Anda di halaman 1dari 43

TITIK LEMBEK ASPAL

PA-0302-76
(AASHTO T-53-74)
(ASTM D-36-70)

A. JENIS PENGUJIAN
Pengujian Titik Lembek Aspal ini bertujuan untuk menentukan titik
di

lembek pada aspal dan ter yang berkisar antara 30˚ C sampai 200˚ C
an

menggunakan ring and ball test, sehingga aspal dapat diketahui mutunya.
Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik
.e

Sipil dan Perencanaan, Universitas Negeri Yogyakarta.


k sa

B. KAJIAN TEORI
na

Aspal merupakan salah satu bahan pengikat perkerasan yang paling


banyak dipakai di Indonesia. Disamping harganya relatif murah, aspal juga
@

banyak tersedia di negar kita yang kaya akan minyak mentah yang banyak
un

mengandung aspal. (http://juffrez.blogspot.com) 


Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat
y .a

sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika
c.

dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika


id

temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material


pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran
perkerasan berkisar antara 4-10 % berdasarkan berat campuran, atau 10-15
% berdasarkan volume campuran. (http://juffrez.blogspot.com)
Di samping itu aspal juga bersifat reologic yaitu suatu sifat yang
sangat dipengaruhi oleh lamanya pembebanan. Semakin lama beban benda
di atas perkerasan, maka kekuatan aspal akan semakin turun. Sebagai
contoh bila aspal dibebani selama satu menit akan sangat berbeda pada
aspal yang dibebani pada beban yang sama tapi dalam tempo yang lebih
lama misal satu jam. Aspal yang dibebani pada waktu yang lebih lama


akan mengalami perubahan geometrik yang lebih besar. Disamping kedua
sifat terebut aspal juga memiliki sifat yang lain yang disebut sifat
Tyxotropy yaitu sifat yang dipengaruhi oleh cuaca. Aspal yang disimpan di
udara terbuka dalam dalam jangka waktu yang cukup lama akan
mengalami penurunan kelenturan atau fleksibilitasnya menurun sehingga
aspal akan menjadi kaku. Hal ini akan labih cepat terjadi apabila aspal
dalam drum sudah dibuka. (http://juffrez. blogspot.com)
Aspal juga merupakan bahan yang memiliki kohesi (kemampuan
saling tarik-menarik) yang cukup besar. Sehingga aspal merupakan bahan
di

pengikat agregat yang baik serta memiliki kemampuan untuk


an

mempertahankan agregat supaya tetap ditempatnya sebagai bahan pengisi


.e

pada suatu lapis keras. Aspal juga merupakan bahan yang mudah
k

teroksidasi. Pada udara terbuka, aspal akan mudah beroksidasi dengan


sa

udara yang banyak mengandung oksigen, sehingga lama kelamaan


permukaan aspal secara perlahan akan menjadi keras dan getas, dan akan
na

kehilangan sifat kohesifnya. Tapi peristiwa oksidasi ini lebih banyak


@

terjadi pada daerah permukaan aspal saja, sehingga biasanya yang


un

mengeras dan yang menjadi getas hanya pada permukaan lapis luarnya
sedang lapis aspal bagian dalam tidak banyak mengalami perubahan
y

kecuali hanya perubahan viskositasnya. Pada campuran antara aspal dan


.a

agregat, semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti agregat, akan


c.

semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi. Lapis aspal yang sudah
id

kehilangan sifat kohesifnya biasanya dikatakan sebagai aspal usang.


(http://juffrez. blogspot.com)
Secara kimia bitumen terdiri dari gugusan aromat, napthen dan
alkan sebagai bagian-bagian terpenting dan secara kimia fisika merupakan
campuran colloid, dimana butir-butir yang merupakan bagian-bagian yang
padat berada dalam fase cairan yang disebut malten. (http://eprints.undip.
ac.id)


 
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan menjadi 2 macam
menurut http://eprints.undip.ac.id yaitu:
1. Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu tempat di alam,
dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit
pengolahan. Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti
aspal di Pulau Buton yang disebut dengan Asbuton. Asbuton merupakan
batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan campuran antara
bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena
di

asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka


an

kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai


.e

tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam
k

berbagai bentuk di pabrik pengolahan asbuton. (http://eprints.undip.


sa

ac.id)
na

Di Indonesia jenis aspal ini banyak terdapat di Pulau Buton,


sehingga aspal alam ini sering disebut Butas (Buton Aspal). Proses
@

terjadinya: Sebelum di proses lebih lanjut, aspal alam ini terdapat di


un

alam terbuka sebagai batuan sehingga biasa disebut batuan aspal/aspal


y

batu (rock asphalt) atau batuan yang bersifat aspal (asphaltic rock).
.a

Dalam bentuk aslinya, Butas di P. Buton (Sulawesi Tenggara)


c.

berbentuk sebagai lapisan batu berwarna hitam yang kadang-kadang


id

muncul di atas tanah sebagai gunung kecil. Butas ini dapat terjadi
karena pada daerah tersebut banyak mengandung minyak mentah
dengan kadar aspal yang cukup tinggi (asphaltic base crude oils).
(http://juffrez.blogspot.com)

Minyak yang mengandung aspal (bitumen) ini dapat keluar dari


bumi akibat adanya tekanan yang disebabkan oleh proses geologi,
kemudian meresap diantara celah-celah lapisan serta batuan yang poros
(poreous). Oleh karena terjadinya Butas disebabkan dari proses alam
seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka akibatnya kandungan aspal


 
pada batuan jumlahnya tidak menentu, artinya kandungan aspal pada
batuan sangat bervariasi ada yang kandungannya sedikit dan ada
kandungan aspalnya yang banyak. (http://juffrez.blogspot.com)

Di dalam prakteknya, batuan aspal yang ditambang harus


diseleksi dulu serta dipilih dari batuan yang memiliki kandungan aspal
minimum 25 %. Karena aspal memiliki sifat termoplastis, maka
akibatnya batu aspal ini memiki beberapa sifat diantaranya pada
temperatur dingin yaitu pada malam dan pagi hari dengan temperatur
di

28˚ ke bawah bersifat getas dan mudah pecah. Sebaliknya pada siang
an

hari dengan temperatur 30˚ ke atas, batu aspal bersifat liat/ulet dan agak
sukar untuk dipecah. Oleh karena itu pemecahan batu aspal sebaiknya
.e

dilakukan pada malam hari atau pagi hari. Kalau dilakukan pada siang
k

hari sebaiknya harus dilakukan pada tempat yang teduh atau beratap.
sa

(http://juffrez.blogspot.com)
na

Karena umur dari batu aspal (yang ditambang) sudah terlalu tua,
@

maka biasanya aspal yang dikandung sudah kehilangan sifat plastisnya.


un

Tapi justru batu aspal seperti inilah yang mudah dikerjakan dari pada
jenis batu aspal yang sifatnya plastis yang masih banyak mengandung
y

minyak. Sebaliknya untuk keperluan pengaspalan jalan dibutuhkan


.a

aspal yang agak cair supaya mudah pengerjaannya dan bersifat lentur,
c.

sehingga tahan terhadap getaran dan pukulan roda kendaraan. Oleh


id

karena itu pada batu aspal/butas perlu ditambahkan flux oil (minyak
pengencer) yang mengandung minyak mentah sehingga aspalnya
menjadi lebih encer (diremajakan). Batu butas yang banyak
dipergunakan sekarang menurut http://juffrez.blogspot.com    kira-kira
mengandung bagian-bagian sebagai berikut:

a. Aspal murni (bitumen) berat rata-rata sekitar 30 %


b. Debu kapur (debu mineral) berat rata-rata sekitar 55 %
c. Pasir berat rata-rata sekitar 15 %


 
Dari hasil penelitian pada butas menurut http://juffrez.blogspot.com dapat
diambil kesimpulan :
a. Kadar bitumen sangat bervariasi
b. Kualitas bitumen berbeda-beda
c. Komposisi batuan berbeda-beda

Berdasarkan kadar bitumen yang dikandungnya, Butas dapat dibedakan


atas B25, B30, B35, B40. Sebagai contoh untuk Butas B30, berarti
di

butas tersebut memiliki kadar bitumen rata-rata sebesar 30 %.


an

(http://juffrez. blogspot.com)
.e

2. Aspal minyak
k

Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi


sa

minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis


asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, paraffin base
na

crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base crude oil
@

yang mengandung campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan


un

jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.
(http://eprints. undip.ac.id)
y .a

Yang dimaksud dengan aspal minyak atau aspal buatan adalah


c.

aspal yang diperoleh dari hasil penyaringan minyak mentah (crude


id

oils). Minyak mentah atau minyak kasar adalah minyak yang didapat
secara langsung dari hasil tambang (belum diolah). Pada saat diproses
akan didapatkan jenis-jenis minyak yang masing-masing dibedakan atas
berat jenisnya. Bahan yang dikandungnya setelah melalui proses
penyaringan yang dimulai dari BJ yang paling kecil menurut
http://juffrez.blogspot.com adalah sebagai berikut:

a. Avtur
b. Gasoline (bensin)
c. Kerosine (minyak tanah)


 
d. Diesel oils (solar)
e. Minyak pelumas/olie

BJ yang paling besar menurut http://juffrez.blogspot.com ada tiga


kemungkinan :

a. Aspal, dikatakan minyak mentah memiliki dasar aspal (asphaltic


base crude oils)
b. Parafin, dikatakan minyak mentah memiliki dasar parafin (paraffin
di

base crude oils)


an

c. Campuran antara aspal dan parafin, dikatakan minyak mentah


.e

memiliki dasar campuran (mixed base crude oils)


k sa

Jadi minyak mentah belum tentu dapat menghasilkan aspal. Bila dilihat
na

dari proses pembuatannya serta bahan dasarnya, jenis aspal menurut


http://juffrez.blogspot.com dibedakan atas bentuknya ada tiga macam:
@

a. Aspal keras (cement asphalt)


un

Residu aspal berbentuk padat, tetapi melalui pengolahan


y

hasil residu ini dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada suhu
.a

ruang. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi
c.

padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal
id

padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement).


(http://eprints.undip.ac.id)
Semen jenis ini disebut aspal keras karena pada suhu biasa
(temperatur ruang) aspal jenis ini bersifat keras dan padat. Untuk
memanfaatkan/menggunakan semen jenis ini harus dipanaskan
dulu sehingga menjadi panas dan mencair. Untuk menentukan
kekerasannya/kekentalannya digunakan standar penetrasi. Proses
pemeriksaan penetrasi mengikuti standar AASTHO T 49-80.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara memasukkan jerum penetrasi


 
berdiameter 1 mm dengan beban seberat 100 gram (sudah termasuk
berat jarumnya). Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan jarum
penetrasi selama 5 detik dengan temperatur aspal sebesar 77˚ F
atau 25˚ C. Besarnya penetrasi diukur dan dinyatakan dengan
angka yang merupakan kelipatan 0,1 mm. Misal masuknya jarum
penetrasi sedalam 5 mm, maka 5 mm dibagi dengan 0,1 mm adalah
50, dikatakan angka penetrasi aspal sebesar 50. Dengan demikian
dapat dipastikan bahwa tambah kecil angka penetrasi aspal maka
aspal tersebut akan semakin keras. (http://juffrez. blogspot.com)
di

Beberapa contoh jenis aspal ini.menurut http://juffrez. blogspot.com


an

antara lain :
.e

1) AC 40-50
k

2) AC 50-60
sa

3) AC 60-70
na

4) AC 80-100
5) AC 120-150, dan seterusnya.
@

Oleh karena itu pemakaian perkerasan yang berkualitas


un

tinggi perlu dipilih jenis aspal semen yang akan dipakai dengan
y

melihat angka penetrasinya. Untuk daerah bercuaca panas atau


.a

untuk jalan dengan volume lalu-lintas yang tinggi digunakan jenis


c.

aspal semen dengan penetrasi rendah, sedang aspal semen dengan


id

penetrasi tinggi digunakan untuk daerah yang bercuaca dingin atau


untuk jalan dengan volume lalu lintas rendah. (http://juffrez.
blogspot.com)

Di Indonesia aspal semen yang banyak dipakai yaitu aspal


semen dengan penetrasi 60-70 dan 80-100. Seperti yang sudah
dijelaskan di depan bahwa aspal merupakan bahan yang bersifat
termoplastis, sifat termoplastis pada setiap jenis aspal tidak sama
tergantung dari aspal tersebut berasal dari mana. Sebagai contoh
ada aspal dari grup A dan B dengan angka penetrasi yang sama. Ini


 
mengandung arti bahwa kedua grup aspal tersebut pada
temperature 25˚ C mempunyai kekentalan yang sama. Tetapi
aspal grup A memiliki kepekaan temperatur yang lebih besar bila
dibandingkan dengan aspal dari grup B. Maka tampak sekali pada
gambar bahwa untuk jenis aspal grup A mempunyai perbedaan
viskositas yang sangat mencolok pada temperatur rendah minimum
dengan temperatur tinggi maksimum. (http://juffrez. blogspot.com)
Untuk jenis perkerasan tingkat tinggi dengan persyaratan
yang ketat misal untuk landas pacu, untuk jalan klas tinggi yang
di

lewat daerah dengan temperatur panas maka yang paling cocok


an

adalah jenis semen dari grup B, sebab aspal grup B merupakan


.e

jenis aspal yang memiliki kepekaan terhadap temperatur lebih kecil


k

bila dibandingkan dengan aspal dari grup A atau dapat dilihat pada
sa

gambar di atas nilai b lebih kecil bila dibanding dengan a.


na

(http://juffrez. blogspot.com)

b. Aspal cair (liquit asphalt)


@

Aspal cair (cutback asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair


un

pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan
y

dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti


.a

minyak tanah, bensin, atau solar. (http://eprints.undip.ac.id)


c.

Yang dimaksud dengan aspal cair yaitu jenis aspal yang


id

dibuat dengan mencampur Aspal semen dengan bahan pencair,


yaitu minyak yang dihasilkan dari penyaringan minyak mentah.
Dari hasil pencampuran di atas menghasilkan aspal yang berbentuk
cair dalam temperatur ruang, sehingga untuk menggunakannya
tidak diperlukan pemanasan kecuali untuk hal-hal yang kusus.
(http://juffrez. blogspot.com)


 
Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap bahan
pelarutnya, aspal cair menurut http://juffrez. blogspot.com  dapat
dibedakan atas :

1) RC (Rapid Curing Asphalt)


RC (Rapid Curing Asphalt) yaitu jenis aspal cair yang
dibuat dari pencampuran antara semen aspal dengan bensin
(Asphalt Cement (AC) + gasoline). Jenis aspal ini merupakan
jenis aspal cair yang paling cepat menguap. Akibatnya kalau
di

kita memakai aspal cair dari jenis ini tidak boleh terlalu lama
an

menunda pekerjaan karena aspal akan lebih cepat mengeras.


(http://juffrez. blogspot.com)
.e

2) MC (Medium Curing Ashalt)


k

MC (Medium Curing Ashalt) yaitu jenis aspal cair yang


sa

dibuat dari pencampuran antara semen aspal dengan bahan


na

pencair yang lebih kental yaitu minyak tanah (Asphalt Cement


(AC) + kerosine). Jenis aspal ini merupakan jenis aspal cair
@

yang penguapannya lebih lambat bila dibandingkan dengan


un

jenis RC. (http://juffrez.blogspot.com)


y

3) SC (Slow Curing Asphalt)


.a

SC (Slow Curing Asphalt) yaitu jenis aspal cair yang


c.

dibuat dari pencampuran antara semen aspal dengan bahan


id

pencair yang lebih kental lagi yairu solar (Asphalt Cement


(AC) + diesel oils). Jenis aspal ini merupakan jenis aspal cair
yang penguapannya paling lambat bila dibandingkan dengan
dua jenis di atas. Boleh dikatakan bahwa aspal cair jenis SC ini
merupakan jenis yang paling rendah mutunya bila
dibandingkan dengan dua type di atas, sebab daya ikatnya
kalau sudah mengeras tidak sebaik yang di atas.
(http://juffrez.blogspot.com)


 
Pada prakteknya, aspal cair ini banyak digunakan
sebagai bahan perekat lapis perkerasan atau biasa disebut
pelaburan, untuk perbaikan lapis permukaan jalan yang
berlubang, dan untuk lapis perkerasan dengan mutu sedang dan
rendah yang tidak membutuhkan persyaratan yang ketat, dan
lain-lain. (http://juffrez. blogspot.com)
Jenis pelaburan/pengeleman lapis keras menurut http://juffrez.
blogspot.com ada bermacam-macam antara lain :
a) Prime coat adalah jenis pelaburan yang pertama kali
di

dilakukan untuk merekatkan antara base course (lapis


an

fondasi) dengan lapis permukaan.


.e

b) Tack coat adalah jenis pelaburan yang dilakukan untuk


k

merekatkan antara lapis yang lama dengan lapis yang baru


sa

untuk jalan yang di upgrade pada saat dilakukan overlay


(memberikan lapisan tambahan perkerasan).
na

c) Seal coat adalah pelaburan yang dilakukan untuk


@

merekatkan antara permukaan jalan yang berlubang


un

dengan lapisan penutupnya. Jadi Seal coat hanya


dilakukan pada pekerjaan penambalan jalan yang
y

dilakukan secara sepotong-sepotong (hanya dilaburkan


.a

pada permukaan jalan yang berlubang saja).


c.
id

Karena aspal cair merupakan bahan yang berasal dari


pencampuran antara benda padat dan benda cair, yang kualitasnya
sangat tergantung dengan bahan pencairnya dan juga perbandingan
jumlah campurannya, maka hasil campuran merupakan hasil aspal
baru dengan kekentalan dan kualitas yang berbeda-beda.
(http://juffrez. blogspot.com)

Berdasarkan nilai viskositas pada temperatur 60˚ C, aspal cair


dapat dibedakan menurut tabel di bawah ini:

10 
 
Tabel 1. Tabel cutback aspal bardasarkan nilai viskovis,
(sumber : http://id.wordpress.com/?ref=footer)

Aspal Cair RC MC SC
30-60 30-60 30-60
cutback aspal 70-140 70-140 70-140
bardasarkan 250-500 250-500 250-500
nilai viskovis 800-1600 800-1600 800-1600
3000-6000 3000-6000 3000-6000

c. Aspal emulsi (emulsified asphalt)


di

Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran


an

aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik


pencampur. Aspal emulsi lebih cair daripada aspal cair.
.e

(http://eprints.undip.ac.id)
k

Pada dasarnya, suatu emulsi terdiri dari dua jenis cairan


sa

yang sulit untuk dapat bercampur. Aspal Emulsi adalah jenis aspal
na

yang diperoleh dari campuran aspal dengan air. Dalam proses


pembuatannya, salah satu bahan tersebut didispersikan / dibaurkan
@

dalam bentuk butir-butir yang sangat halus, yang dicampurkan


un

dengan proses kimiawi. (http://juffrez.blogspot.com)


y

Di dalam pelaksanaannya, aspal merupakan fase yang


.a

didispersikan, sedang air merupakan fase pencairnya. Di dalam


c.

temperatur ruang aspal emulsi ini dalam kondisi cair (tidak keras).
id

(http://juffrez.blogspot.com)
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya menurut
http://juffrez. blogspot.com  aspal emulsi dapat dibedakan atas tiga
macam :
1) Aspal Emulsi Kation
Aspal jenis ini biasa juga disebut sebagai Aspal Emulsi
Asam. Merupakan jenis aspal emulsi yang bermuatan arus listrik
positif. Sifat istimewa Aspal Emulsi Kation adalah bahwa aspal
akan cepat mengering dan bekerja untuk mengikat batuan/agregat

11 
 
walaupun batuan tersebut mengandung air. Sifat ini sangat
menguntungkan untuk daerah-daerah yang banyak mengandung air
(sering hujan), daerah bersalju, daerah yang berikilim dingin, dapat
juga untuk klas jalan yang tidak begitu tinggi.
2) Aspal Emulsi Anion
Aspal jenis ini biasa juga disebut sebagai Aspal Emulsi
Alkali. Merupakan jenis aspal emulsi yang bermuatan arus
listrik negatif. Pada jenis Aspal Emulsi Anion proses pelekatan
batuan hanya dapat terjadi pada batuan yang kering saja.
di

Kecepatan reaksi/proses pelekatan lebih lambat bila


an

dibandingkan dengan jenis Aspal Emulsi Kation. Pada


.e

prakteknya jenis aspal ini hanya dipakai sebagai bahan untuk


k

menambal jalan yang berlubang, perbaikan jalan sementara


sa

dan pembuatan jalan dengan mutu rendah.


3) Aspal Emulsi Nonion
na

Aspal Emulsi Nonion merupakan jenis aspal emulsi yang


@

tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantar listrik. Aspal


un

jenis ini tidak biasa dipakai sebagai bahan perkerasan jalan, tetapi
baik untuk bahan pengisi pada dilatasi jembatan, penambalan atap,
y

dan lain-lain.
.a

Dari ketiga jenis aspal tersebut yang biasa dipergunakan sebagai


c.

bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi Kation dan Anion.


id

(http://juffrez. blogspot.com)
Kelebihan aspal emulsi bila dibandingkan dengan aspal
keras hanya pada segi pelaksanaan konstruksi lebih sederhana dan
praktis karena dapat dilakukan tanpa harus dilakukan pemanasan
lebih dulu. Untuk Indonesia aspal jenis ini harus dibeli dari luar
negri, sehingga harganya relatif mahal bila dibandingkan dengan
aspal keras. (http://juffrez.blogspot.com)

12 
 
Berdasarkan kecepatan pengerasannya, menurut http://juffrez.
blogspot.com aspal emulsi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
yaitu:
1) RS (Rapid Setting), aspal emulsi yang paling cepat bereaksi.
2) MS (Medium Setting), aspal emulsi yang lebih lambat bereaksi.
3) SS (Slow Setting), aspal emulsi yamg paling lambat bereaksi.
Apabila dilihat dari pengujian kualitas aspalnya, cara
menentukan kualitas aspal menurut http://juffrez. blogspot.com  dapat
ditentukan dari besar kecilnya:
di

1. Nilai penetrasi
an

Penetrasi yaitu angka yang menunjukkan kekerasan aspal


.e

yang diukur dari kedalaman masuknya jarum penetrasi yang diberi


k

beban 100 gram selama 5 detik pada suhu ruang 25˚ C. Semakin
sa

besar nilai penetrasinya, maka semakin lunak aspal tersebut dan


na

sebaliknya.
2. Berat jenis
@

Berat jenis yaitu angka yang menunjukkan perbandingan


un

berat aspal dengan berat air pada volume yang sama pada suhu
ruang. Semakin besar nilai berat jenis aspal, maka semakin kecil
y

kandungan mineral minyak dan partikel lain di dalam aspal.


.a

Semakin tinggi nilai berat jenis aspal, maka semakin baik kualitas
c.

aspalnya. Berat jenis aspal minimal sebesar 1,0000.


id

3. Kelekatan aspal terhadap agregat


Kelekatan aspal terhadap agregat yaitu angka yang
menunjukkan prosentase luasan permukaan agregat batu silikat
yang masih terselimuti oleh aspal setelah agergat tersebut direndam
selama 24 jam. Kelekatan aspal yang tinggi dapat diartikan bahwa
aspal tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk melekatkan
agregat sehingga semakin baik digunakan sebagai bahan ikat
perkerasan. Nilai kelekatan aspal yang baik minimal sebesar 85 %.

13 
 
4. Titik nyala (clev and open cup)
Titik nyala aspal yaitu angka yang menunjukkan
temperature (suhu) aspal yang dipanaskan ketika dilewatkan nyala
penguji di atasnya terjadi kilatan api selama sekitar 5 detik. Syarat
aspal AC 60/70 titik nyala sebesar minimal 200˚ C.
5. Titik bakar
Titik bakar aspal yaitu angka yang menyatakan besarnya
suhu aspal yang dipanaskan ketika dileawatkan nyala penguji
diatas aspal terjadi kilatan api lebih dari 5 detik. Semakin tinggi
di

titik nyala dan titik bakar aspal, maka aspal tersebut semakin baik.
an

Besarnya nilai titik nyala dan titik bakar tidak berpengaruh


.e

terhadap kualitas perkerasan, karena pengujian ini hanya


k

berhubungan dengan keselamatan pelaksanaan khususnya pada saat


sa

pencampuran (mixing) terhadap bahaya kebakaran.


na

6. Titik lembek
Titik lembek aspal (Ring and Ball test) yaitu angka yang
@

menunjukkan suhu (temparature) ketika aspal menyentuh plat baja.


un

Titik lembek juga mengindikasikan tingkat kepekaan aspal


terhadap perubahan temperature, disamping itu titik lembek juga
y

dipengaruhi oleh kandungan paraffin (lilin) yang terdapat dalam


.a

aspal. Semakin tinggi kandungan paraffin pada aspal, maka


c.

semakin rendah titik lembeknya dan aspal semakin peka terhadap


id

perubahan suhu.
Titik lembek adalah temperatur dimana aspal mulai menjadi
lunak serta suhu dimana suatu lapisan aspal dalam cincin yang
diletakkan horizontal di dalam larutan air atau gliserine yang
dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja
dengan diameter 9,53 mm seberat ± 3,5 gram yang diletakkan di
atasnya sehingga lapisan aspal tersebut jatuh melalui jarak 25,4 mm
(1 inchi). (Sukirman S, 1999)

14 
 
Pengujian Titik Lembek (Softening Point) dari
bitumen menunjukkan titik lembek yang lebih tinggi dari aspal
minyak biasa yaitu ≥ 60°C, hal ini membuktikan durabilitas
dan ketahanan campuran terhadap keausan, cuaca, dan
suhu akibat traffic lebih tinggi dibandingkan dengan campuran
standard. (http://dattaa dhikari.blogspot.com)
Titik lembek aspal bervariasi 30˚–200 º C dan dibaca saat
aspal berikut bola menyentuh plat dasar yang berjarak kira–kira 1
inchi dibawahnya. Atau menentukan kepekaan aspal terhadap suhu,
di

yaitu perlakuan aspal yang mulai menjadi lunak pada suhu tertentu.
an

Cara uji penentuan titik lembek yaitu suhu pada bola baja, dengan
.e

berat tertentu, mendesak turun sehingga lapisan aspal yang tertahan


k

dalam ukuran cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut


sa

menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi


tertentu, sebagai akibat dari pemanasan yang dilakukan. Aspal
na

dengan penetrasi yang sama belum tentu mempunyai titik lembek


@

yang sama. Semakin tinggi titik lembeknya, semakin baik sebagai


un

bahan pengikatnya. D i lapangan, bersama dengan penetrasi


berperan dalam pencampuran, penghamparan dan pemadatan.
y

Selain itu suhu luar juga berpengaruh terhadap titik lembek.


.a

(http://dattaadhikari.blogspot.com)
c.

7. Kelarutan dalam cairan Carbon Tetra Chlorida (𝐶𝐶𝐿 )


id

Kelarutan aspal dalam cairan Carbon Tetra Chlorida


(𝐶𝐶𝐿 ) yaitu angka yang menunjukkan jumlah aspal yang larut
dalam cairan 𝐶𝐶𝐿 dalam prosen setelah aspal digoncang atau
dikocok selama minimal 20 menit. Angka kelarutan aspal juga
menunjukkan tingkat kemurnian aspal terhadap kandungan mineral
lain. Semakin tinggi nilai kelarutan aspal, maka aspal semakin
baik.

15 
 
8. Daktilitas
Daktilitas aspal yaitu angka yang menunjukkan panjang
aspal yang ditarik pada suhu 25˚ C dengan kecepatan 5 cm/menit
hingga aspal tersebut putus. Daktilitas yang tinggi
mengindikasikan bahwa aspal semakin lentur, sehingga semakin
baik digunakan sebagai bahan ikat perkerasan.
Aspal yang digunakan untuk campuran lapis pondasi aspal
harus aspal keras pen 60/70 dan harus memenuhi persyaratan aspal
keras pen 60/70. Sedangkan campuran yang dihasilkan harus
di

memenuhi ketentuan salah satu campuran panas pasir aspal pada


an

persyaratan aspal keras pen 60/70 sesuai dengan jenis campuran


.e

lapis pondasi pasir aspal yang ditetapkan dalam gambar rencana


k

direksi atau petunjuk direksi teknis. (http://bintek-nspm.net/


sa

assets/498109dc/C06-Spek%20Khusus%20LPPA.pdf)
na

Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan


SNI 03-6399-2000. Pengambilan contoh aspal keras dari tiap truk
@

tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah, dan bawah.


un

Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium


lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Aspal
y

didalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki


.a

penyimpan sebelum hasil pengujian contoh pertama tersebut


c.

memenuhi ketentuan dan spesifikasi khusus ini. Bilamana hasil


id

pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian, tidak berarti


aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final
kecuali aspal dan contoh mewakili telah memenuhi semua sifat-
sifat aspal yang disyaratkan dalam spesifikasi khusus ini.
(http://bintek-nspm.net/assets/498109dc/C06-Spek%20Khusus%20
LPPA.pdf)

16 
 
Tabel 2. Persyaratan Aspal Keras Pen 60/70
(sumber: http://bintek-nspm.net/assets/ )

No Jenis Pengujian Metode Persyaratan


1 Penetrasi, 25˚ C ; 100 gr ; 5 detik ; 0,1 m SNI 06-2456-1991 60-79
2 Titik lembek, ˚C SNI 06-2434-1991 48-58
3 Titik nyala, ˚C SNI 06-2433-1991 Min. 200
4 Daktilitas 25˚ C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5 Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam trichlor ethylen, % berat RSNI M-04-2004 Min. 99
7 Penurunan berat (dengan TFOT), % berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
di

9 Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50


an
.e

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam Pratikum Pengujian Titik Lembek
k sa

Aspal adalah sebagai berikut:


1. Alat
na

Alat yang digunakan dalam pratikum pengujian titik lembek adalah


@

sebagai berikut:
a. Cincin kuningan
un

Cincin kuningan digunakan untuk menempatkan aspal


y

yang akan diuji setelah dicairkan hingga aspal akan diuji besar
.a

titik lembeknya menggunakan ring and ball test. Untuk lebih


c.

jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


id

Gambar 1. Cincin kuningan

17 
 
b. Bola baja
Bola baja yang memiliki diameter 9,5 mm dan berat 3,5
gram ± 0,05 gram ini berfungsi sebagai pemberat yang
diletakkan di atas aspal pada cincin kuningan yang berguna
untuk mengetahui titik lembek aspal.
di
an
.e
k sa
na

Gambar 2. Bola baja


@

c. Cawan Cleveland
un

Cawan Cleveland merupakan alat yang berfungsi sebagai


tempat pembakaran aspal sebelum aspal diuji titik lembeknya.
y .a

Cawan ini terbuat dari logam yang dilengkapi dengan tangkai


c.

sebagai pegangannya.
id

Gambar 3. Cawan Cleveland

18 
 
d. Thermometer
Thermometer berfungsi sebagai alat pengukur suhu. Sebelum
digunakan thermometer ini harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Thermometer harus dikalibrasikan terlebih dahulu dengan
maksimum kesalahan skala tidak melebihi 0,1˚ C atau
dapat juga menggunakan pembagian skala thermometer lain
yang sama ketelitiannya dan kepekaannya.
2) Thermometer titik lembek untuk temperatur rendah
di

mempunyai skala dari 2˚ C sampai dengan 80˚ C yang


an

sesuai dengan persyaratan thermometer 15˚ C seperti yang


.e

telah ditentukan dalam SNI 19-6421-2000.


k

3) Thermometer titik lembek untuk temperatur tinggi


sa

mempunyai skala dari 30˚ C sampai dengan 200˚ C yang


na

sesuai dengan persyaratan thermometer 16˚ C seperti yang


telah ditentukan dalam SNI 19-6421-2000.
@
un
y .a
c.
id

Gambar 4. Thermometer

e. Bejana gelas
Bejana gelas terbuat dari gelas kimia tahan panas yang
memiliki dengan ukuran diameter dalam tidak kurang dari 85
mm dan tinggi tidak kurang dari 120 mm dasar bejana yang
mendapat pemanasan. Bejana gelas ini digunakan untuk

19 
 
mengukur banyaknya air dan es batu yang digunakan untuk
merendam aspal hingga tempat untuk merendam aspal yang
akan diuji ketika benda uji dapanaskan pada suhu tertentu. Di
bawah ini adalah salah satu gamabar bejana gelas yang ada di
Laboratorium.
di
an
.e
k sa

Gambar 5. Bejana gelas


na

f. Alat pengarah bola


Alat pengarah bola ini pada pengujian titik lembek ini
@

digunakan untuk mengarahkan bola bejana pada saat akan


un

dipasang diatas benda uji, supaya benda uji memiliki penopang


ketika sedang melakukan pengujian sehingga didapatkan suhu
y

dan kondisi yang sama. Alat ini memiliki dua lubang yang
.a

digunakan untuk menempatkan cincin kuningan dengan


c.

diameter 19 mm.
id

Gambar 6. Alat pengarah bola

20 
 
g. Kompor listrik
Kompor listrik digunakan sebagai alat pembakaran pada
saat proses pengujian titik lembek dan pada proses pelelehan
aspal sehingga aspal dapat mudah untuk dicetak. Berikut ini
adalah gambar kompor listrik yang berada di Laboratorium.
di
an
.e

Gambar 7. Kompor listrik


k sa

h. Stopwatch
na

Stopwatch digunakan untuk pengukuran waktu saat


melakukan pengujian titik lembek dengan tangan diperlukan
@

stopwatch dengan skala pembagi terkecil 0,1 detik atau kurang


un

dan kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik. Untuk pengukuran


y

titik lembek dengan alat otomatis kesalahan alat tersebut tidak


.a

boleh melebihi 0,1 detik. Stopwatch dapat menggunakan


c.

elektronik (Hand Phone) maupun manual.


id

Gambar 8. Stopwatch

21 
 
i. Sendok
Fungsi sendok adalah sebagai alat bantu kita ketika akan
menuangkan aspal yang sudah mencair ke dalam cawan.
Disamping itu, dapat pula digunakan sebagai alat pengaduk
dalam proses pemanasan aspal supaya aspal dapat merata saat
meleleh.
di
an
.e
k sa

Gambar 9. Sendok
j. Piring
na

Piring dalam pengujian titik lembek digunakan sebagai tempat


@

untuk merendam cincin kuningan yang telah berisi aspal dengan


air dan es batu.
un
y .a
c.
id

Gambar 10. Piring

22 
 
k. Jangka sorong
Fungsi jangka sorong dalam pengujian ini adalah untuk
di mengukur kedalaman dan ketinggian pada bejana gelas.

an
.e
k

Gambar 11. Jangka sorong


sa
na

l. Baskom
Baskom dalam pengujian ini digunakan sebagai tempat air dan
@

es batu yang nantinya akan digunakan untuk merendam aspal.


un
y .a
c.
id

Gambar 12. Baskom

m. Kuas
Fungsi kuas dalam pengujian titik lembek adalah
sebagai alat untuk melumaskan oli pada cincin kuningan supaya

23 
 
aspal yang dimasukkan dalam cincin kuningan mudah jatuh
ketika diuji titik lembeknya.
di
an

Gambar 13. Kuas


.e

n. Pelat pemanas
k

Pelat pemanas dalam pengujian ini berfungsi sebagai pelapis


sa

dasar bejana agar bejana gelas tidak bersentuhan langsung


na

dengan kompor listrik.


@
un
y .a
c.
id

Gambar 14. Pelat pemanas


o. Alat aufhauser
Alat aufhauser dalam pengujian ini digunakan untuk penopang
thermometer ketika sedang melakukan pengujian titik lembek.

24 
 
di
an

Gambar 15. Alat aufhauser


.e

2. Bahan
k

Bahan yang digunakan dalam Pengujian Titik Lembek Aspal adalah


sa

sebagai berikut:
na

a. Aspal
Aspal sebagai bahan utama dalam pengujian titik
@

lembek. Aspal ialah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat


un

(adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air,


dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
y .a

bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan


c.

sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur.


id

(http://id.wikipedia.org/wiki/ Aspal)
Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton) atau aspal
minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan
konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat,
dan aspal cair. Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental
yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit
mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis.
Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila
dipanaskan. (http://id. wikipedia.org/wiki/Aspal)

25 
 
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan
utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik
dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga
menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan
beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80 % massa
aspal adalah karbon, 10 % hidrogen, 6% belerang, dan sisanya
oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
di

vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten


an

(yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa


.e

molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25 %


k

aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa


sa

polar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Aspal)
na
@
un
y .a
c.
id

Gambar 16. Aspal


b. Air dan es batu
Air dan es batu berfungsi sebagai pendingin aspal setelah aspal
dituangkan ke dalam cincin kuningan supaya aspal dapat
mencapai suhu yang diingiinkan.

26 
 
Gambar 17. Air dan es batu
di

D. LANGKAH KERJA
an

Langkah kerja yang dilakukan dalam Pratikum Pengujian Titik Lembek


.e

Aspal adalah sebagai berikut:


k

1. Alat dan bahan dipersiapkan.


sa

2. Aspal dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair serta diaduk


na

perlahan sampai tidak mengeluarkan buih. Hal ini bertujuan agar


gelembung-gelembung udara tidak masuk sampai suhu 110˚ C.
@
un
y .a
c.
id

Gambar 18. Aspal dipanaskan


3. Es batu dihancurkan lalu dimasukkan ke dalam baskom yang telah
berisi air secukupnya sehingga mencapai suhu 8˚ C. Kemudian air es
tersebut dituangkan dalam piring.

27 
 
Gambar 19. Air dan es batu dimasukkan dalam baskom
4. Cincin dipanaskan lalu diletakkan diatas plat kuning atau di atas
di

cawan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan sabun atau oli.
an

5. Setelah mencair, aspal dituangkan ke dalam dua buah cincin. Lalu


direndam selama lebih dari 30 menit dalam piring yang telah berisi air
.e

es yang bersuhu 8˚ C di bawah titik lembek.


k sa
na
@
un
y

Gambar 20. Aspal dituangkan dalam cincin kuningan


.a

6. Jika sudah dingin permukaan aspal dalam cincin diratakan dengan


c.

menggunakan pisau yang sudah dipanaskan.


id

Gambar 21. Aspal diratakan


7. Aspal yang berada dalam cincin direndam dalam air dan es batu
hingga mencapai suhu yang diinginkan.

28 
 
Gambar 22. Aspal direndam dalam air dan es batu
8. Suhu aspal diukur menggunakan thermometer sampai mendapatkan
di

suhu yang diinginkan.


an
.e
k sa
na
@

Gambar 23. Suhu aspal diukur


un

9. Kedua benda uji tersebut dipasang dan diatur di atas dudukannya lalu
y

pengarah bola diletakkan di atasnya. Kemudian dimasukkan ke dalam


.a

bejana gelas.
c.
id

Gambar 24. Benda uji dimasukkan dalam bejana gelas


10. Alat aufhauser disiapkan.

29 
 
di

Gambar 25. Alat aufhauser disiapkan


an

11. Pelat pemanas diletakkan di atas kompor listrik.


12. Bejana diisi dengan air yang bersuhu (5±1)˚ C dan tinggi permukaan
.e

air berkisar antara 101,6 mm s/d 108 mm. Lalu thermometer


k

diletakkan di antara kedua benda uji tersebut (±12,7 mm dari tiap


sa

cincin).
na
@
un
y .a
c.
id

Gambar 26. Benda uji diisi air dan es batu kemudian diukur suhunya
13. Jarak antara permukaan plat dasar dengan dasar dari benda uji
diperiksa dan diatur dengan jarak 25,4 mm.
14. Bola-bola baja yang bersuhu 5˚ C diletakkan di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji dengan menggunakan penjepit.
15. Bejana ditaruh di atas pelat pemanas lalu kompor listrik dihidupkan.

30 
 
di
an

Gambar 26. Benda ditaruh di atas pelat pemanas


.e

16. Bejana dipanaskan dengan kenaikan 5˚ C setiap menitnya. Kecepatan


k sa

pemanasan ini tidak boleh diambil dari keepatan pemanasan rata-rata


dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama perbedaan
na

kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5˚ C.


@

17. Suhu dicatat setiap menitnya dan dicatat pula suhu saat bola-bola baja
berjatuhan.
un

18. Setelah pengujian selesai, alat dan bahan dibersihkan.


y .a

E. PENYAJIAN DATA
c.

Pratikum Pengujian Titik Lembek Aspal dilaksanakan pada:


id

1. Waktu
Pengujian Titik Lembek Aspal dilakukan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 24 Oktober 2011
Jam : 15.30-17.11 WIB
Cuaca : Cerah
Suhu Ruangan : 26˚C

31 
 
2. Tempat
Pengujian Titik Lembek Aspal bertempat di laboratorium Bahan
Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Data Hasil Pengujian
Setelah melakukan pengujian titik lembek aspal maka diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan

Pemb.
di

No Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu


Waktu
an

1 Pemanasan
Mulai pemanasan 24˚C 15:30
.e

Selesai pemanasan 180˚C 15:45


k

2 Didiamkan pada suhu ruang


sa

Mulai 180˚C 15:50


Selesai 8˚C 16:15
na

3 Diperiksa
Mulai 8˚C 16:18
@

Selesai 83˚C 17:11


un

Tabel 4. Data Hasil Pengamatan


y .a

Bacaan waktu pemanasan (Menit) Titik Lembek (˚C)


No Keterangan
c.

Benda Uji I Benda Uji II I II


id

1 0 0 6,4˚C 6,4˚C mulai pengujian 16.21


2 1 1 7˚C 7˚C
3 2 2 7,6˚C 7,6˚C
4 3 3 8,4˚C 8,4˚C
5 4 4 8˚C 8˚C ganti thermometer
6 5 5 8,2˚C 8,2˚C
7 6 6 9˚C 9˚C
8 7 7 10,5˚C 10,5˚C
9 8 8 11˚C 11˚C
10 9 9 12,5˚C 12,5˚C
11 10 10 14˚C 14˚C
12 11 11 16˚C 16˚C

32 
 
13 12 12 17˚C 17˚C
14 13 13 19˚C 19˚C
15 14 14 21,8˚C 21,8˚C
16 15 15 22˚C 22˚C
17 16 16 23˚C 23˚C
18 17 17 25˚C 25˚C
19 18 18 27˚C 27˚C
20 19 19 28˚C 28˚C
21 20 20 28,5˚C 28,5˚C
22 21 21 30˚C 30˚C
23 22 22 31,5˚C 31,5˚C
di

24 23 23 32,5˚C 32,5˚C
an

25 24 24 34˚C 34˚C
26 25 25 36˚C 36˚C
.e

27 26 26 37˚C 37˚C
28 27 27 39˚C 39˚C
k

29 28 28 41˚C 41˚C
sa

30 29 29 43˚C 43˚C
31 30 30 44˚C 44˚C
na

32 31 31 46˚C 46˚C pelor 1 jatuh


33 32 32 48˚C
@

34 33 33 50˚C
un

35 34 34 52˚C
36 35 35 54˚C
y

37 36 36 56˚C
.a

38 37 37 58˚C
39 38 38 60˚C
c.

40 39 39 62˚C
id

41 40 40 63˚C
42 41 41 65˚C
43 42 42 67˚C
44 43 43 68˚C
45 44 44 70,5˚C
46 45 45 72˚C
47 46 46 74˚C
48 47 47 76˚C
49 48 48 80˚C
50 49 49 81,5˚C
51 50 50 83˚C pelor 2 jatuh (pengujian selesai 17.11)

33 
 
F. PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola
baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang
tertahan dalam cincin berukuran tertentu sehingga aspal tersebut
menyentuh plat dasar. Penentuan titik lembek dapat mengetahui sampai
pada suhu berapa aspal dapat dihamparkan dan bertahan dari pengaruh
suhu tanpa menjadi leleh.
Dari hasil pengujian, didapatkan nilai titik lembek untuk dua benda
uji adalah pada suhu 46˚ C pada menit ke-31 untuk benda uji pertama dan
di

83˚ C pada menit ke-50 untuk benda uji kedua. Dimana selisih untuk
an

perbedaan dua benda uji sangat jauh, kemungkinan dikarenakan pada saat
.e

pembakaran aspal sebelum diuji suhu yang didapatkan terlalu tinggi dan
k

tidak rata saat pengadukannya, posisi meletakkan bajana di atas kompor


sa

tidak berada pada point.


na

Tabel 5. Data Total Waktu dalam Selisih Kenaikan Suhu

Total selisih waktu pemanasan dalam


@

Titik Lembek (˚C)


No kenaikan suhu (Menit) Keterangan
Benda Uji I Benda Uji II I II
un

1 1 1 6,4˚C 6,4˚C mulai pengujian 16.21


2 1 1 7˚C 7˚C
y .a

3 1 1 7,6˚C 7,6˚C
4 1 1 8,4˚C 8,4˚C
c.

5 1 1 8˚C 8˚C ganti thermometer


id

6 1 1 8,2˚C 8,2˚C
7 1 1 9˚C 9˚C
8 1 1 10,5˚C 10,5˚C
9 1 1 11˚C 11˚C
10 1 1 12,5˚C 12,5˚C
11 1 1 14˚C 14˚C
12 1 1 16˚C 16˚C
13 1 1 17˚C 17˚C
14 1 1 19˚C 19˚C
15 1 1 21,8˚C 21,8˚C
16 1 1 22˚C 22˚C
17 1 1 23˚C 23˚C
18 1 1 25˚C 25˚C

34 
 
19 1 1 27˚C 27˚C
20 1 1 28˚C 28˚C
21 1 1 28,5˚C 28,5˚C
22 1 1 30˚C 30˚C
23 1 1 31,5˚C 31,5˚C
24 1 1 32,5˚C 32,5˚C
25 1 1 34˚C 34˚C
26 1 1 36˚C 36˚C
27 1 1 37˚C 37˚C
28 1 1 39˚C 39˚C
29 1 1 41˚C 41˚C
di

30 1 1 43˚C 43˚C
31 1 1 44˚C 44˚C
an

32 1 1 46˚C 46˚C pelor 1 jatuh


33 1 1 48˚C
.e

34 1 1 50˚C
k

35 1 1 52˚C
sa

36 1 1 54˚C
37 1 1 56˚C
na

38 1 1 58˚C
39 1 1 60˚C
@

40 1 1 62˚C
41 1 1 63˚C
un

42 1 1 65˚C
43 1 1 67˚C
y

44 1 1 68˚C
.a

45 1 1 70,5˚C
c.

46 1 1 72˚C
47 1 1 74˚C
id

48 1 1 76˚C
49 1 1 80˚C
50 1 1 81,5˚C
51 1 1 83˚C pelor 2 jatuh (pengujian selesai 17.11)

Dari data diatas maka diperoleh bahasan sebagai berikut:


Nilai titik lembek = (46˚ C+83˚ C):2 = 64,5˚C
Menurut standar Petunjuk Lapis Aspal Beton (LASTON) untuk
jalan raya 1987, persyaratan titik lembek untuk aspal keras yaitu pada
penetrasi 60 adalah sekitar 48˚-58˚ C dan pada penetrasi 80 adalah

35 
 
sekitar 46˚-54˚ C. Apabila hasil pengujian dirata-rata dan dibandingkan
dengan standar LASTON untuk jalan raya 1987, nilai titik lembek yang
dicapai pada pengujian ini sebesar 64,5˚ C. Berarti aspal tersebut dapat
dihamparkan dan bertahan pada pengaruh suhu tanpa menjadi leleh sampai
suhu 64,5˚ C. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai titik lembek
pada pengujian ini belum memenuhi syarat LASTON untuk jalan raya
1987.
Setelah nilai titik lembeknya diketahui, dapat dibuat grafik hubungan
antara suhu dengan waktu yang disertai dengan garis liniernya.
di
an

90
y = 0.0264x ‐ 0.7043
80
R² = 0.9879
.e

70
60
k
Suhu (˚C)

50
sa

40
na

30
20
@

10
0
un

0 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200


Waktu (detik)
y .a

Gambar 26. Grafik hubungan antara suhu dengan waktu


c.

Hasil dari uji titik lembek ini menghasilkan grafik yang berkelok,
id

hal ini menunjukkan bahwa pengaruh suhu dengan waktu sangat bervariasi
menurut dari suhunya. Dalam grafik diatas menunjuk bahwa apabila
ditarik garis linier akan membentuk garis miring ke atas. Semakin tinggi
titik lembeknya, semakin baik sebagai bahan pengikat d i lapangan,
bersama dengan penetrasi berperan dalam pencampuran, penghamparan
dan pemadatan. Selain itu suhu luar juga berpengaruh terhadap titik
lembek.

36 
 
G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Dalam melaksanakan pengujian titik lembek tidak terlepas dari
beberapa kekurangan yang menjadikan kendala dalam pelaksanaan
pengujian, salah satunya adalah kurang lengkapnya ketersediaan peralatan
dalam laboratorium yang sedikit menghambat selama proses pengujian.
Dengan jumlah peralatan yang kurang memadahi kapasitas, penguji hanya
dapat melakukan satu kali pengujian untuk satu kelas.
Selain itu karena usia peralatan yang berada di laboratorium sudah
cukup tua dan yang menggunakan juga untuk orang banyak, serta
di

kurangnya pengontrolan pada saat penggunaan alat uji maka terdapat


an

beberapa bagian alat yang sudah mulai rusak dan tidak dapat digunakan
.e

sebagaimana mestinya. Sehingga kita membutuhkan alat lain untuk


k

menggantikannya.
sa

Kendala lain yang dialami pada penguji adalah karena mahasiswa


mahasiswi masih fasih dengan alat–alat yang digunakan dalam
na

laboratorium, maka terkadang penguji masih merasa canggung ketika


@

sedang melakukan pengujian. Dan menyebabkan terjadinya human error.


un

Kekurangtelitian dalam pembacaan alat dan kekurangtahuan penulisan


waktu pada saat mencatat hasil pengujian, sehingga yang tercatat bukanlah
y

waktu secara detail.


.a
c.

H. KESIMPULAN
id

Setelah dilakukan praktikum pengujian titik lembek aspal dan


setelah melakukan pembahasan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa
nilai titik lembek pada aspal yang dicapai pada pengujian ini sebesar 64,5˚
C. Berarti aspal tersebut dapat dihamparkan dan bertahan pada pengaruh
suhu tanpa menjadi leleh sampai suhu 64,5˚ C. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai titik lembek pada pengujian ini belum memenuhi
syarat LASTON untuk jalan raya 1987.

37 
 
Dari hasil pengujian titik lembek dapat disimpulkan bahwa dalam
pengujian titik lembek semakin tinggi titik lembeknya, semakin baik
sebagai bahan pengikat d i lapangan, bersama dengan penetrasi berperan
dalam pencampuran, penghamparan dan pemadatan. Selain itu suhu luar
juga berpengaruh terhadap titik lembek.

I. SARAN – SARAN
Untuk dapat memperlancar jalannya pengujian titik lembek di
laboratorium, hendaknya penguasaan materi sebelum melakukan pengujian
di

perlu diperhatiakan. Karena sebuah praktik tidak dapat berjalan dengan


an

lancar apabila kita belum menguasai materi yang akan diujikan, hal ini
terutama pada pengoperasian alat kerja yang masih fasih di kalangan
.e

mahasiswa / mahasiswi.
k

Selain pengoperasian alat yang harus kita perhatikan. Berkenaan


sa

dengan alat kerja adalah kita yang menggunakan alat kerja hendaknya
na

menjaga benar selama melakukan pengujian supaya alat yang digunakan


tidak mudah rusak. Karena keterbatasan alat dan harganya pun cukup
@

mahal.
un
y .a
c.
id

38 
 
DAFTAR PUSTAKA

www.blogspot.com: http://juffrez.blogspot.com, diunduh 30 November 2011,


pukul 09:41
www.blogspot.com: http://dattaa dhikari.blogspot.com, diunduh 5 November
2011, pukul 20:08
www.undip.ac.id: http://eprints.undip. ac.id, diunduh 6 November 2011,
pukul 08:59
www.kikipedia.org:  http://id.wikipedia.org/wiki/ Aspal,  diunduh 30
di

November 2011, pukul 22:07 


an

www.bintek-nspm.net:http://bintek-nspm.net/assets/498109dc/C06Spek%
.e

20Khusus% 20LPPA.pdf, diunduh 7 November 2011, pukul 22:11


k sa
na
@
un
y .a
c.
id

39 
 
LAMPIRAN

di

Gambar 27. Cincin kuningan diolesi oli


an
.e
k sa
na
@
un
y .a

Gambar 28. Air es dimasukkan dalam bejana dan diukur suhunya


c.
id

Gambar 29. Aspal saat diuji titik lembeknya

40 
 
Gambar 30. Air dalam bejana mulai mendidih
di
an
.e
ksa
na
@
un

Gambar 31. Pelor 1 jatuh


y .a
c.
id

Gambar 32. Pelor 2 akan jatuh

41 
 
Gambar 33. Pelor 2 jatuh
di
an
.e
sak
na
@
un
y .a
c.
id

42 
 
di
an
.e
sak
na
@
un
y .a
c.
id

Gambar 34. Data pengujian

43 
 

Anda mungkin juga menyukai