Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


PENYAKIT FLU BURUNG

Oleh:
Afifah Damayanti
(14.401.19.003)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FLU BURUNG

Telah di koreksi dan disetujui tanggal ……………………oleh :

Pembimbing

(Firdawsyi Nuzula, S.Kp., M.Kes)

NIK: 201309.40

Mengetahui,

Kaprodi D III Prodi D III Keperawatan

(Hendrik Probo Sasongko, S.Kep., Ns, M.Kes)

NIK: 201404.48

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Batasan Masalah......................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
D. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................5
A. KONSEP PENYAKIT.............................................................................................................5
1. Definisi..................................................................................................................................5
2. Etiologi..................................................................................................................................5
3. Tanda dan Gejala................................................................................................................6
4. Patofisiologi..........................................................................................................................6
Pathway........................................................................................................................................8
5. Klasifikasi.............................................................................................................................8
6. Komplikasi...........................................................................................................................9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG......................................9
1. Pengkajian............................................................................................................................9
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................15
3. Intervensi............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26
PERTANYAAN..................................................................................................................................27

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu burung merupakan sejenis penyakit influenza. Mikroorganisme penyebabnya
adalah virus influenza A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk
dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu: A, B, dan C. virus
influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang
ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. Virus influenza A
dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada
permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu hematuglunin
dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N [CITATION
Her14 \p 721 \l 1057 ].
Avian Influenza atau Flu Burung (Bird Flu) atau sampar unggas (Fowi Plague)
pertama kali di temukan menyerang di itali sekitar 100 tahun yang lalu. Pada mulanya
penyakit ini hanya menyerang unggas mulai dari ayam sampai burng-burung liar. Akan
teteapi laporan terakhir menyebutkan seragam pada babi dan manusia. Wabah ini
menyerang manusia pertama kali di Hongkong pada tahun 1997 dengan 18 korban dan 6
di antaranya meninggal. Di Indonesia penyakit ini hanya di duga sebagai penyakit tetelo
atau Velogenik Newacatle Diseage (VVND). Penyakit ini merupakan penyakit baru (Neo
Emerging Diasease) yang banyak menarik perhatian berbagai pihak karena penularannya
yang sangat cepat dengan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sektor
peternakan, khususnya, unggas yang mempunyai dampak besar terhadap ketersediaan
daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi pada peternakan[CITATION Fir12 \p 163 \l
1057 ].
Penyakit ini sangat berdampak negatif bagi manusia, pada umumnya mereka yang
terkena penyakit ini akan megalami demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek, dan
kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat
didahului oleh perasaaan malas dan rasa dingin. Mortalitas yang tinggi pasa pasien usia
lanjut yang terserang pneumonia virus interstisial, disebabkan adanya saturasi oksigen
yang berkurang, serta akibat asidosis dan anoksia. Komplikasi yang mungkin terjadi ini
adalah infeksi sekunder, seperti pneumonia bakterial [CITATION Her14 \p 726 \l 1057 ].

3
Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat dapat dicegah dengan
meningkatkan tingkah laku yang higenik perorangan. Khusunya untuk flu burung
tindakan serta survielens tidak terbatas pada dunia kesehatan saja tetapi memerlukan
kerja sama dan integrasi yang erat dengan dinas peternakan dan dinas perdagangan.
Penyakit ini juga dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi untuk dapat mencegah
terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal [CITATION Her14 \p 727 \l
1057 ].
B. Batasan Masalah
Pada pembahasan ini hanya memahami konsep dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Penyakit Flu Burung.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit Flu Burung ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan penyakit flu burung ?
D. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk memahami, mengetahi dan menambah pengetahuan / wawasan tentang asuhan
keperawatan pasien dengan penyakit flu burung.
2) Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi flu burung.
b) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab atau etiologi dari flu
burung.
c) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari flu burung.
d) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari flu burung.
e) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi dari flu burung.
f) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari flu burung.
g) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami askep dari flu burung.
h) Mahasiswa mampu mengetahui dan menetapkan diagnosa dari flu burung.
i) Mahasiswa mampu mengetahui dan menetapkan intervensi dari flu burung.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Flu burung merupakan sejenis penyakit influenza. Mikroorganisme
penyebabnya adalah virus influenza A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza
sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu: A, B,
dan C. virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia
dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah.
Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan petanda berupa
tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A
yaitu hematuglunin dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan
dengan N [CITATION Her14 \p 721 \l 1057 ].
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah hal yang disebabkan oleh influenza dengan kode genetik H5N1
(H:Haemagglutinin, N:Neuramidase) [CITATION Ami15 \p 1 \l 1057 ].
2. Etiologi
Virus influenza tipe A, termasuk dalam famili orthomyxoviridae dengan
penyebaran melalui udra (droplet infection) dan dapat berubah-ubah bentuk. Virus ini
terdiri dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5
dan H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung adalah
dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu
22˚C dan lebih dari 30 hari pada 0˚C. Virus akan mati pada pemanasan 60˚C selama
30 menit / 56˚C selama 3 jam dan denan detergen, desinfektan misal formalin cairan
yang mengandung iodine [CITATION Ami15 \p 1 \l 1057 ].
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa:
antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang

5
merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleuprotein. Antigen ini
spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung
virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga
menonjol keluar dari selubung inti virus dan hanya memegang peran yang minim
pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan
membrane lemak disebelah luarnya [CITATION RHH14 \p 725 \l 1057 ].
3. Tanda dan Gejala
1) Masa inkubasi 3 hari dengan rentang 2-4 hari.
2) Batuk, pilek, demam >38 ̊ C.
3) Sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia dan malaise.
4) Diare, konjungtivitis.
5) Flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakit dengan ARDS.
6) Kelainan laboratorium, leucopenia, dan trombositopenia.
7) Gangguan ginjal (sebagian besar) berupa peningkatan ureum dan kreatinin.
8) Gejala pada unggas :
 Jengger berwarna biru
 Borok di kaki
 Kematian mendadak
9) Tanda dan gejala pada anak-anak :
 Nafas terengah-engah
 Kulit menjadi kehitaman / keabuan
 Malas minum
 Muntah-muntah
 Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
 Tidak mau disentuh
 Terkadang gejala hilang tetapi demam dan batuk masih ada
[CITATION Ami15 \p 1-2 \l 1057 ].
4. Patofisiologi
Virus influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia karena
adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan lain
sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infeksi virus masuk ke dalam saluran
pernafasan, dan terjadilah replikasi virus sangat cepat. Terjadinya replikasi virus
yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I, IL-6 TNF Alfa yang

6
kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan gejala demam, malaise,
myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh
maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan organ tubuh lain. Pembentukan
sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan merusak jaringan paru yang luas
dan berat yang bisa menyebabkan pneumonia intertitial. Proses berlanjut dengan
terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar, pembentukan hyalin dan fibroblas sel
radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan, keadaanini akan
menyebabkan difusi oksigen terganggu, terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat
merusak organ lain, keadaan ini bisa terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan
kematian secara mendadak karena proses yang irreveraible[CITATION Tam \p 6 \l
1057 ].
Penyebaran virus Avian influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet
infection) dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran
napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Reseptor
spesifik yang dapat berkaitan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies dari
mana virus berasal. Virus AI manusia (kuman influenza virus) dapat berkaitan
dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel dimana
didapatkan residu asam sialat yang dapat berkaitan dengan membran sel mukosa
melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berkaitan
dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage.
Replika virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat
menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi
utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang berselia. Sel-sel yang terinfeksi
akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami pignosis
[CITATION Abd13 \p 188 \l 1057 ]

7
Pathway

Melalui udara, air, makanan Unggas infeksi virus Hambatan


unggas yang terinjeksi influenza A H5N1 mobilitas fisik
kontak dg kotoran unggas,
kontak dg unggas yg sakit,
menyentuh produk unggas yg Infeksi sel epitel
terinfeksi flu burung saluran nafas Kelemahan

Pembentukan
proinflammatory
Malaise
cyticine termasuk
interleukin -1,
interleukin-6dan
Tn alfa Myalgia

Hipertermi
Nyeri

Demam Kerusakan jaringan paru

Evaporasi Gangguan
Eksudasi dan edema
intra alveolar difusi oksigen

Kekurangan
volume cairan Ketidakefektifan Hipoksia
bersihan jalan nafas

Gangguan pertukaran gas

[CITATION Ami15 \p 7 \l 1057 ]

5. Klasifikasi

8
Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiridari tiga
tipe yaitu:
a) Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia
dengan gejala yang ringandan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi
masalah.
b) Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan petanda
berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda
virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan
protein neuramidase dilambangkan dengan N[CITATION Her14 \p 721 \l 1057 ].
6. Komplikasi
Komplikasi akan terjadi bila klien terlambat dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan, adapun komplikasinya adalah gagal nafas, dan gagal multi
organ yang di tandai dengan gejala tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai
dengan sepsis bahkan kematian [CITATION Abd13 \p 190 \l 1057 ].

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG


1. Pengkajian
a. Identitas
Kelompok yang beresiko tinggi penderita flu burung adalah pekerja ternak
unggas dan pedagang unggas serta kondisi lingkungan tempat tinggal dengan
sanitasi yang buruk, kandang di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah
dalam keadaan kotor[CITATION Abd13 \p 195 \l 1057 ].
b. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah
satu tanda terjadi infeksi di paru-paru (pneumonia), batuk, pilek, nyeri otot,
peningkatan suhu tubuh dan sakit tenggorokan.
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien mengeluh sesak nafas, batuk, pilek, nyeri otot dan demam.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
P : Demam
Q : Panas
R : Rasa panas diseluruh badan
S : Demam biasanya cukup tinggi yaitu >38 ̊ C
9
T : Demam biasanya akan timbul 2-4 hari setelah masa inkubasi atau terkena
infeksi virus influenza
[CITATION Her14 \p 722 \l 1057 ]

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan atas dengan gejala seperti luka pada
tenggorokan, bersin dan demam ringan atau pernah menderita flu burung
[CITATION Abd13 \p 195 \l 1057 ].
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah di alami oleh anggota keluarga yang lainnya
sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah[CITATION Abd13 \p 194 \l
1057 ].
3) Riwayat Pengobatan
Pengobatan antiviral diberikan secara mungkin (48 jam pertama) :
a. Dewasa atau anak di atas 13 tahun oseltamivir x 75 mg/hari selama 5 hari.
b. Anak > tahun dosis aseltamivir 2 mg/kg BB, 2x sehari selama 5 hari.
c. Dosis oseltamivir dapt diberikan sesuai dengan BB sbb :
1. 40 kg : 75 mg 2x/hari.
2. 23-40 kg : 60 mg/2x/hari.
3. 15-23 kg : 45 mg/2x/hari.
4. <15 kg : 30 mg 2x/hari.
Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok resiko tinggi terpanjan 7-10
hari dari panjaran terakhir. Penggunaan profilaksis jangka panjang dapat
diberikan maksimal hingga 6-8 minggu sesuai dengan profilaksis pada
influenza musiman.
Pengobatan lain :
a. Antibiotik spectrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atpikal.
b. Metilprednisolon 1-2 mg/kg BB IV diberikan pada pneumonia berat,
ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap obat-obat
vasopresor [CITATION Abd13 \p 192 \l 1057 ].
10
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a. Kesadaran
Pada pasien H5N1 kesadaran penuh.

c. Tanda-tanda Vital
TD : pada pasien flu burung terjadi peningkatan tekanan darah.
Nadi : takikardi dan dispneu
RR : melebihi normal
Suhu : lebih dari 38˚C [CITATION Ami15 \p 1 \l 1057 ].
2) Body system
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, Tonsil
tampak kemerahan dan edema, Biasanya terdapat secret atau lendir pada
daerah hidung, hidung tampak kemerahan, Adanya batuk.
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
Perkusi : area paru sonor/ hipersonor/ dullness
Auskultasi : suara nafas area vesikuler [CITATION Abd13 \p 195 \l 1057 ]
b. Sistem persyarafan
Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa
bangun dan beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh
karena sakit saat disentuh [CITATION Ami15 \p 1 \l 1057 ]
c. Sistem kardiovaskular
Inspeksi : ada atau tidak adanya nyeri tekan
Auskultasi : ada atau tidaknya suara tambahan
Palpasi : pada dinding torak teraba lemah/ kuat/ tidak teraba
Perkusi : batas-batas jantung
Batas atas ( N = ICS II)
Batas bawah(N = ICS V)
Batas kiri (N = ICS Vmid clavikula sinistra)
Batas kanan (N = ICS IV mid sternalis dextra)
Terjadinya takikardi disebabkan karena takipneau.
d. Sistem pencernaan
11
Inspeksi : bentuk abdomen, massa/ benjolan, bayangan pembuluh darah
vena
Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites
Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare
pada penderita flu burung .
Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 20 x/menit [CITATION Abd13 \p
196 \l 1057 ].
e. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung [CITATION
Her14 \p 722 \l 1057 ].
f. Sistem perkemihan
Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan
ginjal berupa peningkatan ureum dan kreatinin [CITATION Abd13 \p 196 \l
1057 ].
g. Sistem muskuluskletal
Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya
tahan tubuh dan mengalami nyeri [CITATION Ami15 \p 1 \l 1057 ].
h. Sistem integumen
Inspeksi : Kulit menjadi kehitaman atau keabuan
Palpasi : turgor tidak kembali dalam 2 detik [CITATION Ami15 \p 1 \l
1057 ].
i. Sistem imun
kelainan laboratorium, leukopenia, limfopenia, dan trombositopenia
sering terjadi pada pasien flu burung [CITATION Bud13 \p 12 \l 1057 ]
j. Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung
[ CITATION Abd13 \l 1057 ].

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kimia darah
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin Kinase, Analisis gas
darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan

12
SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase. Analisis
Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan
perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
2) Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total.
Umumnya ditemukan lekopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3) Uji RT-PCR (Reverse transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5
4) Biakan dan identifikasi virus influenza A suptipe H5N1
5) Uji serologi
6) Uji penapisan : rapid test mendeteksi influenza A, ELISA untuk mendeteksi
H5N1
7) Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka
flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah
penumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CTScan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal
sebagai langkah diagnostik dini.
8) Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada
mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan
PCR[CITATION Ami15 \p 2 \l 1057 ].

f. Penatalaksanaan
1. Pelayanan di Fasilitas kesehatan non rujukan flu burung
- Pasien suspek flu burung langsung diberikan oseltavimir 2 x 75 mg (jika
anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS flu burung.
- Untuk puskesmas terpencil pasien diberi pengobatan oseltavimir sesuai
skoring dibawah ini, sementara paa puskesmas yang tidak terpencil
langsung dirujuk ker RS rujukan. Kriteria pemberian oseltavimirdengan
system skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “case
management” & dan pengembangan laboratorium regional avian
influenza, Bandung 20-23 april 2006

13
Skor/ gejala 1 2
Demam <38*C >_38*C
RR N >N
Ronki Tidak ada Ada
Leucopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah Tidak ada Ada

Skor:
6-7 = evalusi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir
>7 = diberi oseltamivir
Batasan frekuensi napas :
<2b1 = >60x/menit
2bl - <12bl = >50x/menit
>1 th - <5th = >40x/menit
5 th - 12 th = >30x/menit
>13 = >20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap
sebagai leukopeni (skor = 2)
- Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujuksn
a. Pasien suspek H5N1, probable, dan konfirmasi dirawat diruang isolasi.
b. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim paien ke ruang
pemeriksaan.
c. Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan tetap menggunakan APD dan
melakukan kewaspadaaan standar.
d. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
e. Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto toraks.
Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia)
diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu
pasien pulang. Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan
ketiga perawatan. Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan
diulang setiap lima hari.
f. Penatalaksanaan diruang rawat inap

14
- Perhatika : keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, frekuensi napas, dan suhu), bila fasilitas tersedia, pantau saturasi
oksigen dengan alat pulse oxymetry.
- Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

3. Profilaksis menggunakan oseltamivir


Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularandari manusia ke
manusia, namun penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum terpajan tidak
dianjurkan. Rekomendasi saat ini oseltamivir diberikan pada petugas yang
terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan jarak < 1 m tanpa
menggunakan APD. Bagi merek yang terpajan lebih 7 hari yang lalu,
profilaksis tidak dianjurkan kelompok resiko tinggi untuk mendapat
profilaksis adalah:
1. Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau konfirmasi
H5N1 misalnya pada saat intubasi atau melakukan suction trakea,
memberikan obat dengan menggunakan nebulisasi, atau menangani cairan
tubuh tanpa APD yang memadai. Termasuk juga petugas LAB yang tidak
menggunakan APD dalam menangani sampel yang mengandung virus
H5N1.
2. Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi
terinfeksinya H5N1. Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka
terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang menularkan
penyakit[CITATION Ami15 \p 4-6 \l 1057 ].

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
ditandai dengan dispnea, saat diaskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk
berdahak.
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstuksi saluran
nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih.
Batasan karakteristik :
Subyektif
Dispnea

15
Objektif
1. Suara nafas tambahan (Misalnya: rale, crackle, ronki dan mengi).
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan.
3. Sianosis.
4. Kesulitan untuk berbicara.
5. Penurunan suara nafas.
6. Sputum berlebihan.
7. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
8. Ortopnea.
9. Gelisah.
10. Mata terbelalak.
Faktor yang berhubungan :
Lingkungan : Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
Obstruksi Jalan Nafas : Spasme jalan nafas, retensi sekret, mukus berlebih,
adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing di jalan nafas, sekret di bronki
dan eksudat di alveoli.
Fisiologis : Disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding brinkial, PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Koronis), infeksi, asma, jalan nafas alergik (trauma)
[CITATION Jud161 \p 24-25 \l 1057 ].

b. Gangguan Pertukaran Gas Karena Ketidakefektifan Pola Nafas


Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
Batasan Karakteristik :
Subjektif
Dispnea
Objektif
1. Perubahan ekskursi dada
2. Mengambil tiga titik tumpu (tripod)
3. Bradipnea
4. Ortopnea
5. Takipnea
6. Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
7. Penurunan ventilasi semenit
8. Penurunan kapasitas vital
16
9. Perubahan dalam kedalaman bernapas
Faktor yang Berhubungan :
1. Ansietas
2. Posisi tubuh
3. Deformitas tulang
4. Deformitas dinding dada
5. Kelelahan
6. Hiperventilasi
7. Sindrom hiperventilasi
8. Gagguan muskuloskletal
9. Kerusakan neorologis
10. Imaturitas neurologis
11. Obesitas
12. Nyeri
[CITATION Jud161 \p 60-61 \l 1057 ]

c. Kekurangan Volume Cairan


Definisi : Penurunan cairan intravaskular, intertisial, atau intrasel. Diagnosis ini
merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan
kadar natrium.
Batasan Karakteristik :
Subyektif
Haus
Objektif
1. Perubahan status mental.
2. Penurunan tekanan darah, penurunan volume dan tekanan nadi.
3. Suhu tubuh meningkat.
Faktor yang berhubungan :
Kehilangan volume cairan (Konsumsi alkohol yang berlebihan secara terus-
menerus).
Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti pada diabetes insipidus,
hiperaldosteronisme) [CITATION Jud161 \p 178-179 \l 1057 ].

17
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh 37,50C, akral teraba panas, takipnea
Definisi : Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal
Batasan Karakteristik :
1. Kulit merah
2. Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal (Frekuensi napas meningkat)
3. Kejang atau konvulsi
4. Kulit teraba hangat
5. Takikardia
6. Takipnea
Faktor yang berhubungan :
1. Obat atau anestesia
2. Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
3. Dehidrasi
4. Penyakit atau trauma
5. Pakaian yang tidak tepat
6. Peningkatan laju metabolisme
7. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan [CITATION Jud161 \p 216-217 \l 1057 ].

e. Nyeri Akut Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
klien mengeluh nyeri otot (myalgia), takipnea
Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah
seperti kerusakan ( International Association for the study of pain); awitan yang
tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang
dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Batasan Karakteristik :
Subyektif
Melaporkan (nyeri) dengan isyarat (misalnya: menggunakan skala nyeri)
Objektif
Respon otonom (misalnya: diaforesis; perubahan tekanan darah, pernafasan atau
denyut jantung; dilatasi pupil).
Perilaku distraksi (missalnya: mondar-mandir, mencar orang).
18
Perilaku ekspresif (misalnya: gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela nafas panjang).
Faktor yang berhungan :
Agen-agen penyebab cidera (misalnya: biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
[CITATION Jud161 \p 196-197 \l 1057 ] .

f. Hambatan Mobilitas Fisik Hambatan mobilitas fisik berubungan dengan stadium


penyakit ditandai dengan klien tanpak lelah.
Definisi : Keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri, dan terarah pada tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih.
Tingkat 0 : Mandiri total
Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2 : Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan
atau pengajaran.
Tingkat 3 : Membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu
Tingkat 4 : Ketergantungan tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Batasan Karakteristik :
Objektif
1. Penurunan waktu reaksi.
2. Kesulitan membolak balik posisi tubuh.
3. Keterbatasan rentang pergerakan sendi.
Faktor yang berhubungan :
1. Intoleransi aktivitas
2. Perubahan metabolisme sel
3. Ansietas
4. Gangguan kognitif
5. Penurunan daya tahan [CITATION Jud161 \p 267 \l 1057 ].

3. Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berdasarkan obstruksi jalan napas ditandai
dengan dispnea, saat diaskultasi terdengar ronci, klien mengeluh batuk
berdahak.
1) Kriteria Hasil :
a) Pasien akan batuk efektif
19
b) Mengeluarkan secret secara efektif
c) Mempunyai jalan napas yang paten
d) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
e) Mempunya irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
f) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal.
g) Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah.
2) Aktivitas keperawatan
a) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misal, oksigen,
mesin pengisapan, inhaler, )
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok di
dalam ruang perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti
merokok.
3. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam
memudahkan pengeluaran sekret.
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum,
seperti warna, karakter, jumlah dan bau.
5. Pengisapan Jalan Napas (NIC): instruksikan kepada pasien atau
keluarga tentang cara pengisapan jalan napas.
b) Aktivitas lain
1. Anjurkan aktifitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.
2. Anjurkan penggunaan spirometer insentif
3. Jika pasien tidak ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi tempat tidur
yang lain sekurangnya setiap dua jam sekali.
4. Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk
menurukan kecemasan
5. Berikan pasien dukungan emosi
6. Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada, misal bagian kepala tempat tidur ditinggikan
45o. (Wilkinson, 2015, p. 41)
c) Aktivitas Kolaboratif
1. Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
2. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung

20
3. Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi (dilembabkan)
4. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, ultrasonik dan
perawatan paru lainnya
5. Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal [CITATION
Jud161 \p 15-16 \l 1057 ].

b. Gangguan Pertukaran Gas Ketidakefektifan Pola Nafas


1. Kriteria hasil :
a) Pasien aka menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang
ventilator mekanis.
b) Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal.
c) Mempunya fungsi paru dalam batas normal untuk pasien.
2. Aktivitas Keperawatan
a) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Informasikan kepada pasien dan kelurga tentang relaksasi untu
memperbaiki pola pernapasan.
2. Anjurkan teknik batuk efektif.
3. Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus
memberitahu perawat pada saat terjadi ketidak efektifan pola
pernapasan.
b) Aktivitas lain
1. Bantu pasien untuk mengguanakan spirometer intensif
2. Tenangkan pasien selama periode gawat napas
3. Anjurkan napas dalam melalui abdomen
4. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan.
5. Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi.
c) Aktivitas kolaboratif
1. konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis.
2. Berikan obat
3. Berikan terapi nebulizer
4. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pernapasan [CITATION Jud161
\p 61-62 \l 1057 ].

21
c. Kekurangan Volume Cairan
1. Kriteria Hasil :
1. Pasien akan memiliki konsentrasi urine normal.
2. Tidak mengalami haus yang tidak normal
3. Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu
berkeringat).
2. Aktivitas Keperawatan
1. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.
2. Aktivitas lain
a) Lakukan higiene oral secara sering
b) Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam
c) Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan
d) Manajemen cairan (NIC) : tingkatkan asupan oral, berikan cairan
sesuai dengan kebutuhan.
3. Aktivitas kolaboratif
a) Laporkan dan catat haluaran kurang dari...... ml
b) Laporkan dan catat haluaran lebih dari.......... ml
c) Manajement Cairan (NIC): atur ketersediaan produk darah untuk
transfusi, berikan terapi IV sesuai program [CITATION Jud161 \p 178-
179 \l 1057 ].

d. Hipertermia berdasarkan proses penyakit ditandai dengan peningkatan suhu


tubuh 37,50C, akral teraba panas, takipnea
1) Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga akan menunjukkan metode yang tepat untuk
mengukur suhu.

22
b. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan
suhu tubuh
c. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia.
2) Aktivitas Keperawatan
a. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia.
2. Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan
tindakan kedaruratan yang diperlukan
3) Aktivitas lain
1. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja.
2. Gunakan waslap dingin di axila, kening, tengkuk dan lipatan paha.
3. Anjurkan asupan cairan oral
4. Gunakan selimut pendingin.
4) Aktivitas Kolaboratif
1. Regulasi Suhu (NIC) : Berikan obat antipiretik, gunakan matras dingin
dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh [CITATION
Jud161 \p 217 \l 1057 ].

e. Nyeri Akut
1. Kriteria hasil :
a) Pasien akan memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang
efektif untuk mencapai kenyamanan
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
c) Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
d) Mengunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non
analgesik secara tepat
e) Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, frekuensi
jantung atau tekanan darah.
f) Melaporkan pola tidur yang baik.
2. Aktivitas Keperawatan
a) Penyuluhan kepada pasien/keluarga
1. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum.
23
2. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
4. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik
5. Manajemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
3. Aktivitas lain
1. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian
2. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif
3. Hadie didekat pasien untuk memenuhi rasa nyaman
4. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon
pasien terhadap ana;gesik
5. Manajemn Nyeri (NIC) : libatkan pasien dalam modalitas peredaan
nyeri.
4. Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
2. Manajemen Nyeri ()NIC : ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologik
[CITATION Jud161 \p 197-198 \l 1057 ] .

f. Hambatan Mobilitas Fisik


1. Kriteria hasil :
1) Pasien akan pengguanaan alat bantu secara benar dengan pengawasan
2) Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi
3) Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan alat banyu
4) Mengguanakan kursi roda secara efektif.
2. Aktivitas Keperawatan
1) Aktivitas keperawatan tingakat 1 :
a) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan
b) Ajarkan pasien tentang dan pantau pengguanan alat bantu
c) Ajarkan pasien dalam proses pindah
d) Pengaturan posisi (NIC): ajarkan pasien bagaimana menggunakan
postur dan mekanika tubuh yang benar saat melakukan aktifitas.
2) Aktivitas keperawatan tingkat 2 :
24
a) Kaji kebutuhan belajar pasien
b) Ajarkan pasien dalam latihan ROM
c) Ajarkan pasien teknik ambulasi
d) Instruksikan pasien untuk memperhatikan kesejajaran tubuh yang
benar
e) Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien

3) Aktivitas keperawatan 3 dan 4


a) Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan mobilitas
sendi otot
b) Gunakan ahli terapi fisik
c) Berikan penguatan positif
d) Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
e) Pengaturan posisi (NIC): pantau alat traksi yang benar, letakkan
matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar, atur posisi pasien,
letakkan pada posisi terapeutik, ubah posisi pasien yang imobilisasi
minamal setiap dua jam, letakkan tombol pengubah posisi dan lampu
pemnaggil dalam jangkauan pasien, dukung latihan ROM aktif atau
pasif [CITATION Jud161 \p 268-269 \l 1057 ].

25
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. (2013). Waspada Flu Burung. Jakarta: Kanisius.

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. DKI Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Nelwan, R. (2014). Influenza Dan Pencegahannya. jakarta: Interna Publishing.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic-Noc. jogjakarta: MediAction.

Pohan, H. T. (2014). Influenza Burung (Avian Influenza). Jakarta: InternaPublishing.

Suprapto, A. W. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta


Timur: CV. Trans Info Media.

Tamher. (2009). Flu Burung: Aspek Klinis dan Epidemiologis. jakarta: SalembaMedika.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC Medical Publisher.

26
PERTANYAAN
1. Suatu penyakit menular yang di sebabkan oleh virus influenza adalah ?
a) TBC
b) Flu Burung
c) Typoid
d) DBD
e) Influenza
2. Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung adalah ?
a) H3N3
b) H9N2
c) H7N7
d) H5NI
e) H1H5
3. Masa inkubasi pada pasien flu burung berlangsung selama ?
a) 1-3 hari
b) 4-6 hari
c) 1-2 hari
d) 0-5 hari
e) Lebih dari 1 bulan
4. Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui
a) Air
b) Udara
c) Lendir
d) Darah
e) Kotoran
5. Komplikasi yang terjadi pada pasien flu burung antara lain ?
a) Gagal jantung
b) Gagal ginjal

27
c) Liver
d) Vertigo
e) Gagal nafas
6. Kelompok yang di waspadai dan beresiko tinggi terinfeksi flu burung adalah ?
a) Pengusaha
b) Petani
c) Pedagang
d) Pekerja peternakan
e) Pekerja pabrik
7. Pada pasien flu burung terjadi peningkatan ?
a) Tekanan darah
b) Suhu tubuh
c) Hemoglobin
d) Leukosit
e) Nafsu makan
8. Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah ?
a) Istirahat
b) Peningkatan daya tahan tubuh
c) Pengobatan antiviral
d) Pengobatan antibiotic
e) Semua benar
9. Yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleuprotein adalah ?
a) Antigen S
b) Imunogen
c) Heteroantigen
d) Autoantigen
e) Hapten
10. Gejala flu burung yang menjangkit pada manusia antara lain ?
a) Batuk
b) Pilek
c) Nyeri tenggorokan
d) A b c benar
e) Kematian mendadak

28
29

Anda mungkin juga menyukai