Pneumotoraks Ventil
Oleh :
Melsi Megawati 1610311040
Muhammad A’raaf 1940312065
Preseptor :
dr. Afriani, Sp.P (K)
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Referat yang
berjudul “Pneumotoraks Ventil”.
Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik
senior di Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Afriani, Sp.P
(K) selaku preseptor yang telah memberikan masukan dalam pembuatan Referat
ini.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik untuk menyempurnakan Referat ini. Semoga Referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Penulisan
Batasan penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
faktor risiko, patofisiologi/patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis
banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis dari pneumotoraks ventil.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumotoraks adalah keadaan ketika terdapat udara atau gas didalam rongga
pleura (rongga diantara pleura viseral dan pleura parietal), yang dapat
menyebabkan paru menjadi kolaps.1
Pneumotoraks Ventil atau Tension Pneumotorax adalah keadaan ketika
terdapat udara atau gas yang dapat masuk ke rongga pleural, tetapi udara tidak
dapat keluar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam pleural
secara progresif, kolapsnya jaringan paru, dan pendorongan mediastinum kearah
kontralateral serta menyebabkan gangguan fungsi paru.1
2.2 Epidemiologi
Dalam penelitian di Israel menunjukkan, pneumotoraks spontan terjadi pada
723 (60,3%) dari 1199 kasus; dari jumlah tersebut, 218 pneumotoraks primer dan
505 pneumotoraks sekunder. Pnumotoraks traumatis terjadi pada 403 (33,6%)
pasien, 73 (18,1%) di antaranya menderita pneumotoraks iatrogenik. Dalam
penelitian terbaru, 12% pasien dengan luka tusuk dada asimtomatik mengalami
delayed pneumothorax atau hemotoraks.2
Insiden mengenai pneumotoraks ventil tidak terdokumentasi dengan baik.
Akan tetapi, pneumotoraks ventil terjadi pada 5,4% pasien trauma mayor. Selain
itu, studi pada pasien post mortem yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU),
didpatkan kejadian pneumotoraks ventil yang tidak terdiagnosis sebesar 1,1% –
3,8%.3
2.3 Etiologi
Pneumotoraks spontan atau non-traumatik dibagi menjadi dua jenis:
pneumotoraks spontan primer (PSP); yang terjadi jika tidak ada penyakit paru-
paru yang diketahui, dan pneumotoraks spontan sekunder (PSS), yang terjadi pada
seseorang dengan riwayat penyakit paru.4
3
Pneumotoraks traumatik terjadi ketika dinding dada tertusuk, seperti luka
tusuk atau luka tembak yang memungkinkan udara masuk ke ruang pleura.
Pneumotoraks traumatis telah ditemukan terjadi pada hampir setengah dari semua
kasus trauma dada, dan fraktur tulang iga yang lebih umum terjadi pada kasus
ini.4
4
cenderung terjadi pada orang dewasa muda tanpa masalah paru-paru yang
mendasarinya.4
Gejala seperti nyeri dada dan sesak napas ringan dengan derajat yang
bervariasi hingga asimptomatis. Pneumotoraks spontan primer juga dapat
berkembang menjadi pneumotoraks ventil.4
Pneumotoraks spontan sekunder terjadi karena penyakit dada yang mendasari.
Paling sering mereka diamati pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK), yang menyumbang sekitar 70% kasus. Penyakit paru-paru lain yang
diketahui yang dapat meningkatkan kejadian pneumotoraks adalah; tuberkulosis,
kanker paru, fibrosis kistik, asma berat akut.4
Sesak napas yang tiba-tiba muncul pada pasien dengan penyakit paru-paru
yang mendasari seperti; PPOK, fibrosis kistik, atau penyakit paru-paru serius
lainnya harus segera diselidiki untuk mengidentifikasi kemungkinan
pneumotoraks.4
2.5 Klasifikasi
Penumotoraks dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya terbagi
menjadi :2,4
1. Pneumotoraks Non-Traumatik / Spontan
a. Pneumotoraks Spontan Primer (PSP)
Pneumotoraks yang terjadi secara idiopatik atau pada orang yang
tidak memiliki riwayat kelainan pada paru.
b. Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)
Pneumotoraks yang terjadi pada orang yang memiliki penyakit paru,
misalnya; Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
2. Pneumotoraks Traumatik.
a. Pneumotoraks iatrogenik
b. Pneumotoraks non-iatrogenik
Pneumotoraks juga dapat diklasifikasikan sebagai pneumotoraks sederhana
ketika tidak terdapat pergeseran jantung atau struktur mediastinal atau
pneumotoraks ventil. Selain itu, dapat juga diklasifikasikan berdasarkan jenis
luka:
5
1. Pneumotoraks Tertutup (intact thoracic cage / simple pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas
terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia
luar.
2. Pneumotoraks Terbuka (sucking chest wound)
Pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka
terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan
tekanan udara luar.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu
ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi
mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi
mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking
wound).
