Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KONSTITUSI DAN NEGARA

DALAM PAHAM KONSTITUSIONALISME


Syafriadi
Universitas Islam Riau
syafriadi@law.uir.ac.id

Pendahuluan
Abstrak
Perkataan “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari
Hubungan antara konstitusi dengan negara kata kerja “constituer” (Perancis) yang maksudnya membentuk,
sangat erat. Negara dalam hal ini pemerintah yang dibentuk itu adalah negara, dan dari pengertian itu
tidak dapat melaksanakan kekuasaan tanpa
konstitusi mengandung makna awal (permulaan) segala
konstitusi. Demikian sebaliknya, konstitusi
peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda
tidak akan lahir tanpa adanya negara.
menggunakan istilah “Grondwet” yaitu suatu undang-undang
Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi
yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia
adalah kehendak dari rakyat, sebab
rakyatlah yang memiliki kedaulatan atas menggunakan istilah Grondwet menjadi undang undang dasar.
Negara. Dalam pandangan K.C. Wheare, Konstitusi dapat juga diartikan dengan segala ketentuan dan
Konstitusi digambarkan sebagai system aturan tentang ketatanegaraan, atau undang undang dasar
ketatanegaraan dari suatu Negara dan suatu negara. Bagir Manan menyebut, konstitusi sebagai
kumpulan dari berbagai peraturan yang kaidah yang tertuang dalam suatu dokumen khusus yang dikenal
membentuk serta mengatur pemerintahan. dengan sebutan undang undang dasar. Sekedar catatan perlu
Tulisan ini mengkaji dan menganalisis secara juga diutarakan bahwa ada yang memandang UUD itu bukan
yuridis berbagai peraturan perundang- kaidah hukum melainkan kumpulan pernyataan (manifesto)
undangan berdasarkan teori untuk menja- tentang keyakinan, pernyataan tentang cita-cita. Pemakaian
wab permasalahan hubungan Konstitusi dan istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu
Negara dalam Paham Konstitusionalisme.
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Di
Keyword: Konstitusi dan Negara
negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa nasional, dipakai istilah Constitution yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan konstitusi.
Dalam wacana politik, K.C. Wheare, membagi “konstitusi”
ke dalam dua pengertian, yakni untuk menggambarkan seluruh
sistem ketatanegaraan suatu negara, dan kumpulan berbagai


Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga Balai Pustaka, Jakarta,2007, hlm. 590

Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu
Negara, Mandar Maju, Bandung, 1995, hlm. 7.

Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia, Dian
Rakyat, Jakarta, 1989, hlm. 10.

Sri Soemantri M, Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 dalam
Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Sinar Harapan,
Jakarta, 1993, hlm. 29.

22 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

peraturan yang membentuk serta mengatur atau pemerintah. Prinsip-prinsip mengenai kekuasaan
mengarahkan pemerintahan. Peraturan-peraturan pemerintah (the principles according to the powers
dimaksud sebagian bersifat legal, dalam arti bahwa of the goverment) akan menjelaskan kepada siapa
pengadilan hukum mengakui dan menerapkannya, kekuasaan penyelenggaraan negara diserahkan,
sebagian lagi bersifat non-legal atau ekstra legal apakah kekuasaan tersebut terpusat pada satu tangan
berupa kebiasaan, saling pengertian, adat atau atau dibagikan kepada beberapa lembaga kekuasaan
konvensi, yang tidak diakui oleh pengadilan sebagai dan sebagainya. Prinsip-prinsip mengenai hak warga
hukum, akan tetapi tidak kalah efektifnya dalam negara (the principles according to the rights of the
mengatur ketatanegaraan dibandingkan dengan apa governed), pada dasarnya semua hak yang dimiliki
yang secara baku disebut hukum. individu (individual rights) yang menjadi bagian
integrasi dari fungsi kemanusiaan setiap orang.
Menurut Wheare, peraturan-peraturan hukum
Kemudian prinsip-prinsip mengenai hubungan antara
itu terwujud dalam undang-undang seperti Undang
warga negara dengan pemerintah (the principles
Undang Pengalihan Kekuasaan (Act of Sattlement)
according to the relations between the governed and
yang mengatur perihal suksesi kekuasaan, Undang
the government). Prinsip yang ketiga ini juga penting
Undang Perwakilan Rakyat (Representation of the
karena lewat prinsip-prinsip itu akan diketahui di
People Acts) yang sejak tahun 1832 secara bertahap
mana letak antara hak dan kewajiban masing-masing.
memperkenalkan pengakuan hak pilih universal,
Undang Undang Peradilan (Judicature Acts), Undang Menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi mencakup
Undang Parlemen (Parlement Acts) tahun 1911 dan beberapa pengertian, yakni peraturan tertulis,
1949 yang membatasi kekuasaan Dewan Perwakilan kebiasaan dan konvensi-konvensi kenegaraan
Rakyat (House of Lord). Namun di hampir setiap (ketatanegaraan) yang menentukan susunan dan
negara kecuali Inggris, kata “Konstitusi” digunakan kedudukan organ-organ negara, mengatur hubungan
dalam pengertian yang lebih sempit dibandingkan antarorgan-organ negara dengan warga negara. Semua
dengan pengertian di atas. Konstitusi digambarkan konstitusi selalu menjadikan kekuasaan sebagai pusat
bukan seluruh kumpulan peraturan, baik legal perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya
maupun non-legal, melainkan kumpulan yang memang perlu diatur dan dibatasi sebagaimana
biasanya dihimpun dalam suatu dokumen atau dalam mestinya. Beberapa ahli hukum yang mendukung
beberapa dokumen yang berkaitan erat. Undang antara yang membedakan dengan yang menyamakan
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertulis juga pengertian konstitusi dengan undang undang dasar,
dituangkan dalam sebuah dokumen formal yang antara lain Herman Hallere dan F. Lassalle. Herman
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga
setelah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik bagian, yaitu :10
Indonesia diumumkan.
1. Die Politische Verfassung als gesellschaftlich
Konstitusi dalam defenisi Strong memuat wirklichkeit. Konstitusi adalah mencerminkan
tiga hal pokok, yakni prinsip-prinsip mengenai kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
kekuasaan pemerintahan, prinsip-prinsip mengenai suatu kenyataan. Jadi mengandung pengertian
hak-hak warga negara dan prinsip-prinsip politis dan sosiologis.
mengenai hubungan antara warga negara dengan
2. Die Verselbstandigte rechtsverfassung. Konstitusi

K.C. Wheare, Konstitusi Konstitusi-Konstitusi Modern, merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup
Modern Constitutions (terjemahan, Imam Baehaqie), Nusa Media,
Bandung), hlm. 1. 
Ibid.

Ibid. 
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme

Sri Soemantri Martosoewignyo, Prosedur dan Sistem Indonesia, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm 17.
Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni, Bandung, 1984, hlm. 2. 10
Ibid.

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 23


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

dalam masyarakat. Jadi mengandung pengertian c. Ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas
yuridis. ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
3. Die geshereiben Verfassung. Konstitusi yang Sementara Lord Bryce, sebagaimana dikutip
ditulis dalam suatu naskah sebagai undang- dari Titik Triwulan Tutik, menyebut ada empat motif
undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu timbulnya konstitusi, yaitu :13
negara.
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk
Dari pendapat Heller tersebut di atas, Dahlan menjamin hak-haknya yang mungkin terancam
Thaib, dkk., menyimpulkan bahwa jika pengertian dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
undang-undang harus dihubungkan dengan penguasa;
pengertian konstitusi, maka artinya undang undang
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah
dasar itu baru merupakan sebagian dari pengertian
atau yang memerintah dengan harapan untuk
konstitusi yaitu konstitusi yang tertulis saja. Konstitusi
menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk
tidak hanya bersifat yuridis semata, akan tetapi
suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
juga mengandung pengertian logis dan politis. K.C.
Wheare, ahli konstitusi Inggris, sebagaimana dikutip 3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang
dari Sri Soemantri, mengklasifikasi konstitusi ke dalam baru untuk menjamin tata cara penyelenggaraan
beberapa macam:11 ketatanegaraan;

a. Konstitusi tertulis dan konstitusi bukan dalam 4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama
bentuk tertulis (written constitution and no yang efektif antarnegara bagian.
written constitution);
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rijid (flexible Konstitusi dan Negara
constitution and rigid constitution);
Pada bagian terdahulu telah dibahas sejarah dan
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi tidak pertumbuhan konstitusi, dan menurut Sri Soemantri,
derajat tinggi (supreme constitution and not tidak ada satu negarapun di dunia sekarang ini yang
supreme and not supreme constitution); tidak mempunyai konstitusi atau undang undang
d. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal dasar. Negara dan konstitusi merupakan dua hal yang
constitution and unitary constitution); tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.14
Konstitusi Republik Indonesia, misalnya, yang dikenal
e. Konstituti sistem pemerintahan presidential dan
dengan Undang Undang Dasar 1945 yang ditetapkan
konstitusi sistem pemerintahan parlementer
pada tanggal 18 Agustus 2945, merupakan titik
(Presidential executive and Parliamentary
kulminasi bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
executive constitution).
kemerdekaan.
Sri Soemantri menyebutkan, pada umumnya
Dalam pandangan Van Apeldoorn, pengertian
materi konstitusi atau undang-undang dasar mencakup
undang undang dasar, selalu berubah-ubah sepanjang
tiga hal yang fundamental, yakni :12
masa, dan hal ini bermula dari timbulnya ajaran
a. Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi “rasionalitas” hukum kodrat di mana manusia pada
manusia warga negara; mulanya hidup dalam keadaan alam (status naturalis),
suatu keadaan yang mempunyai pemerintahan dan
b. Kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat fundamental; 13
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia
Pasca Amandemen UUD 1945, Cetakan Pertama, Kencana Prenada
Sri Soemantri, Prosedur.....Op. Cit, hlm. 55.
11
Media Group, Jakarta, 2010,. hlm. 90
Ibid. hlm. 45-50
12 14
Sri Soemantri, Prosedur....Op. Cit. hal. 1-2.

