Anda di halaman 1dari 7

TEORI IKATAN VALENSI

Disusun Oleh :

1. Nofi Aristiyanti (160621003)


2. Ufi Silfiyatun Nasiha (160621007)
3. Feldy Adhitiyar (160621015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2017
1. Definisi Ikatan Valensi
Beberapa teori memberikan dasar-dasar tentang bentuk dari suatu senyawa,
antara lain yaitu teori VSEPR, teori ikatan valensi, teori orbital molekul, dan lain
sebagainya. Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang
muncul pada masa awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W.
Heitler dan F. London pada tahun 1927 mengenai pembentukan ikatan pada molekul
hidrogen. Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling
pada tahun 1930 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On The
Nature Of The Chemichal Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori
ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang
lebih sempurna. Tetapi, pada tahun 1960an teori ikatan valensi secara perlahan kalah oleh
teori orbital molekul.
Teori ikatan valensi merupakan teori ikatan yang menjelaskan bahwa atom-atom
saling berikatan melalui tumpang tindih antara orbital luar (orbital valensi). Dua atom
yang saling berdekatan masing-masing memiliki orbital valensi dan satu elektron. Orbital
valensi ini saling tumpang tindih (Overlap) sehingga elektron yang terletak pada
masing-masing orbital valensi saling berpasangan.sesuai dengan larangan Pauli, maka
kedua elektron yang berpasangan tersebut harus memiliki spin yang berlawanan karena
berada pada satu orbital. Dua buah elektron ditarik olehh inti masing-masing atom
sehingga terbentuk ikatan kovalen. Didalam teori ikatan valensi terdapat istilah orbital
atom dan orbital hibrida yang terbentuk dari proses hibridisasi yaitu pembentukan
orbital-orbital dengan tingkat energi yang berbeda.
2. Pembentukan senyawa kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada
ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan
ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi.
Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi
karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih
ligan. Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam
lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas, sedangkan
basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron.
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Beberapa jenis senyawa
kompleks yaitu :
1. Senyawa kompleks netral. Misalnya [Ni(Co)​4​]
2. Senyawa kompleks ionik. Senyawa kompleks ionik terdiri atas ion positif (kation) dan
ion negatif (anion) misalnya [Ag(NH​3​)​2​]. Dalam senyawa kompleks ionik salah satu
dari ion tersebut atau keduanya dapat merupakan ion kompleks.
Ligan merupakan molekul yang mengelilingi ion pusat. Banyaknya ikatan
koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Adapun jenis-jenis ligan
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan muatannya
a. Ligan netral
Rumus Kimia Nama Ion Nama Ligan
en Etilen diamina Etilen diamina
py Piridina Piridina
H​2​S Hidrogen sulfida Sulfan
H​2​O Air Aquo
NH​3 Amonia Amina
CO Karbon monoksida Karbonil
CS Karbon monosulfida Tiokarbonil
NO Nitrogen monoksida Nitrosil
NO​2 Nitrogen dioksida Nitril
SO Belerang monoksida Sulfinil atau tionil
SO​2 Belerang dioksida Sulfonil
NS Nitrogen monosulfida tionitrosil

b. Ligan negatif
Rumus Kimia Nama Ion Nama Ligan
O​2- Oksida Okso
CN​- Sianida Siano
I​- Iodida Iodo
F​- Flourida Flouro
O​2​2- Peroksida Perokso
H​- Hidrida Hidro atau hidrido
Cl​- Klorida Kloro
NO​2​- Nitrit Nitrito
SO​4​2- Sulfat Sulfato
SCN​- Tiosianat Tiosianato
CO​3​2- Karbonat Karbonato
CNO​- Sianat Sianato

2. Berdasarkan jenis atomnya


a. Ligan organik : C​2​O​4​2-​, CH​3​COO​-​, C​5​H​5​N, C​10​H​8​N​2
b. Ligan anorganik : H​2​O, CN​-​, OH​-​, SCN​-
3. Berdasarkan jumlah ikatan kovalen koordinasi yang dibentuk ligan
a. Ligan monodentat, yaitu ligan yang dapat membentuk 1 ikatan kovalen koordinasi.
b. Ligan bidentat, yaitu ligan yang dapat membentuk 2 ikatan kovalen koordinasi.
Semakin tinggi muatan ion pusat akan semakin mampu mengakomodasi lebih banyak
pasangan elektron dari atom donor. Ion kompleks adalah senyawa ionik dimana kation
dari logam transisi berikatan dengan dua atau lebih anion atau molekul netral. Contoh ion
kompleks misalnya [Fe(H​2​O)​6​]​3+​.
Tatanama senyawa kompleks :
1. Urutan penyebutan ligan
a. Urutan penyebutan ligan adalah secara alfabetis pada nama ligan yang telah di
indonesiakan tanpa memperhatikan jumlah dan muatan ligan yang ada.
b. Jumlah ligan yang ada dapat dinyatakan dengan awal di, tri, dan seterusnya, tetapi
apabila awalan tersebut telah dipakai untuk menyebut jumlah substituent yang ada
pada ligan maka jumlah ligan yang ada dinyatakan dengan awalan bis, tris, tetrakis,
dan seterusnya. Contohnya [Co(en)​2​Cl​2​]​+ adalah ion bis (etilenadiamina)
diklorokobalt(III).
c. Ligan yang terdiri dari dua atom atau lebih ditulis dalam tanda kurung.
2. Senyawa kompleks netral
a. Nama senyawa kompleks netral ditulis dalam satu kata.
b. Menyebut nama dan jumlah ligan
c. Menyebut nama atom pusat dan bilangan oksidasinya yang ditulis dengan angka
romawi. Contohnya [Co(NH​3​)​3​(NO​2​)​3​] adalah triaminatrinitritokobaltat(III).
3. Senyawa kompleks ionik (kation sebagai ion kompleks)
a. Diawali dengan menyebut kata ion.
b. Menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki.
c. Menyebut nama serta muatan dari ion kompleks. Contohnya [Cu(NH​3​)​4​]​2+ adalah ion
tetraaminatembaga (II) atau ion tetraamina tembaga (2+).
4. Senyawa kompleks ionik (anion sebagai ion kompleks)
a. Diawali dengan menyebut kata ion.
b. Menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki.
c. Menyebut nama atom pusat dengan akhiran ​–um atau –​ium diganti dengan –​at
kemudian diikuti bilangan oksidasinya. Contohnya [Ni(CN)​4​]​2- adalah ion tetrasiano
nikelat(II) atau ion tetrasiano nikelat(2-)
5. Senyawa kompleks ionik (kation dan anion sebagai ion kompleks)
a. Menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu.
b. Menyebut nama anion diikuti dengan bilangan oksidasi atom pusat. Contohnya
K​3​[Fe(CN)​6​]​3​-​ adalah kalium heksasianoferat (III) atau kalium heksasianoferat (3-).
3. Sifat kemagnetan
Beberapa sifat kemagnetan dari teori ikatan valensi yaitu sebagai berikut :
a. Paramagnetik : sedikit tertarik medan magnet, ada minimal satu elektron tidak
berpasangan.
b. Diamagnetik : ditolak oleh medan magnet, tidak ada elektron yang tidak berpasangan.
c. Ferromagnetik : sangat kuat ditarik medan magnet
4. Kelemahan teori ikatan valensi
Ada beberapa kelemahan dari teori ikatan valensi, yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian besar senyawa kompleks merupakan senyawa berwarna, teori ikatan valensi
tidak dapat menjelaskan warna dan spektra elektronik dari senyawa kompleks.
2. Meskipun bersesuaian dengan sifat kemagnetan senyawa, teori ikatan valensi tidak
dapat menjelaskan mengapa kemagnetan senyawa dapat berubah dengan kenaikaan
suhu.
3. Teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul yang teramati dengan
baik, misalnya pada molekul karbondioksida, dimana semua elektron pada atom
oksigen berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat diamagnetik, namun
kenyataannya menurut hasil percobaan diketahui bahwa oksigen bersifat paramagnetik
dengan dua elektron tidak berpasangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_ikatan_valensi_dan_penerapannya/.html
https://web.unej.ac.id/2015/04/05/teori-ikatan-valensi-dan-teori-orbital-molekul/.html
https://www.id.m.wikipedia.org/wiki/Senyawa-Kompleks/.html
https://wanibesak.wordpress.com/2010/11/14/senyawa-kompleks-dan-tatanama-senyawa-ko
mpleks/.html

Anda mungkin juga menyukai