Tugas Agraria
Tugas Agraria
(Gambar : Luas panen dan produksi padi di Indonesia Tahun 2019, BPS)
b. Jagung
Berdasarkan hitungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kemtan
produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 12,49% per
tahun. Berdasarkan hitungan Direktoran Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen
TP) Kementan, produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
12,49 persen per tahun. Itu artinya, tahun 2018 produksi jagung
diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK). Hal ini juga
didukung oleh data luas panen per tahun yang rata-rata meningkat 11,06
persen, dan produktivitas rata-rata meningkat 1,42 persen (ARAM I, BPS
2018).
c. Kedelai
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan
Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2018
mencapai 982.598 Ton. Produksi kedelai pada tahun 2018 ini naik sebesar
82,39% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 538.728 Ton. Produksi
kedelai ini dihitung berdasarkan kualitas produksi biji kering. Penyumbang
produksi kedelai terbesar terhadap produksi kedelai di Indonesia adalah
provinsi Jawa Timur. Produksi kedelai di provinsi ini adalah sebesar
244.442 Ton. Akan tetapi angka tersebut belum dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih sangat bergantung kacang
kedelai yang berasal dari Amerika Serikat (AS). Produksi dalam negeri yang
belum mampu memenuhi kebutuhan menjadi salah satu alasan adanya
kegiatan impor. Sepanjang 2018, dari total impor kacang kedelai yang
sebesar 2,58 juta ton dengan nilai US$ 1,10 miliar, kacang kedelai dari AS
jumlahnya 2,52 juta ton dengan nilai US$ 1,07 miliar.
d. Daging Sapi
Produksi daging sapi di Indonesia mengalami fluktuasi sejak 2015 hingga
2019. Dalam rentang waktu tersebut, tahun 2016 mencapai titik tertinggi
dengan 518.484 ton. Angka tersebut naik 2,3% dari tahun
sebelumnya. Setelah tahun 2016, produksi daging sapi Indonesia menurun
perlahan. Tahun 2017 dan 2018 secara berturut-turut Indonesia
memproduksi 486.319,7 ton dan 497.971,7 ton. Tahun 2019, berada di titik
terendah dengan produksi 490.420,8 ton. Angka tersebut turun 1,5% dari
tahun 2018. Menurut kajian Badan Pusat Statistik (BPS), total kebutuhan
daging pada 2019 mencapai 686.270 ton. Sedangkan kebutuhan daging sapi
sebanyak 2,56 kilogram per kapita per tahun.
Berdasarkan data diatas, bahwa benar Indonesia belum berdaulat di bidang
pangan. Indonesia juga masih bergantung pada tanaman pangan impor.
Sebenarnya Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi
negara yang berdaulat di bidang pangan, akan tetapi adanya beberapa faktor yang
membuat Indonesia belum mampu atas hal tersebut, yaitu :
a. Ekonomi Pangan : Potensi Besar Tetapi Belum Dioptimalkan
Pertama, dari sisi sumber daya alam (SDA), Indonesia memperoleh
keberuntungan sebagai Negara agraris. Tata letak wilayah Indonesia yang
persis berada di garis katulistiwa memiliki iklim tropis dengan dua musim,
yaitu di wilayah bagian selatan banyak kemarau dan di wilayah bagian
utara banyak hujan. Kondisi iklim dan musim yang demikian
memungkinkan sebagian besar jenis tanaman dan hewan ternak bisa
tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kedua, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia memilih usaha tani sebagai
mata pencaharian pokoknya.
Ketiga, dari sisi potensi SDM, Indonesia memiliki banyak sarjana pertanian
yang dapat diandalkan untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian
sehingga masalah suplai pangan bisa diatasi dengan baik.
b. Problematika Pangan Indonesia
Ada beberapa faktor yang terindikasi sebagai penyebab performa sektor
pertanian di Indonesia masih belum berkembang sesuai yang diharapkan,
yaitu antara lain:
a. Kendala produksi
b. Terbatasnya Tenaga Penyuluh Pertanian
c. Mahalnya harga benih
d. Subsidi pangan masih belum efektif
e. Ketergantungan Pangan Impor kian Meningkat
f. Petani sulit mengakses sumber-sumber pembiayaan murah
g. Peran Bulog (Badan Urusan Logistik) masih lemah.
Berdasarkan data-data dan faktor-faktor diatas, telah jelas bahwa negara
Indonesia belum berdaulat dibidang pangan untuk memenuhi kebutuhan
negaranya sendiri. Dengan itu pula, Indonesia masih bergantung terhadap impor
dari negara lain.
Berdasarkan data yang telah dihimpun pada jawaban soal nomor 1 dan
nomor 2, bahwa Indonesia masih belum dapat berdaulat di bidang pangan dan
masih sangat bergantung pada pangan impor dari negara lain. Hal ini tentu saja
berkaitan ketahanan pangan nasional apabila dilakukannya lockdown sebagai
salah satu tindakan penanganan Covid-19.
Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan
nasionalnya tentu saja akan menjadikan masalah yang lebih besar ketika
dilakukannya lockdown. Pemerintah Indonesia juga tak menyimpan cadangan
pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Tindakan lockdown
akan mematikan seluruh sektor, termasuk salah satunya sektor ekonomi yang
mendunia, karena didalam suatu negara benar-benar tidak ada kegiatan dan
warga pun tidak boleh keluar rumah, serta warga mendapatkan logistic dari
pemerintah.
Terkait dengan kesiapan suplai bahan pangan dan kebutuhan lainnya
menjadi salah satu permasalahan krusial. Dapat dibayangkan jika lockdown yang
dilakukan tidak mempersiapkan ini: harga-harga akan mengalami kenaikan,
sementara terjadi kelangkaan di berbagai pasar yang pada akhirnya akan memicu
keresahan sosial.
Tindakan lockdown juga akan membawa akibat ekonomi yang cukup besar.
Karena biasanya tindakan ini juga disertai dengan dihentikannya aktivitas
kebanyakan pekerja (PHK). Sehingga, menjadikan aktivitas ekonomi yang mandek.