24 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

tidak memiliki hukum positif,15 Kemudian melahirkan mencari kebenaran. Parlemen merupakan tempat
perjanjian masyarakat, yakni perjanjian yang dibuat di mana diskusi dan negosiasi tidak dilaksanakan.
antara manusia satu sama lain, lalu membentuk Sehingga adanya parlemen yang tercermin
kekuasaan pemerintahan atau mendirikan negara. dalam konstitusi negara yang bersangkutan
Syarat atau isi perjanjian itu adalah adanya undang- merupakan ciri dari negotiated state. Oleh
undang dasar yang dibuat antara pemerintah dengan karena itu konstitusinya disebut parlementarian
rakyat setelah negara terbentuk.16 constitution.\
Dari sudut bentuk negara, Howgood dalam 3. Derivative State (Algeleide Staat). Konstitusinya
Modern Constitution Since 1787, seperti dijelaskan disebut “Neo-National Constitution”. Derivative
Dahlan Thaib, Jazim Hamid dan Ni’matul Huda, State adalah negara yang konstitusinya mengambil
menyebut sembilan macam bentuk negara yang pengalaman-pengalaman dari negara-negara
sekaligus menunjuk bentuk-bentuk konstitusinya, tiga yang masih ada (neo-national). Derivative State
di antaranya adalah :17 ini hanya meniru, tidak ada buah pikiran yang
asli (oorspronkelijke gedacht). Bentuk negaranya
1. Spontaneous State (Spontane Staat). Konstitusinya
juga meniru (afleiden) dari negara-negara barat.
disebut Revolutionary Constitution. Spontaneous
Keadaan yang demikian disebut “neo-national”,
State adalah negara yang timbul sebagai akibat
maksudnya nasionalisme yang berdasarkan pada
revolusi. Dengan demikian konstitusinya bersifat
kolonialisme atau nasionalisme yang timbul
revolusioner. Sebagai contoh konstitusi seperti ini
karena penjajahan sebagai akibat akulturasi
adalah Konstitusi Amerika Serikat dan Konstitusi
proses. Konstitusi Burma, Thailand, Vietnam
Perancis.
Utara, Vietnam Selatan, India, Pakistan, dan last
2. Negotiated State (Parlementaire Staat). but not least Indonesia.
Konstitusinya disebut Parlementarian Constitu-
Pada umumnya, negara selalu memiliki naskah
tion. Negotiated State adalah negara yang
yang disebut konstitusi atau undang undang dasar.
berdasarkan pada kebenaran relatif (relatieve
Menurut Jimly Asshiddiqie, negara yang tidak memiliki
waarheid). Bukan berdasarkan absolute waarheid
naskah konstitusi seperti Inggris, tetapi memiliki
seperti oosterse demokratie, yaitu Rusia. Lainnya
aturan-aturan yang tumbuh menjadi konstitusi
halnya dengan Islam mempunyai al-Qur’an,
dalam pengalaman praktik ketatanegaraan, tetap
Kristen ada Injil. Tetapi revolusi Perancis tidak
dapat menyebut adanya konstitusi dalam hukum tata
mempunyai absolute waarheid, jadi masih harus
Inggris. Asshiddiqie memperkuat pandangannya itu
dicari relatieve waarheid dengan jalan forum
dengan mengutip pendapat Phillips Hood and Jackson
diskusi dan negosiasi sebagai political philosophy
yang mengatakan :18 “ a body of laws, customs and
nya. Negosiaisi berarti geven en nemen, memberi
conventions that difine the composition and powers of
dan menerima, take and give. Tetapi sifatnya
the organs of the state and that regulate the relations
kemudian seperti orang dagang sapi (koc-
of the various state organs to one another and to the
handel). Masing-masing pihak ingin memperoleh
private citizen”. Dari penjelasan Hood dan Jackson,
keuntungan sebanyak mungkin, dan tidak lagi
15
Ajaran ini mencari keterangan tentang sebab musabab dan Asshiddiqie mengambil kesimpulan bahwa konstitusi
alasan untuk adanya negara, yaitu untuk tertib hukum (status mencakup juga pengertian peraturan tertulis dan
civilis). tidak tertulis. Peraturan tertulis berupa kebiasaan dan
16
L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Oetarid Sadino,
penerjemah), Cetakan Ketigapuluh empat Pradnya Paramita, konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang
Jakarta, 2011, hlm. 312. 18
Jimly Asshiddiqie, Membangun Budaya Sadar berkonstitusi,
17
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, Teori dan dalam Satya Arinanto, Ninuk Triyanti (ed.), Mamahami Hukum dari
Hukum Konstitusi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 60- Konstruksi Sampai Implementasi, Rajawali Pers, Jakarta, Cetakan
61 Kedua: Januari 2011, hlm. 217

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 25


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

menentukan susunan kedudukan organ-organ negara, konstitusi, yakni :21


mengatur hubungan antarorgan-organ negara itu, dan
1. Pertama, muatan konstitusi harus bersifat
mengatur hubungan organ-organ negara tersebut
mendasar dan abstrak-umum; tidak memuat
dengan warga negara.19
hal-hal konkret, teknis, dan kuantitatif agar tidak
Sebagai sebuah konstitusi tertulis undang undang terlalu sering menghadapi tuntutan perubahan.
dasar merupakan dokumen formal, yang bersiri :20 Hal-hal yang bersifat konkret, teknis dan
1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang kuantitatif biasanya lebih mudah dipersoalkan
lampau; 2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan jika berhadapan dengan persoalan-persoalan
ketatanegaraan bangsa; 3) Pandangan tokoh- baru yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk
2. Kedua, konstitusi harus memuat prosedur dan
waktu sekarang maupun untuk masa akan datang;
perubahan yang tidak mudah dilakukan kecuali
4) Suatu keinginan, dengan mana perkembangan
dengan alasan-alasan yang sangat penting;
kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
misalnya harus ada ketentuan tentang jumlah
Dari keempat materi itu, paling sedikit ada dua hal
minimal pengusul perubahan isi konstitusi, dan
yang terkandung dalam undang undang dasar yang
korum minimal dalam pengambilan keputusan
akan menjamin perkembangannya. Pertama, cara
untuk mengubah isi konstitusi tersebut. Ada juga
perumusan kaidah yang bersifat umum dan mengatur
Undang Undang Dasar yang perubahannya harus
pokok-pokok saja supaya ada keluwesan dalam
dilakukan melalui referendum.
menampung perkembangan yang terjadi. Kedua,
adanya kaidah yang mengatur perubahan formal Dua hal penting sebagaimana disampaikan
apabila upaya penyesuaian tidak mungkin ditarik dari Mahfud dimaksudkan supaya konstitusi tidak mudah
kaidah-kaidah pokok yang sudah ada. diubah, sebab seperti diungkapkan Djokosutono,
konstitusi (grondwet) bagi sebuah negara memiliki
Di samping hal-hal tersebut, konstitusi memiliki
dua arti penting, yakni :22 Pertama, dari segi isi (naar
arti penting bagi sebuah negara. Negara yang dibentuk
de inhoud) karena konstitusi memuat dasar (grond
tanpa konstitusi, menurut hemat penulis, seperti
slagen) dari struktur (inrichting) dan memuat fungsi
manusia yang berjalan dalam hutan yang gelap dan
(administratie) negara. Kedua, dari segi bentuk (naar
tidak tahu jalan karena tidak memiliki kompas dalam
de maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan
menentukan arah perjalanannya. Demikian pun
sembarang orang atau lembaga. Mungkin dapat oleh
dengan konstitusi, menjadi alat ukur bagi sebuah
seorang raja, raja dengan rakyat, badan konstituante,
negara untuk menentukan kehidupan berbangsanya.
atau lembaga diktator. Padmo Wajono sependapat
Moh. Mahfud MD mengurai dua hal penting yang
dengan Mahfud MD, dan menurutnya, sebagai sesuatu
harus diperhatikan dalam pembuatan dan muatan
yang mencerminkan kesadaran hukum daripada
negara, maka sudah logis menghendaki cara lain yang
Menurut Jimly Asshiddiqie, berlakunya konstitusi sebagai
19
istimewa dalam pembentukan konstitusi. Cara yang
hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi lain ini sebenarnya diperlukan supaya tidak mudah
atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika
negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber dasar negara itu diubah-ubah dengan amandemen.23
legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah Supaya setiap saat konstitusi tidak diamandemen
paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku
maka kalau mau merubahnya harus dengan cara-cara
tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para
ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan 21
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Edisi Revisi,
yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Cetakan Keempat, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 380-381.
Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah 22
Djokosutono, Hukum Tata Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,
yang dianggap menentukan berlakunya konstitusi, baca : Jimly 1982, hlm. 48.
Asshiddiqie, ibid. 23
Padmo Wahjono, Ilmu Negara, Cetakan Ketiga, IND-HILL-
20
Sri Soemantri, Prosedur......Op. Cit., hlm. 2. CO, Jakarta, 2003, hlm. 159.

26 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

yang istimewa, serta dipersulit.24 fungsi sebagai berikut :27


Padmo Wahjono membagi dua aliran yang a. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ
menganggap dua macam konstitusi di dunia. Keduanya negara;
adalah : 1) Yang dalam Naskah Tertentu (Rigid b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ
Constitution); 2) Yang tidak dalam Naskah Tertentu negara;
(Flexible Constitution) atau dalam ucapan sehari-
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan
hari disebut “yang tertulis” dan “yang tidak tertulis”,
negara dengan warga negara;
adapun aliran yang menyertainya adalah :25
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi
1. Aliran yang menghendaki bahwa konstitusi harus terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
ada dalam naskah tertentu. Aliran ini dipengaruhi penyelenggaraan kekuasaan negara;
oleh keunggulan atau keagungan sodifikasi
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari
yang menghendaki konstitusi diletakkan dalam
sumber kekuasaan yang asli (yang dalam sistem
satu naskah supaya terdapat kepastian tentang
demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara;
organisasi negara.
f. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of
2. Aliran yang menolak dan menganggap adanya unity);
naskah tertentu itu mempersulit negara
g. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan
untuk merubah konstitusi yang sesuai dengan
keagungan kebangsaan (identity of nation);
perkembangan masyarakat. Jadi adanya naskah
h. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of
tertentu mengekang perkembangan organisasi
ceremony);
negara, karena masyarakat berkembang sehingga
konstitusi dalam naskah tertentu sulit mengikuti i. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat
perkembangan masyarakat. Aliran kedua ini (social control), baik dalam artian sempit hanya di
mengatakan pembuatan konstitusi adalah juga bidang politik maupun dalam arti luas mencakup
pembuatan peraturan biasa dengan cara yang bidang sosial dan ekonomi;
biasa, tidak usah dipersulit tetapi cukup dengan j. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan
kemungkinan kebiasaan-kebiasaan dalam pembaruan masyarakat (social engineering atau
ketatanegaraan. Dengan mudah kebiasaan- social reform), baik dalam arti sempit maupun
kebiasaan dapat menyesuaikan dengan dalam arti luas.
perkembangan-perkembangan masyarakat.26 Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan negara,
Pertumbuhan dan perkembangan konstitusi tidak pengatur hubungan antarorgan negara, dan pengatur
hanya dalam materi, tetapi juga pada proses dan hubungan kekuasaan antarorgan negara dengan warga
tata cara formal, serta tata cara yang tidak formal. negara merupakan fungsi yang terpenting.28 Fungsi-
Dikaitkan dengan tujuan, maka konstitusi memiliki fungsi yang lain memang penting juga tetapi, menurut
Sinaga, tanpa disertai dengan pelaksanaan fungsi yang
24
Grondwet dalam pengertian materieel menghendaki bentuk
atau vorm tertentu, maka orang mungkin memasukkan dalam ketiga, fungsi tersebut tidak akan berjalan dengan
undang-undang dasar itu soal-soal yang tidak fundamental dalam baik. Dalam hal ini fungsi penentu dan pembatas
organisasi negara, tetapi sesuatu yang dianggap penting. Apa
sebabnya dimasukkan? Oleh karena sulit dirubah dan supaya
kekuasaan negara harus diartikan positif yaitu bahwa
ada jaminan kepastian tidak selalu dirubah lalu dimasukkan ke kekuasaan menjadi semakin jelas sehingga lebih
dalam Undang Undang Dasar. Jadi Grondwet disini sudah menjadi mudah dilaksanakan organ negara.
Grondwet dalam arti formeel, baca: Padmo Wahjono, ibid.
25
Ibid.
26
Aliran yang berpaham bahwa tidak mengharuskan adanya Jimly Asshiddiqie, Konstitusi..... Op. Cit., hlm. 27-28.
27

naskah tertentu dipelopori oleh Hans Kelsen dan Krabbe, lihat : Budiman N.P.D Sinaga, Hukum Tata Negara, Perubahan
28

Padmo Wahjono, ibid. Undang Undang Dasar, PT. Tatanusa, Jakarta, 2009, hlm. 80.

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 27


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa of opportunity, and to promote among them all
hubungan antara konstitusi dengan negara sangat fraternity assuring the dignity of the individual
erat. Negara dalam hal ini pemerintah tidak dapat and unity of the nation”
melaksanakan kekuasaan tanpa konstitusi, demikian
3. Konstitusi Swiss, tujuan negara tercantum dalam
pula sebaliknya, konstitusi tidak akan lahir tanpa
pasal-pasal yang menyatakan : “....The object of
adanya negara. Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi
the confederation is to ensure the independence
adalah kehendak rakyat yang harus dilaksanakan oleh
of the country against foreign nation to maintain
pemerintah seperti dikatakan Thomas Paine seperti
peace and order within its borders to protect the
dikutip Sinaga :29
liberties and right of the confederates and to
“That man mean distict and separate thins when promote their common prosperity”.
they speak of Constitutions and of Governments,
is evident; or why are those terms distinctly and 4. Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
separately used? A Constitution is not the act yang berisi : “......untuk membentuk suatu
of a Government, but of a people constituting pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
a Government; and Government without a segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Constitution is power without a right”. darah Indonesia, dan untuk memajukan
Oleh karena, undang undang dasar harus selalu kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
disiapkan untuk kepentingan seluruh bangsa, dan kalau bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
hal ini diabaikan rakyat tidak akan menerima undang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
undang dasar tersebut. Padahal, penerimaan rakyat keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
merupakan syarat penting dari sebuah undang undang kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan
dasar.30 Pembentukan sebuah konstitusi dilengkapi negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
pula dengan kerangka kerja sebuah negara untuk rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
menjelaskan bentuk negara, sistem pemerintahan, Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
dan tujuan negara. Pemaknaan konstitusi sebagai beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
kerangka kerja dan sistem ketatanegaraan dapat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
dilihat dalam berbagai pembukaan konstitusi pada permusyawaratan/ perwakilan serta mewujudkan
beberapa negara, yaitu :31 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
1. Pembukaan UUD Amerika Serikat yang Seluruh materi yang termuat dalam konstitusi di
menyatakan : “....in order to form a more atas menjelaskan dibentuknya suatu pemerintahan.
perfect union, establish justice, insure domestic Konstitusi Amerika, misalnya, yang menyatakan
tranquality, provide for the common defence, membentuk negara yang lebih sempurna, perdamaian
promote the welfare and secure the blessing of yang mantap. Demikian pula, dengan Konstitusi India
liberty to ourselves and to our posterity”. yang bermaksud membentuk negara itu menjadi
negara yang demokratis dan aman, damai bagi seluruh
2. Pembukaan Konstitusi India : “.....to constitute
warganya dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik;
India into a sovereign democratic state and to
menjamin kebebasan berfikir dan berpendapat dan
secure to all its citizens justice, social, economic
menghormati kebebasan kepercayaan, keimanan,
and political; liberty of throught, expression,
dan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Konstitusi
belief, faith and worship; equality of status and
Swiss menegaskan bahwa pembentukan negara
Ibid.
29
dimaksudkan untuk menciptakan negara yang
Ibid.
30

31
Dedi Ismatullah, Beni Ahmad Saebani, Hukum Tata Negara,
independen, memelihara perdamaian dan menjaga
Refleksi Kehidupan Ketatanegaraan di Negara Republik Indonesia, kebebasan dan hak-hak kompederatif warga
Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 227-228.

28 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

negaranya. Demikian pula halnya dengan Pembukaan “… a set of activities organized and operated on behalf
Undang Undang Dasar 1945.32 of the people but subject to a series of restrains which
attempt to ensure that the power which is needed for
such governance is not abused by those who are called
Konstitusi dan Konstitusionalisme upon to do the governing”.

Jika E.C.S. Wade mengartikan konstitusi sebagai Pembatasan kekuasaan harus dilakukan melalui
suatu dokumen yang menampilkan prinsip, fungsi dan undang-undang karena dalam praktik, penyelenggara
mengatur tata cara lembaga-lembaga pemerintahan negara cenderung berbuat korup seperti dikatakan
negara, maka k���������������������������������
onstitusionalisme merupakan pemi- Lord Action dalam ungkapan yang terkenal, “power
kiran yang menghendaki pembatasan kekuasaan. tend to corupt”. Paham ini sejalan dengan kritik John
Constitutionalism is a belief in imposition of restrains on Locke dan Montesquieu yang mengembangkan ajaran
government by means of a constitution. Konstitusio- two treaties on civil government tahun 1660 M. Locke
alisme adalah suatu keyakinan yang menghendaki mengemukakan bahwa kritik terhadap kekuasaan
pembatasan terhadap pemerintah melalui sebuah absolut raja-raja mendapat dukungan teoritis dari
konstitusi.33 Mengutip Encyclopedia Britannica tentang beberapa ahli pikir pada waktu itu, antara lain Sir Robert
constitutionalism, Budiman NPD Sinaga menjelaskan Filmer melalui tulisannya Patriarcha.36 Locke sekaligus
sebagai berikut :34 memberi landasan pembenaran terhadap revolusi
gemilang (the glorious revolution) tahun 1688, yaitu
This means that public authority is to be exercised
perebutan kekuasaan antara kerajaan dan Parlemen
according to law; that state and civic institutions,
executive and legislative powers, have their source in Inggris yang dimenangkan oleh pihak parlemen. Locke
a constitution, which is to be obeyed and not departed adalah orang pertama yang menentang absolutisme
from at the whom of the government of the day: raja-raja dengan mendukung pembatasan kekuasaan
in short, a government of law and not of law. To a politik terhadap raja. Ia mendasarkan pendapatnya
greater or lesser degree the idea implicit in the word is pada kondisi alam manusia dan kontrak sosial
respected in every country with a written constitution
yang melahirkan negara. Dalam kontrak ini, Locke
and in none more than the United Kingdom with its
unwritten constitution. It is latent in Lord Chesterfield’s
ingin mengembalikan kekuasaan raja pada waktu
oft-quoted dictum in the 18th century: “England is the pemindahan manusia-manusia yang hidup dalam
only Monarchy in the world that can properly be said status naturalis kepada status civilis melalui suatu
to have a constitution.” It is this idea, and the esteem perjanjian masyarakat.37 Adapun alasan manusia
in which it is held, that will ensure that administrative mengadakan kontrak sosial adalah untuk memelihara
law and delegated legislation adapt themselves to the hak asasinya, yaitu hak untuk hidup, kebebasan dan
parliamentary sovereignty and the rule of law.
hak milik (preserver their lives and possession) yang
Menurut Carl J. Friedrich, konstitusionalisme melahirkan status politik.
adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu
Dalam pemikiran Locke, keseimbangan dalam
kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama
suatu negara, harus dipilah ke dalam tiga bagian,
rakyat, tetapi tunduk kepada beberapa pembatasan
yaitu kekuasaan legislatif (legislatif power), kekuasaan
untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan
eksekutif (exekutive power), dan kekuasaan federatif
yang diperlukan dalam pemerintahan itu tidak
(federative power).38 Kekuasaan legislatif adalah
disalahgunakan.35
36
Jazim Hamidi, Mohammad Sinal, Ronny Winarno, Any
Suryani, I Ketut Sudantra, Mariyadi, Tunggul Anshari S. Sinaga,
Ibid.
32
Teori Hukum Tata Negara, A Turning Point of The State, Salembaga
33 Budiman NPD Sinaga, Konstitutionalisme, bnpds. Humanika, Jakarta, 2012, hlm. 118.
wordpress.com, 7 Maret 2000. Diakses 1 Juni 2012. 37
Moh. Kusnardi, Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cetakan
Ibid.
34
Ketujuh, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2008, hlm. 69.
Ibid.
35 38
Ibid.

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 29


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

kekuasaan yang berwenang membuat undang-undang 3. Ia tidak bisa menetapkan pajak terhadap harta
dan kekuasaan lain harus tunduk pada kekuasaan ini. milik rakyat tanpa persetujuan mereka. Benar
Kekuasaan eksekutif meliputi kekuasaan melaksanakan bahwa pemerintah tidak dapat kuat tanpa
atau mempertahankan undang-undang, termasuk dukungan pembiayaan yang besar, dan sudah
mengadili. Kekuasaan federatif adalah kekuasaan semestinya bagi setiap orang yang menikmati
yang meliputi semua yang tidak termasuk dalam perlindungan pemerintah mengeluarkan sebagian
kewenangan kekuasaan legislatif dan eksekutif, yang dari kekayaannya untuk tetap berlangsungnya
meliputi kekuasaan keamanan negara, urusan perang, perlindungan tersebut. Tetapi pajak itu harus
dan damai dalam kaitannya dengan hubungan luar dengan persetujuannya, yaitu persetujuan
negeri. Dari ketiga kekuasaan tersebut, kekuasaan mayoritas, yang mereka berikan sendiri atau
eksekutif dan federatif harus ada pada tangan yang melalui wakil-wakil yang mereka pilih.
sama dan harus ada supremasi kekuasaan legislatif
4. Ia tidak mendelegasikan kekuasaan membuat
atas kekuasaan yang lain.39
hukum kepada pihak lain. Kekuasaan legislatif,
Locke menyerahkan peran pembatasan kepada karena berasal dari pemberian positif rakyat yang
badan legislatif untuk menghindari jebakan dalam bersifat sukarela, tidak dapat dijalankan kecuali
masalah kedaulatan dengan mendeskripsikan menurut apa yang ditetapkan oleh pemberian
legislatif sebagai pengawas (trustee) hukum bagi positif tersebut, yang hanya berupa membuat
rakyat. Dengan demikian badan ini secara sah dapat hukum, dan bukan membentuk badan pembuat
mengklaim memiliki supremasi politik sebagai pewaris undang-undang, legislatif tidak mempunyai
dari kedaulatan tersebut. Menurut Locke, ada empat kekuasaan untuk memindahkan kekuasaan
pembatasan kekuasaan legislatif, yakni :40 mereka membuat hukum dan menyerahkannya
kepada pihak lain.
1. Ia wajib mengikuti hukum alam yang menjadi
hukum abadi bagi semua orang, baik pembuat Sejarah konstitusionalisme di pelbagai dunia telah
hukum atau orang lain. terukur pada wilayah spasio-temporal. Constitution of
Athens karya Aristoteles, menggambarkan potret ket-
2. Ia harus bertindak sesuai dengan hukum dan
atanegaraan dan cita-cita konstitusi dalam memban-
tidak boleh sewenang-wenang. Karena semua
gun konstitusionalisme. Dalam pandangan Aristoteles,
kekuasaan yang dimiliki pemerintah hanya demi
terdapat ‘right constitution’ dan ‘wrong constitution’
kebaikan masyarakat di mana kekuasaan tersebut
dengan ukuran kepentingan bersama. Apabila konsti-
tidak boleh dijalankan secara arbitrer dan
tusi diarahkan untuk tujuan mewujudkan kepentingan
sekehendaknya sendiri, maka ia harus dijalankan
bersama, maka konstitusi itu disebutnya konstitusi
dengan hukum yang ditetapkan dan diundangkan
yang benar, demikian pula sebaliknya. Ukuran baik-
sehingga rakyat dapat tahu kewajiban mereka,
buruknya sebuah konstitusi bagi Aristoteles terletak
dan merasa aman dan terjamin dalam naungan
pada prinsip political rule, by virtue of its specific na-
hukum tersebut, dan demikian juga bagi
ture, is essentially for the benefit of the ruled.41
penguasa, mereka harus berada dalam batas-
batas kekuasaan tersebut. Meski ide konstitusi identik dengan ide konstitu-
sionalisme, namun gagasan tentang konstitusi tidak
setua gagasan konstitusionalisme. Pada masa Romawi
Kuno, kata constitutio hanya sekedar memiliki makna
39
Jazim Hamidi dkk. Teori dan Politik Hukum Tata Negara,
Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 46-47. sebagai tindakan pemerintahan, tidak ada sangkut-
40
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, Kajian Historis Dari pautnya dengan konstitusi—dalam terminologi mod-
Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern, A. History of Political 41
Zainal Arifin Mochtar, Konstitutionalisme Populis, isnuansa.
Philosophy, (Ahmad Baidlowi dan Imam Bahehaqi, penerjemah),
Cetakan Ketiga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm. 340-341.
blogspot.com, 4 November 2009. Diakses 2 Juni 2012.

30 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

ern. Setelah berkembangnya paham konstitusional- Kesepakatan (consensus) pertama berkenaan


isme, baru kemudian berkembang pula ide konstitusi dengan cita-cita bersama, sangat menentukan
sebagai hukum dasar—fundamental law, yang bertugas tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme di suatu
menegakkan unsur-unsur dari konstitusionalisme.42 negara, sebab cita-cita bersama mencerminkan
Dalam pandangan Jimly Asshiddiqie, keseluruhan kesamaan kepentingan di antara sesama masyarakat
prinsip negara hukum haruslah dirumuskan dalam yang hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan.
konstitusi, baik dalam arti tertulis dalam satu naskah Oleh karena itu, untuk menjamin kebersamaan
UUD maupun dalam arti tidak tertulis. Paham konsti- diperlukan perumusan tentang tujuan atau cita-
tusional ini dalam sejarah pemikiran hukum tata ne- cita bersama yang biasa disebut dengan falsafah
gara biasa disebut dengan konstitusionalisme yang di kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang
zaman sekarang dianggap sebagai satu konsep yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common
niscaya bagi setiap negara modern.43 platforms kalimatun sawa di antara sesama warga
masyarakat.46
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepa-
katan umum atau persetujuan (consensus) di antara Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa
mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan basis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum
berkenaan dengan negara. Organisasi negara diper- dan konstitusi. Konsensus ini juga sangat prinsipil,
lukan masyarakat agar kepentingan mereka dapat karena dalam setiap negara harus ada keyakinan
dilindungi melalui pembentukan dan penggunaan bersama bahwa apapun yang akan dilakukan harus
mekanisme yang disebut negara. “Constitutionalism didasarkan pada rule of the game yang ditentukan
is an institutionalized system of effective, regularized re- bersama. Istilah yang biasa digunakan adalah the
straints upon governmental action”, kata C.J. Friedrich rule of law47 yang dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang
sebagaimana dikutip asshiddiqie.44 sarjana Inggris kenamaan. Kesepakatan ketiga adalah
dengan (a) bangunan organ negara dan prosedur-
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusio-
prosedur yang mengatur kekuasaannya, (b) hubungan-
nalisme umumnya dipahami bersandar kepada tiga
hubungan antarorgan negara itu satu sama lain, serta
elemen kesepakatan (consensus), yaitu:45
(c) hubungan antarorgan negara itu dengan warga
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita negara.
bersama (the general goals of society od
Franz L. Neumann, ahli hukum Jerman, dalam
general acceptance of the same philosophy of
“The Rule of Law, Political Theory and The Legal
government). 46
Untuk kasus Indonesia, Jimly Asshiddiqie menyebut bahwa
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai dasar-dasar filosofis yang dimaksudkan adalah Pancasila, yang
berarti lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau
landasan pemerintahan atau penyelenggaraan mewudkan empat tujuan bernegara. Lima prinsip dasar Pancasila
negara (the basis of government). itu mencakup sila atau prinsip (i) Ketuhanan Yang Maha Esa, (ii)
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (iii) Persatuan Indonesia,
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi dan (iv) Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
prosedur ketatanegaraan (the form of institutions Permusyawaratan/Perwakilan, dan (v) Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut dipakai sebagai
and procedures). dasar filosofis ideologis untuk mewujudkan empat tujuan atau
cita-cita ideal bernegara, yaitu : (i) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (ii) meningkatkan
42
Wahyudi Djafar, Sejarah Konstitusionalisme, wahyu- kesejahteraan umum, (iii) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
didjafar.net, 26 Januari 2012. Diakses 2 Juni 2012. (iv) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
43
Jimly Asshiddiqie, Negara Konstitutional, http://www.jimly. perdamaian yang abadi, dan keadilan sosial.
com. Diakses 3 Juni 2012. 47
Di Amerika Serikat istilah ini dikembangkan menjadi The Rule
44
Ibid. of Law, and not of Man untuk menggambarkan bahwa hukumlah
45
William G. Andrews dalam Jimly Asshiddiqie, Konstitusi...., yang memerintah atau memimpin suatu negara, bukan manusia
Op .Cit., hlm. 21. atau orang.

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 31


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

System in Modern Society” seperti dikutip dari Albert Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Hasibuan menyatakan, suatu negara yang memenuhi Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga Balai Pustaka,
persyaratan modern harus mempunyai dua sifat Jakarta,2007. Bagir Manan, Pertumbuhan
dasar, yakni pertama, adanya wilayah kedaulatan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara,
atau sovereignty, dan kedua, adalah hidup serta Mandar Maju, Bandung, 1995. Wirjono
berkembangnya kebebasan dalam kedaulatan itu.48 Projodikoro, Asas-asas Hukum Tata Negara di
Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, 1989.
Penutup Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, Kajian Historis Dari
Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern, A.
Konstitusi merupakan dokumen sebuah Negara
History of Political Philosophy, (Ahmad Baidlowi
yang mencerminkan prinsip dan fungsi dalam
dan Imam Bahehaqi, penerjemah), Cetakan
mengatur tata cara bekerjanya lembaga-lembaga
Ketiga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.
Negara. Sementara konstitusionalisme adalah
pemikiran yang menghendaki adanya pembatasan- Jazim Hamidi, Mohammad Sinal, Ronny Winarno, Any
pembatasan kekuasaan dalam sebuah Negara agar Suryani, I Ketut Sudantra, Mariyadi, Tunggul
tidak terjadi abuse of power dalam penyelenggaraan Anshari S. Sinaga, Teori Hukum Tata Negara,
pemerintahan. Dengan demikian konstitusi dan A Turning Point of The State, Salembaga
konstitusionalisme menjadi dua hal yang tidak dapat Humanika, Jakarta, 2012.
dipisahkan dalam sebuah Negara.
Jazim Hamidi dkk. Teori dan Politik Hukum Tata
Negara, Total Media, Yogyakarta, 2009.
Daftar Pustaka
Jimly Asshiddiqie, Negara Konstitutional, http://www.
Albert Hasibuan, Rule of Law, Rechtsstaat dan Demo- jimly.com. Diakses 3 Juni 2012.
krasi, dalam T. Mulya Lubis, Aristides Katoppo
Jimly Asshiddiqie, Membangun Budaya Sadar
(penyunting), Yap Thiam Hien, Pejuang Hak
berkonstitusi, dalam Satya Arinanto, Ninuk
Asasi Manusia, Sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Triyanti (ed.), Mamahami Hukum dari Konstruksi
Budiman N.P.D Sinaga, Hukum Tata Negara, Perubahan Sampai Implementasi, Rajawali Pers, Jakarta,
Undang Undang Dasar, PT. Tatanusa, Jakarta, Cetakan Kedua: Januari 2011.
2009.
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme
------------------------------, Konstitutionalisme, bnpds. Indonesia, Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
wordpress.com, 7 Maret 2000. Diakses 1 Juni Jakarta, 2010
2012.
K.C. Wheare, Konstitusi Konstitusi-Konstitusi Modern,
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, Teori Modern Constitutions (terjemahan, Imam
dan Hukum Konstitusi, PT RajaGrafindo Persada, Baehaqie), Nusa Media, Bandung).
Jakarta, 1999.
L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Oetarid
Dedi Ismatullah, Beni Ahmad Saebani, Hukum Tata Sadino, penerjemah), Cetakan Ketigapuluh
Negara, Refleksi Kehidupan Ketatanegaraan empat Pradnya Paramita, Jakarta, 2011.
di Negara Republik Indonesia, Pustaka Setia,
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Edisi
Bandung, 2009.
Revisi, Cetakan Keempat, Rajawali Pers, Jakarta,
48 Albert Hasibuan, Rule of Law, Rechtsstaat dan Demokrasi,
2011. Djokosutono, Hukum Tata Negara, Ghalia
dalam T. Mulya Lubis, Aristides Katoppo (penyunting), Yap Thiam Indonesia, Jakarta, 1982.
Hien, Pejuang Hak Asasi Manusia, Sinar Harapan, Jakarta, 1996,
hlm. 101.

32 UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019


Syafriadi . Hubungan Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme

Moh. Kusnardi, Bintan R. Saragih, Ilmu Negara,


Cetakan Ketujuh, Gaya Media Pratama, Jakarta,
2008.
Padmo Wahjono, Ilmu Negara, Cetakan Ketiga, IND-
HILL-CO, Jakarta, 2003.
Roberto M. Unger, Teori Hukum Kritis, Posisi Hukum
Dalam Masyarakat Modern (Law and Modern
Society: Toward a Criticism of Society Theory,
Dariyanto dan Sri Widowatie, penerjemah),
Cetakan Keempat, Nusa Media, Bandung,
2010.
Sri Soemantri M, Susunan Ketatanegaraan Menurut
UUD 1945 dalam Ketatanegaraan Indonesia
Dalam Kehidupan Politik Indonesia, Sinar
Harapan, Jakarta, 1993.
Sri Soemantri Martosoewignyo, Prosedur dan Sistem
Perubahan Konstitusi, Penerbit Alumni,
Bandung, 1984.
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara
Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,
Cetakan Pertama, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2010.
Wahyudi Djafar, Sejarah Konstitusionalisme, wahyu-
didjafar.net, 26 Januari 2012. Diakses 2 Juni 2012.

Zainal Arifin Mochtar, Konstitutionalisme Populis,


isnuansa.blogspot.com, 4 November 2009.
Diakses 2 Juni 2012.

UIR Law Review Volume 03, Nomor 02, Oktober 2019 33

Anda mungkin juga menyukai