#006. Sabrang Angka
#006. Sabrang Angka
membuat sesi diskusi ilmu. Dalam kegiatan ini Sabrang menanyakan apakah
penonton mengetahui berapa angka banyak angka Sembilan dari skala 1 sampai
99, agar lebih menarik beliau memberikan hadiah siapa saja yang mau menjawab
akan mendapatkan hadiah yaitu foto Bersama.
Brilio.net - Lagu Letto tidak ada yang tidak religi. Pernyataan itu
disampaikan oleh Sabrang, sang vokalis Letto yang sebagian besar menggarap
departemen lirik pada lagu-lagu Letto.
Bulan Ramadan biasanya menjadi langganan para musisi Tanah Air untuk
berlomba-lomba membuat lagu religi. Namun jika diamati, Ramadan 2017 ini
lagu-lagu religi memang sudah tak semarak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Fenomena itu juga diamati oleh Letto, departemen 'pop romantis' asal Jogja yang
sudah malang melintang di belantika musik Indonesia sejak tahun 2004. Pada
sebuah video yang diunggah oleh Agus Riyono (Patub) sang gitaris Letto dari
akun Instagramnya, Letto membeberkan kenapa selama ini tak pernah ikut
menyemarakkan tembang religi saat Ramadan seperti band-band mainstream
lainnya.
"Lagu Letto itu tidak ada yang tidak religi. Itu nomor satu. Yang kedua, kami
tidak yakin pada diri sendiri bahwa apakah saat Ramadan itu kita 'memanfaatkan'
Ramadan untuk kepentingan lagu religi, atau memang kita pengen bikin lagu
untuk mendekatkan diri sama Allah," kata Noe, vokalis Letto, seperti
dikutip brilio.net, Senin (5/6).
Menurut pria bernama asli Sabrang Mowo Damar Panuluh itu, apabila seorang
musisi tidak yakin apakah benar-benar bersih niatnya, sebaiknya tidak usah bikin
lagu religi. Sebab jika keliru dan dipandang oleh orang-orang yang sangat kritis,
musisi itu akan dinilai memanfaatkan Ramadan untuk sekadar urusan penjualan
karya. Dan usai Ramadan, musisi itu akan dipertanyakan kenapa tak lagi membuat
lagu religi.
"Makanya kita tidak pernah membuat album yang temanya religi. Karena kalau
mau dibaca, semua lagu Letto itu religi. Tinggal seberapa dalam Anda
membacanya," ujar Noe.
Lirik lagu Letto yang kini digawangi Noe, Patub, Dhedot, Ari, Widi, dan
Cornel ini memang sudah kerap dibicarakan di beberapa forum atau diskusi
musik. Sebut saja lagu Sandaran Hati pada album Truth, Cry and Lie (2005)
misalnya. Lirik lagu ini sudah pernah ditulis ulang dan 'dibongkar' maknanya oleh
beberapa blogger dan bahkan para mahasiswa untuk tema skripsinya.
Selain lagu Sandaran Hati, lagu-lagu Letto lainnya memang dianggap sangat luas
maknanya. Kamu bisa menganggapnya untuk ditujukan untuk seorang pacar,
sahabat, keluarga, bahkan untuk Tuhan sekali pun.
SURABAYA – Kondisi bangsa Indonesia yang carut marut. Saling kepercayaan
yang terus menipis antar kelompok, menurut Sabrang Noe “Letto”, seorang
cendekiawan muda asal Yogyakarta, menjadikan banyak orang banyak pihak
ingin menyembuhkan.
Persoalannya, hampir 99,9 persen orang sibuk menambal kapal, namun tidak ada
seorangpun yang berpikir untuk membuat kapal baru. Gagasan baru dan
pembenahan total atas kerusakan itu.
Dengan bahasanya yang khas Sabrang yang dulu dikenal sebagai penyanyi band
Letto, dan kini aktif berceramah dan dialog di kampus-kampus dan cendekiawan
muda muslim ini, juga mulai membuka dialog dengan
jamaah Bangbangwetan dengan menegaskan bahwa efek adanya teknologi, adalah
terpotongnya proses, semua serba cepat dan akhirnya tidak dapat menyediakan
waktu untuk mengendap.
“Dengan adanya rentang antara pengetahuan dan kesadaran, jika kita mempunyai
teori harus dibuktikan menjadi hipotesis, supaya bisa menjadikannya menjadi
sebuah kesadaran. Jika kita tidak menyetujui hipotesis orang lain maka kita harus
membuat hipotesis baru kemudian melaksanakanya dan mempertahankannya,”
tambah Sabrang, lulusan kampus Kanada ini.
Oleh sebab itu maka dalam ilmu sejarah ada teori “sejarah ditulis oleh para
pemenang.” Para pemenang itu adalah mereka yang berkuasa. Tapi ketika pihak
yang berkuasa adalah musuh dari penguasa lama yang berhasil dikalahkannya
maka si penguasa baru akan memerintahkan ditulis sejarah sesuai selera penguasa
yang baru itu. Artinya, sejarah terkadang ditulis dengan hajat-hajat politik.
Bahkan mungkin pula para ilmuwan juga mempunyai hajat primordial dalam
menulis sejarah.DD