2.6 Patogenesis
Pneumotoraks Ventil terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada udara dalam paru sebelahnya. Pneumotoraks
yang robek berfungsi sebagai katup satu arah (udara masuk ke rongga pleura
inspirasi tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi), sedangkan pada saat inspirasi
akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan tekanan udara mulai
melampaui tekanan barometrik, sehingga dapat menyebabkan rongga pleura
ipsilateral yang menyebabkan kolaps paru lebih lanjut, aliran balik vena menurun,
ekspansi dinding dada, penekanan terhadap diafragma, dan kompresi paru
kontralateral.
6
Pada pneumotoraks ventil, mediastinum semakin terdorong pada sisi yang
sehat :8
A. Pada inspirasi, udara masuk ke rongga pleura melalui luka di pleura parietalis
dan di dinding dada atau melalui luka di pleura visceralis.
B. Pada eskpirasi, (1) udara tidak dapat keluar karena luka bersifat katup
tertutup. Perhatikan posisi mediastinum dan paru kiri. (2) Tekanan tinggi
mendorong dan mendesak vena kava inferior maupun superior.
2.8 Diagnosis
Diagnosis pneumotoraks ventil ditegakkan berdasarkan temuan klinis.
Tatalaksana pada pneumotoraks ventil tidak boleh ditunda menunggu konfirmasi
radiografi karena merupakan kegawatdaruratan paru.
Diagnosis pneumotoraks ventil merupakan diagnosis berdasarkan temuan
klinis, bukan dari radiologi. Tanda-tanda klasik dari pneumotoraks ventil adalah
adanya distress nafas, takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara
nafas unilateral, distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi
lanjutnya.
7
Gelaja klinis dari pneumotoraks ventil ini mungkin mirip dengan gejala klinis
dari tamponade jantung, tetapi angka kejadian pneumotoraks ventil ini lebih besar
dari tamponade jantung. Selain itu, untuk membedakannya juga bisa dilakukan
dengan mengetahui bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada
bagian dada ipsilateral. Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan5:
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding
dada).
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal.
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar.
b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat.
c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani.
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi.
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang.
8
sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostal melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intra pleura yang tinggi.
2. Lateral X-rays
Dapat memberikan informasi tambahan ketika penumotoraks yang
dicurigai tidak terlihat pada foto PA.
9
3. Supine and lateral decubitus x-rays
Teknik-teknik pencitraan ini sebagian besar telah digunakan untuk
pasien trauma yang tidak dapat dipindahkan dengan aman.
4. Ultrasound scanning
Gambaran spesifik pada pemindaian ultrasound adalah diagnostik
pneumotoraks, terutama untuk pasien trauma terlentang.
5. Digital imaging
Dibanding dengan foto toraks konvensional, memberikan banyak
keuntungan seperti pembesaran, pengukuran dan manipulasi kontras,
kemudahan transmisi, dan penyimpanan.
6. CT-Scan
Pemeriksaan ini dapat dianggap sebagai baku emas dalam pendekatan
pneumotoraks kecil dan estimasi ukuran.
2.10 Tatalaksana
Tatalaksana pneumotoraks ventil tidak boleh ditunda menunggu konfirmasi
radiografi, harus dilakukan segera.
1. Prosedure Decompression Needle Thoracostomy
Gunakan IV cateter (no. 14-16 G) dan identifikasi ruang interkosta kedua
pada garis midclavicular (1-2 cm lateral angulus sterni). Masukkan jarum
ditempat yang sudah diidentifikasi dan seharusnya setelah tindakan terjadi
pengeluaran udara segera serta peningkatan parameter klinis..
2. Chest Tube Insertion
Tabung dada kemudian harus ditempatkan di ruang interkosta ke-5 di sisi
yang terkonfirmasi pneumotoraks ventil menggunakan tipe seldinger bila
memungkinkan. Pastikan peralatan segel saluran air berosilasi dan
menggelembung.
3. Chest X-Ray
Rontgen dada harus dilakukan setelah prosedur untuk memastikan posisi
dan penempatan tabung. Menurut British Thoracic Society and American
College of Chest Physician telah memberikan rekomendasi penanganan
10
pneumotoraks dengan prinsip: Observasi dengan pemberian ditambahkan
oksigen dan mengikuti luas pneumotoraks.6
Prinsip terapi dari pneumotoraks ventil ini adalah menjaga jalan nafas agar
tetap terbuka, menjaga kualitas ventilasi, oksigenasi, menghilangkan
penyebab traumanya, menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol
ventilasi.7
2.11 Komplikasi
Pneumotoraks ventil terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks dan dapat
mengakibatkan gagal napas akut (3-5%), henti jantung dan paru, infeksi karena
pemasangan WSD serta kematian.
2.12 Prognosis
Prognosis pneumotoraks ventil ini tergantung kepada tindakan intervensi
yaitu dekompresi yang dilakukan karena pneumotoraks tipe ini bersifat emergensi.
11
BAB 3
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
13