Anda di halaman 1dari 18

Referat / Clinical Science Session

Pneumotoraks Ventil

Oleh :
Melsi Megawati 1610311040
Muhammad A’raaf 1940312065

Preseptor :
dr. Afriani, Sp.P (K)

BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Referat yang
berjudul “Pneumotoraks Ventil”.
Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik
senior di Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Afriani, Sp.P
(K) selaku preseptor yang telah memberikan masukan dalam pembuatan Referat
ini.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik untuk menyempurnakan Referat ini. Semoga Referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 05 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
1.3 Batasan Penulisan ................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ................................................................................................ 3
2.2 Epidemiologi ........................................................................................ 3
2.3 Etiologi ................................................................................................ 3
2.4 Faktor Risiko ........................................................................................ 4
2.5 Klasifikasi ............................................................................................ 5
2.6 Patogenesis ........................................................................................... 6
2.7 Gejala Klinis ........................................................................................ 7
2.8 Diagnosis ............................................................................................. 7
2.9 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 9
2.10 Tatalaksana ...................................................................................... 10
2.11 Komplikasi ........................................................................................ 11
2.12 Prognosis............................................................................................ 11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pneumotoraks Ventil ..................................................................... 6


Gambar 2.2 Gambaran Radiologi Pasien Pneumotoraks Ventil ......................... 9

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Etiologi terjadinya Pneumotoraks Iatrogenik berdasarkan .................. 4


Frekuensi Kejadian

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumotoraks adalah keadaan ketika terdapat udara atau gas didalam rongga
pleura (rongga diantara pleura viseral dan pleura parietal), yang dapat
menyebabkan paru menjadi kolaps.
Pneumotoraks Ventil atau Tension Pneumotorax adalah keadaan ketika
terdapat udara atau gas yang dapat masuk ke rongga pleural, tetapi udara tidak
dapat keluar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam pleural
secara progresif, kolapsnya jaringan paru, dan pendorongan mediastinum kearah
kontralateral serta menyebabkan gangguan fungsi paru.
Insiden mengenai pneumotoraks ventil tidak terdokumentasi dengan baik.
Akan tetapi, pneumotoraks ventil terjadi pada 5,4% pasien trauma mayor. Selain
itu, studi pada pasien post mortem yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU),
didapatkan kejadian pneumotoraks ventil yang tidak terdiagnosis sebesar 1,1% –
3,8%.
Pneumotoraks ventil ditandai dengan takikardia, gangguan pernapasan,
berkeringat, hipotensi, dan pucat akibat hipoksemia, pergeseran mediastinum, dan
penurunan aliran balik vena. Kolaps kardiopulmoner dapat terjadi jika tidak
mendapatkan penangan segera.
Dokter umum sebagai peran utama di pelayanan kesehatan tingkat 1 sebaiknya
dapat mendiagnosis dan menatalaksana pneumotoraks karena termasuk tingkat
kemampuan 4A dalam Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
(SNPPDI) 2019. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membahas tentang
pneumotoraks ventil.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca dan
penulis mengenai pneumotoraks ventil.

1
1.3 Batasan Penulisan
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
faktor risiko, patofisiologi/patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis
banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis dari pneumotoraks ventil.

1.4 Metode Penulisan


Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pneumotoraks adalah keadaan ketika terdapat udara atau gas didalam rongga
pleura (rongga diantara pleura viseral dan pleura parietal), yang dapat
menyebabkan paru menjadi kolaps.1
Pneumotoraks Ventil atau Tension Pneumotorax adalah keadaan ketika
terdapat udara atau gas yang dapat masuk ke rongga pleural, tetapi udara tidak
dapat keluar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam pleural
secara progresif, kolapsnya jaringan paru, dan pendorongan mediastinum kearah
kontralateral serta menyebabkan gangguan fungsi paru.1

2.2 Epidemiologi
Dalam penelitian di Israel menunjukkan, pneumotoraks spontan terjadi pada
723 (60,3%) dari 1199 kasus; dari jumlah tersebut, 218 pneumotoraks primer dan
505 pneumotoraks sekunder. Pnumotoraks traumatis terjadi pada 403 (33,6%)
pasien, 73 (18,1%) di antaranya menderita pneumotoraks iatrogenik. Dalam
penelitian terbaru, 12% pasien dengan luka tusuk dada asimtomatik mengalami
delayed pneumothorax atau hemotoraks.2
Insiden mengenai pneumotoraks ventil tidak terdokumentasi dengan baik.
Akan tetapi, pneumotoraks ventil terjadi pada 5,4% pasien trauma mayor. Selain
itu, studi pada pasien post mortem yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU),
didpatkan kejadian pneumotoraks ventil yang tidak terdiagnosis sebesar 1,1% –
3,8%.3

