Dosen Pembimbing:
Ns. Casman, M.Kep., Sp. Kep. An
PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada
Jl. Mangga Besar Raya No. 137 – 139 No.13, Jakarta Pusat
Tahun Ajaran 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah
ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Anak
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari awal pembuatan makalah ini sampai pada penyusunannya sangatlah sulit bagi
penyusun dalam menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
maka penyusun mengharapkan saran dan masukan yang membangun. Akhir kata
penyusun berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pengemban ilmu pengetahuan khususnya dalam konteks keperawatan.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ 1
Daftar Isi.................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................ 5
BAB II Tujuan Pustaka ........................................................................... 6
1. Konsep Stunting.......................................................................... 6
2.1.1. Pengertian ........................................................................ 6
2.1.2. Faktor-Faktor Penyebab Stunting..................................... 6
2.1.3. Tanda dan Gejala ............................................................. 11
2.1.4. Patofisiologi ..................................................................... 11
2.1.5. Pathway ………………………………………………… 13
2.1.6. Dampak Stunting ……………………………………….. 14
2.1.7. Klasifikasi dan Pengukuran Stunting ……………………. 14
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang 15
2.1.9. Penatalaksaan 15
2.2. Konsep Nutrisi………………………………………………….. 16
2.2.1. Definisi Nutrisi ………………………………………….. 16
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi…………………………… 16
2.2.3. Komponan- komponen Nutrisi …………………………... 16
2.2.4. Definisi Ketidakseimbangan Nutrisi …………………….. 18
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan …………………………………… 19
2.1.1 Pengkajian ................................................................................ 19
2.1.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 24
2.1.3 Perencanaan............................................................................... 25
2.1.4 Implemetasi .............................................................................. 41
2.1.5 Evaluasi..................................................................................... 42
Daftar Pustaka.............................................................................................. 43
2
BAB I
PENDAHULUAN
mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Dampak stunting tidak hanya
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
3
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak
dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima
37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 yaitu sebesar 35,6% dan 2007
8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi
gizi pada anak karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat.
Usia 6-24 bulan merupakan usia yang sangat rawan karena pada usia
makanan sapihan. Jika anak usia 6-24 bulan tidak cukup gizi dari MP-
oleh sebab itu dalam mengatasi masalah kurang gizi maka diperlukan
yang baik secara kuantitas dan kualitas maka diperlukan peranan petugas
hasil dari analisis bivariat diketahui bahwa besarnya p value 0,000 dimana
nilai p value < 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha
pemberian MP-ASI
1.3 Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian stunting padaanak
2. Pembaca dapat mengetahui faktor penyebab stunting pada anak
3. Pembaca dapat mengetahui tanda dan gejala stunting pada anak
4. Pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan stunting pada anak
5
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
masalah kurang nutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan nutrisi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit
6
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting
pada anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor
7
8
pemberian ASI dan MP-ASI, kurangnya pengetahuan orang tua, faktor ekonomi,
rendahnya pelayanan kesehatan dan masih banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).
a. Asupan Gizi.
pada tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi
makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang dapat
setiap penambahan satu persen tingkat kecukupan energi balita, akan menambah
terhadap berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier.
Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi
Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit
infeksi yang diderita tidak tertangani tidak akan dapat memperbaiki status
kesehatan dan status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi, 2016).
Menurut penelitian dari Sari dkk, 2016 menunjukkan prevalensi stunting pada
8
2. Faktor penyebab tidak langsung.
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi karena
memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI
terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh,
foremik (susu awal) yang mengandung protein laktosa dan kadar air tinggi dan
lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang
tinggi yang banyak memberi energi dan memberi rasa kenyang lebih lama
semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI
adalah sebagai pemenuhan nutris yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya
oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-
ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan
energinya (Ruslianti dkk, 2015). Hasil penelitian dari Aridiyah dkk, 2015
mengatakan bahwa pemberian ASI dan MP-ASI memberi pengaruh 3,27 kali
mengalami stunting.
memberikaan asuhan pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orang tua
tentang gizi akan memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena,
9
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang
c. Faktor ekonomi.
lebih murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang
penghasilan yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan
yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan
meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi Ibrahim dan Faramita, 2014.
bahwa anak dengan status ekonomi keluarga yang rendah lebih berisiko 4,13
masyarakat yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya karena
merasa dirinya tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan
fasilitas pelayanan kesehatan seperti jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap
petugas yang kurang simpati dan biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat, 2010).
