Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah
kesehatan yang terjadi pada kelompok ibu dan anak, yang ditandai antara lain masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kematian pada
masa maternal mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Masalah kesehatan ibu dan anak masih tetap menempatkan
posisi penting karena menyangkut kualitas sumber daya manusia yang paling hulu yaitu
masa kehamilan, persalinan dan tumbuh kembang anak.

Angka Kematian Ibu menurut SKRT tahun 1995 adalah 373 per 100.000 kelahiran
hidup, hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukan
bahwa sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam, 2 orang ibu bersalin
meninggal dunia karena berbagai sebab. Berdasarkan hasil konferensi Internasionan
Kependudukan dan Pembangunan (international Conference Population Development
(ICPD)) di Kairo, AKI tersebut masih jauh dari target internasional yaitu 125 per 100.000
kelahiran hidup sampai tahun 2005 dan 75 per 100.000 kelahiran hidup sampai tahun
2015.

Terkait dengan tingginya AKI, hasil Assessment Safe Motherhood di Indonesia tahun
1990/1991 menyebutkan diantaranya bahwa Kematian ibu terjadi 10 kali lebih sering
pada saat persalinan dibandingkan pada masa kehamilan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian metode peningkatan mutu pelayanan (aquality assurance)?

2. Apa kegunaan metode peningkatan mutu pelayanan kebidanan (aquality


assurance)?

4. Bagaimana jenis metode peningkatan mutu pelayanan(aquality assurance)?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui seperti apa metode peningkatan mutu pelayanan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang mutu pelayanan


kebidanan seperti pengertian,kegunaan, dan jenis metode peningkatan mutu
pelayanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Metode Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan (aquality assurance)

Mutu ( quality ) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik barang


atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen,
baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Perbaikan mutu
merupakan upaya transformasi budaya kerja organisasi melalui pengalaman belajar
sehingga merubah cara berpikir setiap orang yang terlibat dalam organisasi dan cara
organisasi dikelola, sehingga berubah ke arah yang lebih baik.

Contoh falsafah mutu Pelayanan Kebidanan :

 Hari esok harus lebih baik dari hari sekarang

 Pelanggan puas adalah harapan kami

 Meningkatkan mutu pelayanan adalah tekad kami

 Apa yang kita tulis sekarang kita kerjakan dan apa yang kita kerjakan
kita tulis.

Jaminan Mutu (QA) adalah suatu proses yang dilaksanakan secara


berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu untuk; Menetapkan masalah dan
penyebabnya berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan upaya
penyelesaian masalah dan melaksanakan sesuai kemampuan menilai pencapaian hasil
dengan menggunakan indikator yang ditetapkan, menetapkan dan menyusun tindak
lanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator kunci mutu dalam
pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur mutu hasilnya. Salah satu
faktor yang perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi proses – proses kunci yang
mengarah pada hasil tersebut (outcome).

3
2. Kegunaan Metode Peningkatan Pelayanan Kebidanan (aquality assurance)

Dalam Metode Peningkatan Pelayanan Kebidanan (aquality assurance) terdapat


kegunaan yang dapat menguntungkan dan memiliki tujuan seperti :
 Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
 Dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan.
 Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
 Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum.

3. Jenis-Jenis Metode Peningkatan Pelayanan Kebidanan (aquality assurance)


1. Program menjaga mutu prospektif (Yang diselenggarakan sebelum pelayanan
kesehatan)
Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditunjukkan pada standar
masukan dan standar lingkungan yaitu pemantauan dan penilaian terhadap
tenaga pelaksana, dana, sarana, di samping terhadap kebijakan, organisasi, dan
manajemen institusi kesehatan.
2. Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif

1.1 Standarisasi

Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan


sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau
disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima

1.2. Lisensi (Perizinan)


1) Standarisasi perlu diikuti dengan perizinan untuk mencegah
pelayanan yang tidak bermutu
2) Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikan
kepada institusi kesehatan yang telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan

4
1.3. Sertifikasi
1) Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan, yakni memberikan
sertifikat (pengakuan) kepada institusi kesehatan yang benar-benar
telah dan atau tetap memenuhi persyaratan
2) Ditinjau serta diberikan secara berkala

1.4.Akreditasi
1) Akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya
dipandang lebih tinggi
2) Dilakukan secara bertingkat, yakni sesuai dengan kemampuan
institusi kesehatan.
3)Ditinjau serta diberikan secara berkala

3. Program menjaga mutu konkruen


Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren adalah yang
diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini
perhatian utama lebih ditujukan pada standar proses, yakni memantau dan
menilai tindakan medis, keperawatan dan non medis yang dilakukan.