2.3 Etiologi
Pneumotoraks spontan atau non-traumatik dibagi menjadi dua jenis:
pneumotoraks spontan primer (PSP); yang terjadi jika tidak ada penyakit paru-
paru yang diketahui, dan pneumotoraks spontan sekunder (PSS), yang terjadi pada
seseorang dengan riwayat penyakit paru.4

3
Pneumotoraks traumatik terjadi ketika dinding dada tertusuk, seperti luka
tusuk atau luka tembak yang memungkinkan udara masuk ke ruang pleura.
Pneumotoraks traumatis telah ditemukan terjadi pada hampir setengah dari semua
kasus trauma dada, dan fraktur tulang iga yang lebih umum terjadi pada kasus
ini.4

Tabel 1. Etiologi terjadinya Pneumotoraks Iatrogenik berdasarkan Frekuensi


Kejadian :2
Etiologi Persentase Kejadian
Aspirasi jarum transtorakal atau biopsi 24%
Kateterisasi vena jugular atau
22%
subclavia
Torakosentesis 20%
Biopsi pleural tertutup 8%
Ventilasi mekanik 7%
Resusitasi jantung paru
Pemasangan pipa nasogastrik
Biopsi transbronkial
Trakeostomi
Biopsi hepar
Penyebab lain :
Fraktur tulang belakang dada yang bergeser.
Akupunktur telah dilaporkan menyebabkan pneumotoraks dalam beberapa
tahun terakhir.
Kolonoskopi dan gastroskopi telah terlibat dalam laporan kasus.
Penyalahgunaan obat intravena jika mereka memilih vena leher.

2.4 Faktor Risiko


Sampai saat ini penyebab pneumotoraks spontan primer (PSP) belum
teridentifikasi. Terdapat beberapa faktor risiko telah diidentifikasi seperti;
merokok, jenis kelamin pria, dan riwayat pneumotoraks dalam keluarga. PSP

4
cenderung terjadi pada orang dewasa muda tanpa masalah paru-paru yang
mendasarinya.4
Gejala seperti nyeri dada dan sesak napas ringan dengan derajat yang
bervariasi hingga asimptomatis. Pneumotoraks spontan primer juga dapat
berkembang menjadi pneumotoraks ventil.4
Pneumotoraks spontan sekunder terjadi karena penyakit dada yang mendasari.
Paling sering mereka diamati pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK), yang menyumbang sekitar 70% kasus. Penyakit paru-paru lain yang
diketahui yang dapat meningkatkan kejadian pneumotoraks adalah; tuberkulosis,
kanker paru, fibrosis kistik, asma berat akut.4
Sesak napas yang tiba-tiba muncul pada pasien dengan penyakit paru-paru
yang mendasari seperti; PPOK, fibrosis kistik, atau penyakit paru-paru serius
lainnya harus segera diselidiki untuk mengidentifikasi kemungkinan
pneumotoraks.4

2.5 Klasifikasi
Penumotoraks dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya terbagi
menjadi :2,4
1. Pneumotoraks Non-Traumatik / Spontan
a. Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)
Pneumotoraks yang terjadi secara idiopatik atau pada orang yang
tidak memiliki riwayat kelainan pada paru.
b. Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)
Pneumotoraks yang terjadi pada orang yang memiliki penyakit paru,
misalnya; Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
2. Pneumotoraks Traumatik.
a. Pneumotoraks iatrogenik
b. Pneumotoraks non-iatrogenik
Pneumotoraks juga dapat diklasifikasikan sebagai pneumotoraks sederhana
ketika tidak terdapat pergeseran jantung atau struktur mediastinal atau
pneumotoraks ventil. Selain itu, dapat juga diklasifikasikan berdasarkan jenis
luka:

5
1. Pneumotoraks Tertutup (intact thoracic cage / simple pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas
terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia
luar.
2. Pneumotoraks Terbuka (sucking chest wound)
Pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka
terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan
tekanan udara luar.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu
ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi
mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi
mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking
wound).

