Anda di halaman 1dari 80

HUBUNGAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN

PERSEPSI IBU POST PARTUM TENTANG


PERAWATAN BAYI BBLR PASCA HOSPITALISASI DI
RUANG NUSA INDAH RSD BALUNG

PROPOSAL

Oleh

Septinia Eka Pratiwi


NIM 191.101 2051

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

1
HUBUNGAN DUKUNGAN
PETUGAS KESEHATAN
DENGAN PERSEPSI IBU
POST PARTUM TENTANG
PERAWATAN BAYI BBLR
PASCA HOSPITALISASI DI RUANG NUSA INDAH RSD
BALUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh

Septinia Eka Pratiwi


NIM 191.101 2051

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini telah disetujui, diperiksa dan telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Proposal Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember.

Jember , September 2020

Pembimbing I

Diyan Indriyani, S. Kp., M., Kep., Sp. Mat


NIP. 19701103 2005 01 2002

Pembimbing II

Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep


NIP. 19880925 1 1703822

ii
PENGUJI PROPOSAL
Dewan Penguji Ujian Akhir Proposal Penelitian Pada Program S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember

Jember , September 2020

Ketua

Ns. Awaitiful Azza, M. Kep., Sp.Kep. Mat


NIDN. 0013127001

Pembimbing I

Diyan Indriyani, S. Kp., M., Kep., Sp. Mat


NIP. 19701103 2005 01 2002

Pembimbing II

Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep


NIP. 19880925 1 1703822

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi dengan judul
“‘Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Persepsi Ibu Postpartum
Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi Di Ruang Nusa Indah RSD
Balung’’, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan
Program Pendidikan S-1 Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Ns. Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Mat selaku
dosen pembimbing pertama, dan Ibu Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep selaku dosen
pembimbing kedua yang telah memberikan petunjuk, koreksi, motivasi, serta
saran hingga terselesaikannya proposal skripsi ini.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang
terhormat:
1. Ns. Sasmiyanto, S.Kep., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember;
2. Ns. Yeni Suryaningsih, S. Kep.,M. Kep selaku Ketua Prodi S-1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember;
3. Teman-teman Alih Program S-1 Ilmu Keperawatan Angkatan 2019 di
Kampus Balung;
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Proposal skripsi ini telah kami susun dengan optimal, namun tidak menutup
kemungkinan terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan tangan terbuka
menerima masukan yang membangun. Semoga tulisan ini berguna bagi semua
pihak yang memanfaatkannya.

Jember, September 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGUJI PROPOSAL iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v

BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11


A. Konsep Dukungan Petugas Kesehatan 11
B. Konsep Presepsi 15
C. Konsep Perawatan Bayi BBLR 20
D. Konsep Post Partum 23
E. Konsep Hospitalisasi 32
F. Penelitian Terkait 35

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA 45


A. Kerangka Konsep 45
B. Hipotesis 45

BAB IV METODE PENELITIAN 46


A. Desain Penelitian 46
B. Populasi, Sampel dan Sampling 47
C. Definisi Operasional 49
D. Tempat dan Waktu Penelitian 51
E. Etika Penelitian 51
F. Alat Pengumpulan Data 53
G. Prosedur Pengumpulan Data 54
H. Pengolahan Data dan Analisa Data 55

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................59
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional.........................................................................50

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode post partum terdiri dari tiga periode yaitu, immediate post

partum yaitu masa 24 jam pertama setelah persalinan, early post partum

yaitu satu minggu pertama setelah persalinan dan late post partum yaitu

setelah satu minggu pertama persalinan sampai periode post partum selesai

Immediatly post partum merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya.

Ibu sedang menjalani pemulihan fisik dan hormonal yang disebabkan oleh

proses kelahiran serta pengeluaran plasenta. Menurunnya hormon-hormon

plasenta memberi isyarat kepada tubuh ibu untuk mulai memproduksi ASI

dalam jumlah cukup untuk segera menyusui bayinya. Bayi baru lahir

yang lahir sehat secara normal akan terlihat sadar dan waspada, serta

memiliki refleks rooting dan refleks sucking untuk membantunya mencari

puting susu ibu, mengisapnya dan mulai minum ASI (Linkages, 2014)

Seorang Bayi dikatakan mempunyai berat lahir rendah adalah bayi

yang dilahirkan dengan berat badan < 2500 gram tanpa memandang masa

gestasi (Damanik, 2012). Menurut Khoiriah et al., 2015. BBLR merupakan

salah satu faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

disabilitas neonatus, bayi dan anak di masa depan BBLR mudah sekali

mengalami resiko infeksi karena cadangan imunoglobulin maternal yang

menurun sehingga kemampuan membuat antibodi rusak atau dapat

disebabkan oleh jaringan kulit yang masih tipis, ini juga yang menyebabkan

BBLR mudah sekali mengalami hipotermi. BBLR mengalami imaturitas

1
organ-organ tubuhnya seperti organ paru-paru sehingga BBLR mudah

mengalami kesulitan bernafas, fungsi kardiovaskuler yang menurun dan

belum matur, fungsi ginjal yang belum matur, fungsi hati dan pencernaan

yang masih lemah. BBLR juga dapat mengalami gangguan nutrisi karena

reflek menelan dan mengisap bayi yang masih lemah, kapasitas perutnya pun

kecil sehingga cadangan nutrisi terbatas. (Bobak, 2004; Elizabeth, et.al,

2013)

Menurut Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2017,

beberapa penyebab tertinggi kematian bayi di Kabupaten Jember diantaranya:

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, kelainan bayi, sepsis, dan

aspirasi. Kasus BBLR menempati posisi tertinggi sebesar 74 kasus. Pada

tahun 2015 kasus BBLR mencapai 4,5%; kemudian naik menjadi 6,3% tahun

2016; dan turun menjadi 4,3% tahun 2017. Hal ini berarti kasus BBLR masih

menjadi kasus yang cukup serius di Kabupaten Jember. RSD Balung adalah

salah satu rumah sakit daerah milik pemerintah dengan kategori tipe C yang

telah terakreditasi di Kabupaten Jember. Rumah sakit ini merupakan rujukan

dari beberapa puskesmas yang berada di daerah Jember bagian selatan.

Beberapa Puskesmas tersebut menjadi penyumbang AKB tertinggi

diantaranya Kencong (4,7%), Gumukmas (4,5%), dan Puger (5,2%). Adapun

AKB di RSD Balung tahun 2019 ditemukan 21 Kasus. Beberapa

penyebabnya adalah 11 bayi BBLR, 5 bayi asfiksia, 4 bayi kejang, dan 2 bayi

kelainan bawaan. Pravelensi BBLR pasien di ruang Nusa Indah RSD Balung

selama tiga tahun terakhir juga terus mengalami peningkatan yaitu sebesar

175 pasien (2017), 211 pasien (2018), dan 224 pasien (2019) (Rekam Medik,

2
2020). Perawatan pada kasus BBLR biasanya memerlukan perawatan yang

sangat istimewa dimana memerlukan inkubator dan dalam pengawasan ketat

di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

Perawatan BBLR di rumah sakit mempunyai dampak yang bermakna

pada ibu. Kelahiran bayi berat lahir rendah dan ketakutan pada kelahiran bayi

dengan berat lahir rendah, diperberat oleh perpisahan diakibatkan perawatan

di rumah sakit. Tingkat psikologis ibu dapat mempengaruhi proses perawatan

bayi. Respon negatif menyebabkan ibu mengalami krisis emosinal sehingga

kesulitan dalam memberikan perawatan dan membentuk ikatan dengan

bayinya. Ada keterkaitan pengalaman dan kondisi psikologis ibu dengan

kelangsungan hidup bayi. Pengalaman ibu merawat bayi berat lahir rendah

dapat menggambarkan kondisi psikologis ibu sehingga perawat mampu

merencanakan asuhan keperawatan untuk meningkatkan interaksi ibu dan

bayi dalam upaya melewati periode kritis.

Bayi yang mempunyai berat lahir rendah disebabkan tubuh yang kecil

sangat sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karena itulah bayi perlu

dimasukkan ke dalam inkubator yang telah diatur kestabilan suhunya

(Proverawati, 2010). Bayi berat lahir rendah sering terjadinya hipotermia

karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada

bayi baru lahir belum matang (Proverawati, 2010). Produksi panas yang

berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yag belum cukup atau

kurangnya lemak coklat sehingga pengaturan suhu yang belum berfungsi

sebagaimana mestinya (Maryunani, 2013). Proverawati (2010) mengatakan

bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat mudah mendapatkan infeksi, terutama

3
infeksi nosokomial. Perawatan pada bayi preterm (BBLR) di rumah sakit

dengan penggunaan inkubator bertujuan untuk menghemat energi pada bayi

preterm selama masa pertumbuhan dan perkembangannya (Manuaba et.al.,

2017). Kebutuhan dasar bayi preterm berupa pengaturan suhu, kelembapan

udara, kebersihan lingkungan, kebutuhan perfusi, oksigenisasi jaringan yang

baik, kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat serta kebutuhan emosional

dan sosial (Suradi, 2018). Bayi prematur dapat dipulangkan dari Rumah Sakit

jika kesehatan bayi dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi, bayi

minum dengan baik, berat bayi selalu bertambah ( minimal 15g/kg/hari)

selama tiga hari berturut-turut, ibu mampu merawat bayi, dan dapat follow-up

secara teratur (Dipkes RI, 2008, dalam Magdalena dan Rita, 2018). Hal ini

sesuai rekomendasi dari American Academy of Peiatric (AAP) bahwa bayi

preterm dapat dipulangkan jika Berat baan mencapai 1800-2000 gram, suhu

terjaga dengan baik pada tempat tidur terbuka, pernafasan stabil, dan tidak

menerima obat (Trachtenbarg, 1998, dalam Magdalena dan Rita, 2018).

Dukungan dari petugas kesehatan seputar perawatan pada bayi dengan

lahir rendah, sangatlah diperlukan ibu dalam beradaptasi dalam masa transisi

menjadi orang tua dalam perawatan pada bayi berat lahir rendah. Orang tua

lain mungkin melihat lebih banyak stres dan sumber daya keluarga yang tidak

memadai sehingga dapat membantu memberikan solusi pemecahan. Interaksi

antara petugas kesehatan dengan ibu post partum serta keluarga sangatlah

diperlukan untuk mengurangi faktor depresi masa nifas, depresi satu orang

tua dapat berdampak serius pada kesehatan psikologis Penatalaksanaan bayi

BBLR perlu didukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini

4
akan menunjang terhadap pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan

aman terhadap bayi BBLR, penatalaksanaan perawatan pada bayi yang

dilakukan oleh seorang ibu meliputi mempertahankan suhu dan kehangatan

bayi BBLR di rumah, memberikan ASI kepada bayi BBLR di rumah dan

mencegah terjadinya infeksi bayi BBLR (Girsang, 2017).

Peran dari seorang petugas kesehatan kepada keluarga bayi khususnya

ibu memiliki peran penting dalam merawat dan mengasuh bayinya dengan

baik. Selama ini didalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kurangnya

dukungan informasi serta pelatihan singkat pada ibu dengan bayi berat lahir

rendah sangat kurang dari hasil pengamatan 10 petugas perawatan yang

dilakukan di Ruang Nusa Indah selama ini para petugas hanya melaksanakan

rutinitas serta pendokumentasian didalam melakukan perawatan keseharian.

Menurut Bang, et al (2015) menyatakan bahwa perawatan ibu pada bayi

BBLR sangat berdampak pada kualitas dan pertahanan hidup BBLR dan bila

ibu tidak melakukan perawatan dengan baik maka akan berdampak pada

angka kejadian infeksi malnutrisi dan kematian pada bayi BBLR. Surasmi

(2013) yang menyatakan bahwa respon ibu terhadap permasalahan bayi

BBLR sangat mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan perawatan

terhadap bayinya dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan

BBLR, masih banyak para ibu yang belum bisa merawat bayinya dengan

baik, sehingga banyak bayi BBLR yang tidak terselamatkan disebabkan

karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi BBLR.

Sangat minimnya informasi orang tua tentang tumbuh kembang bayi

preterm dan perawatannya dapat mengakibatkan perasaan khawatir, takut dan

5
cemas yang berlarut sehingga ibu kurang berpartisipasi dalam perawatan bayi

preterm (Solfiani, Monalisa S, dan Evelyn, 2016). Di dalam studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti umumnya yang di alami oleh ibu

yang mempunyai masalah pada bayi dengan berat lahir rendah yakni ibu tidak

mengerti permasalahan yang dialami bayinya serta tidak tahu cara perawatan

pada bayi dengan berat lahir rendah serta perlunya identifikasi presepsi ibu

tentang perawatan bayi BBLR saat pulang di rumah. Dukungan petugas

kesehatan kepada keluarga diharapkan akan memperbaiki persepsi ibu yang

salah tentang kondisi bayi prematur, pengambilan keputusan yang belum

tepat, kondisi rumah yang kurang mendukung (seperti kotor, pencahayaan

kurang, dan lembab) membuat ibu tidak siap melakukan perawatan bayi

BBLR di rumah. (Hazel, 2006; Riyanti 2012). Sedangkan perawatan bayi

prematur oleh tenaga kesehatan berdampak pada kemampuan ibu dalam

melakukan perawatan bayi prematur di rumah (Bang et al., 2005; Riyanti

2012). Berdasarkan pemaparan tersebut sehingga peneliti mempunyai tujuan

untuk mengukur sejauh mana presepsi ibu tentang perawatan bayi BBLR

apakah sudah benar presepsinya dalam merawat bayi apabila pulang atau

keluar Rumah Sakit, maka peneliti tertarik untuk meneliti adakah Hubungan

Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi Ibu Post Partum Tentang

Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang Nusa Indah RSD

Balung.

6
B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Kejadian bayi BBLR masih menjadi kasus yang cukup serius di

Kabupaten Jember. BBLR dibedakan dalam dua kategori yakni BBLR

karena prematur dan BBLR karena Intra Uterina Growth Retardation

(IUGR). Penatalaksanaan perawatan pada noenatus dengan preterm atau

BBLR sangat perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, salah satu

caranya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan yang benar pada ibu dan

keluarga atau dapat memberikan sentuhan terapeutik dengan konsep

family center care (FCC), sehingga pengetahuan ini dapat membantu ibu

terhadap pengetahuan yang berkualitas dan tidak menimbulkan cidera

pada bayi preterm atau bayi BBLR. Diduga ada Hubungan Dukungan

Petugas Kesehatan dengan Persepsi Ibu Post Partum Tentang Perawatan

Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang Nusa Indah RSD Balung.

7
2. Pertanyaan Masalah

a. Bagaimana Dukungan Petugas Kesehatan Tentang Perawatan Bayi

BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang Nusa Indah RSD Balung?

b. Bagaimana Persepsi Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR

Pasca Hospitaliasi di Ruang Nusa Indah RSD Balung?

c. Adakah Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi Ibu

Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di

Ruang Nusa Indah RSD Balung?

8
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan

Persepsi Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca

Hospitalisasi di Ruang Nusa Indah RSD Balung..

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Dukungan Petugas Kesehatan Pada Ibu Post

PartumTentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang

Nusa Indah RSD Balung.

b. Mengidentifikasi Persepsi Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi

BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang Nusa Indah RSD Balung.

c. Menganalisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi

Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di

Ruang Nusa Indah RSD Balung.

9
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang

pentingnya peran petugas kesehatan memberikan dukungan bagi ibu

Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi Pada Ibu Post Partum.

2. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca

Hospitalisasi Pada Ibu Post Partum, sehingga dapat memberikan

pengetahuan serta menambah kepercayaan diri dalam merawat bayi

dengan BBLR

3. Petugas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan

tentang pentingnya Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi Ibu

Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi, sehingga

dapat sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang profesional.

4. Institusi pendidikan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi dalam memberikan

informasi dibidang pendidikan kesehatan tentang Hubungan dukungan

petugas kesehatan dengan persepsi Ibu Post Partum tentang perawatan

pasca hospitalisasi yang melahirkan bayi BBLR.

10
5. Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dalam memberikan informasi pentingnya Dukungan Petugas

Kesehatan dengan Persepsi Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi

BBLR Pasca Hospitalisasi.

6. Peneliti

Penelitian ini diharapkan guna mendapatkan pengalaman dalam

melaksanakan penelitian, sehingga dapat menjadi acuan untuk lebih

meningkatkan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi Ibu Post

Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang Nusa

Indah RSD Balung.

7. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memperbaharui penelitian ini dan

lebih mendalami pada faktor-fator yang lain yang dapat mepengaruhi

Persepsi Ibu Post Partum Ibu Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca

Hospitalisasi.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dukungan Tenaga Kesehatan

1. Pengertian

Dukungan merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu

individu dalam menghadapi suatu kejadian menekan (Manuaba, 2009

dalam Indriyani, 2014). Menurut Siegel, dukungan adalah informasi dari

orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan

dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban

bersama. Hubungan interpersonal merupakan salah satu ciri khas kualitas

kehidupan manusia karena sudah menjadi kodrat bahwa manusia adalah

makhluk monodualis yang memiliki sifat individual dan sosial. Dalam

banyak hal, individu memerlukan keberadaan orang lain untuk saling

memberi perhatian, membantu, mendukung, dan bekerja sama dalam

menghadapi tantangan kehidupan. Bantuan sekelompok individu terhadap

individu atau kelompok lain disebut dengan dukungan (Indriyani, 2014).

Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang

memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Sardiman,

2017).

12
Dukungan Tenaga kesehatan adalah kenyamanan fisik dan

psikologis, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya

yang di terima indiviu dari tenaga kesehatan. Dukungan tenaga kesehatan

apat berwuju dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan

informasi (Sardiman, 2017)

2. Bentuk Dukungan Petugas Kesehatan

Taylor (1999), dalam Sandhaningrum 2010, membagi dukungan ke

dalam lima bentuk yaitu sebagai berikut.

a. Dukungan Instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung, seperti pinjaman uang, pemberian

barang, makan, serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi

stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang

berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan

terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

b. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau umpan

balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini

dapat menolong individu mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih

mudah.

c. Dukungan Emosional

Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu memiliki perasaan

nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan sosial

13
sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap

tidak dapat dikontrol.

d. Dukungan Pada Harga Diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif dari individu,

pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan

yang positif pada individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu

dalam membangun harga diri dan kompetensi.

e. Dukungan Dari Kelompok Sosial

Bentuk dukungan ini akan membantu individu merasa anggota dari suatu

kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial

dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman

senasib.

3. Dampak Dukungan

Bagaimana dukungan dapat memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial

mempengaruhi kejadian dan efek stress. Dukungan juga dapat mengubah

hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan

stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stress

dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang

menimbulkan stress mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat

memodifikasi efek itu (Indriyani, 2014).

14
Menurut Elly (2008) dalam Indriyani 2014, dukungan ternyata tidak

hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek

stress. Terdapat beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan,

antara lain sebagai berikut.

a. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang

membantu. Ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak

cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara

emosional sehingga tidak memerhatikan dukungan yang diberikan.

b. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

individu.

c. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti

menyarankan atau melakukan perilaku tidak sehat.

d. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan

sesuatu yang tidak diinginkannya. Keadaan ini dapat menganggu

program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan

menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

B. Konsep Persepsi

1. Definisi Persepsi

Persepsi adalah intepretasi hal-hal yang kita indra. Persepsi

(perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam pengintepretasian

terhadap informasi sensorik. Kejadian-kejadian sensorik tersebut di

proses sesuai pengetahuan kita tentang dunia, sesuai budaya,

15
pengharapan, bahkan disesuaikan dengan orang yang bersama kita saat

itu. Hal-hal tersebut memberikan makna terrhadap pengalaman sensorik

sederhana (Solso, Maclin & Maclin, 2011).

Presepsi merupakan serangkaian proses rumit yang melaluinya

kita memperoleh dan mengintepretasikan informasi indrawi. Intepretasi

ini memungkinkan kita untuk mencerap lingkungan kita secara bermakna.

Organisasi perseptual merupakan proses mengorganisasi komponen-

komponen pemandangan menjadi objek-objek terpisah. Pemisahan ini

penting bagi pengenalan objek tersebut (Ling & Calting, 2012).

2. Klasifikasi Presepsi

Menurut Rakhmat (2014: 37-43) mengklasifikasinya kedalam tiga

komponen yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen

konatif. Komponen yang pertama, afektif yang merupakan aspek

emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek

intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen

konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan

kemauan bertindak.

a. Komponen afektif

1) Motif sosiogenis, sering juga disebut sekunder sebagai lawan motif

primer (motif biologis). Peranannya dalam membentuk prilaku

sosial bahkan sangat menentukan. Berikut ini klasifikasi sosiogenis

menurut Melvin H.Marx : 1. Kebutuhan organisme seperti motif

16
ingin tahu, motif kompetensi dan motif kebebasan. 2. motif-motif sosial

seperti motif kasih sayang, motif kekuasaan dan motif kebebasan.

2) Sikap, pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,

berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau

nilai. Kedua sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.

Ketiga sikap relatif lebih menetap. Keempat sikap mengandung

nilai menyenang-kan atau tidak menyenangkan. Kelima sikap

timbul dari pengalaman.

3) Emosi, emosi menunjukan kegoncangan organisme yang disertai

oleh gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.

b. Komponen kognitif

Kepercayaan adalah komponen kognitif. Kepercayaan di sini tidak ada

hubunganya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan

bahwa sesuatu itu ’benar’ atau ’salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,

pengalaman atau intuisi (Rakhmat, 2014). Sementara menurut Agisni

(2013) kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan

kepentingan.

c. Komponen konatif

Terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek prilaku

manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak

direncanakan. Sedangkan kemauan adalah sebagai tindakan yang

merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.

17
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua, yaitu

(Hasmine, 2013):

a. Faktor internal yang mempengaruhi presepsi, yaitu faktor-faktor yang

terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

1) Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya

informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan

melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan

sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap

orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan

dapat berbeda.

2) Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang

dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada

bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.

Energi tiap orang berbeda- beda sehingga perhatian seseorang

terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi

persepsi terhadap suatu obyek.

3) Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung

pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang

digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance

merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan

tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

4) Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana

18
kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan

yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya

5) Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan

tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang

dapat mengingat kejadian- kejadian lampau untuk mengetahui

suatu rangsang dalam pengertian luas.

6) Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku

seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan

seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana

seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

b) Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan

karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat di

dalamnya. Elemen- elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang

seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana

seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-

faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini

menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka

semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi

persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek

individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk

persepsi.

2) Warna dari obyek-obyek. yang mempunyai cahaya lebih banyak,

19
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan

dengan yang sedikit

3) Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang

penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang

sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak

menarik perhatian.

4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan

memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan

dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus

merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi

persepsi.

5) Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian

terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan

pandangan dibandingkan obyek yang diam

C. Konsep Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1. Definisi

Berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat

lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir

(Manuaba et al.,2007; Damanik, 2018).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi

prematur hingga tahun 1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan

20
tidak seluruh bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara

prematur (Damanik, 2018).

2. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa

gestasinya.

a. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok diantaranya sebagai berikut :

1) Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW)

dengan berat lahir 1500 – 2499 gram.

2) Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth

weight (VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.

3) Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low

birth weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram

(Meadow (2005), dalam Damanik (2018).

b. Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1) Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan.

Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,

lemak subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang,.

2) Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)

21
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang

seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan

bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin (Surasmi et al.,

2003; Syafrudin & Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).

3. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah

Menurut (Rukiyah, 2010). Perawatan BBLR yang berkualitas baik bisa

menurunkan kematian neonatal, seperti inkubator dan perlengkapannya

pada neonatal intensive care unit. perawatan Bayi berat lahir rendah

(BBLR) juga memerlukan penanganan yang tepat untuk mengatasi

masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR meliputi hal-hal

berikut:

a. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami

hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan

dengan ketat di antaranya dengan metode kanguru, menjaga

lingkungan bayi serta memadikan bayi.

b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus

memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat

rentan. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci

tangan sebelum memegang bayi, peraatan tali pusat, mengganti

pakaian dan popok

c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum

sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan

22
dengan hati-hati dengan memperhatikan, manfaat, posisi, dan cara

pemberian ASI, waktu pemberian dan penyimpanan ASI.

d. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan

secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu

status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh

(Syafrudin & Hamidah, 2016).

4. Nutrisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar

dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan untuk

mencapai tumbuh kembang optimal. Pertumbuhan BBLR yang

direfleksikan per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi cukup

bulan, sehingga BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan

optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah ASI serta susu

formula untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi (Nasar, 2014).

D. Konsep Post Partum

1. Definisi

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post

partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,

2010).

23
2. Tahap Masa Nifas

Menurut Saleha ( 2012) Tahapan yang terjadi pada masa nifas

adalah sebagai berikut :

a. Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan

karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan

darah, dan suhu.

b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam,

ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

c. Periode Late Postpartum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari- hari serta konseling KB

3. Adaptasi Maternal Fisiologis

Bobak, Lowdermik dan Jensen, (2010) menyatakan bahwa

periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode ini

kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan.

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap

24
normal dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik.

Berikut adalah perubahan atau adaptasi fisiologi serta psikologi wanita

setelah melahirkan.

a. Sistem Reproduksi

1) Involusio Uteri

Involusio adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi

normal setelah kelahiran bayi. (Bobak, Lowdermilk, dan

Jensen,2015). Involusio terjadi karena masing-masing sel

menjadi lebih kecil karena sitoplasma yang berlebihan dibuang.

Involusio disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein

dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang

sebagai air kencing.

2) Involusio Tempat Plasenta

Pada pemulaan nifas, bekas plasenta mengandung banyak pembuluh

darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang

demikian, sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan karena

dilepaskan dari dasar dengan pertumbuhan endometrium baru di

bawah pemukaan luka. Rasa sakit yang disebut after pains

( meriang atau mules-mules ) disebabkan kontraksi rahim biasanya

berlangsung 3-4 hari pasca persalinan.( Cunningham, F Gary, Dkk,

2011 )

3) Lochea

25
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Lochia

dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

a) Lochea rubra/cruenta

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama

2 hari pasca persalinan.

b) Lochea sanguinolent

Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang

keluar pada hari ke – 3 sampai ke-7 pasca persalinan.

c) Lochea serosa

Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia

ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian

menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke -7

sampai hari ke-14 pasca persalinan.

d) Lochea alba

Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit

hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu

berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim

serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

e) Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f) Locheastatis

26
Lochea tidak lancar keluarnya.

4) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang

terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa

masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari

5) Vagina dan perineum

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali

seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-lipatan atau

kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga. Perlukaan

vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak

sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,

tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,

terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat

pada dinding lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan

spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua

persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah

dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut

arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati

27
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada

sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir

atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan

dengan baik.

b. Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan

dalam proses tersebut.

1) Oksitosin

Oksitosin disekresika dari kelenjar otak bagian belakang.

Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi

ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus

kembali ke bentuk normal.

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulka terangsangnya kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon

ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar

prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel

dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui

bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari

28
setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan

otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola

produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan

folikel, ovulasi, dan menstruasi.

c. Sistem kardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah

sama sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20

mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi

orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap

penurunan resistensi di daerah panggul.

d. Sistem Urinaria

Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma

yang dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas

terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang

berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal

ini biasa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami

kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.

e. Sistem Gastrointestinal

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal

ini disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang

makan, haemoroid, dan laserasi jalan lahir.

29
f. Sistem Muskuloskeletal

1) Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini

untuk mempercepat involusio rahim.

2) Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang

mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa

post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor.

Selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti

abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu

telentang. Latihan yang ringan seperti senam nifas akan

membantu penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada

kondisi normal.

g. Sistem kelenjar mamae

1) Laktasi

Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang

disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran

bayi, dapat diperas dari putting susu.

2) Kolostrum

Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh

payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang

sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral

tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum

mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut

korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap

30
merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak

dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuclear yang

mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan

selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu

matur. Antibodi mudah ditemukan dalam kolostrum. Kandungan

immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada

neonatus melawan infeksi enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes

lainnya, juga immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di

dalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi

komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,

laktoperoksidase, dan lisozim.

3) Air susu

Komponen utama air susu adalah protein, laktosa, air dan

lemak. Air susu isotonik dengan plasma, dengan laktosa

bertanggung jawab terhadap separuh tekanan osmotik. Protein

utama di dalam air susu ibu disintesis di dalam retikulum

endoplasmik kasar sel sekretorik alveoli. Asam amino esensial

berasal dari darah, dan asam- asam amino non-esensial sebagian

berasal dari darah atau disintesis di dalam kelenjar mamae.

(Cunningham, F Gary, Dkk, 2011).

h. Sistem Integumen

31
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan

berkurangnya hiperpigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada aerola

mammae dan linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah

melahirkan.

4. Adaptasi Maternal Psikologis

Menurut Rubin dalam Varney (2014) adaptasi psikologi ibu post

partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :

a. Fase Taking In (Fase mengambil) / ketergantungan

Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua post

partum. Ibu sangat tergantung pada orang lain, adanya tuntutan

akan kebutuhan makan dan tidur, ibu sangat membutuhkan

perlindungan dan kenyamanan.

b. Fase Taking Hold / ketergantungan mandiri

Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post

partum, secara bertahap tenaga ibu mulai meningkat dan merasa

nyaman, ibu sudah mulai mandiri namun masih memerlukan

bantuan, ibu sudah mulai memperlihatkan perawatan diri dan

keinginan untuk belajar merawat bayinya.

c. Fase Letting Go / kemandirian

Fase ini terjadi pada hari ke sepuluh post partum, ibu sudah

mampu merawat diri sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung

jawabnya.

E. Konsep Hospitalisasi

32
1. Pengertian Hospotalisasi

Menurut Supartini ( 2014), hospitalisasi adalah  pengalaman yang

penuh tekanan, utamanya karena perpisahan dengan lingkungan normal

dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas,  dan perubahan

status kesehatan.Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena

adanya perubahan atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap

lingkungan (Parini, 2010).

Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan ,

bergantung pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis

penerimaan masuk rumah sakit (Asmadi, 2014, hal :102).

2. Dampak Hospitalisasi

Dampak Hospitalisasi pada klien dapat menyebabkan kecemasan dan

stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh

banyaknya faktor,  baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga

kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang

mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan

perkembangan keadaan kliennya, pengobatan, dan biaya perawatan.

Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap klien, secara

fisiklogis klien akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang

mendampingi selama perawatan (Irawan, 2012). Klien menjadi semakin

stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya

respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa

pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akanmudah terserang penyakit,

33
karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan sistem imun (Subowo,

2012). Pasien klien akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya

dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan

sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses

penyembuhan.

Dampak hospitalisasi yang dialami klien dan keluarga akan

menimbulkan stress dan rasa tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung

pada persepsi klien dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan

pengobatan. Menurut Asmadi (2014, hal : 36) secara umum hospitalisasi

menimbulkan dampak pada lima aspek  yaitu privasi, gaya hidup, otonomi

diri, peran, dan ekonomi.

a. Privasi

Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri

seseorang dan bersifat pribadi.Sewaktu dirawat di rumah sakit, pasien

kehilangan sebagian privasinya.

b. Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan

pada gaya hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara

rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien serta oleh perubahan

kondisi kesehatan klien.Aktifitas hidup yang dijalani sewaktu sehat

tentu berbeda dengan aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.

c. Otonomi Diri

34
Individu yang sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi

ketergantungan. Artinya ia akan pasrah terhadap  tindakanapapun yang

akan dilakukan oleh petugas kehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini

menunjukan, klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan

otonomi.

d. Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan

oleh individu sesuai dengan status sosialnya.Perubahan yang terjadi

akibat hospitalisasi tidak hanya berpengaruh terhadap individu tetapi

juga pada keluarga. Perubahan yang terjadi antara lain :

1) Perubahan peran

Jika salah seorang anggota keluarga sakit, maka akan terjadi

perubahan peran dalam keluarga

2) Masalah keuangan

Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi .keuangan

yang sedianya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarga akhirnya digunakan untuk kepentingan perawatan klien.

3) Kesepian

Suasana di rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota

keluarga yang dirawat.

4) Perubahan kebiasaan sosial

Sewaktu ada anggota keluarga yang dirawat, keterlibatan anggota

keluarga dalam masyarakat menjadi berubah.

35
5) Ekonomi

F. Penelitian terkait

Pada refrensi hasil penelitian jurnal yang pertema yang pertama tentang

Hubungan dukungan keluarga dan sikap ibu dengan pelaksanaan perawatan

metode kanguru pada bayi berat lahir rendah di ruang Perinatologi RSUD H.

Abdul manap kota jambi tahun 2016 oleh Septiwiyarsi Universitas Adiwangsa

Jambi

Di dapatkan hasil Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR)

diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan batasan 3.3%-38%.

Bayi BBLR berpotensi besar untuk mengalami berbagai masalah kesehatan

sebagai akibat belum lengkap dan matangnya organ dan fungsi tubuh, pada

RSUD H. Abdul Manap dari 230 kelahiran 55 orang bayi lahir dengan BBLR.

Sekitar 3 juta kematian bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat

dicegah dengan menggunakan intevensi dengan tepat guna yaitu perawatan

metode kanguru. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

desain cros sectional untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan

sikap ibu dengan pelaksanaan perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir

rendah di ruang perinatologi di rumah sakit umum daerah H. Abdul Manap

Kota Jambi Tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini diambil secara total

sampling dengan jumlah sampel 55 orang. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan kuesiner yang telah disebar secara door to door

Kemudian data yang berhasil dikumpulkan dan akan dianalisis menggunakan

univariat dan bivariat dengan uji analisis chi square. Hasil penelitian dari 55

36
ibu yang memiliki bayi BBLR sebanyak 39 orang (70,9%) tidak melakukan

pelaksanaan perawatan metode kanguru, sebanyak 33 orang (60%) yang tidak

mendapat dukungan keluarga dan ibu yang bersikap negatif sebanyak 31 orang

(56,4%). Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan

promosi kesehatan tentang pelaksanaan perawatan metode kanguru khususnya

dampak dari tidak melakukan dan keuntungan pelaksanaan perawatan metode

kanguru.

Pada refrensi jurnal penelitian yang ke dua yakni tentang Pengetahuan

ibu tentang penatalaksanaan perawatan Bayi bblr di rumah di RS kota

bandung oleh Rita Magdalena br. Tarigan1, Restuning Widiasih1, Ermiati1

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

Di dapatkan BBLR merupakan salah satu penyebab kematian bayi.

Upaya pemerintah dalam mengurangi angka kematian akibat BBLR

diantaranya melalui penemuan kasus sedini mungkin dan penatalaksanaan

perawatan bayi BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan perawatan bayi BBLR di rumah.

Jenis penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian adalah

ibu yang mengontrol bayinya di RSKIA Kota Bandung berjumlah 45 orang

dengan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam

mempertahankan suhu dan kehangatan (75,56%) memiliki pengetahuan

kurang, memberikan ASI (42,22%) memiliki pengetahuan cukup dan

mencegahinfeksi (44,45%) memiliki pengetahuan kurang. Hal ini dapat

37
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan penyuluhan mengenai

penatalaksanaan perawatan bayi BBLR di rumah.

Pada refrensi jurnal yang ke tiga yakni tentang Pengalaman ibu

dengan bayi berat lahir rendah yang dirawat di rumah sakit oleh K. Dewi

Budiarti 1, Sri Yekti Widadi 2, Gina Fitri Herdianti 3 di dapatkan hasil tentang

Pengalaman ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah berbeda dari

pengalaman ibu yang melahirkan bayi pada umumnya. Ibu harus menghadapi

sejumlah tugas psikologis yang dapat mempengaruhi ikatan antara ibu dengan

bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dengan bayi

berat lahir rendah. Enam partisipan diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Hasil penelitian ini mengidentifikasi lima tema, yaitu : (1)

Persepsi Ibu tentang Bayi Berat Lahir Rendah, (2) Respon Ibu terhadap

Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah, (3) Penyebab Stres pada Ibu Saat

Memiliki Bayi dengan Berat Lahir Rendah, (4) Harapan Ibu terhadap Petugas

Kesehatan tentang Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit, dan

(5) Sumber Dukungan yang Diperoleh Ibu. Kesimpulan dukungan sangat

dibutuhkan, baik dukungan dari keluarga maupun petugas kesehatan.

Pada refrensi jurnal yang ke empat yakni tentang Hubungan

pengetahuan ibu dengan peningkatan berat badan badan balita di desa berlian

kecamatan tilongkabila kabupaten bone bolango oleh Sofyawati d. Talibo Di

38
dapatkan hasil yaitu Kekurangan gizi pada bayi dan anak menimbulkan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara

dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 6 – 59 bulan merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan

sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu dan status gizi balita serta

mengetahui hubungan kedua variabel tersebut di Desa Berlian Kecamatan

Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian adalah survey analitik

dengan rancangan potong lintang. Subjek penelitian sebanyak 44 orang.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Fisher exact pada level signifikansi

α=0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 41% ibu balita

berpengetahuan kurang baik tentang gizi dan terdapat 18% balita mengalami

gangguan pertumbuhan berat badan; tidak terdapat hubungan antara kedua

variabel tersebut.

Pada refrensi jurnal yang ke lima yakni tentang Pengaruh konseling

terhadap motivasi ibu melakukan perawatan metode kangguru pada bayi berat

badan lahir rendah oleh Setiawati dan Rini

Di dapatkan hasil kesimpulan dari Hasil survei demografi dan

kesehatan Indonesia angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup,

jauh dari sasaran mdgs (23/1000 kelahiran hidup). Penyebab utama kematian

bayi adalah asfiksia, bayi prematur, BBLR dan infeksi. Angka kematian bayi

di RSUD Soreang sebesar 14,76%, salah satu upaya menurunkan angka

39
kematian bayi di-antaranya dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK).

Penelitian tahun 2015 ini bertu-juan menge-tahui perbedaan motivasi ibu

melakukan PMK pada BBLR antara sebelum dan sesudah diberikan konseling.

Rancangan penelitian menggunakan one group pretest and posttest design,

dilakukan terhadap 32 sampel ibu dengan bayi BBLR. Uji statistik

menggunakan paired sample t-test. Hasil penelitian pada pretest maupun

posttest sebe-sar 62,5% mempunyai motivasi tinggi. Ada perbedaan rata-rata

nilai motivasi ibu antara sebelum dan sesudah diberikan konseling dengan

thitung = 10,268 ( >dari t tabel = 2,042; nila p = 0,0001). Sosialisasi PMK

kepada ibu yang mempunyai BBLR dan anggota kelu-arga berperan penting

dalam mendukung pelaksanaan PM

Pada refrensi jurnal yang ke enam yakni Pengalaman Ibu dalam

Merawat Bayi dengan Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah oleh Deswita

2014. Di dapatkan Merawat bayi menjadi suatu stressor tersendiri terlebih jika

bayi lahir dengan premature dan bayi yang mempunyai berat badan lahir

rendah. Banyak permasalahan yang timbul, jika bayi tidak dirawat

sebagaimana mestinya mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Namun

demikian, ada beberapa ibu yang berhasil merawat bayi premature dan BBLR

di rumah. Ibu yang berhasil merawat bayi premature dan BBLR di rumah

merupakan suatu keadaan yang sangat menarik untuk dipelajari, karena

dengan pengalaman yang baru mendapatkan bayi premature dan BBLR, ibu

telah mampu merawatnya dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah di

40
dapatkannya gambaran pengalaman ibu dalam merawat bayi premature dan

BBLR di rumah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif

dengan studi fenomenologi. Partisipan penelitian ini adalah ibu yang telah

memiliki bayi prematur dan BBLR dirawat di rumah daerah wilayah kerja

Puskesmas Ambacang. Pengambilan partisipan dilakukan tehnik purposif

sampling, dengan jumlah 5 orang. Tema yang teridentifikasi dari hasil

wawancara adalah sebanyak 5 (lima). Tema tersebut adalah: (1) Karakteristik

bayi premature dan BBLR, (2) Respon ibu terhadap kelahiran premature dan

BBLR (3) Perawatan bayi premature dan BBLR di rumah, (4) Dukungan ibu

dalam merawat bayi premature dan BBLR, (5) Harapan ibu pada pelayanan

kesehatan.

Pada refrensi jurnal yang ke tujuh perilaku perawatan bayi berat lahir

rendah (bblr) di puskesmas klaten tengah: studi fenomenologi oleh Istianna

dkk 2017. Di dapatkan hasil Millenium Development Goals (MDGs) ke

empat bertujuan untuk mengurangi angka kematian bayi di dunia hingga pada

angka 23 per 1000 kelahiran hidup. Kematian pada bayi dan neonatus ini

disebabkan oleh kelahiran preterm dimana sebagian besar bayi preterm

merupakan bayi berat lahir rendah (BBLR). WHO (2014) mencatat 62%

kematian bayi disebabkan lahir prematur. Di Indonesia tercatat kematian

neonatus akibat preterm sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup (WHO,2014). Di

Kabupaten Klaten angka kematian bayi tercatat 8,5 per 1000 kelahiran hidup

(Dinkes Kab.Klaten, 2013). Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran

41
perasaan, perilaku, dukungan dan hambatan serta harapan ibu selama

melakukan perawatan BBLR di rumah wilayah kerja Puskesmas Klaten

Tengah. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposivesampling. Metode

pengumpulan data adalah wawancara mendalam (in depth interview) serta

menggunakan catatan lapangan (field note). Analisis Colaizzi yang dilakukan

memperoleh enam temampenelitian yaitu kecemasan ibu pada keadaan bayi,

perawatan khusus BBLR, dukungan saat merawat BBLR, Hambatan

perawatan BBLR, kebahagiaan merawat BBLR dan harapan ibu dengan

BBLR. Direkomendasikan perawat perkesmas melakukan pembinaan dan

asuhan keperawatan keluarga risiko tinggi BBLR untuk memandirikan

keluarga dalam merawat BBLR dan asuhan aggregat ibu hamil berisiko.

Pada refrensi jurnal yang ke delapan peningkatan berat badan bayi

berat badan lahir rendah Melalui pijat bayi dan terapi murrotal oleh Diana

Evasari dkk 2017. Di dapatkan hasil Bayi Berat Badan Lahir Rendah

merupakan penyebab utama kematian di Dunia. Indonesia merupakan salah

satu negara yang memiliki angka kejadian BBLR tertinggi yaitu sebesar 15,5%

dari kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan rata-rata

berat badan bayi sebelum dan sesudah diberikan intervensi pijat bayi dan

terapi murrotal. Desain penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Sampel

diambil secara pulposive sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 32

bayi BBLR yang dirawat diruang Perinatologi di rumah sakit. Pengumpulan

42
data menggunakan lembar observasi, sedangkan analisa data yang digunakan

adalah univariat Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukan rata-

rata berat badan pada pretest sebesar 1368,44 gram, sedangkan rata-rata berat

badan posttest sebesar 1497,81 gram. Pada kelompok kontrol rata-rata berat

badan pretest sebesar 1393.75 gram, sedangkan rata-rata berat badan posttest

sebesar 1434,69 gram.

Pada refrensi jurnal yang ke sembilan Hubungan Pengetahuan dan

Sikap dengan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru oleh Linda Amalia1

dan Efphi Herawati 2018. Di dapatkan hasil Pada dasarnya setiap ibu hamil

menghendaki agar anak yang dilahirkannya mempunyai berat badan lahir

cukup sebab bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) selain

memerlukan perawatan yang lebih rumit dan intensif juga meningkatkan

kesakitan dan kematian bayi. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui

Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu Bayi BBLR dengan Pelaksanaan

Perawatan Metode Kanguru di Ruang Perinatologi RSUD Cianjur Tahun

2014. Perawatan metode kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan

meletakkan di dada ibu (kontak kulit dengan bayi) sehingga suhu bayi tetap

hangat. Perawatan metode kanguru ini sangat menguntungkan terutama untuk

bayi berat badan lahir rendah. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif

korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan

bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur pada bulan Desember

sampai dengan Februari yaitu sebanyak 296 orang. Sampel dalam penelitian

43
ini sebanyak 75 ibu. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan

purposive sampling.Analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kurang dari

setengahnya berpengetahuan baik, lebih dari setengahnya bersikap mendukung

dan lebih dari setengahnya mau melakukan perawatan metode kanguru. Dari

hasil uji Chi Square terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu

dengan pelaksanaan perawatan metode kanguru. Sehingga Diharapkan pada

tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat perinatologi untuk terus

memberikan informasi yang berguna bagi ibu tentang perawatan pada bayi

berat badan lahir rendah seperti pelaksanaan perawatan metode kanguru.

Pada refrensi jurnal yang ke sepuluh hubungan dukungan keluarga dan

sikap ibu dengan pelaksanaan perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir

rendah di ruang perinatologi rsud h. Abdul manap kota jambi tahun oleh

Septiwiyarsi 2016. Di dapatkan hasil Prevalensi bayi berat lahir rendah

(BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran didunia dengan batasan

3.3%-38%. Bayi BBLR berpotensi besar untuk mengalami berbagai masalah

kesehatan sebagai akibat belum lengkap dan matangnya organ dan fungsi

tubuh, pada RSUD H. Abdul Manap dari 230 kelahiran 55 orang bayi lahir

dengan BBLR. Sekitar 3 juta kematian bayi dengan bayi berat lahir rendah

(BBLR) dapat dicegah dengan menggunakan intevensi dengan tepat guna

yaitu perawatan metode kanguru. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain cros sectional untuk mengetahui hubungan

44
dukungan keluarga dan sikap ibu dengan pelaksanaan perawatan metode

kanguru pada bayi berat lahir rendah di ruang perinatologi di rumah sakit

umum daerah H. Abdul Manap Kota Jambi Tahun 2016. Sampel dalam

penelitian ini diambil secara total sampling dengan jumlah sampel 55 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesiner yang telah

disebar secara door to door Kemudian data yang berhasil dikumpulkan dan

akan dianalisis menggunakan univariat dan bivariat dengan uji analisis chi

square. Hasil penelitian dari 55 ibu yang memiliki bayi BBLR sebanyak 39

orang (70,9%) tidak melakukan pelaksanaan perawatan metode kanguru,

sebanyak 33 orang (60%) yang tidak mendapat dukungan keluarga dan ibu

yang bersikap negatif sebanyak 31 orang (56,4%). Diharapkan kepada

petugas kesehatan agar dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang

pelaksanaan perawatan metode kanguru khususnya dampak dari tidak

melakukan dan keuntungan pelaksanaan perawatan metode kanguru

45
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Dukungan petugas Presepsi ibu tentang


kesehatan berupa : perawatan bayi
1. Dukungan BBLR pasca
instrumental hospitalisasi
2. Dikungan
informasional
3. Dukungan emosional
4. Dukungan harga diri
Pola Presepsi:
a. Afektif
b. Kognitif
Variabel Counvounding c. Konatif
Perilaku Tentang presepsi
tentang perawatan bayi
BBLR pasca hospitalisasi
a. Jenis Kelamin
b. Agama
c. Budaya
d. Pengetahuan
e. Status social
f. Teman sebaya

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
B. Hipotesis

H1 : Ada Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi Tentang

Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi Pada Ibu Post Partum.

BAB IV

45
METODE PENELITIAN

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah (Notoatmodjo, 2012). Pada bab ini akan diuraikan tentang desain

penelitian, populasi, sampel, kriteria sampel, definisi operasional, lokasi dan

waktu penelitian, prosedur pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, analisa

data dan etika penelitian.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013). Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Penelitian kolerasional

adalah penelitian yang terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat,

membutuhkan jawaban mengapa dan bagaimana dengan menggunakan

analisis statistik inferensial (Hidayat A, 2010) dengan pendekatan cross

sectional yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat dimana variabel

independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada

tindak lanjut. Pada desain ini tidak semua subyek penelitian harus diobservasi

pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen

dan variabel dependen dinilai hanya satu kali saja (Nursalam, 2008).

B. Populasi, Sampel Dan Sampling

46
1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum

dengan bayi BBLR di ruang Nusa Indah RSD Balung yaitu jumlah rata-

rata dalam 3 bulan terakhir terakhir April – Juni sebanyak 32 pasien dan

rata-rata dalam per bulan bayi di Ruang Nusa Indah dengan BBLR adalah

10 pasien. .

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili suatu populasi.

Dalam menetapkan sampel ada dua dasar yaitu representatif dan sampel

harus cukup banyak. Dalam penelitian ini, kriteria sampel harus memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,

2013). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya antara lain :

1) Seluruh ibu post partum dengan bayi BBLR

2) Bersedia Menjadi Responden

3) Responden bisa baca tulis

b. Kriteria Eksklusi

47
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2013).

1) Pasien rawat inap yang lebih dari 2x24 jam

2) Tidak mengalami gangguan pendengaran gangguan visual

3) Tidak bersedia menjadi responden

c. Besar Sampel

Pada penelitian ini, sampel yang di ambil menggunakan jumlah sampel

rerata dalam kurun waktu 1 bulan dengan perkiraan sampel 32 sampel,

dimana penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan dari

jumlah minimal sampel dari masing-masing tempat penelitian.

3. Tehnik Sampling

Teknik sampling merupakan proses seleksi sampel yang digunakan dalam

penelitian dari populasi yang ada (Hidayat A, 2010). Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan tidak memberikan peluang yang sama dari

setiap anggota populasi, yang bertujuan tidak untuk generalisasi, yang

berasas probabilitas yang tidak sama. Pendekatan Nonprobability sampling

ini digunakan dengan quota sampling adalah tehnik untuk menentukan

sampel dari populasi yang menpunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota

yang diinginkan terpenuhi.

A. Definisi Operasional

48
Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,

komunikasi, dan replikasi. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam,

2008). Definisi opearsional tersebut terlihat dalam tabel 4.1 di bawah ini.

49
Tabel 41 : Definisi Operasional Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Persepsi Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca
Hospitalisasi Pada Ibu Post Partum di Ruang Nusa Indah RSD Balung.

No Variable Definisi Operasional Paramater Alat Skala Hasil Ukur


Ukur
1 Independen Dukungan yang di 1. Dukungan Skala Nominal Kriteria skor:
Dukungan berikan dengan tujuan instrumental Likert 1. Selalu 4
Petugas memberikan suport sistem 2. Dukungan 2. Sering 3
Kesehatan kepada ibu post partum informasional 3. Jarang 2
dengan bayi BBLR. 3. Dukungan 4. Tidak Pernah 1
emosional Kategori:
4. Dukungan pada 1. Dukungan optimal Jika nilainya 51-80 (kode
harga diri 2)
5. Dukungan dari 2. Dukungan kurang optimal jika nilainya 20-
kelompok sosial. 50 (kode 1)

2 Dependen Pemahaman ibu tentang 1. Afektif Skala Nominal Kriteria Skor:


Presepsi perawatan yang di 2. Kognitif Likert pertanyaan positif
Perawatan 3. Konatif 1. Sangat Setuju 4
Bayi BBLR lakukan untuk bayi 2. Setuju 3
dengan Berat Bayi 3. Kurang Setuju 2
Lahir Rendah dengan 4. Tidak Setuju 1
tujuan berat bayi selalu Pertanyaan negatif
1. Sangat Setuju 1
bertambah. 2. Setuju 2
3. Kurang Setuju 3
5. Tidak Setuju 4
Kategori:
1. Presepsi Tepat dengan nilai 51-80 (kode 2)
2. Presepsi Tidak dengan nilai 20-50 (kode 1)

50
B. Tempat Penelitian

Tempat pengambilan data pada penelitian ini adalah di Ruang Nifas RSD

Balung-Jember.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini terbagi atas persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan

skripsi. Persiapan dilakukan pada bulan Februari hingga April 2020,

dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian pada bulan Mei 2020.

Pengambilan data penelitiannya dilaksanakan bulan Juni 2020.

D. Etika Penelitian

Masalah etik penelitian ditetapkan peneliti untuk melindungi responden dan

peneliti secara aspek legalitas dan untuk itu peneliti mencantumkan beberapa

hal penting sebagai berikut (Hidayat A ,2010 : 93-95) :

1. Autonomy

Peneliti memberikan suatu penjelasan terkait status responden sebagai

subjek penelitian, tujuan, dan jenis penelitian serta risiko dari penelitian

yang akan dilakukan dengan memberikan suatu lembar persetujuan sebagai

bukti tertulis.

2. Informed consent

diberikan sebelum penelitian dilaksanakan. Informed consent bertujuan

agar subjek penelitian mengerti dari maksud dan tujuan dari penelitian.

Sebanyak 32 responden telah mengisi lembar informed consent dan

51
menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Tidak ada

responden yang menolak.

3. Anonimity

Peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden subjek

penelitian pada lembar kuesioner maupun lembar observasi dan hanya

menuliskan nomor responden pada lembar kuesioner, serta hasil penelitian

yang akan disajikan.

4. Beneficience

Peneliti memberikan subyek penjelasan tentang manfaat dari penelitian

yang dilakukan yaitu bahwa dengan mengetahui dukungan petugas

kesehatan dapat menjadikan tolak ukur sejauh mana presepsi ibu terhadap

peraatan Bayi BBLR pasca Hospitalisasi.

5. Non-Malaficience

Penelitian yang dilakukan tidak membahayakan keselamatan secara fisik

maupun psikologis responden sebagai subjek penelitian. Peneliti tidak

memberikan intervensi apapun kepada responden. Sehingga penelitian ini

tidak berisiko untuk membahayakan subyek penelitian. Peneliti juga tidak

memberikan paksaan kepada responden untuk mengisi kuesioner jika

kondisi responden sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Sehingga saat

dilakukan pengambilan data tidak ada responden yang sedang mengalami

komplikasi post partum. Semua responden dalam kondisi yang stabil baik

fisik maupun psikologis.

52
6. Veracity

Peneliti memberikan segala informasi yang dibutuhkan kepada pihak

responden secara jujur karena responden memiliki hak untuk mengetahui

segala hal terkait penelitian yang melibatkan responden sebagai subjek

penelitian. Peneliti harus menjelaskan dengan jujur tujuan, manfaat dan

efek dari penelitian ini.

7. Justice

Semua responden yang telah terpilih melalui kriteria inklusi memiliki

kesempatan dan hak yang sama dalam penelitian sebagai subjek penelitian.

Subyek penelitian berhak mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti

tanpa memandang status sosial maupun ekonomi.

E. Alat Pengumpul Data

Instrument pengumpulan data digunakan dalam riset untuk

menggambarkan suatu metode pengumpulan data tertentu (Nursalam, 2011

dalam Nugroho, 2014). Pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah :

1. Data Umum

Sebagai data penunjang data yang di peroleh dengan cara, alat

pengumpulan data menggunakan skala likert data yang di tampilkan berupa

identitas diri responden seperti nama inisial, usia, agama, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, status paritas, kontrol kehamilan

53
2. Data Khusus

a. Variabel Independen

Alat pengumpulan data penggalian data variabel independen dengan

menggunakan kuisoner yang berjumlah 20 pernyataan dengan pilihan

jawaban selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah

b. Variabel dependent

Alat pengumpulan data penggalian data variabel dependen dengan

menggunakan kuisoner yang berjumlah 20 pernyataan dengan jawaban

Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju dengan masing-

masing pernyataan yaitu 12 pernyataan yang mendukung atau

pernyataan positif serta 8 pernyataan yang tidak mendukung atau

penyataan negatif..

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan data pada penelitian dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Prosedur administratif

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti akan mengajukan

permohonan ijin penelitian kepada pihak akademik yaitu Fakultas Ilmu

kesehatan Program S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember,

BAKESBANG dan LINMAS dilanjutkan ke tempat penelitian di RSD

Balung Jember.

54
2. Prosedur teknis

Pada prosedur tehnis dalam melakukan pengambilan data serta melakukan

penelitian, peneliti Melakukan pengajuan surat persetujuan untuk menjadi

responden (informed consent). Kemudian peneliti melakukan pendekatan

dengan menjelaskan maksud dan tujuan, serta Menjelaskan cara perawatan

BBLR di rumah dengan baik dan benar. Setelah memberikan penjelaskan

peneliti membagikan instrumen kepada responden.serta enjelaskan tehnis

pengisian instrumen kemudian peneliti mengevaluasi hasil isian kuesioner

dari responden serta mengumpulkan Data atau instrumen di kumpulkan

kembali dan selanjutnya akan dilakukan analisis yang bersifat komputerisasi.

G.Pengolahan data

Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual dan

disajikan dalam bentuk tabel dan persen dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Editing

Memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas serta melakukan

pengolahan terhadap data yang dikumpulkan dan memeriksa kelengkapan

dan kesalahan.

2. Scoring

Scoring merupakan langkah untuk memberikan skor pada masing-masing

item pernyataan sesuai dengan jawaban responden.

a. Pada variabel independen jika jawaban selalu di beri skor 4, jika sering di

berikan skor 3, jika kadang-kadang di berikan skor 2 dan jika tidak

55
pernah di berikan skor 1. Setelah itu kemudian dikalkulasi dan

dikategorikan sebagai berikut:

1) Jika skor yang diperoleh 51-80 maka dikategorikan dukungan

optimal

2) Jika skor yang diperoleh 20-50 maka dikategorikan dukungan kurang

optimal

b. Pada Variabel Dependen jika jawaban pertanyaan positif sangat setuju di

beri skor 4, jika setuju di berikan skor 3, jika kurang setuju di berikan

skor 2 dan jika tidak psetuju di berikan skor 1 dan jika jawaban

pertanyaan negatif sangat setuju di beri skor 1, jika setuju di berikan skor

2, jika kurang setuju di berikan skor 3 dan jika tidak psetuju di berikan

skor 4. Setelah itu kemudian dikalkulasi dan dikategorikan sebagai

berikut:

1) Jika skor yang diperoleh mempunyai nilai 51-80 maka di kategorikan

presepsi tepat

2) Jika skor yang diperoleh mempunyai nilai 20-50 maka di kategorikan

presepsi tidak tepat

3. Coding

Memberikan kode terhadap hasil skor yang telah diperoleh pada semua

variabel yang akan diolah sebagai berikut:

1) Variabel Independen

a) Jika dikategorikan dukungan optimal maka diberi kode 2

b) Jika dikategorikan dukungan kurang optimal maka diberi kode 1

56
2) Variabel Dependen

a) Jika dikategorikan presepsi tepat maka diberi kode 2

b) Jika dikategorikan presepsi tidak tepat maka diberi kode 1

4. Transfering

Setelah seluruh kuesioner terisi penuh dan benar serta melewati pengkodean

data maka selanjutnya dilakukan transfering dengan memproses data agar

dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara memindah data

kuesioner ke komputer untuk dianalisis.

5. Cleaning

Setelah itu dilakukan tahap cleaning (pembersihan data) dengan melakukan

pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau

tidak. Setelah dilakukan pengecekan ternyata tidak ada kesalahan

selanjutnya data siap disajikan.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Univariate adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel

yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Pollit &

Hungler, 2002) Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan

analisa data. Menganalisa variabel independent (x) dukungan petugas

kesehatan dan variabel dependent (y) perawatan bayi BBLR. Data

demografi hasilnya akan ditampilkan dalam tabel distribusi berdasarkan

usia, riwayat paritas serta riwayat kontrol pada masa kehamilan, di

57
tampilkan dalam bentuk data kategorik berupa variabel-variabel dapat di

kelompok atau menjadi beberapa kelompok atau kategori.

2. Analisis Bivariat

Penelitian ini merupakan penelitian korelatif. Pada analisa bivariat yang

dianalisis adalah hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Pada Ibu Post

Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di Ruang

Nusa Indah RSD Balung Untuk menganalisis dilakukan dengan uji statistik

Chi Square. Menurut Hidayat A (2007). Uji Chi Square salah satu uji non

parametris yang di lakukan pada dua variabel, dimana skala data keua

ariabel adalah nominal. Nilai tingkat kemaknaan (p value) sedangkan nilai

tingkat kesalahan (α) dengan nilai alpha = 0,05. Maka pengambilan

keputusan sebagai berikut:

a. Hipotesis nihil (Ho) ditolak nilai p value < α (0,05), jadi

kesimpulannya ada Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Pada Ibu

Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca Hospitalisasi di

Ruang Nusa Indah RSD Balung.;

b. Hipotesis nihil (Ho) diterima nilai p value > α (0,05), jadi

kesimpulannya tidak ada Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan

Pada Ibu Post Partum Tentang Perawatan Bayi BBLR Pasca

Hospitalisasi di Ruang Nusa Indah RSD Balung. (Dahlan, 2018)

58
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. (2011). Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu dalam Merawat Bayi


Prematur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Tesis. Magister
Ilmu Keperawatan, Pascasarjana UI.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,


Jakarta.

Bang et al., 2015. Low Birth Weight and Pretem Neonates: Can they Managed at
Home by Mother and Trained Village Health Worker. Journal of
Perinatology. Vol. 25 (1): 72-81

Girsang, M. 2009. Pola Perawatan bayi berat lahir rendah di rumah sakit dan di
rumah dan hal-hal yang mempengaruhinya. FIK UI. Thesis. Available
online at http://digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id= 124600&
lokasi=lokal (diakses 02 Januari 2012).

Depkes RI. 2017. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes
RI.

Depkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan, RI.

Dinkes Provinsi Jatim. 2019. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2018.
Surabaya: Dinkes Provinsi Jatim.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Jember


Tahun 2016. Jember: Dinas Kabupaten Jember.

Fiyana, S dan Fathikul, Y.S. (2014). Pengalaman Ibu Dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (Bblr) Mengenai Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Di Rumah. Jurnal Keperawatan UNDIP, 3(1), 320-332

Hazel, E. 2016. Mother of Very Low Birth Weight Babies: How do They Ajust.
Journal of Advanced Nursing. Vol.15 (1): 16-11.

Indriyani, D., Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya


Promotif dan Preventif dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Ar-Ruzz Media, Jakarta.

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes
RI.

59
Laviana. N. L. (2016). Peningkatan Bonding Attachment Bayi Prematur dengan
Melibatkan Orang Tua dalam Asuhan Keperawatan sebagai Bentuk
Tindakan Caring yang Dilakukan Perawat. Jurnal Care, 4(1), 1-7

Manuaba, Ida, B.G, dkk. 2017. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Magdalena dan Rita. 2018. Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan


Perawatan Bayi Bblr Di Rumah Di Rskia Kota Bandung. Bandung: Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.

Maryunani. 2013. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah.
CV.Trans Info medika: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.


PT.Rineka Cipta: Jakarta

Nurlaila, dkk. 2015. Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK)


Dengan Kejadian Hipotermia Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Vol.III. Diakses tanggal 02 Juli 2016.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Padila, Amin, dan Rizki. 2018. Pengalaman Ibu Dalam Merawat Bayi Preterm
Yang Pernah Dirawat Di Ruang Neonatus Intensive Care Unit (Nicu).
Jurnal Keperawatan Silampari. Vol. 1 (2) : 1-16.

Pantiawati. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Nuha
Medika: Jakarta

Perinasia. 2010. Konsep Dasar Perawatan Metode Kanguru, tulisan


dipresentasikan pada Penelitian Perawatan Metode Kanguru. Surabaya, 15-
19 Februari.

Proverawati, A. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: NuhaMedika.

Rekam Medik. 2020. Laporan Tahunan RSUD Balung.

Riyanti, Eka. 2012. Studi Fenomenalogi Pengalaman Ibu Merawat Bayi


Prematur di Rumah. Skripsi. Jakarta: UI.

Solfiani,E.T, Monalisa S, Evelyn Hemme.T. 2016. Pengalaman ibu dalam


pelaksanaan perawatan Metode kanguru di rumah terhadap bayi berat
Badan lahir rendah di wilayah kerja puskesmas Parongpong Kabupaten
Bandung Barat. Jurnal Skolastik Keperawatan Advent vol. 2, no.1: 103-110.

60
Suradi, R. 2008. Perawatan Model Kangguru sebagai Pengganti Inkubator untuk
Bayi Berat Lahir Rendah. Jakarta: Perinasia DKI Jakarta.

Trachtenbarg & Goleman, 1998. Primary Care Pediatrics. American Family


Pchysician.

Wong, Donna L. 2012. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

61
LAMPIRAN

61
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama (inisial) : .....................................................


Setelah saya membaca dan memahami tujuan dari penelitian ini, saya selaku
responden dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia jika saya di beri perlakuan
sesuai dengan protokol intervensi yang telah di jelaskan oleh peneliti.

Bila perlakuan yang telah diberikan peneliti menimbulkan ketidaknyamanan bagi


saya, saya berhak menarik atau mengundurkan diri sebagai responden dan tidak
melanjutkan partisipasi dalam penelitian ini.

Jember , 2020

Responden

62
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN PERSEPSI


TENTANG PERAWATAN BAYI BBLR
PASCA HOSPITALISASI PADA IBU POSTPARTUM
DI RUANG NUSA INDAH RSD BALUNG

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Jeniskelamin :Laki–Laki /Perempuan (*)

3. Usia :

Setelah saya membaca atau mendengar serta memahami tujuan dari penelitian ini,

Dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

peneliti dan bersedia diberikan perlakuan sesuai dengan tujuan penelitian. Bila pertanyaan

yang diajukan maupun perlakuan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, maka saya

berhak mengundurkan diri sebagai responden.

Jember, 2020

responden

63
INSTRUMEN PENELITIAN

Hari/Tanggal :

No. Responden :

Kode :

A. Data Umum

Petunjukpengisian:

Responden diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang tersedia dengan

memberikan tanda centang () pada pilihan jawaban yang disediakan, semua

pertanyaan harus dijawab, tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan

bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Usia : Tahun
a. < 20 th
b. 20 – 35 th
c. > 35 th
2. Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
e. Lain – lain
3. Suku
a. Jawa
b. Madura
c. Sunda
d. Lain-lain

64
4. Pekerjaan
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Tani
d. Lain-lain
5. Agama

a. Islam

b. Kristen Protestan

c. Hindu

d. Budha

e. Kristen Katolik

6. Penghasilan Keluarga

a. < Rp 1.917.000

b. Rp 1.917.000 – 2.500.000

c. Rp 2.500.000 – 3.500.000

d. > Rp 3.500.000

7. Riwayat Pemeriksaan kandungan atau kontrol ke Rumah Sakit

a. 1

b. 2

c. 3

d. >3

65
8. Riwayat Persalinan Normal

a. 1

b. 2

c. 3

d. >3

9. Riwayat Pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan Berat Bayi


Lahir Rendah

a. 1

b. 2

c. 3

d. >3

66
B. Instrumen Penelitian Dukungan Petugas Kesehatan

Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban

anda meluputi :

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang (bila di berikan dukungan 1x sampai 3x)

c. Sering (bila di berikan dukungan 4x sampai 5x)

d. Selalu (bila di lakukan dukungan setip hari)

No Skor
Tidak
Pernyataan Selalu Sering Jarang diisi
pernah
peneliti
1 Petugas kesehatan memberikan pengetahuan
pentingnya dalam merawat bayi dengan BBLR
2 Petugas kesehatan mengingatkan saya
pentingnya ASI untuk bayi dengan BBLR
3 Petugas kesehatan melibatkan keluarga selama
masa perawatan terutama saat perawatan di
Rumah Sakit.
4 Petugas kesehatan menyediakan waktu dan
fasilitas jika saya memerlukan
5 Petugas kesehatan menjelaskan tentang
pentingnya pola memberikan, penyimpanan ASI
yang baik
6 Petugas kesehatan memberikan solusi tentang
perawatan Bayi dengan BBLR yang baik
7 Petugas kesehatan memberikan informasi
tentang pentingnya menjaga suhu lingkungan
pada Bayi dengan BBLR
8 Petugas kesehatan menayakan selama
pemberian informasi perawatan bayi apakah ada
yang kurang di mengerti
9 Petugas kesehatan peduli terhadap saya
10 Petugas kesehatan memberikan tempat yang
nyaman kepada saya selama perawatan terutama
pemberian ASI
11 Petugas kesehatan melibatkan keluarga saya
tentang permasalahan yang saya hadapi
12 Petugas kesehatan memberikan pujian ketika
cara merawat bayi dengan benar
13 Petugas kesehatan memberikan semangat ketika
waktu perawatan
14 Petugas kesehatan meminta persetujuan setiap

3
tindakan yang akan dilakukan terhadap saya

No Selalu Sering Jarang Skor


Tidak
Pernyataan diisi
pernah
peneliti
15 Petugas kesehatan memantau utamanya dalam
pemenuhan informasi seputar perawatan bayi
16 Petugas kesehatan menyarakan saya ikut
posyandu rutin untuk menimbang BB bayi
secara berkala.
17 Petugas kesehatan informasi cara merawat tali
pusat serta pencegahan infeksi selama masa
perawatan
18 Petugas kesehatan medukung saya dalam
pemulihan kondisi secara cepat
19 Petugas kesehatan perawat / bidan melibatkan
dokter spesialis anak selama masa perawatan.

20 Petugas kesehatan melibatkan keluarga saya


dalam memberikan informasi cara perawatan
bayi dengan BBLR

TOTAL

4
C. Instrumen Penelitian Perawatan Bayi dengan BBLR

Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban

anda.

Nilai 1 : Tidak Setuju

Nilai 2 : Kurang Setuju

Nilai 3 : Setuju

Nilai 4 : Sangat Setuju

Sangat Skor
Kurang Tidak
No Pernyataan Setuju Setuju diisi
setuju setuju
peneli

1 Memberikan ASI terhadap bayi setiap 1-2 jam


setiap hari sekali itu baik.
2 Menurut saya perawatan dengan metode
kanguru sangatlah kurang untuk menaga
kehangatan bayi
3 Memperhatikan lingkungan sekitar dapat
menjaga kehangatan bagi bayi
4 Cukup Mengkonsumsi makanan seadanya
setiap hari untuk memperlancar ASI.
5 Memcuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi untuk mencegah infeksi
6 Melakukan perawatan Tali pusat dengan di
dampingi petugas kesehatan akan menambah
kepercayaan diri
7 Untuk mencegah infeksi, saya membersikan
peralatan bayi dengan air biasa.
8 Penggantian pakaian serta popok secara teratur
dapat mencegah infeksi
9 Menimbang berat badan secara rutin dapat
mengontrol perkembangan berat bayi
10 Saya tidak bisa menjauhkan anggota keluarga
yang sakit dari bayi karna mereka saudara saya
11 Untuk mencegah kehilangan panas tubuh, saya
memandikan bayi dengan cepat, segera
mengeringkan memakaikan topi dan pakaian
12 Memberikan ASI dapat meningkatkan daya
tahan tubuh bayi berat lahir rendah dari
penyakit

5
13 Memberikan susu formula merupakan nutrisi
pendamping ASI untuk bayi
14 Suhu ruangan tidaklah penting dalam menjaga
suhu tubuh bayi
15 Hanya cukup dengan makan tanpan Melakukan
perawatan payudara dapat memperlancar ASI
16 Membersihkan area puting dengan tisu sebelum
menyusui dapat mencegah kuman masuk
kedalam bayi
17 Penggantian pakaian serta popok yang basah
secara cepat dapat memberikan kehangatan
untuk bayi
18 Melakukan perawatan tali pusat setiap hari
dapat mencegah infeksi
19 Memerikan susu pendamping ASI atau susu
formula secara hangat dapat membantu bayi
untuk proses pencernaan.
20 Karna kesibukan Pergi ke posyandu tidak rutin
TOTAL

6
KISI-KISI INSTRUMEN

a. Dukungan Petugas Kesehatan


No Indikator Nomer Pernyataan Jumlah pernyataan

A Dukungan Instrumental 1, 2 , 3 , 4 4
B Dukungan Informasional 5, 6, 7, 8 4
C Dukungan Emosional 9, 10, 11, 12 4
D Dukungan Pada Harga Diri 13, 14, 15, 16 4
E Dukungan Dari Kelompok Sosial 17, 18, 19, 20 4

b. Pola Presepsi Perawatan BBLR


No Indikator Nomer Pernyataan Jumlah pernyataan

A Afektif 2.5.7.9.11.15.17.20 8
B kognitif 3.6.10.12.13.14.19 7
C Konatif 1.4.8.16.18 5
D Pertanyaan positif 5.9.11.17.3.6.12.13.19.1.8.18 12
E Pertanyaan negatif 2.7.15.20.10.14.4.16 8

Anda mungkin juga menyukai