10
terdeteksinya masalah kesehatan kususnya kejadian stunting di masyarakat
Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
6. Pertumbuhan melambat.
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh
atau non patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada
asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare,
berulang menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi,
11
pemberian ASI dan MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta
gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena kegagalan dalam
perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting atau kurang gizi
kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga tidak mampu
lapisan lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi
sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan
produksi albumin juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang
dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran
12
2.1.5 PATHWAY
(Maryunani, 2016)
13
2.1.6 Dampak Stunting.
Menurut Kementrian desa, 2017 dampak buruk yang ditimbulkan akibat stunting
antara lain:
4. Saat tua berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.
(BB/U), tinggi badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi
badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi (SD). Keadaan stunting
standar. Secara fisik balita stunting akan tampak lebih pendek dari balita
seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per
14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.
serum.
setiap bulan.
3. Pemberian vitamin A.
meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
kekurangan gizi.
15
2.2 KONSEP NUTRISI
sangat pesat terutama pada dua tahun pertama kehidupan. Pada masa ini seorang
anak akan lebih aktif dalam bergerak dan memiliki rasa keingin tahuan yang
tinggi terhadap apa yang ada disekitarnya karena itulah balita memerlukan
untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Zat gisi tersebut antara lain
sebagai berikut:
16
1. Kalori
Balita memerlukan asupan kalori sekitar 1500 kalori/ hari ini dikarenakan
gerakan balita yang cukup aktif sehingga memerlukan kalori yang cukup.
Kalori dapat diperoleh dari makanan yang mengandung protein, lemak dan
2. Protein
Protein merupakan molekul ysng kompleks, besar dan tersusun atas unit
dan perkembangan yang normal. Protein dalam tubuh akan dipecah menjadi
energi ketika kadar karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan
dalam otot, tulang, darah, kartilago dan limfe (Rusilanti dkk, 2015).
3. Lemak
karena mereka menggunakan energi yang lebih selama masa pertumbuhan dan
4. Karbohidrat
5. Serat
Serat merupakan bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak
dipecah dalam usus kecil dan berguna untuk mencegah sembelit. Serat akan
17
memberikan dampak perut terasa cepat penuh dan kenyang, sehingga akan
sangat kecil. Mineral adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai
mineral yang bervariasi juga sehingga akan memenuhi jumlah yang cukup dari
7. Zat besi
8. Kalsium
gerakan yang aktif bisa terhindar dari patah tulang. Kebutuhan kalsium pada
balita sekitar 500-650 mg/hari.kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, kacang-
tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang
18
berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrient yang
dengan pengkajian pada umumnya, namun ada beberapa hal yang perlu dicatat
keluarga, ringkasan medik tentang kesehatan anak, masalah yang dialami anak,
intervensi dan implementasai yang pernah diberikan dan respon anak terhadap
2.3.1 Pengkajian.
1. Identitas pasien.
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, nama orang tua,
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,
19
3. Riwayat penyakit sekarang.
Tanyakan pada klien atau keluarga tentang gejala penyakit, faktor yang
persalinan apakah anak lahir prematur, berat badan lahir kurang, panjang badan
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama,
pernah mengalami penyakit kronis dan infeksi yang berat, anak mengikuti
Tanyakan penyakit apa saja yang pernah diderita oleh keluarga, apakah
keluarga ada yang menderita penyakit yang sama, penyakit menular atau
7. Kondisi Lingkungan.
tangga.
8. Riwayat sosial.
20
9. Pola Kebiasaan.
Tanyakan frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan. Kaji pola nutrisi dan
Kaji pola eliminasi alvy/BAB saat di rumah dan di rumah sakit, apakah
Perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak jumlahnya, sakit
e. Kebersihan
21
3) Perhatikan tangisan anak.
b. Tanda-tanda vital.
1) Kepala :Inspeksi posisi kepala dan gambaran wajah tegak dan stabil serta
percakapan berlangsung.
hidung.
6) Leher :kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening, letak trakea, kaku
d. Pemeriksaan integumen.
22
2) Palpasi : Turgor kulit normalnya <2 detik, CRT < 2detik, akral teraba
hangat.
taktil femitus.
f. Abdomen.
asites.
memastikan jumlah testis ada dua, pada perempuan labia mayora sudah
23
menutupi labia minora, inspeksi lubang uretra dan vagina terpisah,
h. Ekstremitas.
berdiri inspeksi gaya berdiri tegap/tidak sejajar antara pinggul dan bahu,
2) Palpasi : Akral dingin, terjadi nyeri otot dan sendi serta tulang, ukur
j. Pemeriksaan penunjang.
lengan atas, tinggi badan, berat badan dan nilai z-score TB/U
24
4) Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
kurang pengetahuan.