2.6 Patogenesis
Pneumotoraks Ventil terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada udara dalam paru sebelahnya. Pneumotoraks
yang robek berfungsi sebagai katup satu arah (udara masuk ke rongga pleura
inspirasi tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi), sedangkan pada saat inspirasi
akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan tekanan udara mulai
melampaui tekanan barometrik, sehingga dapat menyebabkan rongga pleura
ipsilateral yang menyebabkan kolaps paru lebih lanjut, aliran balik vena menurun,
ekspansi dinding dada, penekanan terhadap diafragma, dan kompresi paru
kontralateral.

Gambar 2.1 Pneumotoraks Ventil8

6
Pada pneumotoraks ventil, mediastinum semakin terdorong pada sisi yang
sehat :8
A. Pada inspirasi, udara masuk ke rongga pleura melalui luka di pleura parietalis
dan di dinding dada atau melalui luka di pleura visceralis.
B. Pada eskpirasi, (1) udara tidak dapat keluar karena luka bersifat katup
tertutup. Perhatikan posisi mediastinum dan paru kiri. (2) Tekanan tinggi
mendorong dan mendesak vena kava inferior maupun superior.

2.7 Gejala Klinis


Gejala pada pasien biasanya pada pasien sadar, mengeluhkan nyeri dada
tajam (pleuritik) yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika menarik
nafas dalam atau terbatuk, distress pernafasan. Pada gejala umum (50%-75%
kasus) ditemukan takikardi, penurunan udara masuk ipsilateral. Pada temuan yang
tidak konsisten (25% kasus) saturasi oksigen rendah, deviasi trakea, hipotensi.
Sedangkan temuan klinis yang jarang (dibawah 10% kasus) ditemukan sianosis,
hipersonor, berkurangnya level kesadaran, pada dada ipsilateral terjadi
hiperekspansi dan hipomobiliti, nyeri epigastrium akut.
Pada penelitian Steier M, pada 71 pasien dengan ventilator, ditemukan adanya
emfisema subkutan diseluruh pasien, takikardi, suara nafas menurun, hipersonor,
tekanan darah sistolik <90 mmHg, sianosis, tekanan O2 menurun, dan ditemukan
adanya deviasi trakea.1

2.8 Diagnosis
Diagnosis pneumotoraks ventil ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
Tatalaksana pada pneumotoraks ventil tidak boleh ditunda menunggu konfirmasi
radiografi karena merupakan kegawatdaruratan paru.
Diagnosis pneumotoraks ventil merupakan diagnosis berdasarkan temuan
klinis, bukan dari radiologi. Tanda-tanda klasik dari pneumotoraks ventil adalah
adanya distress nafas, takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara
nafas unilateral, distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi
lanjutnya.

7
Gelaja klinis dari pneumotoraks ventil ini mungkin mirip dengan gejala klinis
dari tamponade jantung, tetapi angka kejadian pneumotoraks ventil ini lebih besar
dari tamponade jantung. Selain itu, untuk membedakannya juga bisa dilakukan
dengan mengetahui bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada
bagian dada ipsilateral. Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan5:
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding
dada).
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal.
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar.
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat.
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani.
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi.
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang.

Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan pada :


1. Foto Rontgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumotoraks
antara lain5:
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus
paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radioopak yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas

8
sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostal melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intra pleura yang tinggi.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Standard erect PA chest x-ray
Standar ini telah menjadi andalan manajemen klinis pneumotoraks
primer dan sekunder selama bertahun-tahun, meskipun diakui memiliki
keterbatasan seperti kesulitan dalam mengukur ukuran pneumotoraks
secara akurat.

Gambar 2.2 Gambaran Radiologi Pasien Pneumotoraks Ventil

2. Lateral X-rays
Dapat memberikan informasi tambahan ketika penumotoraks yang
dicurigai tidak terlihat pada foto PA.

9
3. Supine and lateral decubitus x-rays
Teknik-teknik pencitraan ini sebagian besar telah digunakan untuk
pasien trauma yang tidak dapat dipindahkan dengan aman.
4. Ultrasound scanning
Gambaran spesifik pada pemindaian ultrasound adalah diagnostik
pneumotoraks, terutama untuk pasien trauma terlentang.
5. Digital imaging
Dibanding dengan foto toraks konvensional, memberikan banyak
keuntungan seperti pembesaran, pengukuran dan manipulasi kontras,
kemudahan transmisi, dan penyimpanan.
6. CT-Scan
Pemeriksaan ini dapat dianggap sebagai baku emas dalam pendekatan
pneumotoraks kecil dan estimasi ukuran.

2.10 Tatalaksana
Tatalaksana pneumotoraks ventil tidak boleh ditunda menunggu konfirmasi
radiografi, harus dilakukan segera.
1. Prosedure Decompression Needle Thoracostomy
Gunakan IV cateter (no. 14-16 G) dan identifikasi ruang interkosta kedua
pada garis midclavicular (1-2 cm lateral angulus sterni). Masukkan jarum
ditempat yang sudah diidentifikasi dan seharusnya setelah tindakan terjadi
pengeluaran udara segera serta peningkatan parameter klinis..
2. Chest Tube Insertion
Tabung dada kemudian harus ditempatkan di ruang interkosta ke-5 di sisi
yang terkonfirmasi pneumotoraks ventil menggunakan tipe seldinger bila
memungkinkan. Pastikan peralatan segel saluran air berosilasi dan
menggelembung.
3. Chest X-Ray
Rontgen dada harus dilakukan setelah prosedur untuk memastikan posisi
dan penempatan tabung. Menurut British Thoracic Society and American
College of Chest Physician telah memberikan rekomendasi penanganan

10
pneumotoraks dengan prinsip: Observasi dengan pemberian ditambahkan
oksigen dan mengikuti luas pneumotoraks.6
Prinsip terapi dari pneumotoraks ventil ini adalah menjaga jalan nafas agar
tetap terbuka, menjaga kualitas ventilasi, oksigenasi, menghilangkan
penyebab traumanya, menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol
ventilasi.7

2.11 Komplikasi
Pneumotoraks ventil terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks dan dapat
mengakibatkan gagal napas akut (3-5%), henti jantung dan paru, infeksi karena
pemasangan WSD serta kematian.

2.12 Prognosis
Prognosis pneumotoraks ventil ini tergantung kepada tindakan intervensi
yaitu dekompresi yang dilakukan karena pneumotoraks tipe ini bersifat emergensi.

11
BAB 3
PENUTUP

Pneumotoraks Ventil atau Tension Pneumotorax adalah keadaan ketika


terdapat udara atau gas yang dapat masuk ke rongga pleural, tetapi udara tidak
dapat keluar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam pleural
secara progresif, kolapsnya jaringan paru, dan pendorongan mediastinum kearah
kontralateral serta menyebabkan gangguan fungsi paru.
Pneumotoraks ventil ditandai dengan takikardia, gangguan pernapasan,
berkeringat, hipotensi, dan pucat akibat hipoksemia, pergeseran mediastinum, dan
penurunan aliran balik vena. Kolaps kardiopulmoner dapat terjadi jika tidak
mendapatkan penangan segera. Hasil laboratorium dan tes diagnostik dapat
mengkonfirmasi diagnosis pneumotoraks ventil, namun diagnosis ditegakkan
terutama dari gejala klinis yang muncul.
Dokter umum sebagai peran utama di pelayanan kesehatan tingkat 1
sebaiknya dapat mendiagnosis dan menatalaksana pneumotoraks. Intervensi harus
segera dilakukan jika ada kecurigaan klinis yang tinggi dari pneumotoraks ventil
yaitu dengan melakukan decompression needle thoracostomy diikuti oleh chest
tube thoracostomy, dan rontgen dada.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Smith SL, Harris T. Tension pneumotoraks-time for a re-think?. Emergency


Medicine Journal. 2005;22:8-16.
2. Sharma A, Jindal P. Principle of diagnosis and management of traumatic
pneumothorax. Journal of Emergencies, Trauma, and Shock I 1:1 Jan-Jun
2008.
3. Yoon et all. Tension pneumotoraks, is it a really life-threatening condition?.
Journal of Cardiothoracic Surgery. 2013,8;197.
4. Zarogoulidis P et all. Pneumothorax: from definition to diagnosis and
treatment. Journal Thoracic Disease. 2014;6(S4):S372-S376.
5. Departemen Ilmu Penyakit Paru. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: FK UNAIR – RSD dr.Soetomo.
6. Sharma, Anita. Jindad, Parul. 2016. Principles Of Diagnosis And Management
Of Traumatic Pneumothorax. Uttarakhand: Journal Of Emergencies.
7. Idrees, MM. et all. Evaluation and management of Pneumothorax. National
Library of Medicine. 2003; 24(5): 447-52.
8. Sjamsuhidajat dkk. Pneumotoraks. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai