Anda di halaman 1dari 25

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)

TATA RIAS PENGANTIN


LEVEL III

berbasis

DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2019

0|Page
DAFTAR ISI

Daftar Isi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penyusunan SKL
C. Uraian Program
D. Pengertian

II. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI


A. Profil Lulusan
B. Jabatan Kerja
C. Capaian Pembelajaran
D. Standar Kompetensi Lulusan
E. Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)

III. Penutup

i|Page
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai keunggulan untuk mampu berkembang


menjadi negara maju. Keanekaragaman sumberdaya alam, flora dan
fauna, kultur, penduduk serta letak geografis yang unik merupakan
modal dasar yang kuat untuk melakukan pengembangan di berbagai
sektor kehidupan yang pada saatnya dapat menciptakan daya saing
yang unggul di dunia internasional. Dalam berbagai hal, kemampuan
bersaing dalam sektor sumber daya manusia tidak hanya
membutuhkan keunggulan dalam hal mutu akan tetapi juga
memerlukan upaya-upaya pengenalan, pengakuan, serta penyetaraan
kualifikasi pada bidang-bidang keilmuan dan keahlian yang relevan baik
secara bilateral, regional maupun internasional.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) secara khusus


dikembangkan untuk menjadi suatu rujukan nasional bagi upaya-
upaya meningkatkan mutu dan daya saing bangsa Indonesia di sektor
sumberdaya manusia. Pencapaian setiap tingkat kualifikasi sumber
daya manusia Indonesia berhubungan langsung dengan tingkat capaian
pembelajaran baik yang dihasilkan melalui sistem pendidikan maupun
sistem pelatihan kerja yang dikembangkan dan diberlakukan secara
nasional. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu dan daya saing
bangsa akan sekaligus pula memperkuat jati diri bangsa Indonesia.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan salah satu


langkah untuk mewujudkan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam
sektor sumber daya manusia yang dikaitkan dengan program
pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan secara nasional. Setiap
tingkat kualifikasi yang dicakup dalam KKNI memiliki makna dan
kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan
pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya dan kontribusi yang
bermutu dibidang kerjaannya masing-masing.

Kebutuhan Indonesia untuk segera memiliki KKNI sudah sangat


mendesak mengingat tantangan dan persaingan global pasar tenaga
kerja nasional maupun internasional yang semakin terbuka. Pergerakan
tenaga kerja dari dan ke Indonesia tidak lagi dapat dibendung dengan
peraturan atau regulasi yang bersifat protektif. Ratifikasi yang telah
dilakukan Indonesia untuk berbagai konvensi regional maupun
internasional, secara nyata menempatkan Indonesia sebagai sebuah
negara yang semakin terbuka dan mudah tersusupi oleh kekuatan asing
melalui berbagai sektor termasuk sektor perekonomian, pendidikan,
sektor ketenagakerjaan dan lain-lain. Oleh karena itu, persaingan global
tidak lagi terjadi pada ranah internasional akan tetapi sudah nyata
berada pada ranah nasional.

1|Page
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi tantangan
globalisasi pada sektor ketenagakerjaan adalah meningkatkan
ketahanan sistem pendidikan dan pelatihan secara nasional dengan
berbagai cara antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan,


2. Mengembangkan sistem kesetaraan kualifikasi antara capaian
pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan,
pengalaman kerja maupun pengalaman mandiri dengan kriteria
kompetensi yang dipersyaratkan oleh suatu jenis bidang dan tingkat
pekerjaan,
3. Meningkatkan kerjasama dan pengakuan timbal balik yang saling
menguntungkan antara institusi penghasil dengan pengguna tenaga
kerja,
4. Meningkatkan pengakuan dan kesetaraan kualifikasi
ketenagakerjaan Indonesia dengan negara-negara lain di dunia baik
terhadap capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh institusi
pendidikan dan pelatihan maupun terhadap kriteria kompetensi
yang dipersyaratkan untuk suatu bidang dan tingkat pekerjaan
tertentu.

Secara mendasar langkah-langkah pengembangan tersebut mencakup


permasalahan yang bersifat multi aspek dan keberhasilannya sangat
tergantung dari sinergi dan peran proaktif dari berbagai pihak yang
terkait dengan peningkatan mutu sumber daya manusia nasional
termasuk Kemendibud, Kemennakertrans, asosiasi profesi, asosiasi
industri, institusi pendidikan dan pelatihan serta masyarakat luas.

Secara umum, kondisi awal yang dibutuhkan untuk dapat


melaksanakan suatu program penyetaraan kualifikasi ketenagakerjaan
tersebut nampak belum cukup kondusif dalam beberapa hal seperti
misalnya belum meratanya kesadaran mutu dikalangan institusi
penghasil tenaga kerja, belum tumbuhnya kesadaran tentang
pentingnya kesetaraan kualifikasi antara capaian pembelajaran
(learning ourcomes) yang dihasilkan oleh penghasil tenaga kerja dengan
deskripsi keilmuan, keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan di
bidang kerja atau profesi termasuk terbatasnya pemahaman mengenai
dinamika tantangan sektor tenaga kerja di tingkat dunia. Oleh karena
itu upaya-upaya untuk mencapai keselarasan mutu dan penjenjangan
kualifikasi antara lulusan dari institusi pendidikan formal dan non
formal atas dengan deskripsi kompetensi kerja yang diharapkan oleh
pengguna lulusan perlu diwujudkan dengan segera.

Di jalur pendidikan non formal, pada tahun 2012 tercatat sekitar


17.000 lembaga kursus yang menyelenggarakan pendidikan dalam
bentuk beragam jenis kursus (sumber: nilek.online) di bawah
pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Maka, salah satu
infrastruktur yang penting dalam mencapai keselarasan mutu dan
penjenjangan kualifikasi antara lulusan dari institusi penyelenggara

2|Page
kursus dengan deskripsi kompetensi kerja yang diharapkan oleh
pengguna lulusan adalah dokumen Standar Kompetensi Lulusan
disingkat SKL, sebagaimana dinyatakan pada PP No.32 tahun 2013
tentang Perubahan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Permendiknas No. 47 tahun 2010 tentang SKL Kursus.

Terkait dengan kepentingan yang strategis dan telah kuat aspek


hukumnya, SKL disusun sebagai pelaksanaan amanah PP No. 32 tahun
2013 tentang Perubahan tentang Standar Nasional Pendidikan dalam
dan Permendiknas No. 47 tahun 2010 tentang SKL Kursus. Pada tahun
2009, dokumen SKL untuk 16 bidang telah selesai disusun dan
ditetapkan oleh Mendiknas tahun 2010. Selanjutnya SKL 10 bidang
kursus telah berhasil disusun tahun 2010 dan ditetapkan tahun 2011.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, maka SKL yang telah disusun
tersebut perlu dikaji keselarasannya dengan kualifikasi pada KKNI.
Revisi SKL ini juga sekaligus dimaksudkan untuk mengakomodasi
perubahan kebutuhan kompetensi kerja dari pengguna lulusan di dunia
kerja dan dunia industri.

Isu tentang pentingnya SKL TRP


Dengan meningkatnya jumlah penduduk tentu dengan jumlah orang
yang melaksanakan pernikahan juga akan bertambah, namun yang ada
dimasyarakat saat ini, lebih banyak dikenal Tata Rias Pengantin
modifikasi yang tidak menggambarkan riasan pengantin tradisional
yang dibakukan. Sehingga perlu dselenggarakan melalui kursus dan
pelatihan Tata Rias Pengantin tradisional yang telah dibakukan dalam
rangka melestarikan adat istiadat yang ada di Indonesia.
Sampai saat ini HARPI MELATI sebagai organisasi mitra di bidang
TataRias Pengantin telah melakukan pembakuan Tata Rias Pengantin
tradisional sebanyak 127 gaya pengantin. Gaya Pengantin tersebut
perlu disosialisakan kepada masyarakat.

B. Tujuan Penyusunan SKL

SKL disusun untuk digunakan sebagai pedoman penilaian dalam


penentuan kelulusan peserta didik pada lembaga kursus dan pelatihan
serta bagi yang belajar mandiri dan sebagai acuan dalam menyusun,
merevisi, atau memutakhirkan kurikulum, baik pada aspek
perencanaan maupun implementasinya.

3|Page
C. Uraian Program

1. NAMA PROGRAM
Kursus dan Pelatihan Tata Rias Pengantin Tradisional Level III KKNI

2. TUJUAN
a. Melestarikan Tata Rias Pengantin tradisional kepada masyarakat
Luas.
b. Peserta didik kursus dan pelatihan Tata Rias Pengantin tradisional
Memiliki kompetensi tata rias pengantin tradisional yg sudah
dibakukan.
c. Memberikan peluang kepada masyarakat untuk menambah
penghasilan.

3. MANFAAT
a. Peserta Didik atau Lulusan dapat berwira usaha mandiri
b. Lembaga Penyelenggara Kursus dan Pelatihan memberikan
peluang kepada SDM dalam mencerdaskan & mengurangi
pengangguran
c. DUDI : memberikan peluang/pekerjaan kepada lulusan LKP

4. KUALIFIKASI PESERTA
Yang bisa mengikuti kursus dan pelatihan Tata Rias Pengantin
Tradisonal memiliki kriteria sebagai berikut :
- WNI/WNA
- Usia minimal 17 tahun
- Pendidikan minimal SLTA sedrajat

5. UJI KOMPETENSI
Uji Kompetensi perlu diikuti peserta didik untuk mendapat
pengakuan secara nasional dan internasional di bidang Tata Rias
Pengantin Tradisional level III. Uji Kompetensi diadakan oleh Lembaga
Sertifikasi Kompetensi Tata Rias Pengantin dan dilaksanakan di
Tempat Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin.

Peserta didik yang dinilai kompeten akan diberikan sertifikat


kompetensi dimana blanko sertifikat dikeluarkan oleh Kemendikbud
dan diisi oleh LSK Tata Rias Pengantin.

D. PENGERTIAN
(SKL) Adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi
pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi
pengalaman kerja.
1. Pengetahuan adalah penguasaan dan pemahaman tentang konsep,
fakta, informasi, teori dan metodologi pada bidang keilmuan,
keahlian dan pekerjaan tertentu oleh seseorang.

4|Page
2. Sikap adalah kecenderungan psikologis, sebagai hasil dari
penghayatan seseorang terhadap nilai dan norma, kehidupan yang
tumbuh dari proses pendidikan, pengalaman kerja, serta lingkungan
keluarga dan masyarakat.
3. Keterampilan adalah kemampuan psikomotorik dan kemampuan
menggunakan metode, bahan, dan instrumen, yang diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja.
4. Kompetensi adalah akumulasi kemampuan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, secara mandiri bertanggung jawab
dan terukur melalui suatu asesmen yang baik.
5. Pengalaman kerja adalah akumulasi dan internalisasi kemampuan
dalam melakukan pekerjaan di bidang tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu.

6. Deskripsi umum KKNI adalah deskripsi menyatakan karakter,


kepribadian, sikap dalam berkarya, etika, moral dari setiap manusia
Indonesia pada setiap jenjang kualifikasi sebagaimana dinyatakan
pada lampiran Peraturan Presiden no.8 tahun 2012.
7. Deskripsi kualifikasi KKNI adalah deskripsi yang menyatakan ilmu
pengetahuan, pengetahuan praktis, pengetahuan, afeksi dan
kompetensi yang dicapai seseorang sesuai dengan jenjang kualifikasi
1 sampai 9 sebagaimana dinyatakan pada lampiran Peraturan
Presiden no.8 tahun 2012.
8. Deskripsi capaian pembelajaran khusus adalah deskripsi capaian
minimum dari setiap program kursus yang mencakup deskripsi
umum dan selaras dengan Deskripsi Kualifikasi KKNI.
9. Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI adalah kemampuan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan dan
diturunkan dari capaian pembelajaran khusus pada level KKNI yang
sesuai. Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI dinyatakan
oleh tiga parameter yaitu:
1. Kompetensi : (lihat pengertian di atas)
2. Unit Kompetensi : pernyataan kompetensi yang lebih rinci
3. Indikator kelulusan : unsur yang menjadi tolok ukur keberhasilan
yang menyatakan seseorang kompeten atau
tidak

10. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara penyampaian
dan penilaiannya sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan
pembelajaran untuk menghasilkan lulusan dengan capaian
pembelajaran khusus.
11. Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) adalah pengakuan
formal atas capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh dari
pengalaman kerja, pendidikan non formal, atau pendidikan informal
dan pendidikan formal.

5|Page
12. TRP Paes adalah TRP yang memakai riasan pada dahi, sesuai
dengan adat masing-masing daerah.
13. TRP non paes TRP yang tidak memakai riasan pada dahi.

II. STANDART KOMPETENSI LULUSAN BERBASIS KKNI

A. Profil Lulusan
Lulusan Tata Rias Pengantin Traditional Level III KKNI mampu
melaksanakan serangkaian tugas spesifik, penguasaan konsep umum,
pengetahuan dan keterampilan operasional lengkap, serta memiliki hak
dan tanggung jawab dalam merias pengantin pria dan wanita sesuai
dengan adat pengantin yang dimiliki.

B. Jabatan Kerja
Jabatan kerja yang dapat ditempati dan dilakukan oleh lulusan kursus dan
pelatihan Tata Rias Pengantin Tradisional ini adalah sebagai perias pengantin
tradisional setara dengan Level III dalam Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI).

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN
BIDANG TATA RIAS PENGANTIN TRADISIONAL
SESUAI KKNI LEVEL III
Sikap dan Tata Nilai Membangun dan membentuk karakter dan
kepribadian manusia Indonesia yang:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam
menyelesaikan tugasnya;
3. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta
tanah air serta mendukung perdamaian dunia;
4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan
lingkungannya;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,
kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan original
orang lain;
6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki
semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa
serta masyarakat luas.
Kemampuan kerja Mampu melaksanakan serangkaian tugas riasan
pengantin tradisional dengan menggunakan alat,
bahan dan perlengkapan yang menghasilkan
riasan pengantin pria dan wanita sesuai adat
istiadat pengantin yang dipilih, meliputi :
1. Membuat perlengkapan riasan pengantin,
2. Memakaikan busana pengantin pria dan
wanita beserta aksesori,
3. Merias wajah pengantin pria dan wanita
4. Membuat sanggul pengantin wanita
beserta aksesori.
5. Menetapkan biaya rias pengantin
Pengetahuan yang Menguasai konsep umum, pengetahuan dan

6|Page
dikuasai keterampilan operasional lengkap untuk dapat
melakukan rias pengantin tradisional Solo
Putri, meliputi :
1. Membuat perlengkapan riasan pengantin
2. Merias wajah pengantin pria dan wanita
3. Memakaikan busana pengantin pria dan
wanita
4. Membuat sanggul pengantin wanita
5. Teknik komunikasi efektif terhadap
pelanggan dan rekan kerja
6. Keamanan dan keselamatan lingkungan
kerja
7. Menyusun perencanaan biaya rias
pengantin
Hak dan tanggung Mampu bekerja sama dan melakukan
jawab pada bidang komunikasi dalam lingkup merias pengantin
kerjanya tradisional serta bertanggung jawab pada
pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung
jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang
lain.

D. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

SIKAP DAN TATA NILAI

1. Mengaktualisasi 1.1. Bertakwa kepada Jujur dalam melaksanakan


karakter dan Tuhan Yang Maha tugas sesuai dengan peraturan
kepribadian Esa. yang ditetapkan
manusia
1.2. Memiliki moral, Memiliki moral, etika dan
Indonesia.
etika dan kepribadian yang baik di dalam
kepribadian yang menyelesaikan tugas
baik di dalam
menyelesaikan
tugasnya.
1.3. Berperan sebagai
warga negara
yang bangga dan
cinta tanah air
serta mendukung
perdamaian
dunia.
1.4. Bekerja sama dan
memiliki
kepekaan yang
tinggi terhadap
masyarakat dan

7|Page
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

lingkungannya.
1.5. Menghargai
keanekaragaman
budaya,
pandangan,
kepercayaan, dan
agama serta
pendapat/temuan
original orang
lain.
1.6. Menjunjung tinggi
penegakan
hukum serta
memiliki
semangat untuk
mendahulukan
kepentingan
bangsa serta
masyarakat luas.
KEMAMPUAN DIBIDANG KERJA

2. Membuat 1.1. Menyiapkan alat 1.1.1. Ketepatan memilih alat


perlengkapan dan bahan untuk membuat
riasan pengantin perlengkapan perlengkapan riasan
riasan pengantin pengantin Solo Putri
Solo Putri 1.1.2. Ketepatan memilih
bahan untuk membuat
perlengkapan riasan
pengantin Solo Putri
1.1.3. Kelengkapan memilih
alat untuk membuat
perlengkapan riasan
pengantin Solo Putri
1.1.4. Kelengkapan memilih
bahan untuk membuat
perlengkapan riasan
pengantin Solo Putri
2.2. Menata alat dan 2.2.1. Ketepatan menata alat
bahan perlengkapan riasan
perlengkapan pengantin Solo Putri
riasan pengantin 2.2.2. Ketepatan menata
Solo Putri bahan perlengkapan
riasan pengantin Solo
Putri
2.3. Membuat 2.3.1. Ketepatan membuat
perlengkapan jenis perlengkapan
riasan pengantin riasan pengantin Solo
Solo Putri Putri

8|Page
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

2.3.2. Ketepatan membuat


bentuk perlengkapan
riasan pengantin Solo
Putri
2.3.3. Ketepatan urutan
membuat perlengkapan
riasan pengantin sesuai
pakem adat yang telah
dibakukan
2.3.4. Ketepatan cara
membuat perlengkapan
riasan pengantin sesuai
metode
2.4. Menata hasil 2.4.1. Ketepatan memilih
perlengkapan wadah untuk menata
riasan pengantin hasil perlengkapan
Solo Putri riasan pengantin sesuai
jenis perlengkapan
2.4.2. Ketepatan menata hasil
perlengkapan riasan
pengantin di dalam
wadah Solo Putri
2.4.3. Kerapian menata hasil
perlengkapan riasan
pengantin Solo Putri
3. Memakaikan 3.1. Menyiapkan 3.1.1. Ketepatan memilih
busana busana dan busana pengantin
pengantin pria aksesori pengantin wanita Solo Putri
dan wanita wanita Solo Putri 3.1.2. Ketepatan memilih
beserta aksesori aksesori pengantin
wanita Solo Putri
3.1.3. Ketepatan menyiapkan
jenis busana pengantin
wanita sesuai bentuk
tubuh

3.2. Menata busana dan 3.2.1. Ketepatan menata


aksesori pengantin busana pengantin
wanita Solo Putri wanita Solo Putri
3.2.2. Ketepatan menata
aksesori pengantin
wanita Solo Putri
3.2.3. Ketepatan menata jenis
busana pengantin
wanita Solo Putri
3.3.Memakaikan 3.3.1. Ketepatan memakaian
busana pengantin busana pengantin
wanita Solo Putri wanita Solo Putri

9|Page
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

3.3.2. Ketepatan memakaian


asesoris Solo Putri
3.4. Menyiapkan 3.4.1. Ketepatan memilih
busana dan busana pengantin pria
aksesori pengantin Solo Putri
pria Solo Putri 3.4.2. Ketepatan memilih
aksesori pengantin pria
Solo Putri
3.4.3. Ketepatan menyiapkan
jenis busana pengantin
pria sesuai bentuk
tubuh
3.5. Menata busana dan 3.5.1. Ketepatan menata
aksesori pengantin busana pengantin pria
pria Solo Putri Solo Putri
3.5.2. Ketepatan menata
aksesori pengantin pria
Solo Putri
3.5.3. Ketepatan menata jenis
busana pengantin pria
sesuai bentuk tubuh

3.6. Memakaikan 3.6.1. Ketepatan memakaikan


busana pengantin busana pengantin pria
pria Solo putri solo putri
3.6.2. Ketepatan memakaikan
aksesoris pengantin
pria solo putri.

4. Merias wajah 4.1. Mempersiapkan 4.1.1. Ketepatan dalam


pengantin pria wajah pengantin mengidentifikasi wajah
dan wanita wanita Solo Putri pengantin wanita sesuai
bentuk wajah
4.1.2. Ketepatan dalam
mendiagnosa wajah
pengantin wanita sesuai
jenis kulit

4.2. Menyiapkan alat 4.2.1. Ketepatan memilih alat


dan bahan rias rias wajah pengantin
wajah pengantin wanita Solo Putri
wanita Solo Putri 4.2.2. Ketepatan memilih
bahan rias wajah
pengantin wanita sesuai
jenis kulit
4.3. Menata alat dan 4.3.1. Ketepatan menata alat
bahan rias wajah rias wajah pengantin
pengantin wanita wanita Solo Putri

10 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI
Solo Putri 4.3.2. Ketepatan menata
bahan rias wajah
pengantin wanita Solo
Putri
4.4.1. Ketepatan dalam
4.4. Melakukan rias
membersihkan wajah
wajah calon
pengantin wanita sesuai
pengantin wanita
jenis kulit
Solo Putri
4.4.2. Ketepatan
mengaplikasikan
penyegar sesuai jenis
kulit
4.4.3. Ketepatan
mengaplikasikan
pelembab sesuai jenis
kulit
4.4.4. Ketepatan
mengaplikasikan alas
bedak Solo Putri
4.4.5. Ketepatan
mengaplikasikan bedak
tabur Solo Putri
4.4.6. Ketepatan
mengaplikasikan bedak
padat Solo Putri
4.4.7. Ketepatan membuat
alis pengantin wanita
sesuai bentuk wajah
4.4.8. Ketepatan memasang
selotip mata (scoth tape)
sesuai bentuk kelopak
mata
4.4.9. Ketepatan
mengaplikasikan dasar
perona mata Solo Putri
4.4.10. Ketepatan membaur
perona mata sesuai
bentuk mata
4.4.11. Ketepatan memasang
bulu mata palsu sesuai
bentuk mata
4.4.12. Ketepatan
mengaplikasikan
penebal bulu mata
(mascara) sesuai jenis
mata
4.4.13. Ketepatan
menyempurnakan
riasan mata pengantin
wanita sesuai bentuk
mata

11 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI
4.4.14. Ketepatan
mengaplikasikan
pemerah pipi sesuai
bentuk wajah
4.4.15. Ketepatan membentuk
garis bibir (cupido)
sesuai bentuk bibir
4.4.16. Ketepatan
mengaplikasikan
pemerah bibir (cupido)
sesuai bentuk bibir
4.4.17. Ketepatan membuat ciri
khas rias wajah
pengantin wanita Solo
Putri
4.4.18. Ketepatan memberikan
sentuhan akhir rias
wajah pengantin wanita
Solo Putri
4.5.1. Ketepatan merapikan
4.5. Merapikan alat dan
kembali alat rias wajah
bahan rias wajah
pengantin wanita sesuai
pengantin wanita
tempatnya
Solo Putri
4.5.2. Ketepatan merapikan
kembali bahan rias
wajah pengantin wanita
sesuai tempatnya
4.5.3. Ketepatan mengemas
kembali alat rias wajah
pengantin wanita sesuai
wadah
4.5.4. Ketepatan mengemas
kembali bahan rias
wajah pengantin wanita
sesuai wadah
4.6. Mempersiapkan 4.6.1. Ketepatan dalam
wajah pengantin mengidentifikasi wajah
pria Solo Putri pengantin pria sesuai
bentuk wajah
4.6.2. Ketepatan dalam
mendiagnosa wajah
pengantin pria sesuai
jenis kulit
4.7. Menyiapkan alat 4.7.1. Ketepatan memilih alat
dan bahan rias rias wajah pengantin
wajah pengantin pria Solo Putri
pria Solo Putri 4.7.2. Ketepatan memilih
bahan rias wajah
pengantin pria sesuai
jenis kulit

12 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

4.8. Menata alat dan 4.8.1. Ketepatan menata alat


bahan rias wajah rias wajah pengantin
pengantin pria Solo pria Solo Putri
Putri 4.8.2. Ketepatan menata
bahan rias wajah
pengantin pria Solo
Putri

4.9. Melakukan rias 4.9.1. Ketepatan dalam


wajah calon membersihkan wajah
pengantin pria Solo pengantin pria sesuai
Putri jenis kulit
4.9.2. Ketepatan
mengaplikasikan
penyegar sesuai jenis
kulit
4.9.3. Ketepatan
mengaplikasikan
pelembab sesuai jenis
kulit
4.9.4. Ketepatan
mengaplikasikan bedak
padat Solo Putri
4.9.5. Ketepatan memberikan
sentuhan akhir rias
wajah pengantin pria
Solo Putri
4.10. Merapikan alat 4.10.1. Ketepatan merapikan
dan bahan rias kembali alat rias wajah
wajah pengantin pengantin pria sesuai
pria Solo Putri tempatnya
4.10.2. Ketepatan merapikan
kembali bahan rias
wajah pengantin pria
sesuai tempatnya
4.10.3. Ketepatan mengemas
kembali alat rias wajah
pengantin pria sesuai
wadah
4.10.4. Ketepatan mengemas
kembali bahan rias
wajah pengantin pria
sesuai wadah

5. Membuat 5.1. Menyiapkan alat, 5.1.1. Ketepatan memilih alat


sanggul bahan dan aksesori membuat sanggul Solo
pengantin untuk membuat Putri
wanita beserta sanggul Solo Putri 5.1.2. Ketepatan memilih
bahan membuat sanggul
aksesori

13 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

Solo Putri
5.1.3. Ketepatan memilih
aksesori membuat
sanggul Solo Putri
5.1.4. Kelengkapan
menyiapkan alat
membuat sanggul Solo
Putri
5.1.5. Kelengkapan
menyiapkan bahan
membuat sanggul Solo
Putri
5.1.6. Kelengkapan
menyiapkan aksesori
membuat sanggul Solo
Putri
5.2. Menata alat, bahan 5.2.1. Ketepatan menata alat
dan aksesori untuk membuat sanggul Solo
membuat sanggul Putri
Solo Putri 5.2.2. Ketepatan menata bahan
membuat sanggul Solo
Putri
5.2.3. Ketepatan menata
aksesori membuat
sanggul Solo Putri

5.3. Membuat sanggul 5.3.1. Ketepatan menyisir


pengantin wanita sesuai kondisi rambut
5.3.2. Ketepatan membagi
rambut sesuai model
sanggul
5.3.3. Ketepatan
menentukan ciri khas
sanggul pengantin
wanita Solo Putri
5.3.4. Ketepatan membuat
ciri khas sanggul
pengantin wanita Solo
Putri
5.3.5. Ketepatan menyasak
bagian rambut Solo
Putri
5.3.6. Ketepatan
membentuk sanggul
Solo Putri
5.3.7. Ketepatan melakukan
sentuhan akhir Solo
Putri

14 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

5.4. Memasang roncean 5.4.1. Ketepatan memasang


bunga, sanggul bunga segar/ roncean
pengantin wanita Solo Putri
Solo Putri 5.4.2. Kerapian memasang
bunga segar/ roncean
Solo Putri

5.5. Memasang aksesori 5.5.1. Ketepatan menata


sanggul pengantin aksesori sanggul Solo
wanita Solo Putri Putri
5.5.2. Kerapian memasang
aksesori sanggul Solo
Putri
5.5.3. Keserasian memasang
aksesori sanggul Solo
Putri

5.6. Mengemas alat, 5.6.1. Ketepatan mengemas


bahan dan aksesori alat membuat sanggul
sanggul pengantin pengantin wanita
wanita Solo Putri sesuai wadah yang
disiapkan
5.6.2. Ketepatan mengemas
bahan membuat
sanggul pengantin
wanita sesuai wadah
yang disiapkan
5.6.3. Ketepatan mengemas
aksesoris sanggul
pengantin wanita
sesuai wadah yang
disiapkan

6. Menetapkan 6.1. Menentukan 6.1.1. Ketepatan


biaya rias macam-macam mengidentifikasi
pengantin kebutuhan kebutuhan pengantin
pengantin Solo Solo Putri
Putri 6.1.2. Ketepatan menentukan
kebutuhan pengantin
Solo Putri
6.1.3. Ketepatan menetapkan
kebutuhan pengantin
Solo Putri

6.2. Menghitung biaya 6.2.1. Ketepatan merinci biaya


merias Solo Putri merias Solo Putri
6.2.2. Ketepatan menghitung
biaya merias Solo Putri

15 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

6.3. Menentukan biaya 6.3.1. Ketepatan menentukan


setiap pekerjaan biaya Solo Putri
Solo Putri 6.3.2. Ketepatan menetapkan
pekerjaan sesuai
kebutuhan

PENGETAHUAN YANG DIKUASAI


7.1.1. Ketepatan menyebutkan
7. Membuat 7.1. Konsep umum ciri
ciri khas perlengkapan
perlengkapan khas perlengkapan
rias pengantin Solo Putri
riasan pengantin riasan pengantin
Ketepatan menjelaskan
Solo Putri
jenis perlengkapan
riasan pengantin pria
dan wanita Solo Putri
7.2.1. Ketepatan
7.2. Pengetahuan
mengidentifikasi jenis
perlengkapan
perlengkapan riasan
riasan pengantin
pengantin Solo Putri
Solo Putri
7.2.2. Ketepatan menyebutkan
bentuk perlengkapan
riasan pengantin Solo
Putri
7.2.3. Ketepatan menjelaskan
ukuran perlengkapan
riasan pengantin Solo
Putri
7.3. Prosedur membuat 7.3.1. Ketepatan menjelaskan
perlengkapan urutan pekerjaan setiap
riasan pengantin jenis perlengkapan Solo
Solo Putri Putri
8. Memakaikan 8.1. Konsep umum 8.1.1. Ketepatan menyebutkan
busana memakaikan ciri khas busana
pengantin pria busana pengantin pengantin wanita Solo
dan wanita wanita Solo Putri Putri
8.2. Pengetahuan 8.2.1. Ketepatan menyebutkan
memakaikan busana pengantin wanita
busana pengantin Solo Putri
wanita Solo Putri 8.2.2. Ketepatan menyebutkan
alat yang diperlukan
dalam memakaikab
busana pengantin wanita
Solo Putri
8.2.3. Ketepatan menyebutkan
aksesori pengantin
wanita Solo Putri
8.3. Prosedur 8.3.1. Ketepatan menguraikan
memakaikan cara memakaikan

16 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

busana pengantin busana pengantin wanita


wanita Solo Putri Solo Putri
8.3.2. Ketepatan menjelaskan
teknik memakaikan
busana pengantin wanita
Solo Putri
8.4. Konsep umum 8.4.1. Ketepatan menyebutkan
memakaikan ciri khas busana
busana pengantin pengantin pria Solo Putri
pria Solo Putri
8.5. Pengetahuan 8.5.1. Ketepatan menyebutkan
memakaikan busana Solo Putri
busana pengantin 8.5.2. Ketepatan menyebutkan
pria Solo Putri alat yang diperlukan
dalam memakaikan
busana pengantin pria
Solo Putri
8.5.3. Ketepatan menyebutkan
aksesori pengantin pria
Solo Putri
8.6. Prosedur 8.6.1. Ketepatan menguraikan
memakaikan cara memakaikan
busana pengantin busana pengantin pria
pria Solo Putri Solo Putri
8.6.2. Ketepatan menjelaskan
teknik memakaikan
busana pengantin pria
Solo Putri

9. Merias wajah 9.1. Konsep umum 9.1.1. Ketepatan menjelaskan


pengantin merias wajah ciri khas dalam rias
pria dan pengantin wanita wajah pengantin wanita
wanita Solo Putri Solo Putri

9.2. Pengetahuan 9.2.1. Ketepatan menjelaskan


merias wajah alat yang digunakan
pengantin wanita untuk merias wajah
Solo Putri pengantin wanita Solo
Putri
9.2.2. Ketepatan menjelaskan
bahan untuk merias
wajah pengantin wanita
Solo Putri
9.2.3. Ketepatan menjelaskan
kosmetik yang
digunakan untuk merias
wajah pengantin wanita
sesuai jenis kulit

17 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

9.3. Prosedur merias 9.3.1. Ketepatan menjelaskan


wajah pengantin diagnose sebelum merias
wanita sesuai pengantin wanita sesuai
jenis kulit
9.3.2. Ketepatan menjelaskan
teknik koreksi dalam
merias pengantin wanita
sesuai bentuk wajah
9.3.3. Ketepatan menjelaskan
urutan merias wajah
pengantin wanita Solo
Putri
9.3.4. Ketepatan menjelaskan
cara merias wajah
pengantin wanita Solo
Putri
9.4. Konsep umum 9.4.1. Ketepatan menjelaskan
merias wajah ciri khas dalam rias
pengantin pria Solo wajah pengantin pria
Putri Solo Putri
9.5. Pengetahuan 9.5.1. Ketepatan menjelaskan
merias wajah alat yang digunakan
pengantin wanita untuk merias wajah
Solo Putri pengantin pria Solo Putri
9.5.2. Ketepatan menjelaskan
bahan untuk merias
wajah pengantin pria
Solo Putri
9.5.3. Ketepatan menjelaskan
kosmetik yang
digunakan untuk merias
wajah pengantin pria
sesuai jenis kulit
9.6. Prosedur merias 9.6.1. Ketepatan menjelaskan
wajah pengantin diagnose sebelum merias
pria Solo Putri pengantin pria sesuai
jenis kulit
9.6.2. Ketepatan menjelaskan
teknik koreksi dalam
merias pengantin pria
sesuai bentuk wajah
9.6.3. Ketepatan menjelaskan
urutan merias wajah
pengantin pria Solo Putri
9.6.4. Ketepatan menjelaskan
cara merias wajah
pengantin pria Solo Putri
10. Membuat 10.1. Konsep umum 10.1.1. Ketepatan menjelaskan

18 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

sanggul membuat ciri khas membuat


pengantin wanita sanggul sanggul Solo Putri
pengantin wanita
Solo Putri
10.2. Pengetahuan 10.2.1. Ketepatan
membuat menyebutkan alat yang
sanggul dibutuhkan dalam
pengantin wanita membuat sanggul
Solo Putri pengantin wanita Solo
Putri
10.2.2. Ketepatan
menyebutkan bahan
yang dibutuhkan dalam
membuat sanggul
pengantin wanita Solo
Putri
10.2.3. Ketepatan
menyebutkan kosmetik
yang diperlukan dalam
membuat sanggul
pengantin wanita Solo
Putri
10.2.4. Ketepatan
menyebutkan aksesori
sanggul pengantin
wanita Solo Putri
10.2.5. Ketepatan
memyebutkan bunga/
roncean sanggul
pengantin wanita Solo
Putri
10.2.6. Ketepatan menjelaskan
bentuk sanggul
pengantin wanita Solo
Putri
10.3. Prosedur 10.3.1. Ketepatan menguraikan
membuat urutan kerja membuat
sanggul sanggul pengantin
pengantin wanita wanita Solo Putri
Solo Putri 10.3.2. Ketepatan menjelaskan
teknik membuat
sanggul pengantin
wanita Solo Putri
11. Teknik 11.1. Pengetahuan 11.1.1. Ketepatan menjelaskan
komunikasi teknik teknik komunikasi yang
efektif terhadap komunikasi efektif terhadap
pelanggan dan efektif terhadap pelanggan Solo Putri
rekan kerja pelanggan Solo 11.1.2. Ketepatan dalam
Putri menjelaskan prinsip

19 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

teknik komunikasi
efektif terhadap
pelanggan Solo Putri
11.2. Prosedur teknik 11.2.1. Ketepatan menjelaskan
komunikasi metode/ cara
efektif terhadap komunikasi efektif
pelanggan Solo terhadap pelanggan
Putri Solo Putri
11.2.2. Ketepatan menjelaskan
teknik komunikasi
efektif terhadap
pelanggan untuk
menjaga citra baik
seorang perias sesuai
kode etik
11.3. Pengetahuan 11.3.1. Ketepatan menjelaskan
teknik teknik komunikasi yang
komunikasi efektif terhadap rekan
efektif terhadap kerja Solo Putri
rekan kerja Solo 11.3.2. Ketepatan dalam
Putri menjelaskan prinsip
teknik komunikasi
efektif terhadap rekan
kerja Solo Putri
11.4. Prosedur teknik 11.4.1. Ketepatan menjelaskan
komunikasi metode/ cara
efektif terhadap komunikasi efektif
rekan kerja Solo terhadap rekan kerja
Putri Solo Putri
11.4.2. Ketepatan menjelaskan
teknik komunikasi
efektif terhadap rekan
kerja untuk menjaga
citra baik seorang
perias sesuai kode etik
12. Keamanan dan 12.1. Pengetahuan 12.1.1. Ketepatan menjelaskan
keselamatan keamanan dan prinsip keamanan dan
lingkungan kerja keselamatan keselamatan lingkungan
lingkungan kerja kerja sesuai area kerja
Solo Putri 12.1.2. Ketepatan menjelaskan
pengetahuan
operasional dasar
tentang keamanan dan
keselamatan dalam
melaksanakan tugas
sesuai area kerja
12.1.3. Ketepatan menyebutkan
bagian dalam pekerjaan

20 | P a g e
UNIT ELEMEN
NO INDIKATOR KELULUSAN
KOMPETENSI KOMPETENSI

yang harus dijaga


keamanan dan
keselamatan kerja
sesuai urutan kerja
13. Menyusun 13.1. Pengetahuan 13.1.1. Ketepatan menjelaskan
perencanaan menyusun perencanaan biaya rias
biaya rias perencanaan pengantin Solo Putri
pengantin biaya rias
pengantin Solo
Putri
13.2. Prosedur 13.2.1. Ketepatan
menyusun menguraikan cara
perencanaan menyusun
biaya rias perencanaan biaya rias
pengantin Solo pengantin Solo Putri
Putri
HAK DAN TANGGUNG JAWAB

10 Mampu bekerja 10.1 Bekerja sesuai 10.1.1 Mentaati peraturan


sama dan prosedur yang berlaku;
melakukan operasional 10.1.2 Ketepatan membuat
komunikasi lengkap yang laporan kerja sesuai
dalam lingkup ditetapkan tempat prosedur operasional
merias pengantin bekerja. lengkap yang
tradisional serta ditetapkan tempat
bertanggung bekerja.
jawab pada
pekerjaan sendiri
dan dapat diberi
tanggung jawab
atas kuantitas
dan mutu hasil
kerja orang lain.
10.2 Melakukan 10.2.1 Ketepatan komunikasi
komunikasi dalam dengan ekan klien
lingkup pekerjaan 10.2.2 Ketepatan komunikasi
merias pengantin dengan rekan kerja
tradisional

E. REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU

Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) adalah proses penilaian dan


pengakuan berbasis KKNI, atas capaian pembelajaran seseorang yang
diperoleh selama hidupnya, baik melalui program pendidikan formal,
informal, non-formal maupun secara otodidak.

21 | P a g e
RPL dapat dikembangkan pada sektor pendidikan, sektor ketenagakerjaan
(kenaikan pangkat, jenjang karir) atau pemberian penghargaan dan
pengakuan oleh masyarakat terhadap seseorang yang telah menunjukkan
bukti-bukti unggul dalam keahlian atau kompetensi tertentu.

RPL diharapkan dapat memperluas akses dan kesempatan serta


mempercepat waktu bagi masyarakat luas dalam meningkatkan
kemampuan maupun keahliannya melalui program kursus atu pelatihan.

Pengembangan dan pelaksanaan RPL harus didasari oleh beberapa prinsip,


antara lain :
1. Mengutamakan transparasi dan akuntabilitas. Informasi tentang proses
penyelenggaraan dan persyaratan untuk mengikuti RPL harus dapat
diakses secara luas baik oleh pengguna (indvidu yang membutuhkan)
maupun masyarakat umum.
2. Institusi atau lembaga penyelenggara RPL harus telah terakreditasi oleh
badan akreditasi tingkat nasional, memiliki mandat yang sah dari
institusi atau badan yang relevan dan berwenang untuk hal tersebut.
3. Menunjukkan kesadaran mutu terhadap penyelenggaraan dan implikasi
RPL pada lulusan, khusus nya dan masyarakat luas pada umumnya.
4. Setiap institusi atau lembaga penyelenggara RPL harus melakukan
evaluasi secara berkelanjutan baik secara untuk menjamin pencapaian
mutu lulusan sesuai dengan standar yang di tetapkan
5. Penyelenggara kursus dan pelatihan yang memiliki sifat multi disiplin
perlu mempertimbangkan kemungkinan untuk menyelenggarakan
program RPL.

Terkait dengan kursus ini, maka arah pengembangan spesifik yang akan
dilakukan adalah lulusan dapat mengembangkan karier kerja menjadi
perias pengantin utama yang dapat diikuti pada level berikutnya.
Perkembangan lain dapat dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan
tuntutan dunia usaha tata rias pengantin.

22 | P a g e
III. PENUTUP

Program kursus dan pelatihan telah mulai berkembang sejak lama


diberbagai negara maju, sehingga banyak jenis kursus dan pelatihan yang
dikembangkan di Indonesia mungkin telah pula berkembang dengan baik
dinegara-negara lain. Oleh karena itu arah pengembangan lembaga kursus
dan pelatihan di indonesia pada waktu yang akan datang harus menuju
kearah intenasionalisasi, sedemikian sehingga dapat dicapai kesetaraan
baik capain pembelajaran, standar kompetensi atau mutu lulusan.

Tendensi pergerakan pekerja antar negara akan semakin besar diwaktu


yang akan datang sebagai implikasi dari globalisasi. Oleh karena itu
lembaga kursus dan pelatihan di Indonesia akan menjadi salah satu
penyedia tenaga kerja terampil yang potensial baik untuk Indonesia sendiri
maupun negara-negara lain yang membutuhkan. Hal ini menuntut
perlunya ditumbuhkan kesadaran yang tinggi akan penjaminan mutu
berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal lembaga penyelenggara
maupun secara eksternal melalui badan-badan akreditasi dan sertifikasi.
Keunggulan dalam memenangkan persaingan antara lulusan lembaga
kursus nasional dengan lembaga kursus internasional harus menjadi salah
satu fokus pengembangan dimasa yang akan datang

Sebagai bangsa yang memiliki kekayaan tradisi dan budaya maka berbagai
kursus dan pelatihan yang khas Indonesia sudah berkembang dengan pesat
sampai saat ini, terutama dalam bidang seni, pariwisata, kuliner, dan lain-
lain . Walaupun demikian, masih diperlukan upaya untuk memperoleh
pangakuan yang lebih luas baik ditingkat nasional maupun internasional,
mengembangkan standar kompetensi lulusan yang khas serta
menjadikannya sebagai kekayaan nasional.

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai