Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VITAMIN B12 KOBALAMIN

Disusun Oleh :

ELSHA FADHIKA DWI RAMADHANI (1948201042)


ERMIDA DIANI HSB (1948201043)
FADILATUL KHOIROT (1948201044)
FEBRIANDINI (1948201045)
INTAN FITRIANI (1948201046)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah
“Vitamin B12 Kobalamin” ini’dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada.
Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa.
Serta siswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam
berpikir dan bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para siswa akan
mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam
belajar. Dan dengan harapan semoga siswa mampu berinovasi dan berkreasi
dengan potensi yang dimiliki, dan menjadi sangat bermanfaat.

Pekanbaru, Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar belakang masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 2
2.1 Definisi Asam Nukleat.......................................................................... 2
2.2 Klasifikasi Asam Nukleat..................................................................... 2
2.3 Devinisi Vitamin .................................................................................. 5
2.4 Devinisi dan Fungsi Vitamin B12......................................................... 7
2.5 Akibat Defisiensi Vitamin B12............................................................. 8
BAB III PENUTUP...................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin B12, disebut juga kobalamin, adalah sebuah vitamin larut air yang
berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam
pembentukan darah. Vitamin ini merupakan salah satu dari delapan vitamin B.
Umumnya, vitamin ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh,
terutama pengaruhnya pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam
lemak dan produksi energi. Vitamin B12 juga berfungsi sebagai koenzim dalam
metabolisme asam nukleat.
Dalam sejarahnya, vitamin B12 ditemukan dari hubungannya dengan
penyakit anemia pernisius yang merupakan sebuah penyakit otoimun yang dapat
menghancurkan sel-sel parietal dalam perut yang mensekresi faktor intrinsik.
Faktor intrinsik ini sangat penting dalam absorpsi normal vitamin B12. Sehingga
apabila terjadi kekurangan faktor intrinsik, maka akan timbul penyakitcanemia
pernisius yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi asam nukleat?
b. Apa saja klasifikasi asam nukleat?
c. Apa definisi vitamin?
d. Apa definisi dan fungsi vitamin B12?
e. Bagaimana bila terjadi defisiensi vitamin B12?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi asam nukleat
2. Untuk mengetahui klasifikasi asam nukleat
3. Untuk mengetahui definisi vitamin
4. Untuk mengetahui definisi dan fungsi vitamin B12
5. Untuk mengetahui akibat defisiensi vitamin B12
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asam Nukleat


Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul
nukleotida. Asam-asam nukleat terdapat pada jaringan-jaringan tubuh selain
nukleoprotein, yaitu gabungan antara asam nukleat dengan protein. Untuk
memperoleh asam nukleat dari jaringan-jaringan tersebut, dapat dilakukan
ekstraksi terhadap nukleoprotein terlebih dahulu menggunakan larutan garam 1
M. setelah nukleoprotein terlarut, dapat diuraikan atau dipecah menjadi protei-
protein dan asam nukleat dengan menambah asam-asam lemah atau alkali secara
hati-hati, atau dengan menambah NaCl hingga larutan menjadi jenuh. Setelah
terpisah dari protein yang mengikatnya, asam nukleat dapat diendapkan dengan
penambahan alkohol perlahan-lahan. Di samping itu penambahan NaCl hingga
jenuh akan mengendapkan protein.
Cara lain untuk memisahkan asam nukleat dari protein ialah menggunakan
enzim pemecah protein, misalnya tripsin. Ekstraksi terhadap jaringan-jaringan
dengan asam triklorasetat, dapat pula memisahkan asam nukleat. Denaturasi
protein dalam campuran dengan asam nukleat ini dapat pula menyebabkan
terjadinya denaturasi asam nukleat itu sendiri. Oleh karena asam nukleat itu
mengandung pentose, maka bila dipanasi dengan asam sulfat akan terbentuk
fulfural. Fulfural ini akan memberikan warna merah dengan aniline asetat atau
warna kuning dengan p-bromfenilhidrazina. Apabila dipanasi dengan difenilamina
dalam suasana asam, DNA akan memberikan warna biru. Pada dasarnya reaksi-
reaksi warna untuk ribose dan deoksiribosa dapat digunakan untuk keperluan
identifikasi asam nukleat. (Anna Poedjiadi, 2009)

2.2 Klasifikasi Asam Nukleat


DNA (Deoxyribonucleic Acid) Asam ini adalah polimer yang terdiri atas
molekul-molekul deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain, sehingga
membentuk rantai polinukleotida yang panjang. Molekul DNA yang panjang ini

2
terbentuk oleh ikatan antara atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada
molekul deoksiribosa dengan perantaraan gugus fosfat. (Anna Poedjiadi, 2009)
Setiap nukleotida yang menyusun DNA terdiri atas gugusan gula, asam
fosfat, dan basa nitrogen. (Rohana Kusumawati, 2013) a. Gugusan gula (gula
pentose yang dikenal sebagai deoksiribosa).

Asam fosfat (penghubung dua gugusan gula).


Basa nitrogen (adenine dan guanine dari golongan purin serta sitosin dan
timin dari golongan pirimidin).
DNA merupakan dua rantai polinukleotida yang saling terpilin membentuk
double helix. Dalam rantai DNA tersebut, sitosin (C) selalu dihubungkan dengan
guanine (G) oleh tiga ikatan hidrogen. Adenine (A) selalu dihubungkan dengan
timin (T) oleh dua ikatan atom hidrogen.
Basa nitrogen membentuk rangkaian persenyawaan kimia dengan
deoksiribosa menjadi suatu molekul yang disebut nukleosida atau
deoksiribonukleosida. Nukleosida ini berperan sebagai prekusor elementer untuk
sintesis DNA. Nukleosida bergabung dengan gugus fosfat untuk membentuk suatu
nukleotida atau deoksiribonukleotida. Beberapa nukleotida akan bergabung
membentuk suatu molekul DNA.
DNA dapat bersifat heterokatalitik atau autokatalitik. DNA bersifat
heterokatalitik karena mampu membentuk RNA melalui sintesis protein. DNA
bersifat autokatalitik karena dapat melakukan
replikasi menghasilkan DNA baru. Ada tiga hipotesis tentang replikasi DNA:
a. Replikasi konservatif, bentuk double helix DNA lama tetap, kemudian
menghasilkan double helix baru.
b. Replikasi semikonservatif, double helix DNA memisahkan diri dan setiap
pita tunggal mencetak pita pasangannya.
c. Replikasi dispersive, double helix DNA terputus-putus, kemudian segmen-
segmen tersebut akan membentuk segmen baru yang akan bergabung
dengan segmen lama untuk membentuk DNA baru.

3
Beberapa enzim yang berperan dalam replikasi DNA adalah sebagai berikut:
a. Enzim helikase berfungsi untuk menghidrolisis rantai ganda
polinukleotida menjadi dua rantai mononukleotida.
b. Enzim polymerase berfungsi untuk merangkai rantai-rantai
mononukleotida untuk membentuk DNA baru.

Enzim ligase berfungsi untuk menyambung ulir DNA yang baru terbentuk.
RNA (Ribonucleic Acid)
Asam ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul
ribonukleotida. Seperti DNA, asam ribonukleat ini terbentuk oleh adanya ikatan
antara atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul ribose dengan
perantaraan gugus fosfat. Meskipun banyak persamaannya dengan DNA, RNA
mempunyai beberapa perbedaan dengan DNA yaitu (Anna Poedjiadi, 2009)
Bagian pentosa RNA adalah ribose, sedangkan bagian pentosa DNA adalah
deoksiribosa.
Bentuk molekul DNA ialah double helix. Bentuk molekul RNA bukan
double helix tetapi berupa rantai tunggal yang terlipat sehingga menyerupai rantai
ganda.
RNA mengandung basa adenin, guanin, dan sitosin seperti DNA, tetapi
tidak mengandung timin. Sebagai gantinya, RNA mengandung urasil. Dengan
demikian bagian basa pirimidin RNA berbeda dengan bagian basa pirimidin
DNA. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin,
demikian pula jumlah adenin tidak harus sama dengan urasil.

Ada tiga tipe RNA sebagai berikut (Rohana Kusumawati, 2013)


a. rRNA (Ribosomal RNA) atau ARN Ribosom rRNA terdapat dalam
sitoplasma dan berperan dalam sintesis protein. rRNA dapat mencapai 80
% dari jumlah RNA sel. rRNA berfungsi untuk mempermudah perekatan
yang spesifik antara antikodon tRNA dengan kodon mRNA selama
sintesis protein.

4
b. mRNA (Messenger RNA) atau ARN duta
mRNA berupa rantai tunggal yang relatif panjang. mRNA dibentuk dalam
nucleus dan berfungsi membawa kode genetic (kodon) dari DNA ke
ribosom.
c. tRNA (Transfer RNA) atau Rantai Terpendek
tRNA terdapat dalam sitoplasma dan berfungsi menerjemahkan kodon dari
mRNA menjadi asam amino. Asam amino dibawa oleh tRNA ke ribosom.
Pada salah satu ujung tRNA terdapat tiga rangkaian basa pendek disebut
antikodon. Suatu asam amino tertentu akan melekat pada ujung tRNA
yang bersebrangan dengan ujung antikodon. Pelekatan ini merupakan cara
agar tRNA berfungsi. Pengurutan asam amino sesuai dengan urutan kodon
pada mRNA.

2.3 Definisi Vitamin


Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu,
harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat
rusak karena penyimpanan dan pengolahan.
Istilah vitamine pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir
Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang
mampu meyembuhkan penyakit beri-beri, ia mampu menyimpulkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-
hari. Zat ini dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsure nitrogen
(amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan
bahwa ada beberapa jenis vitamine yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh
sebab itu, istilah “vitamine” kemudian diubah menjadi vitamin. (Sunita Almatsier,
2010)
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam
jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam

5
sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara
kesehatan.
Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa
di antaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya
sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh. Oleh karenanya tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari.
Jadi vitamin mengatur metabolisme, mengubah lemak dan karbohidrat menjadi
energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan.
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali
mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam
kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu
penyakit yang diderita oleh anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada
manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi makanan yang
terdiri atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan
member makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang
menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting selain
karbohidrat, lemak dan protein sebagai energi, mendorong para ahli untuk
meneliti lebih kanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin
yang dikenal sekarang. Pada saat ini terdapat terdapat lebih dari 20 macam
vitamin. Polish kemudian memberi nama faktor diet esensial ini dengan vitamin.
Selanjutnya hasil pekerjaan Warburg tentang koenzim (1932 – 1935) dan
kemudian penyelidikan R Kuhn dan P Kerrer menunjukkan adanya hubungan
antara struktur kimia vitamin dengan koenzim.
Vitamin diberi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek
(1971) disebut prakoenzim, dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh
tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah:
tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat,
vitamin B12 (disebut golongan B) dan vitamin C. golongan kedua yang larut
dalam lemak disebut alosterin, dan dapat disimpan di dalam tubuh. Apabila
vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan
gejala penyakit tertentu, yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin
mengakibatkan terjadinya penyakit defisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan

6
hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut terpenuhi. (Anna Poedjiadi,
2009)

