Anda di halaman 1dari 12

Implementasi Kebijakan Pengembangan… (Mulyono Yalia) 149

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN


DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA SOSIAL
MEDIA TRADISIONAL DI JAWA BARAT

THE IMPLEMENTATIONS OF DEVELOPMENT AND EMPOWERMENT


OF TRADITIONAL SOCIAL MEDIA IN WEST JAVA

Mulyono Yalia
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung, Badan
Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jln. Pajajaran No. 88 Bandung, Jawa Barat – 40173
e-mail: mulyonoyalia@gmail.com

Naskah Diterima:9 Januari 2014 Naskah Direvisi:12 Februari 2014 Naskah Disetujui: 18 Februari 2014

Abstrak
Fokus utama dalam penelitian ini adalah implementasi kebijakan pengembangan dan
pemberdayaan lembaga sosial media tradisional di Jawa Barat. Substansi masalah diidentifikasi
sebagai berikut: (1) Bagaimanakah implementasi kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan
media tradisional di Jawa Barat?; (2) Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan
penghambat implementasi kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan lembaga sosial media
tradisional di Jawa Barat?; (3) Upaya-upaya apakah yang dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi
dan Informatika Provinsi/Kabupaten/Kota dalam mewujudkan kebijakan pemerintah dalam
pemberdayaan lembaga sosial media tradisional di masyarakat? Teori yang dipakai sebagai
pendekatan terhadap masalah penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan (Edward III,
2002:70) yang terdiri atas dimensi komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam serta triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan dan pemberdayaan lembaga sosial media
tradisional di Jawa Barat selain memerlukan peningkatan faktor-faktor implementasi kebijakan,
ditemukan dimensi lain yang harus diperhatikan, yaitu pengawasan dan koordinasi antarsektor
terkait.
Kata kunci: media tradisional, implementasi kebijakan, pengembangan dan pemberdayaan.

Abstract
Main focus of this research is the implementations of developing and enforcing policy of
the traditional social media institutions in West Java. The substantial problems are as follows: (1)
how the implementation of government policy in empowerment of traditional media in West Java?;
(2) what kinds of factor that support and resist of government policy in traditional social media
institutions in west Java?; (3) what kinds of efforts that implemented by the Department of
Communications and Information of Province/regency/city in fulfilling’s the government policy in
empowering the traditional social media in society? The theory that use in this research is the
policy implementation theory (Edward III, 2002:70) consists of communications dimension,
source, and bureaucracy of disposition and structure. The method is qualitative method,meanwhile
the technique of collecting data is through observations of participants, an in depth interview, also
triangulation. The result of the research found that the exhibit developed and empowerment of
traditional social media in west Java need an implementation policy factors and also need for
supervision and coordination from related sectors.
Keywords: traditional media, policy implementations, development and empowerment.
150 Patanjala Vol. 6 No.1, Maret 2014: 149-160

A. PENDAHULUAN tentang pembangunan. Sesuai dengan


Perkembangan media tradisional peraturan Menteri Komunikasi dan
saat ini sangat memprihatinkan, bahkan Informatika No. 08/Per/M.Kominfo/6/2010
sebagian besar sudah banyak ditinggalkan tentang Pedoman Pengembangan
oleh para penggemarnya dan menghilang Pemberdayaan Lembaga Komunikasi
dari kehidupan sosial masyarakat. Sosial dalam pasal 1 ayat 3 bahwa
Punahnya sebagian media tradisional ini ”Lembaga media tradisional adalah
tidak terlepas dari kurangnya perhatian kelompok pertunjukan atau kelompok
pemerintah baik di pusat maupun di sejenis lainnya, selanjutnya disebut
daerah, yang cenderung terfokus pada Kelompok Pertunjukan Rakyat yang
pemanfaatan media informasi yang melakukan kegiatan diseminasi informasi
berbasis teknologi. Pesatnya perkem- dan penyerapan aspirasi masyrakat”.
bangan Teknologi Informasi Komunikasi Dengan adanya dukungan peme-
dengan berbagai pesonanya mendorong rintah terhadap diseminasi informasi
terjadinya perubahan sistem informasi dengan memanfaatkan keberadaan media
yang berlaku di masyarakat. Dunia tradisional, akan sangat membantu
informasi yang berbasis teknologi telah pelestarian media-media tradisonal lainnya
menggeser keberadaan media tradisonal agar digemari lagi oleh masyarakat luas,
yang telah lama ada di masyarakat. sehingga tidak kehilangan jati diri di
Informasi saat ini sudah merupakan tengah pusaran arus budaya global yang
sebuah kebutuhan yang tidak mungkin mendera. Kembalinya peran seni budaya
diabaikan. Dalam setiap pengambilan pertunjukan rakyat diharapkan akan
kebijakan, peran informasi sangat dibutuh- memberikan dampak positif pada seluruh
kan untuk menentukan keber-hasilan dari lapisan masyarakat atau meningkatkan
berbagai kebijakan yang telah ditetapkan. daya jangkau penerimaan kebijakan yang
Untuk itu, penyebarluasan informasi perlu dikeluarkan oleh pemerintah. Sehubungan
mendapat prioritas, karena informasi dengan maksud tersebut, menghidupkan
merupakan sarana agar masyarakat dapat kembali peran lembaga media tradisional
menerima setiap kebijakan yang secara optimal dengan memberdayakannya
dikeluarkan oleh pemerintah. dalam proses pemerintahan dari pusat
Pada dasarnya penyebaran informasi hingga daerah disertai dengan diseminasi
tidak harus selalu memanfaatkan media informasi perangkat modern lainnya
modern (elektronika), tetapi dapat juga menjadi hal penting yang selayaknya
memanfaatkan potensi kearifan lokal yang menjadi salah satu perhatian. Hal lain yang
masih mengakar di masyarakat, yaitu membuat usaha menghidupkan seni
dengan memanfaatkan keberadaan media pertunjukan tradisional patut dibicarakan
tradisional yang masih tersebar di sejumlah adalah kenyataan adanya arus keras
daerah. Peran media tradisional dalam pengaruh dari luar tradisi yang
penyebaran informasi sudah terbukti dapat memungkinkan timpangnya keseimbangan
membawa masyarakat untuk bisa mema- kehidupan masyarakat (Sedyawati, 1981:
hami setiap informasi yang disam- 51).
paikannya, melalui media pertunjukan Perkembangan arus modernisasi ini
rakyat, terutama bagi masyarakat pedesa- memang masih belum sepenuhnya
an, selain sebagai alat hiburan juga sebagai menyentuh masyarakat pedesaan khusus-
alat penyebaran informasi. nya masyarakat yang ada di pelosok desa.
Media tradisional yang dimaksud Masyarakat pedesaan masih bisa
adalah kesenian tradisional yang dalam memanfaatkan media tradisional sebagai
pertunjukannya mampu menyampaikan jalur mendapatkan informasi yang
penyebaran informasi dari pemerintah dibutuhkan, seperti melalui jalur tatap
Implementasi Kebijakan Pengembangan… (Mulyono Yalia) 151

muka, ataupun melalui simbol-simbol Berdasarkan latar belakang


bunyi. Namun demikian, di era modern ini penelitian yang sudah dipaparkan di atas,
hambatan untuk mengembangkan media rumusan masalah penelitian ini adalah:
tradisional ini selalu ada, terutama muncul 1. Bagaimana implementasi kebijakan
dari kalangan generasi muda yang pemerintah dalam pemberdayaan
cenderung enggan mewarisi keberadaan media tradisional di Jawa Barat?
media tradisional di daerah. Media 2. Faktor-faktor apa yang menjadi
tradisional adalah alat komunikasi yang pendukung dan penghambat imple-
sudah lama digunakan di daerah itu, mentasi kebijakan pemerintah dalam
adapun isinya masih berupa lisan, gerak pemberdayaan lembaga sosial media
isyarat, atau alat pengingat dan bunyi- tradisional di Jawa Barat?
bunyian (Nurudin, 1987: 54). 3. Upaya-upaya apa yang dilaksanakan
Kesadaran akan pentingnya peran oleh Dinas Komunikasi dan
media tradisional di wilayah perkotaan, Informatika Provinsi/Kabupaten/Kota
khususnya di Jawa Barat telah mulai dalam mewujudkan kebijakan peme-
tumbuh. Universitas Padjadjaran melaku- rintah dalam pemberdayaan lembaga
kan upaya pelestarian media tradisional sosial media tradisional di masyarakat?
melalui program arena ketangkasan Penelitian ini mengandung maksud
permainan dan seni tradisional yang sebagai berikut:
disebut “Alimpaido” yang sengaja diambil 1. Untuk memperoleh gambaran dan
dari arena ketangkasan olahraga penjelasan tentang implementasi kebi-
Olimpiade. Dalam acara tersebut jakan Pemerintah tentang Lembaga
dilombakan berbagai ketangkasan zaman Sosial Media Tradisional.
dulu yang sarat dengan pesan kearifan 2. Untuk menganalisa faktor-faktor yang
lokal seperti permainan “Perepet Jengkol” memengaruhi implementasi kebijakan
yang melambangkan persatuan, keber- Pemerintah tentang Pemberdayaan
samaan, memikul jerami yang melambang- Lembaga Sosial Media Tradisional.
kan gotong royong dalam mengangkut 3. Untuk menganalisa upaya-upaya yang
hasil panen padi pada waktu itu dan juga dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi
seni tradisional lainnya. Aktivitas dan Informatika Provinsi/Kabupaten/
semacam ini dilakukan pula oleh berbagai Kota dalam mewujudkan kebijakan
komunitas, di antaranya komunitas Hong pemerintah tentang Pemberdayaan
yang mencoba melestarikan kembali Lembaga Sosial Media Tradisional.
permainan yang ada di pedesaan seperti Adapun tujuan penelitian ini antara
“kaulinan urang lembur”. lain:
Mengacu pada latar belakang 1. Untuk memperoleh pemahaman men-
permasalahan tersebut peneliti mencoba dalam dari implementasi kebijakan
menghubungkan dengan variabel imple- pemerintah tentang pemberdayaan
mentasi kebijakan pemerintah, yakni lembaga Sosial Media Tradisional
Peraturan Menteri Komunikasi dan berdasarkan Peraturan Menteri Komu-
Informatika No. 08/Per/M.Kominfo/6/2010 nikasi dan Informatika No. 08/Per/
tentang Pedoman Pengembangan Pember- M.Kominfo/6/2010 tentang Pedoman
dayaan Lembaga Komunikasi Sosial. Pengembangan dan Pemberdayaan
Berkaitan dengan itu, peneliti merasa Lembaga Komunikasi Sosial.
tertarik dan berasumsi pentingnya untuk 2. Untuk memperoleh konsep yang dapat
dilakukan penelitian dengan judul digunakan bagi pengembangan media
“Implementasi Kebijakan Pemerintah tradisional yang ada di masyarakat.
dalam Pemberdayaan Media Tradisional di
Jawa Barat”.
152 Patanjala Vol. 6 No.1, Maret 2014: 149-160

Kegunaan penelitian ini secara pengertian kegagalan kebijakan (policy


komprehensif berfungsi sebagai acuan failure) ke dalam dua kategori, yaitu non
dalam pemberdayaan media tradisional implementation dan unsuccessfull (tidak
yang ada di masyarakat yang kini sudah terimplementasikan) dan unsuccessfull
mulai terkikis oleh perkembangan tekno- implementation (implementasi yang tidak
logi, yang selanjutnya hasil penelitian ini berhasil).
diharapkan menjadi acuan bagi pengem- Pengertian implementasi kebijakan
bangan media tradisional, yang akan dapat dilihat menurut Pressman dan
dimanfaatkan oleh pemerintah dalam Wildavsky (dalam Suriadinata, 1994:42)
menyebarkan informasi yang berkaitan menyebutkan bahwa implementasi diarti-
dengan implementasi kebijakan publik. kan sebagai interaksi antara penyusunan
Ruang lingkup masalah penelitian tujuan dengan sarana-sarana, tindakan
ini berkaitan dengan implementasi kebi- dalam mencapai tujuan tersebut, atau
jakan pemerintah tentang pemberdayaan kemampuan untuk menghubungkan dalam
lembaga sosial media tradisional masya- hubungan kausal antara yang diinginkan
rakat di Jawa Barat. dengan cara untuk mencapainya.
Implementasi kebijakan bila Terdapat empat variabel penting
dipandang dalam pengertian yang luas yang harus diperhatikan untuk melihat
merupakan alat administrasi hukum dima- berbagai faktor terhadap kegagalan dan
na berbagai aktor, organisasi, prosedur, keberhasilan implementasi kebijakan
dan teknik yang bekerja bersama-sama publik (Edward III, 1980:10), yaitu: faktor
untuk menjalankan kebijakan guna meraih komunikasi (communication), sumber daya
dampak atau tujuan yang diinginkan pelaksanaan (reseources), struktur biro-
(Winarno, 2005:102). Dalam hal ini krasi(bureaucratic structure), dan sikap
Menteri Komunikasi dan Informatika pelaksana (dispotition).
mengeluarkan kebijakan yang disebut Menurut Edward III (dalam
dengan kebijakan tentang Pedoman Winarno, 2005: 142-143) pengertian sikap
Pengembangan dan Pemberdayaan Lemba- pelaksanan (disposisi) adalah sebagai
ga Komunikasi Sosial. Kebijakan tersebut berikut:
selaras dengan penjelasan Seidman B. “kecenderungan-kecenderungan atau
Robert (Sunggono, 1994:77), seperti disposisi merupakan salah satu faktor
berikut: mempunyai konsekuensi penting bagi
“Pembuat kebijakan hanya mempunyai implementasi kebijakan yang efektif”.
satu alat yang dapat ia pakai untuk Jika para pelaksana mempunyai
memengaruhi aktivitas pemegang kecenderungan atau sikap positif atau
peran, ialah peraturan-peraturan yang adanya dukungan terhadap implementasi
ia buat. Hukum memberikan legitimasi kebijakan maka terdapat kemungkinan
bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah yang besar implementasi kebijakan akan
dan sebagai peraturan perundang- terlaksana sesuai dengan keputusan awal.
undangan telah membuktikan bahwa ia Demikian sebaliknya, jika para pelaksana
merupakan salah satu alat untuk bersikap negatif atau menolak terhadap
melaksanakan kebijakan”. implementasi kebijakan karena konflik
Kebijakan yang sudah tersusun kepentingan maka implementasi kebijakan
harus dilaksanakan agar memperoleh akan menghadapi kendala yang serius.
dampak yang diinginkan. Apabila suatu Sedangkan menurut Van Meter dan Van
kebijakan tidak menghasilkan dampak Horn (dalam Agustino, 2006:158) menge-
positif apa-apa, maka kebijakan tersebut mukakan pendapat mengenai sikap
bisa dikategorikan gagal (unsuccessfull pelaksana, yaitu:
implementation). Hoogwood dan Gunn “Sikap penerimaan atau penolakan
(dalam Wahab, 2005:42), membagi dari agen pelaksana kebijakan sangat
Implementasi Kebijakan Pengembangan… (Mulyono Yalia) 153

memengaruhi keberhasilan atau daya serta kebutuhan penyeragaman dalam


kegagalan implementasi kebijakan organisasi kerja yang kompleks dan luas.
publik. Hal ini sangat mungkin terjadi Agar implementasi kebijakan
karena kebijakan yang dilaksanakan terlaksana dengan efektif, diperlukan
bukanlah hasil formulasi warga sumber daya yang sangat penting. Hal
setempat yang mengenal betul tersebut diperkuat dengan pernyata-
permasalahan dan persoalan yang an/pendapat dari Edward III (dalam
mereka rasakan. Tetapi kebijakan Winarno, 2005: 91) yang lebih
publik biasanya bersifat top down yang memperjelas pentingnya sumber daya di
sangat mungkin para pengambil dalam implementasi kebijakan. Seperti
keputusan tidak mengetahui bahkan tak penjelasan berikut:
mampu menyentuh kebutuhan, “Tanpa sumber daya, sebuah kebijakan
keinginan atau permasalahan yang hanya akan menjadi dokumen di atas
harus diselesaikan”. kertas saja. Meskipun perintah
Menurut model implementasi implementasi dapat secara tepat
Mazmanian dan Sabatier bahwa kepatuhan disalurkan, jelas dan konsisten, tetapi
dan daya tanggap terhadap kelompok apabila pelaksana kekurangan sumber
sasaran, yaitu pelaksanaan kebijakan yang daya penting untuk melaksanakan kebi-
baik tentu mempunyai tingkat kepatuhan jakan, maka implementasi kebijakan
serta pemahaman (daya tanggap) yang menjadi tidak efektif”.
tinggi terhadap kebijakan yang harus Empat faktor tersebut, memiliki
mereka implementasikan. Dengan adanya pengaruh terhadap implementasi kebijakan
sikap pelaksana yang baik menimbulkan publik. Faktor komunikasi, berpengaruh
tanggapan baik pula dari kelompok sasaran dalam menciptakan pengertian atau pema-
tersebut. haman yang sama di antara para pelaku
Dengan implementasi kebijakan kebijakan, yang kemudian berpengaruh
yang efektif akan terlaksana dengan baik, pada sikap, tindakan ataupun perilaku, dan
jika para pembuat keputusan mengetahui kemudian memengaruhi pelaksanaan kerja.
para pengambil keputusan hanya bisa Faktor sumber daya, adalah faktor kunci
didapat melalui komunikasi yang baik. bagi efektivitas pelaksanaan kebijakan,
“Komunikasi merupakan salah satu apapun namanya. Tanpa sumber daya yang
variabel penting yang memengaruhi memadai, tidak mungkin suatu kebijakan
implementasi kebijakan publik, dapat diimplementasikan dengan baik.
komunikasi sangat menentukan Faktor disposisi atau sikap pelaksana,
keberhasilan pencampaian tujuan dari berkaitan dengan kepatuhan para pelaksana
implementasi kebijakan publik” dalam melaksanakan kebijakan yang telah
(Agustino, 2006:157). ditetapkan. Sedangkan, faktor struktur
Implementasi kebijakan yang birokrasi, berkenaan dengan pembagian
bersifat kompleks menuntut adanya kerja, wewenang dan tanggung jawab,
kerjasama banyak pihak, bilamana struktur yang akan berpengaruh pada pencapaian
birokrasi tidak kondusif terhadap tujuan kebijakan. Untuk mewujudkan
implementasi suatu kebijakan, maka hal ini tujuan tersebut, maka kebijakan yang telah
akan menyebabkan ketidakefektifan dan ditetapkan harus diimplementasikan
menghambat jalannya kebijakan. Hal ini dengan sebaik-baiknya. Dinas Komunikasi
menurut Edward III (Winarno 2005: 150) dan Informatika Provinsi/Kabupaten/Kota
terdapat dua karakteristik utama dari sebagai salah satu alat Pemerintah Daerah
birokrasi, yakni: “Standard Operational sebagai tingkatan pemerintah yang paling
Procedure (SOP) dan fragmentasi”, yang dekat dengan masyarakat, harus
merupakan perkembangan dari tuntutan mengimplementasikan kebijakan ini sesuai
internal akan kepastian waktu, sumber
154 Patanjala Vol. 6 No.1, Maret 2014: 149-160

dengan karakteristik masyarakat daerah pemerintah harus melakukan komunikasi


masing-masing. kebijakan dengan memerhatikan:
Dari berbagai pendapat pakar a) Transmisi, yang berkenaan bagaimana
tentang implementasi kebijakan, dalam proses penyampaian informasi
menganalisis implementasi kebijakan kebijakan, sehingga para pelaksana
Menteri Komunikasi dan Informatika mengetahui kebijakan tersebut;
tentang Pedoman Pengembangan dan b) Kejelasan, yang berkenaan dengan
Pemberdayaan Lembaga Komunikasi pemahaman para pelaksana tentang isi
Sosial, penulis merelevansikan dengan kebijakan tersebut;
menggunakan pandangan Edward III c) Konsistensi, berkenaan dengan aturan
tentang teori dan konsep implementasi implementasi yang konsisten dan tidak
kebijakan, yang dimulai dengan berubah-ubah sehingga tidak
pertanyaan apakah prakondisi yang membingungkan para pelaksana.
diperlukan agar suatu implementasi
kebijakan berhasil dan hambatan-hambatan 2. Faktor Sumber Daya
utama apa yang menyebabkan suatu Agar implementasi kebijakan
implementasi gagal. berjalan sebagaimana mestinya, para
Pertanyaan penting itu kemudian pelaksana harus didukung dengan sumber
dijawab oleh sumber yang sama, dengan daya yang memadai. Sumber daya yang
empat faktor atau variabel yang penting dalam implementasi kebijakan
menurutnya penting bagi implementasi meliputi:
kebijakan, yakni: komunikasi, sumber a) Staf pelaksana, jumlah yang memadai,
daya, sikap pelaksana, dan struktur berpengalaman, dan terampil pada
birokrasi, seperti dikemukakan (Edwards bidangnya masing masing unit dalam
III, 1980, 9-10), bahwa: hal menangani masalah media
”in our approach to the study of public tradisional adalah Bidang Diseminasi
policy implementation, we begin the Informasi (Dinas Komunikasi dan
abstract and ask: What are the Informatika Provinsi/Kabupaten/Kota);
preconditions for successfull policy b) Informasi berupa data-data yang telah
implementation? In the next four diformulasikan dalam bentuk yang
chapters we shall attempt to answer dapat dimengerti oleh para pelaksana
these important questions by kebijakan.
considering four critical factors or c) Kewenangan dalam berbagai bentuk
variables in implementing public mulai dari perintah sampai pada
policy: communication, resourcess, menghilangkan perilaku yang
dispositions or attitudes, and menghalangi implementasi kebijakan;
bureaucratic structure”. d) Fasilitas yang diperlukan dalam
Berdasarkan pendapat di atas, maka mengimplementasikan kebijakan,
dalam rangka penelitian ini, penulis berupa fasilitas kantor, alat-alat
menetapkan 4 (empat) faktor yang penyimpan data/Perlengkapan media
menentukan keberhasilan implementasi tradisional, gedung kantor, kendaraan,
kebijakan, yaitu: dan lain sebagainya.
1. Faktor Komunikasi Kebijakan
Faktor ini dimaksudkan untuk 3. Faktor Disposisi atau Sikap Pelaksana
melihat sejauh mana pihak-pihak yang terhadap Kebijakan
terlibat atau yang bertanggungjawab dalam Faktor ini berkaitan dengan
mengimplementasikan kebijakan mema- ketanggapan yang dimanifestasikan
hami atau mengetahui apa yang akan atau sebagai sikap dan perilaku Lembaga Media
yang perlu dikerjakannya. Oleh karena itu, Tradisional terhadap kebijakan Menteri
Komunikasi dan Informatika tentang
Implementasi Kebijakan Pengembangan… (Mulyono Yalia) 155

Pedoman Pengembangan dan Pemberda- Dengan demikian dijelaskan secara


yaan Lembaga komunikasi Sosial, yang singkat bahwa keempat faktor tersebut
dilihat dari tiga aspek, yaitu: memiliki pengaruh terhadap implementasi
a) Efek disposisi, berupa kepatuhan para kebijakan publik. Faktor komunikasi
pelaksana dalam mengimplementa- berpengaruh dalam menciptakan
sikan kebijakan; pengertian atau pemahaman yang sama di
b) Staffing birokrasi, berkenaan dengan antara para pelaku kebijakan, yang
pengangkatan para pelaksana dalam kemudian berpengaruh pada sikap,
posisi-posisi yang menentukan tindakan ataupun perilaku, dan kemudian
pembagian yang disesuaikan dengan memengaruhi produktivitas kerja. Faktor
tugas personil; sumber daya adalah faktor kunci bagi
c) Insentif berupa penghargaan yang efektivitas pelaksanaan kebijakan, apapun
diberikan kepada pelaksana di namanya. Tanpa sumber daya yang
lapangan. memadai, tidak mungkin suatu kebijakan
dapat diimplementasikan dengan baik.
4. Struktur birokrasi Faktor disposisi atau sikap pelaksana,
Struktur birokrasi setingkat Dinas berkaitan dengan kepatuhan para pelaksana
merupakan bagian tugas dalam membantu dalam melaksanakan kebijakan yang telah
wilayah pemerintahan di daerah, hal ini ditetapkan. Sedangkan, faktor struktur
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan birokrasi, berkenaan dengan pembagian
implementasi kebijakan Menteri kerja, wewenang dan tanggung jawab,
Komunikasi dan Informatika, karena yang akan berpengaruh pada pencapaian
kebijakan ini merupakan kebijakan tujuan kebijakan. Keempat faktor tersebut,
nasional dari mulai tingkat Kementerian akan menentukan proses implementasi
Komunikasi dan Informatika, Dinas kebijakan Menteri Komunikasi dan
Komunikasi dan Informatika Provinsi Informatika oleh pelaksana Dinas
sampai Dinas Komunikasi dan Informatika Komunikasi dan Informatika dalam rangka
Kabupaten di semua wilayah. Oleh karena penerapan Pedoman Pengembangan dan
itu, perlu diperhatikan hal-hal sebagai Pemberdayaan Lembaga Komunikasi
berikut: Sosial.
a) Prosedur Operasional Baku (Standard Keterkaitan implementasi kebijakan
Operational Procedures-SOP), sebagai pedoman Pengembangan dan
tuntunan internal dari implementasi Pemberdayaan Lembaga Komunikasi
suatu kebijakan yang seragam; Sosial di Dinas Komunikasi dan
b) Fragmentasi merupakan pembagian Informatika dalam rangka
tanggung jawab untuk sebuah bidang penyelenggaraan pelaksanaan Pedoman
kebijakan di antara unit-unit Pengembangan dan Pemberdayaan
organisasional yang tersebar luas. Lembaga Komunikasi Sosial, dapat
Fragmentasi perlu memerhatikan sifat digambarkan sebagai kerangka berpikir
dari kebijakan yang ingin seperti berikut ini:
diimplementasikan, dan penyebaran
tanggung jawab kepada seluruh
pelaksana kebijakan.
156 Patanjala Vol. 6 No.1, Maret 2014: 149-160

KEBIJAKAN MENTERI
KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
PERMENTERI KOMUNIKASI
Implementasi Kebijakan Dinas
Komunikasi dan Informatika
Kabupaten/Kota Organisasi
Dinas Komunikasi 1. Komunikasi Masyarakat dan
dan Informatika 2. Sumberdaya Institusi lain
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi

Forum Komunikasi
Media Tradisional

Gambar 1. Mekanisme Implementasi Kebijakan


Menteri Komunikasi dan Informatika
pada Dinas Komunikasi dan Informatika di Jawa Barat

dikomunikasikan pada organisasi dan atau


B. METODE PENELITIAN publik, ketersediaan sumber daya untuk
Metode yang digunakan dalam melaksanakan kebijakan, sikap dan
penelitian ini adalah metode kualitatif yang tanggap dari para pelaku yang terlibat, dan
memusatkan pada fakta dan menggunakan bagaimana struktur organisasi pelaksana
analisis perbandingan untuk melakukan kebijakan. Komunikasi dibutuhkan oleh
generalisasi empiris terhadap fenomena- setiap pelaksana kebijakan untuk
fenomena sosial. Metode kualitatif mengetahui apa yang harus di lakukan.
digunakan karena penelitian ini Bagi suatu organisasi, komunikasi
mengutamakan kualitas analisa dan bukan merupakan suatu proses penyampaian
data-data yang bersifat statistik. Oleh informasi, ide-ide di antara para anggota
karena itu, penjelasan tidak berupa angka organisasi secara timbal balik dalam
melainkan berupa kata-kata dan rangka mencapai tujuan yang telah
dokumentasi. ditetapkan. Faktor komunikasi dianggap
Penelitian kualitatif dilakukan untuk penting, karena dalam proses kegiatan
menemukan gambaran yang menyeluruh yang melibatkan unsur manusia dan unsur
dan mendalam tentang implementasi sumber daya akan selalu berurusan dengan
kebijakan Menteri Komunikasi dan permasalahan bagaimana hubungan yang
Informatika tentang Pedoman dilakukan. Kecenderungan jawaban
Pengembangan Pemberdayaan Lembaga responden pada indikator komunikasi
Komunikasi Sosial berdasarkan Peraturan tersebut menunjukkan bahwa optimalisasi
Menteri Komunikasi dan Informatika No. komunikasi masih perlu ditingkatkan.
08/Per/M.Kominfo/6/2010. Menurut hasil wawancara dengan
C. HASIL DAN BAHASAN para pejabat yang berwenang di wilayah
1. Implementasi Kebijakan Pengembangan penelitian, proses komunikasi biasanya
dan Pemberdayaan Lembaga Sosial Media dilakukan melalui berbagai media seperti
Tradisional di Jawa Barat media cetak, baik pers lokal maupun media
a. Komunikasi elektronik yakni radio daerah maupun
Komunikasi (communications): radio swasta, hingga langsung terjun ke
berkenaan dengan bagaimana kebijakan masyarakat melalui kerjasama dengan
Implementasi Kebijakan Pengembangan… (Mulyono Yalia) 157

institusi lain seperti tenaga penyuluh terpenuhi secara optimal. Kekurangan


pertanian dan kesehatan serta lembaga sarana fisik di antaranya adalah belum
pendidikan melalui sekolah-sekolah dari memadainya gedung-gedung pertunjukan
SD, SLTP hingga SLTA dan sederajat. Hal seni tradisional, kurang terencana maupun
yang sama dilakukan pula dengan instansi kurang terpelihara dengan baik.
pemerintah Kecamatan, Kelurahan/Desa, Kecenderungan pada indikator
hingga RT dan RW. Namun demikian sumber daya tersebut menunjukkan bahwa
diakui bahwa intensitasnya masih kurang pada konteks sumber daya dalam
optimal. pelaksanaan kebijakan masih sangat
memerlukan perhatian untuk ditingkatkan.
b.Sumber Daya Secara konseptual, kurangnya sumber daya
Sumber daya dalam implementasi akan berakibat pada ketidakefektifan
kebijakan menduduki posisi yang penting. penerapan kebijakan sebagaimana
Ketiadaan sumber daya atau kurang dikemukakan Edwards (1980: 17)
optimalnya potensi sumber daya akan bahwa;…. lack of the resources necessary
berakibat ketidakefektifan penerapan to carry out policies, implementation is
kebijakan. Sumber sumber yang penting likely to innefective”.
meliputi sumber daya manusia yang
memadai serta keahlian-keahlian yang c. Kecenderungan atau Tingkah Laku
yang baik untuk melaksanakan tugas- Pelaksana Program (Disposisi)
tugas mereka, wewenang serta fasilitas- Kecenderungan sikap dapat dilihat
fasilitas yang diperlukan. Sumber daya dari tanggung jawab/komitmen aparat
manusia pelaksana dipenuhi oleh berbagai dalam melaksanakan tugasnya. Hal
unsur yang mencerminkan struktur tersebut menunjukkan bahwa petugas
kewenangan dimulai dari struktur tertinggi memiliki komitmen yang baik dalam
hingga kelompok jabatan fungsional yang melaksanakan kewajibannya meskipun
bertugas melaksanakan tugas pokok dan masih diperlukan perhatian yang tinggi
fungsi sesuai kewenangan yang terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
dimilikinya. institusi sebagai tindak lanjut komitmen.
Pada konteks sumber daya manusia, Untuk memperoleh dukungan yang
berdasarkan temuan dalam penelitian maksimal dari kecenderungan sikap
diketahui bahwa rendahnya kualitas pelaksana, pemberian insentif dalam
sumber daya manusia merupakan salah berbagai bentuk, baik yang bersifat positif
satu hambatan bagi pelaksanaan kebijakan berupa pemenuhan kepentingan pribadi
yang berimplikasi pada kinerja yang (self interest) hingga pengenaan sanksi-
dihasilkan. Rekruitmen sumber daya sanksi yang dipandang dapat memperbaiki
manusia, kurangnya latihan atau training, dan menimbulkan dukungan sikap positif
masa jabatan yang relatif singkat serta para pelaksana kebijakan. Hasil penelitian
kesulitan untuk mempertahankan personil menunjukkan bahwa pada umumnya sikap
yang kompeten merupakan indikator lain para pelaksana sangat mendukung arti
yang memperkuat kurang terpenuhinya pentingnya media tradisional bagi
aspek sumber daya manusia dalam penyebaran informasi pembangunan. Dinas
implementasi kebijakan. Komunikasi dan Informatika Provin-
Masalah keuangan, sebagaimana si/Kabupaten/ telah berupaya semaksimal
diindikasikan oleh kebanyakan institusi mungkin untuk dapat melaksanakan secara
pemerintahan selalu dihadapkan pada konsisten dengan mempersiapkan sumber
kondisi yang kurang memadai. daya manusia maupun kelembagaan dan
Keterbatasan fasilitas untuk mengimple- program-program yang relevan dengan
mentasikan kebijakan merupakan indikator pengembangan media tradisional.
lain dari sumber daya yang belum
158 Patanjala Vol. 6 No.1, Maret 2014: 149-160

Untuk penerapan sanksi sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan


upaya penanaman disiplin yang akan dan menyesuaikan tanggung jawab
memberi kontribusi pada dukungan sikap program dengan sumber-sumber yang ada
pelaksana telah diupayakan melalui serta keseragaman tindakan dari para
aktivitas-aktivitas yang menggalang pelaksana sehingga memungkinkan untuk
kebersamaan serta penilaian kinerja beradaptasi atau menyesuaikan dengan
individu para pelaksana, seperti DP3 dan tuntutan-tuntutan perubahan.
laporan kinerja secara berkala. Hasil penelitian menunjukkan
Memaknai penerapan konsep bahwa prosedur standar telah diupayakan
disposisi sebagai pendekatan implementasi sedemikian rupa sehingga petunjuk
kebijakan sebagaimana telah dikemukakan pelaksanaan program-program dapat
para informan di atas, secara empirik dilaksanakan tanpa prosedur yang berbelit
memang telah dilakukan. Namun kiranya dan disesuaikan dengan sumber-sumber
masih banyak yang perlu disempurnakan, yang ada serta keseragaman tindakan dari
khususnya pemberian insentif yang lebih para pelaksana. Mengenai fragmentasi
memadai sesuai kebutuhan program- dapat dilihat dari jelasnya Prosedur
program. Operasional Standar pada setiap program
Keterbatasan dana untuk melaksa- yang akan memudahkan dalam
nakan kebijakan adalah salah satu pelaksanaan kebijakan Pengembangan
penyebab sulitnya diberikan insentif materi Pemberdayaan Lembaga Sosial Media
kepada para pelaksana kebijakan. Insentif Tradisional. Masing masing pihak yang
lainnya berupa pendidikan dan pelatihan, terkait mengetahui tugas dan tanggung
menurut pejabat yang berwenang telah jawab sesuai prosedur yang berlaku.
dilaksanakan meskipun dalam jumlah yang Dengan kejelasan tugas dan tanggung
terbatas. Namun program-program yang jawab masing-masing bagian, seksi serta
berkaitan dengan peningkatan keahlian dan unsur-unsur pelaksana kebijakan diharap-
mutu personal selalu dilakukan dan diikuti kan akan dapat mengeliminir timbulnya
oleh hampir seluruh unsur pelaksana hambatan-hambatan koordinasi dengan
kebijakan. Hal ini dilakukan mengingat institusi lain yang melaksanakan program-
keahlian, baik yang bersifat substantif program yang berhubungan. Dalam
maupun manajerial sangat diperlukan pelaksanaannya diakui memang tidak
sebagaimana dikemukakan Edwards semudah itu, masih ada kendala- kendala
(1980): yang dihadapi, baik dari aspek internal
”Skill, as well as numbers in important maupun dari eksternal organisasi maupun
characteristic of staff for implemen- masyarakat.
tation, both substantive and mana- Mencermati kondisi demikian,
gerials, needed to implement policies hambatan birokrasi, pembagian tugas
affectivelly”. maupun mekanisme pertanggungjawaban
akan menyulitkan terlaksananya kebijakan
d. Struktur Birokrasi secara efektif. Begitu pula dengan
Struktur birokrasi merupakan terbatasnya kewenangan akan menghambat
dimensi terakhir yang mempunyai dampak dalam mengembangkan program-program
terhadap penerapan kebijakan yang diukur terkait dengan pemberdayaan media
dari ketersediaan Prosedur Pengoperasian tradisional. Koordinasi dengan berbagai
Standar atau sering disebut sebagai pihak terkait juga selayaknya dapat
Standard Operating Procedures (SOP) dan ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.
fragmentasi yakni pembagian tanggung Dengan koordinasi yang efektif akan
jawab untuk sebuah bidang kebijakan di mempermudah pengelolaan kegiatan,
antara unit-unit organisasional. Dengan pencarian sumber-sumber yang dibutuhkan
adanya SOP dapat menyederhanakan
Implementasi Kebijakan Pengembangan… (Mulyono Yalia) 159

untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan implementasi kebijakan pemerintah daerah


harapan kebijakan. belum terwujud secara ideal sehingga
Pengembangan Pemberdayaan Lembaga
2. Faktor-faktor yang Menunjang dan Sosial Media Tradisional di Jawa Barat
Menghambat Pengembangan dan belum berlangsung optimal.
Pemberdayaan Lembaga Sosial Media Faktor penunjang pelaksanaan
Tradisional di Jawa Barat kebijakan Pengembangan Pemberdayaan
Dalam pelaksanaan kebijakan Lembaga Sosial Media Tradisional yakni
mengenai Pengembangan Pemberdayaan adanya Peraturan Daerah atau bentuk
Lembaga Sosial Media Tradisional, peraturan lainnya yang ada pada tingkat
Diskominfo Provinsi, Diskominfo/ Dishub- lokal serta dukungan sarana dan prasarana
kominfo Kota dan Kabupaten di Jawa termasuk ketersediaan anggaran opera-
Barat terdapat faktor penunjang maupun sional yang ditetapkan melalui APBD.
penghambat. Pada sisi eksternal, perhatian DPRD
Faktor penunjang di antaranya terhadap upaya Pengembangan Pemberda-
adalah: yaan Lembaga Sosial Media Tradisional
a. Adanya Peraturan Menteri Komunikasi sangat rendah.
dan Informatika yang mendukung dan Upaya-upaya yang dilakukan
memanfaatkan keberadaan media Diskominfo Provinsi maupun Diskom-
tradisional dan lembaga sosial info/Dishubkominfo Kabupaten/ Kota
masyarakat lainnya; dalam Pengembangan Pemberdayaan
b. Banyaknya seni media tradisional yang Lembaga Sosial Media Tradisional di
dapat dimanfaatkan sebagai sarana antaranya:
diseminasi informasi dari pemerintah - Membentuk Forum Komunikasi Media
ke masyarakat maupun pelestarian Tradisional (FK Metra)
nilai-nilai kearifan lokal; - Sosialisasi kebijakan secara
c. Adanya event seperti festival media terprogram kepada pelaku seni,
tradisional yang diselenggarakan setiap kelompok seni yang berada di bawah
tahun oleh Kementerian Komunikasi binaan Dinas Kominfo Daerah maupun
dan Informatika melalui Direktorat masyarakat luas;
Kelembagaan Komunikasi Sosial. - Menyertakan berbagai kelompok seni
Adapun faktor penghambatnya di tradisional dalam berbagai event baik
antaranya: di dalam maupun luar negeri.
a. Kurangnya dukungan dana Sebagai rekomendasi dari hasil
pelaksanaan kebijakan; penelitian ini peneliti kemukakan sebagai
b. Tidak optimalnya perhatian dari berikut:
pemerintah lokal (setempat) seperti a. Untuk memeroleh hasil penelitian
pemanfaatan seni tradisional sebagai yang lebih komprehensif terutama
sarana diseminasi transformasi yang menyangkut Pengembangan
informasi kebijakan; Pemberdayaan Lembaga Sosial Media
c. Rendahnya minat masyarakat terhadap Tradisional di Jawa Barat yang begitu
kesenian/budaya sendiri; kompleks, disarankan untuk dilakukan
d. Kurangnya dukungan stakeholders. penelitian lanjutan dengan pendekatan
yang holistik di luar dimensi faktor-
D. PENUTUP faktor implementasi kebijakan seperti
Berdasarkan analisis hasil penelitian dimensi pengawasan, pengendalian
yang telah dikemukakan pada bab dan koordinasi serta perilaku sumber
sebelumnya, selanjutnya peneliti dapat daya aparatur.
mengambil kesimpulan bahwa faktor b. Untuk mengatasi berbagai penghambat
komunikasi, sumber daya, disposisi dan di dalam pelaksanaan kebijakan,
struktur birokrasi sebagai pendekatan
160 Patanjala Vol. 6 No.1, Maret 2014: 149-160

disarankan Diskominfo Provinsi Sedyawati, Edi. 1981.


maupun Diskominfo/Dishubkominfo Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta:
Kabupaten/Kota di Jawa Barat agar Sinar Harapan.
memprioritaskan peningkatan pendi- Sunggono, Bambang. 1994.
dikan aparatur baik formal maupun Hukum dan Kebijakan Publik. Jakarta:
kedinasan sehingga kemampuan Sinar Grafika.
pelaksana kebijakan meningkat. Wahab, Solichin Abdul. 2002.
Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi
ke Implementasi Kebijaksanaan Negara.
DAFTAR SUMBER
Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2002.
1. Buku Teori dan Proses Kebijakan
Agustiono, Leo. 2006. Publik.Yogyakarta: Media Pressindo.
Politik dan Kebijakan Publik. Bandung:
UNPAD, AIPI dan Puslit KP2W. 2. Dokumen
Cresswell, John W. 2002. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Research Design Qualitative And Nomor: 08/Per/M.Kominfo/6/2010
Quantitative Approches. Thousand tentang Pedoman Pengembangan
Oaks: Sage Publication. Pemberdayaan Lembaga Komunikasi
Sosial.
Dunn, N. William. 2003.
Pengantar Analisis Kebijakan Publik.
Edisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada 3. Informan
University Press. Buldansyah, Benny. 38 Tahun. Ketua Forum
Komunikasi Media Tradisional (FK
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2006. Medtra) Jawa Barat.
Kebijakan Publik untuk Negara-negara
Berkembang. Jakarta: Elex Media Kusnadi, Engkus. 54 Tahun. Kepala Seksi
Komputindo, Kelompok Gramedia. Bidang Diseminasi Komunikasi Sosial
Diskominfo Pemprov. Jabar.
Edward III, George C. 1980.
Implementing Public Policy.
Washington DC: Congressional Quar-
terly Press.

Anda mungkin juga menyukai