untuk untuk jatuh (misalnya,
mempertahankan lantai yang licin dan
ekuilibrium tangga terbuka)
2. Gerakan 3. sediakan kursi dari
terkoordinasi : ketinggian yang tepat,
kemampuan otot dengan sandaran dan
untuk bekerja sama sandaran tangan
secara volunter untuk memudahkan
untuk melakukan transfer
gerakan yang 4. Ajarkan pasien
bertujuan bagaimana jatuh
3. Perilaku untuk meminimalkan
pencegahan jatuh : cedera
tindakan individu 5. Beri informasi kepada
atau pemberi anggota keluarga
asuhan untuk tentang faktor risiko
meminimalkan yang berkontribusi
faktor resiko yang terhadap jatuh dan
dapat memicu jatuh bagaimana mereka
dilingkungan dapat menurunkan
individu resiko tersebut
6. Kolaborasi dengan
anggota tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap jatuh
(misalnya, hipotensi
ortostatik dan kiprah
goyah)

64
.

65
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Penganta Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta : Med Action
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Center for Diseases Control and Prevention. (2018). Meningitis.
Center for Diseases Control and Prevention. (2017). Transmission of Mumps.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Meningitis.
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Meningitis.
Castro, JB. Everyday Health (2018). How to Treat and Prevent the Different
Types of Meningitis?
Holland, K. Healthline (2017). Everything You should Know about Listeria
Infection (Listeriosis).
King, JW. Medscape (2017). Cryptococcosis Medication.
Lights, V. Boskey, E. Healthline (2018). What Do You Want to Know about
Meningitis?
Roth, E. Healthline (2016). Bacterial Meningitis: Causes and How It’s Spread.
WebMD (2018). Meningitis Symptoms Warning Signs.

66

Anda mungkin juga menyukai