Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561

E-ISSN: 2615-1553

TOD (TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT) KONSEP PENGEMBANGAN


SISTEM TRANSPORTASI MASSAL YANG BERKUALITAS UNTUK
MENDUKUNG NAWACITA
Herlin Sukmarini1
Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Krisnadwipayana
Jl. Kampus Unkris Jatiwaringin Pondok Gede – Jakarta
herlin_s@yahoo.com

ABSTRAK

Penataan ruang dan sistem transportasi adalah dua hal penting dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja
ekonomi suatu negara. TOD merupakan salah satu konsep untuk mendukung pembangunan infrastruktur
yang bernafaskan nawacita, dimana nawacita merupakan konsep besar untuk memajukan Indonesia yang
berdaulat, mandiri dan berkepribadian.
Dinamika perkotaan tercermin pada interaksi manusia terhadap ‘ruang’ kota yang dihubungkan dengan
sistem transportasi. Tantangan ke depan perkembangan perkotaan di Indonesia adalah pertumbuhan lalu
lintas yang tinggi dan kemacetan. Semakin tingginya pertumbuhan di kawasan pinggiran perkotaan, maka
semakin tinggi permintaan perjalanan dan semakin panjang jarak tempuh perjalanan.
Pembangunan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD) adalah suatu konsep
pengelolaan ruang dan transportasi secara terintegrasi. Melalui kajian simulasi penerapan TOD di kawasan
perkotaan pada sistem pengelolaan ruang dan transportasi dihasilkan bahwa TOD dapat mendukung
terciptanya pertumbuhan (pro-growth) melalui efisiensi konsumsi sumber daya (baik energi ataupun lahan)
yang diperlukan untuk transportasi, sekaligus dapat menghasilkan pertumbuhan ekonmi yang ramah
lingkungan (green growth) melalui kegiatan transportasi ramah lingkungan dan menurunkan emisi dari
kegiatan transportasi.
Konsep TOD ditujukan sebagai solusi pembangunan kawasan perkotaan melalui pengembangan yang
berorientasi pada system transit sehingga memiliki potensi mengurangi biaya transportasi rumah tangga dan
meningkatkan kualitas hidup. Di sisi lain pembangunan kawasan dengan pola mixed-use diharapkan dapat
meningkatkan aksesibilitas kawasan dan mengurangi kebutuhan perjalanan yang pada akhirnya mengurangi
dampak lingkungan dan memberikan alternatif solusi menghindari kemacetan lalu lintas. (Ditmarr dan
Ohland; 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengembangan konsep TOD diharapkan dapat membuat
penggunaan system transit menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan sistem pergantian antar
moda yang terpadu dan tersinergi dengan baik. Adanya system transit yang efisien dan efektif, serta
peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap beragam fungsi tata guna lahan pada akhirnya akan nilai guna
lahan disekitarnya.

Kata Kunci: Struktur dan pola ruang, konfigurasi guna lahan, deliniasi kawasan, pengembangan system
transportasi massal yang berkualitas dengan konsep TOD.

I. PENDAHULUAN
Terkait dengan pergerakan, maka sistem penataan ruang harus dapat mengkoordinasikan sektor transportasi.
Sistem penataan ruang kota yang berkelanjutan menurut Curwell (2005) dilakukan dengan cara: (1)
mengkonsentrasikan pembangunan pembangkit-perjalanan (trip-generating) utama di sekitar pusat
transportasi publik; (2) meningkatkan kepadatan pembangunan di sekitar kawasan dengan aksesibilitas tinggi
terhadap transportasi publik dan pada koridor transportasi publik; (3) meningkatkan aksesibilitas transportasi
publik.
Beberapa hal yang termaktub di dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030 itu, antara lain Pemda Jakarta
memprioritaskan pengembangan kota ke arah timur, barat, dan utara serta membatasi perkembangan ke arah
selatan. Karena itu mengarahkan pembangunan kota di sejumlah kawasan, sebagai pusat primer, antara lain
di Sentra Primer Barat, Sentra Primer Timur, Kawasan Segitiga Emas Setiabudi, Kawasan Manggarai,
Kawasan Jatinegara, Kawasan Bandar Kemayoran, Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Mangga Dua, Kawasan
Tanah Abang, Kawasan Pantura dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Marunda.Adapun sebagai pusat
sekunder diarahkan di Kawasan Glodok, Kawasan Harmoni, Kawasan Senen, Kawasan Jatinegara, Kawasan
Kelapa Gading, Kawasan Blok M, Kawasan Grogol.

Seperti tertuang dalam Peraturan Daerah no 1/2012 tentang RTRW, Jakarta diperkirakan pada tahun tersebut
harus mengakomodasi kebutuhan penduduknya yang berjumlah 12,5 juta jiwa. Untuk itu, karena lahannya

356
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

tak bertambah pengisian ruang Jakarta lebih diarahkan untuk pembangunan secara vertikal, dan dalam bentuk
superblok. Selain juga akan mengarahkan pada pengembangkan pusat kegiatan pada simpul angkutan umum
massal melalui konsep Transit Oriented Development (TOD).

Konsep Pembangunan Berorientasi Transit berasal dari Transit oriented Development (TOD) memiliki
pengertian penataan ruang dengan menempatkan pusat-pusat kegiatan pada atau di sekitar sistem
perkeretaapian. Konsep TOD bercirikan: padat (dense), terjangkau (accessible) dan jenis guna lahan
campuran (mixed-use) dimana penempatan ruang berlokasi pada jarak yang nyaman ditempuh dengan
berjalan-kaki dari stasiun transit untuk memaksimalkan penggunaan angkutan umum dan meminimalkan
ketergantungan pada penggunaan kendaraan pribadi (TCRP, 2002).

II LANDASAN TEORI
A Acuan Teoritis
Konsep Transit Oriented Development (TOD) mulai berkembanga sejak awal abad ke 20 dengan iri utama
sebagai pembangunan kawasan yang mempunyai struktur berpusat pada fasilitas transit (angkutan umum
masal)dengan melakukan pembangunan beragam funsi guna lahan di dekat stasiun system transit baik berupa
kereta api maupun Bus Rapid Transit. Konsep ini pad pertengahan 1990an di rekonstruksi menjadi sebuah
teori perencanaan urban oleh Peter Calthrope melalui konsep Urban Smart Growth.
Konsep TOD ditujukan sebagai solusi pembangunan kawasanperkotaan melalui pengembanga yang
berorientasi pada system transit sehingga memiliki potensi mengurangi biaya transportasi rumah tangga dan
meningkatkan kualitas hidup. Di sisi lainpembangunan kawasan dengan pola mixed-use diharapkan dapat
meningkatkan aksesibilitas kawasan dan mengurangi kebutuhan perjalanan yang pad akhirnya mengurangi
dampak lingkungan dan memberikan alternatif solusi menghindari kemacetan lalu lintas. (Ditmarr dan
Ohland; 2004).
Berdasarkan literature perencanan perkotaan di Amerika, pengembangan konsep TOD meliputi kawasan
dengan radius sekitar 2.000 kaki atau sekitar 600 meter dari stasiun system transit sebagai pusat kawasan.
Penggunaan jarak 600 meter sebagai radius kawasan adalah untuk mempresentasikan “jarak berjalan kaki
yang nyaman” (± 10 menit) bagi sebagian orang. Di beberapa negara, jarak jalan kaki yang nyaman
dipengaruhi oleh topografi, iklim, infrastruktur jalan, serta struktur fisik lainnya. Oleh karena itu, ukurannya
akan lebih besar atau lebih kecil yang tergantung pada ciri-ciri tertentu. Selain itu aturan tentang keragaman
fungsi tata guna lahan yangbias ditampung dalam kawasan TOD seperti fungsi komersial, pelayanan jasa
pemerintahan, fasilitas umum, perkantoran, dan hunian juga sangat berpengaruh dalam menciptakan
komposisi fungsi lahan yang harmonis.
Pengembangan konsep TOD diharapkan dapat membuat transit menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini
didukung dengan sistem pergantian antar moda yang terpadu dan tersinergi dengan baik. Adanya system
transit yang efisien dan efektif, serta peningkatan aksesibilits masyarakat terhadap beragam fungsi tata guna
lahan pada akhirnya akan nilai guna lahan disekitarnya.
B Konsep TOD dengan Mixed Used
a. Untuk meningkatkan aksesibilitas dan menghidupkan beragam fungsi tata guna lahan dalam satu
kawasan yang terpadu, perlu dipahami terlebih Fungsi Komersial

Dalam rangka mendorong penggunaan transit dan mengurangi penggunaan pribadi, fungsi komerial
yang diletakkan di usat kawasan TOD merupakan daya tarik tambahan bagi lalu lintas penumpang yang
menggunakan transit di kawasan tersebut. Fungsi komersial seperti toko, retail, pelayanan/jasa,
perkantoran, mall, dan tempat pertemuan yang diletakkan di pusat kawasan TOD akan memudahkan
pengguna transit untuk memenuhi kebutuhandan layanan dasar saat mereka berada di kawasan tersebut.
Hal ini meudahkan bagi mereka yang tidak memiliki mobil dan orang-orang yang terbatas mobilitasnya.
Mereka yang masih memilih pergi ke toko akan pergi pada sekian mil yang lebih singkat serta dapat
menghindari menggunakan jalan arterial untuk perjalanan lokal.
b. Fungsi Hunian

Fungsi huniandi kawasan TOD mencakup perumahan yang berada pada jarak jalan kaki yang nyaman
dari daerah komersial inti dan perhentian transit. Mengingat kecilny area kawqsan TOD, pemukiman
padat dengan pola pembangunan vertical dipenuhi dengan cara pola pembangunan campuran antara tipe
hunian permanen dan hunian sementara (temporary resident), seperti kondominium, apartemen, dan
hotel.
c. Fungsi LayananPublik

Fungsi layananPublic diperluakan untuk melayani penduduk dan para pekerja di TOD dan daerah-
daerah sekitarnya. Tempat parkir, plasa, zona hijau, gedung-gedung publik, dan pelayanan publik dapat
digunakan untuk mengisi kebutuhan tersebut. Parkir umum dalam jumlah yang sangat dibatasi dan plasa

357
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

kecil harus disediakan dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Layanan dasar seperti kantor pemerintah,
layanan kesehatan dan pendidikan juga bias dikembangkan dalam skala yang sesuai dengan besar ya
area cakupan pengembangan TOD.
d. Fungsi Sekunder

Fungsi sekunder adalah fungsi-fungsi yg berada pada jarak 1 mil atau sekitar tiga kilometer dari area
inti kawasan TOD. Jaringan jalan area sekunder harus menyediakan jalan langsung multiple serta
koneksi sepeda ke perhentian transit serta area komersial inti, dengan tingkat minimal penyeberangan
artesial. Area sekunder boleh jadi difungsikan sebagai fasilitas umum, sekolah umum, parkir
masyarakat yang luas, penggunaan penghasil-pekerjaan intensitas yang rendah, dan lot parkir dan
kendaraan.

Sumber: TOD Diagram / Architecture 2030, adaptasi dari The Next American Metropolis

Namun demikian, penerapan konsep TOD harus ditinjau secara kasus per kasus mengingat perbedaan
karakteristik fisik, social, maupun kultural setempat. Pedoman yang ada dapat digunakan sebagai acuan dasar
identifikasi komponen-komponen dasar perencanaan.
C. Prinsip-prinsip Utama dalam TOD
Beberapa prinsip dalam konsep TOD :
a. Menghargai bahwa perencanaan dan pengembangan tempat yang bagus membutuhkan waktu
Mampu menyadari dan memfasilitasi bahwa perencanaan pengembangan suatu kawasan agar
memperoleh hasil maksimal membutuhkan proses dan waktu tahapan yang berjenjang secara
berkala.
b. Melibatkan Publik dan pakar sebagai kolaborator dan bekerja dengan bersinergis

Pengembangan yang berbasis pada partisipasi dan kerjasama berbagai pihak terkait termasuk
masyarakat setempat sebagai faktor koreksi dan pelengkap perencanaan.
c. Pemanfaatan ruang yang tepat

Memprogram ruang untuk dapat digunakan kegiatan yang tepat pada saat yang tepat, dengan
optimalisasi waktu penggunaan.
d. Investasi dalam mempertahankan ruang

Invest pada perawatan ruang dapat menjaga citra penampilan kawasan sebagai fasilitas umum.
e. Desain pada skala manusia

Skala manusia sebagai penyesuaian dengan kebiasaan pengguna, merupakan pokok dalam membuat
great a place.
f. Menyediakan Ruang Umum yang mengakomodasi berbagai penggunaan dan pengguna

Fasilitas transportasi berhasil menarik orang-orang yang bergerak melalui mereka dengan perantara
ruang publik sebagai ruang pengumpul.
g. Menggunakan desain dan strategi program untuk meningkatkan keselamatan

Keselamatan pribadi adalah fundamental bagi keberhasilan ruang publik, termasuk tempat transit
dengan keragaman penggunanya.

358
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

h. Memungkinkan variasi dan kompleksitas

Memiliki banyak variasi dan kompleksitas, dapat memberikan perasaan positif tempat, dan
memperkuat karakter “place”.
i. Membuat hubungan antara ruang

Hubungan antar ruang kota (well-connected) mampu meciptakan integrasi yang saling mendukung
dengan tempat transit.
j. Designsidewalks dan penyeberangan untuk penggunaan pedestrian yang tepat

Menghidupkan kembali pejalan kaki dengan fasilitas yang senyaman mungkin, tersinergi dengan
rencana perkotaan.
k. Mengintegrasikan fasilitas transit dan transit sesuai pola perkotaan

Perpindahan antara rute atau jenis transit yang mudah dan bersinergi dengan Sistem Transportasi
Nasional.
l. Jangan lupa (tapi jangan terlalu menekankan) Gerakan mobil dan parkir mobil

Batasan yang jelas jalur pengguna dan pejalan kaki, termasuk penyediaan akses parkir yang tidak
berlebihan.

III METODOLOGI
A. Sumber Data Penelitian
Kajian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan analisis kewilayahan berdasarkan data dan
informasi yang bersumber dari literature, teori dan kebijakan yang sesuai dengan kajian dengan bantuan
tools GIS dalam melakukan analisis overlay dalam memetakan kawasan kajian, untuk lebih lanjut di hasil
olahan data di deskripsikan.
Data primer dan data sekunder kajian bersumber dari data instansional dan data hasil survey
lapangan.
B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Tabel 1. Jenis dan Sumber Data


No Jenis Data Sumber
1. RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030 Bapeda Provinsi DKI Jakarta
2. UDGL Kawasan Senen Dinas Tata Ruang Provinsi
3. Peraturan terkait Instansi terkait
4. Data , sumber informasi lainnya Instansi terkait

Table 2 Sinkronisasi Peraturan Perundangan

NO PERATURAN PERUNDANG- ARAH & MUATAN UU


UNDANGAN
1. UU No 22 Tahun 2009 tentang Perlu ada keterpaduan antara rencana jaringan lalu lintas dan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan angkutan jalan terhadap rencana tata ruang wilayah.

2. Undang Nomor 26 Tahun 2007 Mengamanatkan muatan rencana tata ruang memuat rencana
tentang Penataan Ruang jaringan sistem prasarana termasuk sistem jaringan
transportasi.

Menciptakan ruang aman, nyaman, produktif dan


berkelanjutan

3. Perda No 1 Tahun 2012 tentang Konsep TOD dijabarkan dalam pengaturan tentang Sistem
RTRW DKI Jakarta 2030 Pusat Kegiatan.

Terciptanya ruang wilayah yang menyediakan kualitas


kehidupan kota yang produktif dan inovatif.

359
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

3.3 Metode Pendekatan


Lingkungan perkotaan di kota-kota besar saat ini, banyak yang tidak mendukung kehidupan publik warga
kotanya. Hal tersebut disebabkan tata guna lahan dan sistem transportasi yang tidak efektif efisien. Terlebih
ketika suatu kota memiliki kecenderungan ketergantungan pada penggunaan kendaraan mobil pribadi yang
tinggi, umumnya yang terjadi adalah tata kota akan menyesuaikan dengan kondisi tersebut, dimana ruang
terbuka publik tersingkirkan untuk menyediakan lahan parkir. Ruang terbuka publik tidak tersedia dengan
baik, sehingga kehidupan dan interaksi sosial menghilang, yang akibatnya timbul dampak buruk seperti
kemacetan, polusi udara dan hilangnya sense of community.
Transportasi dan tata ruang merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, karena
transportasi dalam hal ini lalu lintas atau traffic merupakan fungsi dari tata guna lahan.

Gambar 2. Diagramatis Interaksi Antara Kegiatan, Masyarakat & Kebutuhan Ruang (Lokasi)

Pembangunan yang dilaksanakan, tidak bisa lagi dilaksanakan dengan pendekatan sektoral, karena akan sulit
untuk menentukan skala prioritas. Pendekatan yang digunakan haruslah bersifat regional kawasan, maka akan
lebih holistic, komprehensif dan sistemik prioritasnya adalah kebutuhan stakeholders. Dalam RTRW Jakarta
2030 disebutkan dalam Rencana Struktur Ruang bahwa Kawasan Senen ditetapkan sebagai Kawasan Pusat
Kegiatan Sekunder yang dikembangkan dengan konsep TOD, lebih jelasnya lihat peta struktur ruang DKI
Jakarta 2030 berikut.

3.4. Alur Pikir Konsep TOD

Gambar 3. Arah Pengembangan TOD dalam RTRW DKI Jakarta 2030

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deliniasi Kawasan Kajian TOD Senen
Kawasan Senen, sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta
2030 (Perda No 1 Tahun 2012) arah pengembangannya dilakukan dengan strategi mengembangkan sebagai
pusat kegiatan baru secara hierarkis; mengembangkan pusat kegiatan pada simpul angkutan umum massal
melalui konsep Transit Oriented Development (TOD) dan mengembangkan kawasan perkantoran,
perdagangan, jasa, ekonomi kreatif, dan pariwisata dalam skala regional, nasional, dan internasional.
Kawasan perencanaannya mengacu pada ketentuan Panduan Rancang Kota (UDGL) Kawasan Senen.
Kawasan Senen dimasa depan adalah sebuah kawasan berdensitas tinggi yang ditunjang oleh
sarana transportasi yang lengkap dalam keragaman fungsi hunian, komersial, dan perkantoran, dengan
tetap menghargai sejarahnya.

360
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

B. Karakteristik Kawasan Kajian


Secara historical, Kawasan Senen hanyalah sebagai pasar pinggiran kota pada sekitar tahun 1773.
Sejak 1945 berkembang menjadi pusat pertokoan dan perdagangan di tengah Kota Jakarta. Seiring
perkembangan dan kebijakan politik pada saat itu, pada 1960 Gubernur Ali Sadikin membangun Proyek
Senen, Pasar Inpres dan Terminal Senen dan merevitalisasinya sebagai pusat ekonomi, budaya, olahraga, dan
simpul transportasi. Pada 1990 dibangun Atrium Senen yang merupakan pionir super block modern di
Jakarta.
Pada kenyataannya kondisi saat ini, Kawasan Senen dan sekitarnya di dominasi oleh pedagang
informal yang tumbuh secara sporadis pada sisi-sisi di sekitar bangunan pasarana social dan umum yang ada,
seperti di sekitar terminal dan melebar pada sekitar pertokoan, lebih jelasnya lihat peta citra Kawasan Senen.

Gambar 4. Peta TOD Kawasan Senen

Secara fisik, infrastruktur dan prasarana transportasi yang ada sudah tidak memadai, untuk
menampung sekitar 132.000 orang/hari yang beraktifitas di Kawasan Senen, dimana 50% diantaranya
menggunakan kendaraan pribadi.
Kondisi ini menambah kemacetan lalu lintas sehingga menurunkan aksesibilitas yang pada akhirnya
mengurangi daya tarik kawasan. Simpul – simpul transportasi tidak terintegrasi tanpa fasilitas transfer
penumpang. Untuk itu perlu suatu solusi permanen dari sisi perencanaan kota dan transportasi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan dan aksesibilitas kawasan.
Di tinjau dari sisi penggunaan dan pemanfaatan lahan, pengelolaan Kawasan Senen tidak
terintegrasi, penggunaan dan pemanfaatan lahannya terdiri dan terbagi menjadi beberapa blok-blok yang
berbeda kegiatan dan kepemilikan,

V. SIMPULAN DAN SARAN


A Simpulan
Ketentuan kebijakan dan arahan yang telah digariskan dalam RTRW 2030 adalah pengembangan
Kawasan Senen menjadi pusat perekonomian sekunder yang berorientasi pada angkutan umum massal
berbasis multimoda/ Transit Oriented Development (TOD), dengan ketentuan :
 Efisiensi Urban Design : pengembangan yang bersifat vertikal (menengah & tinggi gedung bertingkat),
campuran bangunan yang digunakan & kegiatan, relokasi pedagang kaki lima (PKL). Pengembangan
diarahkan untuk menerapkan konsep bangunan ramah lingkungan (green building) dan konsep
perancangan kota yang berkelanjutan (sustainable urban design).

 Lingkungan Lebih Baik: Urban hijau, pencahayaan perkotaan (green building/taman interaktif), sistem
transportasi terpadu
 Historical Image: Citra senen sebagai pusat komersial & budaya, konservasi kegiatan (pasar
tradisional), konservasi bangunan (stasiun senen sebagai bangunan cagar sektor) (diversity activity).
Strategi untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan indikasi program utama yang akan dilaksanakan :

361
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2018 P-ISSN: 2615-1561
E-ISSN: 2615-1553

 Peningkatan dan pemantapan fungsi kawasan.


 Perbaikan dan optimalisasi fungsi angkutan umum yang telah :
- Kereta Api Commuter loop line dan jarak jauh (regional) di Stasiun Senen
- Dua Koridor BRT Transjakarta
- Angkutan dalam kota di Terminal
- Rencana MRT Barat – Timur
- Rencana BRT yang melalui jalan tol
- Revitalisasi dan perbaikan fungsi dan penggunaan lahan PT. KAI
- Revitalisasi dan pengembangan fungsi fungsi lahan masing masing stakeholder.
B Saran
1. Aspek Urban Desain
a) Untuk merencanakan revitalisasi kawasan mixed-use senen menjadi kawasan TOD yang
terpadu, diperlukan pengorganisasian berserta keterkaitan yang compact antar masing-masing
fungsi bangunan dalam kawasan perencanaan tersebut.

b) Untuk membentuk perencanaan tata ruang yang baik, diperlukan pengelompokan zonasi fungsi-
fungsi kegiatan utama pada masing-masing kawasan perencanaan agar tercipta perencanaan
ruang yang terpadu serta berwawasan lingkungan.

c) Memaksimalkan fungsi kawasan dengan memadatkan fungsi bangunan yang berbeda dalam
satu zona kawasan tersebut (densitas kawasan) yang disesuaikan dengan aturan KDB, KLB dan
GSB sehingga proses redevelopment TOD senen ini dapat melakukan expansi pembangunan
secara horizontal dan vertikal.

d) Memperhatikan sirkulasi moda transportasi yang kerap menimbulkan permasalahan pada


simpul-simpul pergantian moda transportasi (daerah interchange) sehingga terjadi penyelesaian
desain yang kontektual terhadap pengembangan TOD senen.

2. Aspek Kualitas Lingkungan


a) Diperlukan pengaturan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara (alami dan buatan) yang memadai pada
ruang-ruang berlapis banyak (bertingkat inboard/outboard) sehingga memenuhi standar kesehatan pada
bangunan. Perhitungan penerapan sistem HVAC (sirkulasi udara buatan) dan jaringan elektrikal ini
disesuaikan dengan standar intelligent building.

b) Memanfaatkan areal GSB yang berjarak 10-15 m dari garis perbatasan kawasan superblock TOD sebagai
areal resapan air tanah dan zona hijau jalur pedestrian selain berfungsi sebagai zona buffer kebisingan
dan polusi udara dari koridor jalan ke dalam kawasan TOD ini.

c) Rencana plaza yang terletak di depan stasiun senen dapat difungsikan sebagai sarana rekreasi terbuka,
tempat pertemuan (meeting point) dan RTH sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan setempat.

d) Stasiun senen sebagai bangunan bersejarah dapat difungsikan sebagai icon daerah senen maupun sebagai
landmark perencanaan kawasan TOD senen.

e) Memenuhi fasilitas ruang yang berkualitas arsitektural tinggi untuk pejalan kaki sehingga mendorong
masyarakat untuk berjalan kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Perda No 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030.
Undang Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Robertt Corvero, Transit Oriented Development’s Ridership Bonus: A Product of Self-Selection and Public
Policies.
Rencana Induk Transportasi Jadebotabek.
Urban Design Guide Lines (UDGL) Kawasan Senen
Peraturan Menteri Agraria No 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi
Transit.

362

Anda mungkin juga menyukai