4. Program Menjaga Mutu Konkruen


Program Menjaga Mutu Konkruen dapat memberikan manfaat agar
terselenggaranya beberapa program seperti :
a. Diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan
b. Perhatian utama pada standar proses, memantau dan menilai tindakan
medis yang dilakukan. Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan kurang bermutu.
c. Program menjaga mutu ini paling sulit dilaksanakan, hal ini antara lain
disebabkan karena ada faktor tenggang rasa antara sesama teman
sejawat yang dinilai

5
5. Program menjaga mutu retrospektif
Yang dimaksud dengan program menjaga mutu restrospektif adalah
yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian
utama lebih ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai
penampilan pelayanan kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai
bersifat tidak langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan .atau
berupa pandangan pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu
retrospektif adalah : Record review, tissue review, survei klien dan lain-lain.

Tujuan Program menjaga mutu retrospektif yaitu :


a. Diselenggarakan setelah selesainya pelayanan kesehatan
b. Perhatian utama pada standar keluaran
c. Jika penampilan tersebut di bawah standar yang telah ditetapkan maka
berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kurang bermutu.

Contoh program menjaga mutu seperti :

a. Review Rekam Medis

Penampilan pelayanan dinilai dari rekam medis yang


digunakan pada pelayanan kesehatan. Semua catatan yang ada dalam
rekam medis dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

b. Review Jaringan

Penampilan pelayanan kesehatan yang dinilai adalah dari


jaringan yang diangkat pada tindakan pembedahan. Misalnya tindakan
apendiktomi, jika gambaran patologi anatomi dari jaringan yang
diangkat sesuai degan diagnosa yang ditegakkan, maka mutu
pelayanannya baik.

c. Survei Klien

Penampilan pelayanan dinilai dari pandangan pemakai jasa.

6
6. Program Menjaga Mutu Internal

a.Program Menjaga Mutu dilaksanakan oleh suatu organisasi yang dibentuk di


dalam institusi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

b.Sebaiknya keanggotaan organisasi pelaksana program menjaga mutu adalah


mereka yang meyelenggarakan pelayanan kesehatan (dapat semuanya atau
hanya perwakilan).

c. Pembentukan organisasi sebaiknya pada setiap unit organisasi yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

7. Program menjaga mutu Eksternal


Program menjaga mutu Eksternal mempunyai tujuan seperti :

a. Dilaksanakan oleh suatu organisasi khusus yang dibentuk di luar institusi


pelayanan kesehatan

b. Merupakan pelengkap program menjaga mutu internal, yang perannya


lebih banyak bersifat lembaga pembanding. (Apabila terdapat
perselisihan pendapat tentang hasil penilaian mutu pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh program menjaga mutu internal)

Jika dibandingkan antara program menjaga mutu internal dengan


program menjaga mutu eksternal maka program menjaga mutu internal yang
lebih baik, karena program menjaga mutu akan lebih mudah tercapai
(penyelenggaranya terlibat langsung). Juga untuk dapat menyelenggarakan
program menjaga mutu eksternal dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit
(dalam banyak hal sulit dipenuhi)

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan


pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Berkaitan
dengan kualitas pelayanan jasa, metode peningkatan mutu pelayanan jasa kebidanan
dan organisasi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan total Quality
Management (TQM). Total Quality Manegemen (TQM) merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.

B. Saran

Untuk lebih memberikan kepuasan kepada konsumen maka mutu pelayanan


kesehatan di indonesia harus lebih ditingkatkn, untuk mencapai masyarakat yang
sehat dan terbebas dari berbagai macam penyakit. Sebagai seorang Bidan sangat
ditekankan akan mutu pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah
berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan
wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu, penyuluhan
dan lainnya sesuai profesi kebidanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:

Kostania, Gita. 2005. Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan Komplementer Pada Bidan Praktek
Mandiri Di Kabupaten Klaten .Gaster Vol. XII No. 1 Februari 2015. Poltekkes Kemenkes
Surakarta

Kuntjoro, Tjahjono. 2005. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan Sebagai
Strategi Dalam Peningkatan Mutu Klinis. JMPK Vol. 08/No.03/September/2005. Balai
Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan. Gombong. Jawa Tengah

Buku :

Atik Purwandari, A.Md.Keb., SKM. 2008. Konsep Kebidanan Sejarah & Profesionalisme.
Jakarta : EGC

Th. Endang Purwoastuti, S.pd, APP. Elisabeth Siwi Walyani, Amd, Keb. 2008. Mutu
Pelayanan Ksehatan & Kebidanan. Jakarta Pusat : PB

Sallis E. 2008. Total Quality Management, Jakarta: Gramedia. Cheap Offers:

Syafrudin, SKM, M.Kep. Siti Masitoh, SKp, M.Kes. Taty Rosyanawaty, App. 2003.
Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan. Jakarta Timur : TIM

Tjiptono, F. dan Diana,A. 1998. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset.

Vincent G. 2005. Total Quality Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Wijono Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga


University Press.

Anda mungkin juga menyukai