6) Risiko infeksi.
2.3.3 Perencanaan
Diagnosa 1
anoreksia
Batasan Karakteristik
- Berat badan 20% atau lebih di - Gangguan sensasi rasa
bawah rentan BB ideal - Kehilangan rambut berlebih
- Bising usus hiperaktif - Kelemahan otot pengunyah
- Cepat kenyang setelah makan - Kelemahan otot untuk menelan.
- Diare - Kerapuhan kapiler.
- Kesalahan informasi. - Kesalahan presepsi.
Batasan Karakteristik
- Ketidakmampuan memakan - Kurang minat pada makanan.
makanan. - Membran mukosa pucat.
- Enggan makan. - Nyeri abdomen.
- Asupan makan kurang dari - Penurunan BB dengan asupan
recommended daily allowance makan adekuat.
(RDA). - Sariawan rongga mulut.
- Kram abdomen. Tonus otot menurun
25
Faktor yang Berhubungan
- Asupan diet kurang
Populasi Beresiko
- Faktor biologis - Faktor ekonomi
Kondisi Terkait
- Gangguan psikososial - Ketidakmampuan makan
- Ketidakmampuan mencerna - Ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan nutrien
Sumber: NANDA-I, 2018
NOC:
26
Status Nutrisi: Asupan Nutrisi (1009)
Sebagian
Tidak Sedikit Cukup
Besar Adekuat
adekuat adekuat adekuat
adekuat
Skala outcome 1 2 3 4 5
Indikator
100901 Asupan kalori 1 2 3 4 5
100902 Asupan protein 1 2 3 4 5
100903 Asupan lemak 1 2 3 4 5
100904 Asupan karbohidrat 1 2 3 4 5
100910 Asupan serat 1 2 3 4 5
100905 Asupan vitamin 1 2 3 4 5
100906 Asupan mineral 1 2 3 4 5
100907 Asupan zat besi 1 2 3 4 5
100908 Asupan kalsium 1 2 3 4 5
100911 Asupan natrium 1 2 3 4 5
Sumber: NOC, 2018
NIC / Intervensi:
27
11. Monitor kalori dan asupan makanan
Diagnosa 2
Nomor: 00013
Batasan karakteristik:
- Ada dorongan untuk
- Kram
defekasi
- Defekasi feses cair >3 kali dalam
- Bising usus hiperaktif
24 jam
- Nyeri abdomen
Faktor yang berhubungan
- Ansietas - Penyalahgunaan laktasif
- Tingkat stres tinggi - Penyalahgunaan zat
Populasi beresiko
- Pemaparan pada kontaminan
- Terpapar pada persiapan makan
- Pemaparan pada toksik
tidak higenis
Kondisi Terkait
- Makan enteral - Program pengobatan
- Inflamasi - Parasit
gastrointestinal
- Malabsorpsi
- Iritasi gastrointestinal
- Infeksi
Sumber: NANDA-I, 2018
28
29
NOC:
29
Kontinensi Usus (0500)
Tidak
Konsisten Sering Kadang Jarang
Pernah
Skala outcome 1 2 3 4 5
Indikator
050004 Diare 1 2 3 4 5
050005 Konstipasi 1 2 3 4 5
050020 Pakaian kotor saat malam 1 2 3 4 5
hari atau saat tidur
Sumber: NOC, 2018
NIC / Intervensi:
3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan tingkatkan secara
bertahap
4. Instruksikan diet rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori sesuai
kebutuhan.
30
Diagnosa 3
Batasan karakteristik
- Ketidakmampuan memegang alat
-Ketidakmampuan menghabiskan
makan
makanan secara mandiri
- Ketidakmampuan menelan
-Ketidakmampuan mengunyah
makanan
makanan
31
NOC
NIC/Intervensi
32
2. Ciptakan suasana yang nyaman saat makan.
8. Gunakan alat makan dan minum yang aman tidak licin dan mudah pecah.
9. Monitor BB klien
Diagnosa 4
pengetahuan
Batasan Karakteristik
- Akselerasi gejala penyakit seorang - Kegagalan melakukan tindakan
anggota keluarga mengurangi faktor risiko
- Kurang perhatian pada penyakit - Ketidaktepatan aktivitas keluarga
- Kesulitan dengan regimen yang untuk memenuhi tujuan kesehatan
ditetapkan
Faktor yang berhubungan
- Konflik pengambilan keputusan - Kesulitan mengarahkan sistem
- Kesulitan mengatasi kerumitan pelayanan kesehatan yang rumit
program pengobatan - Konflik keluarga
Populasi Beresiko
- Kesulitan ekonomi
Sumber: NANDA-I, 2018
33
NOC.
Sumber:NOC, 2018
34
Tabel 2.10 NOC Diagnosa 4
35
NIC/Intervensi.
Diagnosa 5.
Faktor resiko
Eksternal
- Agen cidera klimiwi. - Lembab.
- Ekskresi. - Tekanan pada tonjolan tulang.
- Kelembapan. - Sekresi.
- Hipertermia. - Hipotermia.
Internal
- Gangguan volume cairan. - Faktor psikogenik.
- Nutrisi tidak adekuat.
36
Populasi beresiko
- Usia ekstrem
Kondisi terkait
- Gangguan metabolisme. - Imunodefisiensi.
- Gangguan pigmentasi. - Gangguan sirkulasi.
- Gangguan sensasi. - Agen farmaseutik
- Gangguan turgor kulit. - Terapi radiasi.
- Pungsi arteri. - Trauma vaskuler
- Perubahan hormonal.
Sumber:NANDA-I, 2018
NOC.
Indikator
110101 Suhu kulit 1 2 3 4 5
110102 Sensasi 1 2 3 4 5
110103 Elastisitas 1 2 3 4 5
110104 Hidrasi 1 2 3 4 5
110106 Keringat 1 2 3 4 5
110108 Tekstur 1 2 3 4 5
110109 Ketebalan 1 2 3 4 5
110111 Perfusi jaringan 1 2 3 4 5
110112 Pertumbuhan 1 2 3 4 5
rambut pada kulit
110113 Integritas kulit 1 2 3 4 5
37
Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa (1101)
Cukup Tidak
Berat Sedang Ringan
berat ada
Skala outcome 1 2 3 4 5
Indikator
110105 Pigmentasi abnormal 1 2 3 4 5
110115 Lesi pada kulit 1 2 3 4 5
110116 Lesi mukosa membran 1 2 3 4 5
110117 Jaringan parut 1 2 3 4 5
110118 Kanker kulit 1 2 3 4 5
110119 Pengelupasan kulit 1 2 3 4 5
110120 Penebalan kulit 1 2 3 4 5
110121 Eritema 1 2 3 4 5
110122 Wajah pucat 1 2 3 4 5
110123 Nekrosis 1 2 3 4 5
110124 Pengerasan (kulit) 1 2 3 4 5
110125 Abrasi kornea 1 2 3 4 5
Sumber: NOC, 2018
NIC/Intervensi.
38
3. Berikan pelembab yang yang hangat di sekitar area luka untuk
Diagnosa 6.
Risiko infeksi
Populasi beresiko
- Terpajan pada wabah
Kondisi terkait
- Perudahan pH sekresi. - Prosedur invasif.
- Penyakit kronis. - Leukopenia.
- Penurunan kerja siliaris. - Pecah ketuban dini
- Penurunan hemoglobin - Pecah ketuban lambat
- Imunosupresi - Supresi respons inflamasi
39
NOC.
40
NIC/Intervensi.
8. Anjurkan istirahat
2.3.4 Implementasi.
tersendiri yang berorientasi pada masalah. Lembar ini berisi catatan tentang
yang mengarah pada hasil yang diharapkan. Apabila terjadi kesalahan dalam
41
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang
proses) dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan
(evaluasi hasil).
Fokus pada evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
42
DAFTAR PUSTAKA
H. Al-Anshori, and N. Nuryanto. (2013). “Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24
bulan (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutritiom College, vol. 2, no. 4, pp.
675-681.
Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya
Stunting (Suatu Kejadian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol.2, No. 6, Mei
2015.
Kinasih dan Purna. (2016). Psikologi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat:PT Indeks
Nasution, Darwin; Detty Siti Nurdiati; Emy Huriyati. (2014). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11,
No. 01, Juli 2014, hal. 31-37
Ani, Maryunani. (2016). Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Rusilanti, dkk. (2015). Gizi dan Kesehatan Anak Prasekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Dewi, A. A dan Adhi, K. T. 2016. Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng serta Riwayat Penyakit
Infeksi terhadap Kejadian stunting pada Anak Balita Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Nusa Penida III.Archive of Community Health 3; 36-46.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC.
43