B. PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang kenyataan pada kasus antara tinjauan teori dengan lahan praktek
selama memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.L dan By.Ny.L. Dalam
setiap asuhan terdapat alasan atau penyebab kesesuaian dan ketidaksesuaian yang terjadi
Pengkajian yang di lakukan meliputi pengumpulan data dasar berupa data subyektif dan
data obyektif, interpretasi data, membuat rencana asuhan, melaksanakan asuhan dan
membahas kesesuaian dan ketidaksesuaian antara teori dengan lahan praktek penulis juga
pemeriksaan antenatal care (ANC) sebanyak satu kali. ANC pada ibu hamil dilakukan
pada tanggal 5 Januari 2016 saat usia kehamilan ibu 39 minggu. Ibu mengatakan usianya
Menurut Wawan dan Dewi (2010), pendidikan dikaji bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pemahanan tentang apa yang disampaikan oleh pengambil data bisa
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia
untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian,
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan
akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin diperoleh dari gagasan tersebut.
143
Ibu hamil dalam penelitian ini termasuk berpendidikan rendah namun dalam
kenyataannya ibu hamil mampu memahami dan mengerti penjelasanan yang telah
disampaikan oleh bidan. Ibu hamil juga mampu mengikuti setiap arahan yang diberikan
oleh bidan.
Berdasarkan data fokus ibu mengeluh nyeri punggung. Keluhan nyeri punggung
merupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu hamil yang sering muncul pada
trimester III. Dalam tinjauan teori (Yeyeh, 2009) menyebutkan bahwa keluhan nyeri
punggung pada kehamilan trimester III merupakan hal yang wajar. Disebabkan oleh
progesteron dan relaksin (yang melunakan jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah
Penulis mengatakan selain akibat dari pembesaran uterus nyeri punggung yang di
alami oleh ibu juga disebabkan oleh pola aktivitas, karena pola aktivitas sebelum hamil
dan selama hamil sama yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri sehingga ibu
gunakan body mekanik yang baik untuk mengangkat benda, hindari sepatu atau sandal
hak tinggi, hindari mengangkat beban yang berat, gunakan kasur yang keras untuk tidur,
gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung, Hindari tidur terlentang terlalu
lama karena dapat menyebabkan sirkulasi darah menjadi terhambat, lakukan pemanasan
pada bagian yang sakit, dan istirahat yang cukup (Yeyeh, 2009).
Menurut penelitian dari Nila Analisa (2014) Perbedaan Senam Hamil Dan Teknik
Akupresur Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester III
terdapat perbedaan tingkat nyeri sebelum dan setelah intervensi pada kelompok senam
hamil, akupresur, serta senam hamil dan akupresur. Kelompok senam hamil dan
144
akupresur memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan pada kelompok senam hamil
Dari analisi jurnal penelitian diatas penulis juga memberikan intervensi dengan
mengajari ibu gerakan senam hamil dan akupresur yang mana bertujuan untuk
membantu mengurangi keluhan nyeri punggung. Fungsi dari senam hamil adalah untuk
yang dialami pada masa hamil dapat berkurang. Gerakannya meliputi gerakan
menekuk dan meregang, dan gerakan bahu memutar dan lengan merentang, gerakan
kegel untuk dasar panggul, gerakan menekuk, gerakan bridging atau mempertemukan,
Riwayat ANC ibu sangat rutin yaitu di setiap bulan. Menurut Dinas Kesehatan, 2011,
Pelayanan atau Asuhan Standar minimal adalah “14T”. Namun pada kenyataan di lahan
praktik ditemukan pemeriksaan ibu hamil hanya melaksanakan beberapa prosedur, yaitu
Timbang berat badan, Ukur Tekanan darah, Ukur Tinggi Fundus Uteri, Pemberian Tablet
zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
dilahan praktik hanya dilakukan 1x, dan perawatan ibu hamil telah dilakukan senam hamil.
Pemberian immunisasi anti tetanus pun kurang sesuai dengan standar yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan 2011. Dimana perlindungan untuk TT2 berlangsung selama 3
tahun, sedangkan ibu mendapatkan TT2 pada kehamilan pertama dengan jarak
Pemberian tablet fe sudah melebihi anjuran yang diberikan yaitu minimal 90 tablet.
Dengan rutinnya minum fe didapatkan kondisi ibu yang sehat. Yaitu ibu tidak mengeluh
145
sering pusing, lemas, dan mudah pingsan. Di tunjang pula hasil dari pemeriksaan
Walaupun menurut penelitian Indah Risnawatidi 2 BPM yaitu BPM Rohmah dan Sri
Mulyani pada tahun 2013 didapatkan hasil tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
anemia dan perdarahan, perdarahan dan penurunan tekanan darah, karena responden
pada penelitian ini hanya ditemukan anemia ringan. Namun peningkatan deteksi anemia
pada ibu hamil sedini mungkin menjadi salah satu upaya menurunkan kematian ibu akibat
Kebijakan teknis dari Dinas Kesehatan 2011, menyebutkan pula bahwa ibu yang
penelitian dari Anggi Setiawan, Nur Indrawaty Lipoeto, Amirah Zatil Izzah di Kota
Pariaman pada bulan Januari-Juni 2011, penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan
kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan berat bayi lahir di kota Pariaman
(p > 0,05).
Berdasarkan data obyektif menyebutkan bahwa BB ibu 70 kg, hal ini berarti ibu
mengalami kenaikan berat badan 12 kg selama kehamilan. Hal tersebut sudah sesuai
dengan kenaikan BB bila di hitung dari IMT ibu sebelum hamil. IMT ibu sebelum hamil
adalah 23,833 = gizi baik. Dengan gizi baik kenaikan berat badan selama hamil adalah
11.4-15.9 kg. Penambahan berat badan selama kehamilan sangat penting, karena
merupakan salah satu indikator pertumbuhan janin yang sehat. Jika ibu hamil tidak
dokter menyarankan ke ibu untuk mengonsumsi makanan lebih banyak dari biasanya,
Asuhan persalinan pada Ny.S dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul
07.00 WIB.
dirasakan sejak jam 03.00 WIB serta mengeluarkan lendir darah. Ibu mengatakan Tanda-
tanda persalinan yang diraskan yaitu kontraksi teratur, sering, frekuensi ± 4 kali dalam 10
menit, lokasi ketidaknyamanan terdapat pada perut bagian bawah dan punggung, PPV
Ibu merasakan sakit pada punggung bagian bawah yang menjalar ke pinggang, Hal
ini terjadi karena terjadi penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul sehingga
tulang punggung bagian bawah tertekan oleh bagian terbawah janin. Asuhan sayang ibu
yang di lakukan oleh penulis untuk mengatasi hal tersebut yaitu menganjurkan ibu untuk
menarik nafas panjang dan menghembuskan melalui mulut supaya ibu lebih rileks serta
Menurut penelitian Emilda AS, Meliani Sukmadewi HRP dan Mahdinursyah (2013),
dari hasil penelitian menyebutkan bahwa massase dapat mengurangi rasa nyeri pada
kala I, karena massase membantu ibu agar lebih rileks dan nyaman. Ibu yang di
massase baik pada kepala, leher, punggung atau tungkai selama 20 menit setiap jam
selama proses persalinan maka rasa nyeri akan berkurang. Massase merangsang
pereda sakit alami, selain itu juga menciptakan rasa nyaman dan enak. Setelah
massase ini di terapkan pada Ny.S ternyata Ny.S merasa lebih nyaman dan rasa nyeri
140x/menit. Berdasarkan data yang sudah di peroleh dapat di tegakan diagnosa Ny.L
G2P1A0 umur 28 tahun hamil 40 minggu janin tunggal hidup intrauterine letak membujur
Pada Fase akselerasi Deselerasi, pembukaan menjadi lambat yaitu dari pembukaan
9 cm sampai 10 cm dalam waktu 2 jam .Oleh karena itu maka dilakukan observasi pada
lembar partograf dan pengawasan 10 yang meliputi KU, TD N, S, RR, HIS, DJJ, BR,
Namun pada kenyataannya fase ini hanya dilalui ibu dalam waktu setengah jam.
Yaitu pada pukul 07.00 pembukaan 9 cm dan pukul 7.30 ibu sudah dalam keadaan
pembukaan lengkap.
Ibu mengatakan ingin meneran dan ingin BAB. Setelah di lakukan pemeriksaan
dalam di peroleh data pembukaan 10 cm, kulit ketuban masih utuh, his 4 kali 10 menit
lama 50 detik. Ada tanda-tanda dorongan untuk meneran, perinium menonjol dan vulva
membuka. Dari data di atas penulis menyimpulkan bahwa Ny.L sudah memasuki kala II
sehingga di dapatkan diagnosa Ny.L G2P1A0 umur 28 tahun hamil 40 minggu inpartu
kala II.
Kala II disebut periode kala pengeluaran janin, kala ini di mulai dari pembukaan
lengkap sampai keluarnya bayi. Tanda sudah memasuki kala II yaitu his semakin sering
dan lama, ada dorongan untuk meneran, ada tekanan pada anus, perinium tampak
(Asuhan Persalinan Normal). Namun pada kasus Ny.L tidak semua 58 langkah APN di
Penulis tidak menggunakan APD lengkap dalam membantu proses persalinan kala
II, namun hanya menggunakan celemek dan handscoon. Hal tersebut di karenakan
melakukan sesuai dengan teori yaitu melindungi kepala bayi, melahirkan bahu secara
biparietal dan melahirkan badan secara sangga susur. Setelah bayi lahir memastikan
janin tunggal dan menyuntikkan oksitosin sebanyak 10 IU pada 1/3 anterolateral paha
kanan atas bagian luar secara IM. Selanjutnya bayi diletakan di atas dada ibu untuk
melakukan IMD.
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala III dilakukan manajemen aktif kala III.
Yanti (2009) mengatakan kala III adalah kala pelepasan uri atau plasenta yaitu dimulai
setelah bayi lahir dan keluarnya plasenta yang berlangsung kurang dari 30 menit.
Berdasarkan tinjauan teori menurut (APN, 2008) Asuhan kala III dimulai dari masa
setelah bayi lahir hingga plasenta lahir, pada kala ini MAK III yang tidak tepat bisa
menyebabkan perdarahan. Ciri-ciri plasenta sudah lepas dari perlekatannya adalah TFU
setinggi pusat, keluar semburan darah dari liang vagina, tali pusat yang menjulur
semakin panjang.
dengan tangan yang lain diatas perut untuk mendorong perut secara dorsokranial,
pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva lakukan penegangan kembali apabila plasenta
sudah nampak di introitus vagina maka pegang plasenta dan keluarkan dengan cara
memutar searah jarum jam hingga plasenta keluar semua. Kemudian memassase
uterus dan mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir,
plasenta lahir lengkap. Setelah plasenta lahir lakukan penilaian kelengkapan plasenta
Plasenta sudah lahir, hal tersebut menandakan bahwa ibu memasuki kala IV dimana
pada kala ini di lakukan pengawasan post partum selama 2 jam yang bertujuan untuk
menilai adanya tanda-tanda perdarahan atau tidak. Dari data obyektif di temukan
adanya laserasi jalan lahir derajat I, kemudian penulis melakukan penjahitan dengan
memberikan anestesi lidocain. Pada kala ini juga di lakukan pengawasan selama 2 jam
meliputi kesadaran ibu, TTV, kontraksi uterus, kandung kemih, TFU dan jumlah
perdarahan.
Selama melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin ada beberapa langkah yang
tidak sesuai dalam 58 langkah APN yaitu penggunaan APD yang tidak lengkap.
Penulis hanya menggunakan celemek dan handscoon karena keterbatasan alat yang
tersedia. Untuk asuhan yang di berikan dikatakan sudah efektif karena ibu sudah
Kunjungan masa nifas dilakukan setidaknya 4 kali kunjungan yaitu pada 6-8 jam
setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu
setelah persalinan. Kunjungan ini dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
Kunjungan pertama dilakukan pada 6 jam post partum. Pada kunjungan ini ibu
mengeluh perutnya terasa mules mules. Menurut angraeni 2010 kunjungan ini bertujuan
untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Intervensi yang di lakukan
oleh penulis kepada ibu yaitu menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan
oleh ibu adalah adanya kontraksi pada uterus yang bertujuan untuk mencegah
perdarahan. Pada kunjungan ini pun diajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan
massage uterus untuk mencegah perdarahan post partum. Pada kesempatan ini ibu dan
150
Pada kunjungan ini ibu berhasil memberikan ASI awal setelah melakukan IMD. Ibu
tidak mengeluh dalam pemberian ASI. Menurut Jannah (2013) ibu dalam fase
penyesuaian pada masa nifas yaitu: Fase Taking In. Fase ini merupakan periode
lain. Ibu menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada diri sendiri.
Namun pada kenyataannya ibu tidak mengalami fase ini. Ibu tidak lagi tergantung
pada orang lain. Ibu mampu melaksanakan perannya. Ibu mampu melakukan mobilisasi
dini dengan sendiri. Ibu mampu merawat dan memberikan ASI tanpa bantuan orang
lain.
lochea. Ambulasi dini pada umumnya dilakukan pada 4-8 jam postpartum. Menurut hasil
dari penelitian yang di lakukan oleh Sukardi, Tutiek Herlina, Budi Joko Santoso (2010)
rerata mobilisasi dari 35 responden adalah 8,9. Sedangkan rerata lama pengeluaran
lochea rubra adalah 47,94 jam. Dalam Susetyo (2008) yang mengatakan bahwa
peredaran darah.
Ibu sudah aktif dalam memberikan ASI kepada bayinya. ASI dapat keluar dengan
lancar. Bayi pun aktif dalam menghisap puting susu. Namun ibu masih belum tahu
tentang pantang makanan oleh ibu yang sedang pada masa nifas dan menyusui.
151
yaitu dengan adanya hisapan bayi maka akan merangsang hipotalamus untuk mensekresi
prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi ASI. Dan refleks let down, bersamaan dengan pembentukan prolaktin,
rangsangan dari hisapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofisis anterior untuk
uterus sehingga berkontraksi. Pada alveoli akan merangsang pengeluaran ASI dari alveoli
dan masuk ke sistem duktus yang akan megalirkan ASI ke mulut bayi. Oleh karena itu
penulis menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya, karena dengan
rangsangan hisapan pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin untuk lebih
Penelitian yang di lakukan oleh Desak Putu Oka Wanithri, Ni Nyoman Suindri, NGK.
Sriasih (2012), menyebutkan bahwa bayi yang diberi kesempatan melakukan inisiasi
menyusui dini (IMD) dua kali lebih berhasil dalam menyusu secara eksklusif.
Keberhasilan IMD pada satu jam pertama melahirkan sangat menunjang proses
pertama di berikan 6 jam setelah postpartum, hal ini tidak sejalan dengan teori menurut
Depkes RI, 2009 yang menyebutkan bahwa vitamin A di berikan sebanyak 200.000 IU
sebanyak 2 kapsul. Kapsul yang pertama diberikan segera setelah lahir dan kapsul
Penulis memberikan vitamin A yang pertama dengan dosis 200.000 IU pada saat 6
jam postpartum, kerena ibu tidak bersedia meminumnya segera setelah melahirkan.
Namun penulis belum bisa mengevaluasi secara langsung dampak dari pemberian
Dari keluhan ibu yang belum tahu tentang pantang makanan ibu nifas dan menyusui
penulis memberikan intervensi tentang nutrisi ibu nifas dan menyusui. Menurut Anggraini
(2010) Kebutuhan nutrisi pada ibu nifas meningkat 25% yakni untuk produksi ASI dan
memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Untuk penambahan
kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal setiap harinya. Makanan yang dikonsumsi
ibu nifas berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI dan sebagainya. Makanan yang di konsumsi ibu hendaknya susunannya
harus seimbang yakni makanan dengan empat sehat lima sempurna yang mengandung
unsur-unsur seperti sumber tenaga, pengatur, dan pembangun. Apabila kebutuhan nutrisi
ibu selama masa nifas tidak tercukupi maka akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mas’adah dan Sukesi (2010), mengatakan
bahwa mayoritas ibu selama masa nifas mempunyai kebiasaan berpantang terhadap
makanan tertentu. Ibu yang usianya lebih tua memiliki kepercayaan/ tradisi yang di
peroleh dari orang tua atau kakek nenek. Mereka menerima kepercayaan itu berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Padahal kepercayaan tersebut
belum tentu bermanfaat, bahkan terkadang dapat membahayakan dirinya sendiri, seperti
berbagai faktor, dalam hal ini faktor yang berpengaruh antara lain lingkungan, kelompok,
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu nifas harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknya bahan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan
buah-buahan yang di konsumsi oleh ibu nifas. Makanan yang baik dapat mempercepat
kondisi baik, sedangkan 50,00% penyembuhan luka perineumnya buruk, serta 23,68%
penyembuhan luka perineumnya sedang. Untuk ibu nifas yang berpantang makanan,
luka perienum, yakni mengakibatkan luka menjadi tidak sembuh dengan baik atau buruk.
Sedangkan ibu nifas yang nutrisinya sudah cukup maka proses penyembuhan luka
Pendokumentasian kunjungan pertama Asuhan pada Bayi baru lahir dilakukan 1 jam
Asuhan yang di berikan meliputi pemberian injeksi vit.K, menghangatkan bayi, dan
lakukan sebanyak tiga kali yaitu pada KN1 di lakukan pada 6-8 jam setelah bayi lahir,
KN2 di lakukan pada 3-7 hari, dan KN 3 dilakukan pada 8-28 hari.
Kenyataan di lahan penulis melakukan KN1 dilaksanakan pada 1 jam setelah bayi
lahir. Pada 1 jam setelah bayi lahir, penulis melakukan pemeriksaan antopometri dan
melakukan asuhan pada bayi baru lahir seperti pemberian vitamin K, pemberian salep
mata, dan Bayi mendapatkan ASI. Namun asuhan yang dilakukan terintegrasi hingga 6
Kunjungan kali ini fokus asuhan pada perawatan tali pusat dimana penulis mengajari
ibu cara perawatan tali pusat yaitu jangan di bubuhi apapun, cukup di bungkus dengan
kassa steril.
154
pemotongan tersebut akan mempunyai potensi lebih besar untuk terjadinya infeksi,
untuk itu perawatan tali pusat perlu di lakukan untuk mencegah adanya infeksi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi Sogi Sri Redjeki, dan Husain (2012)
yang dalam penelitian ini membedakan cara perawatan tali pusat untuk mengetahui
lama pelepasan tali pusat. Cara perawatan tali pusat disini di bedakan menjadi dua yaitu
menggunakan kasa steril dan kasa alkohol 70%. Dari hasil penelitian di dapatkan untuk
perawatan tali pusat yang menggunakan kasa steril rata-rata lama pupusnya (lepasnya)
adalah 5,53 hari, sedangkan perawatan menggunakan kasa alkohol 70% rata-rata
pupusnya(lepasnya) adalah 6,93 hari. Setelah menerapkan metode perawatan tali pusat
menggunakan kassa steril lama pupusnya adalah 7 hari. Hal tersebut terjadi karena
faktor tali pusat yang tebal dan kaku sehingga membutuhkan waktu pupusnya tali pusat
lebih lama.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidqi Anwar
dengan membedakan cara perawatan tali pusat menggunakan alkohol 70%, povidon-
iodine 10%, dan kasa steril. Dari hasil penelitian ini cara perawatan tali pusat
menggunakan kasa steril lah yang paling cepat dalam waktu pelepasan tali pusat yaitu
6,42 hari, sedangkan waktu pelepasan tali pusat dengan perawatan menggunakan
alkohol 70% adalah 7,33 hari, dan waktu pelepasan tali pusat menggunakan povidon-
Penelitian lain mengatakan bahwa perawatan tali pusat menggunakan kasa alkohol
yang dililitkan pada tali pusat akan merusak flora normal yang ada di sekitar tali pusat
karena yang tertinggal pada saat kasa alkohol dililitkan hanyalah air, sehingga keadaan
tali pusat yang sudah lembab akan menjadi jauh lebih lembab yang bisa memperlambat
Dari hasil penelitian diatas yang di dukung oleh berbagai penelitian lainnya, dapat
disimpulkan bahwa pelepasan tali pusat dengan perawatan menggunakan kasa steril
lebih cepat yaitu 5,53 hari daripada pelepasan tali pusat dengan cara perawatan
Kunjungan yang kedua dilakukan pada hari ketiga, ibu mengatakan tali pusat bayi
nya belum lepas. Dengan keluhan ibu tersebut penulis memberikan penjelasan tentang
perawatan bayi sehari hari termasuk perawatan tali pusatnya. Dimana setelah dilakukan
perawatan dengan baik pada tali pusat maka tali pusat akan terlepas dengan sendirinya
dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru
lahir, ASI eksklusif menjaga kehangatan bayi dan perawatan tali pusat, serta
Pada pemeriksaan didapakan hasil penimbangan bayi dengan berat badan bayi
turun 1 ons. Hal ini masih dalam batas normal. Perawatan tali pusat sudah sesuai
dengan anjuran yang telah diberikan oleh penulis. Namun perawatan tali pusat masih
dilakukan oleh dukun bayi. Karena ibu belum berani melakukannya sendiri.
immnusasi HB Neo diberikan pada KN2. Dimana hal tersebut juga masih dalam batas