2.4 Definisi dan Fungsi Vitamin B12


Vitamin B12 adalah salah satu metabolit sekunder yang secara eksklusif
hanya diproduksi oleh beberapa jenis bakteri dan archaea (Combs, 1998). Hewan
(termasuk manusia) dan protista membutuhkan vitamin B12 tetapi tidak dapat
mensintesisnya. Sedangkan tumbuhan dan jamur diperkirakan tidak mensintesis
atau menggunakannya (Duda dkk, 1967). Dengan demikian pemenuhan
kebutuhan vitamin B12 12 oleh hewan dan manusia hanya dapat dicukupi dengan
mengeksploitasi bakteri penghasil vitamin B12 secara fermentasi.
Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip-porfirin seperti hem,
yang mengandung kobalt serta terkait pada ribose dan asam fosfat. Bentuk sintetik
siano-kobalamin, terdapat dalam jumlah sedikit dalam makanan dan jaringan
tubuh. Bentuk utama vitamin B12 dalam makanan adalah 5-
deoksiadenosilkobalamin, metilkobalamin, dan hidroksokobalamin.
Vitamin B12 adalah kristal merah yang larut air. Warna merah karena
kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali,
cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi. Pada pemasakan, kurang
lebih 70 % vitamin B12 dapat dipertahankan. Sianokobalamin adalah bentuk
paling stabil dan karena itu diproduksi secara komersial dari fermentasi bakteri.
(Sunita Almatsier, 2010)
Absorpsi intestinal vitamin B12 terjadi dengan perantaraan tempat-tempat
reseptor dalam ileum yang memerlukan pengikatan vitamin B12, suatu
glikoprotein yang sangat spesifik yaitu faktor intrinsik yang disekresi sel-sel
parietal pada mukosa lambung. Setelah diserap vitamin B12 terikat dengan
protein plasma, transkobalamin II untuk pengangkutan ke dalam jaringan.
Absorpsi vitamin B12 adalah kompleks. Proses absorpsi dimulai di lambung
dimana preformed B12 terikat pada protein pembawa yang disebut faktor
intrinsik. Vitamin B12 yang disintesa flora usus juga terikat pada protein
pembawa. Absorpsi di daerah distal ileum melalui pembawa, walaupun
mekanismenya belum jelas. Absorpsi vitamin B12 dapat juga terjadi di usus besar.

7
Di dalam darah vitamin B12 terikat pada transport protein. Vitamin B12 berfungsi
sebagai koenzim pada reaksi yang memerlukan 5 deoxyadenosine atau
berpartisipasi sebagai substrat pada reaksi metilasi untuk membentuk
metilkobalamin. Vitamin B12 diperlukan untuk sintesis purin dan pirimidin (asam
nukleat).
Vitamin ini diperlukan juga untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif, dan
dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna,
sumsum tulang, dan jaringan saraf. Vitamin B12 merupakan kofaktor dua jenis
enzim pada manusia, yaitu metionin sintetase dan metilmalonil-KoA mutase.
Reaksi metionin sintetase melibatkan asam folat. Gugus metil 5-metil
tetrahidrofolat (5-metil-H4 folat) dipindahkan ke kobalamin untuk membentuk
metilkobalamin yang kemudian memberikan gugus metil ke homosistein. Produk
akhir adalah metionin, kobalamin, H4 folat, yang dibutuhkan dalam pembentukan
poliglutamil folat dan 5,10-metil-H4 folat, yang merupakan kofaktor timidilat
sintetase dan akhirnya untuk sintesis DNA. Terjadinya anemia megaloblastik pada
kekurangan vitamin B12 dan folat terletak pada peranan vitamin B12 dalam reaksi
yang dipengaruhi oleh metionin sintetase ini.
Reaksi metilmalonil-KoA mutase terjadi dalam mitokondria sel dan
menggunakan deosiadenosilkobalamin sebagai kofaktor. Reaksi ini mengubah
metilmalonil-KoA menjadi suksinil-KoA. Reaksi-reaksi ini diperlukan untuk
degradasi asam propionate dan asam lemak rantai ganjil terutama dalam sistem
saraf. Diduga gangguan saraf pada kekurangan vitamin B12 disebabkan oleh
gangguan aktivitas enzim ini. (Sunita Almatsier, 2010)

2.5 Akibat Defisiensi Vitamin B12


Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam makanan,
akan tetapi sebagian besar akibat penyakit saluran cerna atau pada gangguan
absorpsi dan transportasi. Karena vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah folat
menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia
karena kekurangan folat. Anemia pernisiosa terjadi pada atrofillisut-nya lambung
yang menyebabkan berkurangnya sekresi faktor intrinsik. Separuh dari kejadian

8
ini bersifat keturunan dan selebihnya karena proses menua (usia sesudah 40 tahun)
dengan meningkatnya proses atrofi pada jaringan tubuh.
Kekurangan vitamin B12 menimbulkan dua jenis sindroma. Gangguan
sintesis DNA menyebabkan gangguan perkembangbiakan sel-sel, terutama sel-sel
yang cepat membelah. Sel-sel membesar (megaloblastosis), terutama prekusor sel-
sel darah merah dalam sumsum tulang, dan sel-sel penyerap pada permukaan
usus. Megaloblastosis menyebabkan anemia megaloblastik, glositis, serta
gangguan saluran serna berupa gangguan absorpsi dan rasa lemah.
Sindroma kedua berupa gangguan saraf yang menunjukkan degenerasi otak,
saraf mata, saraf tulang belakang dan saraf perifer. Tanda-tandanya adalah mati
rasa, semutan, kaki terasa panas, kaku dan rasa lemah pada kaki. Kekurangan
vitamin B12 lebih banyak terjadi pada orang tua karena makan yang tidak teratur.
(Sunita Almatsier, 2010)
Defisiensi vitamin ini biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem absorpsi
di usus. Beberapa gejala defisiensi atau kekurangan vitamin B12 antar lain (Anna
Poedjiadi, 2009) Anemia pernisiosa, yang disebabkan oleh ketidakmampuan
tubuh mengabsorpsi B12.

Depresi mental.
Semua vitamin B12 alami diperoleh dari hasil sintesis bakteri, fungi atau
ganggang. Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang
diperoleh dari hasil sintesis bakteri di dalam usus, seperti hati, ginjal, disusul oleh
susu, telur, ikan, keju, dan daging. Vitamin B12 dalam sayuran ada bila terjadi
pembusukan atau pada sintesis bakteri. Vitamin B12 yang terjadi melalui sintesis
bakteri pada manusia tidak diabsorpsi karena sintesis terjadi di dalam kolon.
Bentuk vitamin B12 dalam makanan terutama sebagai 5-deoksiadenosil dan
hidroksikobalamin, sedikit sebagai metilkobalamin dan sedikit sekali sebagai
sianokobalamin. (Sunita Almatsier, 2010)

9
Untuk kebutuhan diet dianjurkan (Anna Poedjiadi, 2009)

a. Pria dan wanita di atas 11 tahun dianjurkan 3 mcg/hari

b. Wanita mengandung atau menyusui 4 mcg/hari

c. Anak 7 – 10 tahun 2 mcg/hari

d. Anak 1 – 3 tahun 1 mcg/hari

e. Anak sampai 1 tahun 0,3 mcg/hari

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari bahasan di atas bahwa:
a. Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul
nukleotida yang terdapat pada jaringan-jaringan tubuh.
b. Asam nukleat terdiri atas DNA dan RNA.
c. DNA adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul
deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain.
d. RNA adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul
ribonukleotida.
e. Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh
tubuh.
f. Vitamin B12 adalah salah satu metabolit sekunder yang secara eksklusif
hanya diproduksi oleh beberapa jenis bakteri dan archaea.
g. Vitamin B12 diperlukan untuk sintesis purin dan pirimidin (asam
nukleat).
h. Defisiensi vitamin B12 biasanya disebabkan oleh kerusakan sistem
absorpsi di usus.

3.2 Saran
Saran kepada masyarakat agar memperhatikan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang dianjurkan untuk vitamin B12 supaya defisiensi vitamin ini dapat
menurun. Begitu halnya dengan sintesis DNA, konsumsi vitamin B12 yang sesuai
dengan AKG tersebut akan menurunkan angka kejadian penyakit akibat defisiensi
vitamin B12.

11
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna, dkk. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia (UI-Press)

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Kusumawati, Rohana, dkk. 2013. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII. Klaten:
Intan Pariwara

Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN: 1411 – 4216

Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, September 2006, Vol. 1 No. 1,


e-ISSN: 2442 – 6725

Prosiding Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi WNPG VIII, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai