Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun oleh:
Kelompok 7
Lutfiana Waluyo Saputri 4101418077
Yulia Dwiyanti 4101418078
Zainagnes Almawardhani 4101418079
Lailatuz Zuhriyah 4101418080
PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas lindungan dan ijin Nya,
Sholawat serta salam semoga tetap pada jungjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengajarkan kita pentingnya mencari ilmu dan akhirnya kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, yang telah di tugaskan oleh dosen mata kuliah Dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika.
Dalam makalah ini yang akan dibahas yaitu tentang Model Pembelajaran Matematika,
makalah ini akan memberikan manfaat bagi kami para mahasiswa dan para pembaca agar
lebih memahami dan mengetahui tantang Model Pembelajaran Matematika.
Dengan di buatnya makalah ini di harapkan kita dapat mengetahui lebih dalam
bagaimana sejatinya seorang pegngajar dengan anak didik berinteraksi dengan baik sehingga
munculnya pembinaan yang tepat, sehingga kita sebagai mahasiswa mengetahui dan
mengerti dan dapat mengambil manfaat makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mohon
kiranya di beri masukan dalam rangka melakukan perbaikan dan menjadi lebih baik di lain
waktu. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi orang banyak dan menambah
wawasan bagi kita semua.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain :
1) Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2) Mengetahui kedudukan Model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.
3) Mengetahui cara memilih model pembelajaran.
4) Mengetahui macam-macam model pembelajaran kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelebihan
Berikut merupakan keuntungan jangka pendek yang bisa didapat
o Bisa meningkatkan hasil belajar siswa, cakupan peningkatan bisa dilihat pada
nilai pada kuis.
o Siswa bisa memotivasi diri dalam belajar, sebab model pembelajaran STAD
bisa menambah percaya diri siswa.
o Salah satu pembelajaran kooperatif ini bisa membuat siswa luwes dalam
bersosial dan meningkatkan hubungan setiap siswa dalam satu kelas.
Sementara untuk keuntungan atau kelebihan jangka panjang yang bisa
diperoleh dalam model STAD adalah:
o Menambah kehalusan perasaan dan supel dalam bersosial.
o Siswa bisa mengerti tentang arti perbedaan dan bisa mengelola perilaku, sikap,
keterampilan, pengetahuan dan pandangan yang berbeda.
o Siswa bisa adaptasi di lingkungan baru dengan mudah.
o Sisi memiliki sistem nilai (moral) yang tinggi tentang sosial dan perbedaan.
o Siswa bisa mengurangi perilaku egois.
o Persahabatan antar siswa akan terlahir dan berlanjut hingga masa depan.
o Social skill siswa akan meningkat dan bisa membina jalinan persahabatan
dengan baik.
o Membuat siswa bisa memiliki rasa percaya terhadap sesama manusia.
o Kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah berkembang
o Mampu menerima pendapat orang lain yang dirasa lebih bagus.
o Siswa memiliki jiwa adil dalam memandang pertemanan dan tidak membeda-
bedakan teman berdasarkan gender, sosial, kemampuan, suku dan agama.
Kekurangan
o Kekurangan ini didasarkan pada pendapat Slavin pada Hartati untuk
pembelajaran kooperatif.
o Jika guru lalai meminta siswa untuk selalu proaktif dan saling bekerja sama
dalam grup ini bisa menyebabkan grup bahkan kelas akan pasif.
o Pastikan bahwa grup memiliki 4 hingga 5 orang karena bila kurang dari 4 maka
akan ada siswa yang bisa terabaikan dan bila lebih dari 5 maka siswa akan ada
yang menganggur.
o Jika ketua grup belum mampu menanggulangi masalah yang timbul dalam grup
secara solutif, maka kerja grup akan tersendat.
Ada pula penjelasan lain dari kekurangan pembelajaran STAD, seperti yang
dinukilkan Soewarso (1998:23) yakni pembelajaran kooperatif bukanlah sebuah
solusi instan yang memungkinkan siswa untuk bisa belajar mandiri dan memecahkan
masalah dalam grup kecil. Namun dalam grup kecil juga bisa menimbulkan
ketergantungan sehingga siswa yang malas akan bergantung pada yang proaktif.
Secara keseluruhan untuk mengatasi kekurangan model pembelajaran STAD,
guru memberikan tugas kelompok yang berbeda untuk setiap individu, misalnya
tugas untuk memahami bagian lain dari sebuat materi sehingga nantinya pada akhir
sesi grup belajar, pertukaran informasi akan terjadi. Dengan cara tersebut siswa akan
terlatih bertanggung jawab tentang tugas yang diemban.
b. Model Jigsaw
Pengertian
Model pembelajaran jigsaw adalah pembelajaran yang memfokuskan siswa
pada grup belajar bersama untuk berkolaborasi menyelesaikan masalah dalam wadah
grup kecil.
Pembelajaran jigsaw dirancang untuk menciptakan rasa tanggung jawab siswa
pada mata pelajaran yang ditugaskannya.
Berdasarkan hasil pengembangan Elliot Aronson menyatakan bahwa Model jigsaw
adalah, dalam aktivitasnya siswa tidak saja memahami dan belajar materi yang
disediakan oleh guru. Namun juga dituntut untuk bisa menjelaskan materi yang
disediakan kepada setiap anggota yang ada di grup belajar.
Kunci dari model pembelajaran jigsaw adalah pada keaktifan siswa dalam
pembelajaran dan pembuatan grup belajar kecil yang terdiri dari 3-5 siswa.
Tujuan dari model jigsaw yang merupakan bagian dari pembelajaran
kooperatif adalah peningkatan dalam keterampilan berbicara, menulis dan membaca.
Agar bisa mengalami peningkatan sesuai dengan tujuan dari model jigsaw,
maka aktivitas yang dilaksanakan juga harus berhubungan dengan berbicara,
menulis dan membaca.
Ini bisa menjadi maklum apabila pembelajaran jigsaw sangat cocok dengan
semua tingkatan kelas dan pas bila diterapkan pada materi IPA, IPS, bahasa, agama
dan matematika.
Kelemahan
Selain itu juga ada kelemahan pada pembelajaran ini yaitu
c. Group Investigation
Pengertian
Dalam metode GI ini, guru membimbing siswa untuk terlibat dalam strategi
dalam konsep yang akan dipelajari. Selanjutnya bahan ajar difungsikan sebagai alat
investigasi. Dalam metode GI, pembelajar akan dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif
dalam komunikasi ketika proses diskusi.
Langkah/Sintak dari metode GI adalah:
Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah
pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai berikut.
1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam
kelompoknya.
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau
salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep
dan memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
i. Think-Pair-Share
Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dikemukaan oleh Frank Lyman
(1995) yang merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam kelompok
kelas secara keseluruhan. Dengan metode ini, dapat memberikan siswa waktu lebih
banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Dalam model pembelajaran tipe TPS ini siswa memulai 3 tahap, yaitu think
atau berfikir secara individu, pair atau mendiskusikan apa yang telah dipikirkan
dengan kelompok, dan share atau berbagi dengan eman. Dengan mengginakan
pendekatan ini, diharapkan siswa dapat aktif selama proses pembelajaran
berlangsung, dapat saling berinteraksi, dan bekerja sama dalam kelompok,
sedangkan guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.
Think-pair-share merupakan salah satu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan prosedur yang digunakan dalam TPS
dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling
membantu.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran tipe think-pair-share, yaitu:
a. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu tentang pelajaran yang terkait
dengan meminta siswa-siswanya untuk menggunakan waktu beberapa menit
untuk memikirkan sendiri mengenai jawaban untuk pertanyaan tersebut.
b. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasang-pasang dan mendiskusikan semua yang
sudah dipikirkan sebelumnya, dengan cara berbagi jawaban atau berbagi ide.
Biasanya guru dapat memberikan waktu lebih dari empat atau lima menit untuk
berpasangan.
c. Sharing (berbagi)
Guru meminta pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang telah mereka
diskusikan bersama pasangannya dengan seluruh siswa di kelas. Atau lebih
efektifnya, guru dapat berjalan mengelilingi ruangan, dari satu pasangan ke
pasangan yang lain sampai sekitar seperempat atau separuh pasangan
berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka.
k. Snowball Throwing
Pengertian dari model pembelajaran Snowball Throwing. Snowball secara
etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam
pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi
pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri
untuk dijawab
Tujuan pembelajaran model Snowball Throwing menurut para ahli yaitu:
1. Menurut Asrori, tujuan pembelajaran Snowball Throwing yaitu melatih murid
untuk mendengarkan pendapat orang lain, melatih kreatifitas dan imajinasi
murid dalam membuat pertanyaan, serta memacu murid untuk bekerjasama,
saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran.
2. Menurut Devi, model pembelajaran Snowball Throwing melatih murid untuk
lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak
menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi
menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas
lalu dilempar-lemparkan kepada murid lain. Murid yang mendapat bola kertas
lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.
Ciri-ciri model Snowball Throwing, antara lain:
a. Komunikatif Komunikatif dalam model ini berarti dalam proses pembelajaran
terjadi peristiwa komunikasi yang mudah dipahami antara pendidik dan peserta
didik.
b. Sistem belajar dua arah (guru dan siswa sama sama berperan aktif) Sistem
belajar dua arah yaitu dalam proses pembelajaran guru dan siswa sama-sama
berperan aktif, guru bertanya dan siswa menjawab, siswa bertanya dan guru
menjawab, maupun siswa bertanya dan siswa lainnya menjawab.
c. Menyenangkan model Snowball Throwing dikemas sedemikian rupa oleh guru
sehingga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menarik
minat belajar siswa.
Karakteristik model Snowball Throwing, diantaranya:
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
2. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman siswa seputar
materi.
3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
4. Siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun
kepercayaan diri.
5. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu E.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat begitu banyak model pembelajaran kooperatif, tapi esensi dari
pembelajaran adalah kerjasama siswa dengan yang lainnya, karena kerjasama bisa
bermanfaat untuk menumbuhkan rasa ketergantungan positif antar manusia.
Misi dari metode ini adalah bahwa materi bisa dirancang menyesuaikan
dengan apa yang akan disampaikan. Hal ini bermaksud untuk menghasilkan
pembelajaran yang unggul pada akademik, social skill atau keterampilan sosial untuk
saling menerima perbedaan dan percaya diri.
3.2 Saran
Pembuatan makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar dan
Proses Pembelajaran Matematika, penulis berharap makalah yang kami buat
bermanfaat untuk generasi selanjutnya dan berharap untuk generasi berikutnya dapat
membuat makalah ini dengan lebih baik lagi. Saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati.
DAFTAR PUSTAKA
Buditjahjanto, I. G. P. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Dengan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK
Negeri 3 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik elektro, 2(2).
Christina, L. V., & Kristin, F. (2016). Efektivitas model pembelajaran tipe group
investigation (gi) dan cooperative integrated reading and composition (circ) dalam
meningkatkan kreativitas berpikir kritis dan hasil belajar ips siswa kelas 4. Scholaria:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(3), 217-230.
Online. https://suaidinmath.wordpress.com/2016/08/24/model-dan-jenis-jenis-pembelajaran-
kooperatif/. diakses tanggal 19 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB.
Online. https://eprints.uny.ac.id/7734/3/bab%202%20-%2008108241038.pdf. diakses tanggal
19 Oktober 2020 pukul 14.30 WIB.
Tripven, 2020, Model Pembelajaran STAD, dapat di akses di
https://www.tripven.com/model-pembelajaran-stad/#:~:text=Model%20STAD
%20adalah%20ruang%20lingkup,belajarnya%20di%20Universitas%20John
%20Hopkin., di akses pada 16 Oktober 2020 pukul 18:10 WIB