Anda di halaman 1dari 25

SURVEI 2D METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI

WENNER: PENGOLAHAN DATA DAN INTERPRETASI


(Laporan Praktikum Metode Geolistrik)

Oleh

Siska Erna Sephiana


1915051025

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Judul Praktikum : survei 2d metode geolistrik konfigurasi Wenner:
pengolahan data dan Interpretasi

Tanggal Praktikum : 10 November 2020

Tempat Praktikum : Ruang Kelas TG-3

Nama : Siska Erna Sephiana

NPM : 1915051025

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 7 (Tujuh)

Bandar Lampung, 17 November 2020


Mengetahui,
Asisten

Denta Winardi
NPM . 1815051024

i
SURVEI 2D METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI
WENNER: PENGOLAHAN DATA DAN INTERPRETASI

Oleh
Siska Erna Sephiana

ABSTRAK

Pada praktikum bab ini dengan judul survei 2d metode geolistrik konfigurasi
wenner: pengolahan data dan interpretasi, pada praktikum ini dilakukan
menggunakan software Res2dinv data yang diperoleh tersebut diolah lebih lanjut
dengan menggunakan perangkat lunak tersebut dan kemudian diinversikan dan
dibuat penampang topografinya. Selain itu juga melakukan pengolahan data dan
interpretasi data hasil pengukuran menggunakan konfigurasi Wenner-Alpha dan
Wenner-Schlumberger yang kemudian hasil interpretasi dibanidngkan antara
keduanya Dari hasil inversi ditampilkan nilai resistivitas dan kedalaman dari hasil
pengukuran tersebut. dan tujuan diadakannya praktikum ini yaitu agar mahasiswa
mampu melakukan proses download data hasil pengukuran geolistrik resistivitas
konfigurasi Wenner ke dalam format data Res2dinv, kemudian dapat melakukan
pemodelan data hasil pengukuran data hasil pengukuran geolistrik tahanan jenis
dengan menggunakan sodtware Res2dinv, dan juga dapat menginterpretasikan
hasil pemodelan data berdasarkan kondisi geologi daerah pengukuran.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum....................................................................................1
II. TEORI DASAR
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan.........................................................................................5
B. Diagram Alir.............................................................................................6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan.....................................................................................7
B. Pembahasan..............................................................................................7
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Alat Tulis..............................................................................................5

Gambar 2. Modul Praktikum..................................................................................5

Gambar 3. Software RES2DInv.............................................................................5

Gambar 4. Diagram Alir.........................................................................................6

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus
ke dalam bumi

RES2DINV adalah program komputer yang secara automatis menentukan


model resistivitas 2 dimensi (2-D) untuk menentukan lapisan bawah
permukaan dari hasil geoelektrikal. Model 2-D menggunakan program inversi
yang terdiri dari sejumlah kotak persegi. Susunan dari kotak-kotak ini terkait
oleh distribusi dari titik datum dalam pseudosection. Distribusi dan ukuran dari
kotak secara otomatis dihasilkan dari program, maka jumlah kotak tidak akan
melebihi jumlah datum point. Program ini dapat digunakan untuk beberapa
konfigurasi yaitu konfigurasi Schlumberger, Wenner, Wenner-Schlumberger,
pole-pole, dan lainlain.

Identifikasi jenis batuan pada hasil penggambaran aplikasi RES2DINV,


ditentukan oleh jumlah atau nilai resistivitas batuannya. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan resistivitas setiap batuan yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam membaca keadaan bawah permukaan tanah pada timbunan tubuh
bendungan. Dimana, nilai resitivitas semakin rendah akan menandakan
semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam lapisan batuan tersebut.

Metode wenner biasanya digunakan dalam horizontal profiling (mapping)


dengan hasil akhir hanya diperoleh profil secara horizontal (mendatar). Metode
resistivas konfigurasi Wenner ini dibagi menjadi beberapa konfigurasi yaitu
Wenner Alpha, Wenner beta dan Wenner Gamma. konfigurasi Wenner Alpha
memiliki kelebihan antara lain ketelitian dalam pembacaan, memiliki sinyal
yang bagus,
B. Tujuan Praktikum
2

Adapun tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut:


1. Mampu melakukan proses download data data hasil pengukuran geolistrik
resistivitas konfigurasi Wenner ke dalam format data Res2DInv.
2. Dapat melakukan pemodelan data hasil pengukuran geolistrik tahanan jenis
dengan menggunakan software Res2DInv.
3. Dapat menginterpretasikan hasil pemodelan data berdasarkan kondisi
geologi daerah pengukuran.
II. TEORI DASAR

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan bumi.
Metode geolistrik memiliki banyak macam, salah satunya adalah metode
geolistrik tahanan jenis (resistivitas). Pengujian geolistrik ini bertujuan untuk
menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan tanah dengan melakukan
pengukuran pada permukaan tanah. Pengukuran resistivitas dilakukan dengan cara
mengalirkan arus kedalam tanah melalui dua elektroda arus dan mengukur beda
tegangan yang dihasilkan pada dua elektroda potensial. Sehingga, resistivitas
bawah permukaan dapat diperkirakan. Resistivitas tanah memiliki kaitan dengan
berbagai parameter geologi, seperti mineral dan konten cairan, porositas, derajat
patahan, persentase patahan yang terisi air tanah dan derajat saturasi air di batuan
(Rozaq, et al, 2013).

Pada metode geolistrik resistivitas, arus listrik dialirkan ke dalam bumi melalui
dua elektroda arus, kemudian besarnya potensial yang disebabkannya diukur di
permukaan bumi melalui dua buah elektroda potensial. Besarnya beda potensial
diantara kedua elektroda potensial tersebut selain tergantung pada besarnya arus
yang dialirkan ke dalam bumi, juga tergantung pada letak kedua elektroda
potensial tersebut terhadap letak kedua elektroda arus yang dipakai (Janah, Siti
Roikatul. 2014).

Metode wenner biasanya digunakan dalam horizontal profiling (mapping) dengan


hasil akhir hanya diperoleh profil secara horizontal (mendatar). Metode resistivas
konfigurasi Wenner ini dibagi menjadi beberapa konfigurasi yaitu Wenner Alpha,
Wenner beta dan Wenner Gamma. Masing-masing konfigurasi memiliki susuan
elektroda yang berbeda, dan juga masing-masing konfigurasi memiliki ciri khusus
dalam memetakan kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas
(Maulana, Try Fanny Poerna. 2015).
Metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi dipole-dipole dapat diterapkan untuk
tujuan mendapatkan gambaran bawah permukaan pada objek yang penetrasinya
relatif lebih dalam disbandingkan dengan metode sounding lainnya seperti
5

konfigurasi wenner dan schlumberger. Metode ini sering digunakan dalam survei-
survei resistivitas karena rendahnya efek elektromagnetik yang ditimbulkan antara
sirkuit arus dan potensial (Loke, M.H. 1999).

Konfigurasi dipole-dipole pada metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas), arus


listrik dialirkan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus dan besarnya potensial
yang disebabkanya diukur dipermukaan bumi melalui dua elektroda potensial.
Terdapat berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan elektroda
tersebut. Aturanaturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam istilah
geofisika sering dinamai sebagai konfigurasi elektroda (Effendy, Vicky Nur
Amry., 2012).

Penggunaan konfigurasi Wenner Schlumberger pada metode geoelektrikal


didasarkan pada kebutuhan penyelidikan perubahan tahanan jenis bawah
permukaan kearah lateral (horizontal) yang biasa disebut ilustrasi lateral mapping.
Terdapat beberapa keunggulan metode geoelektrikal konfigurasi Wenner
Schlumberger dalam pengukuran rembesan (seepage water table) yaitu mobilitas
alat praktis dan ekonomis, tidak merusak struktur bendungan, mengefisiensi
bentang jarak pengukuran yang dilakukan, memetakan kondisi bawah permukaan
khususnya aliran rembesan dengan sangat baik, aplikasi metode geofisika
resistivitas telah banyak digunakan seperti pencarian sumber panas bumi, survei
air tanah dan juga telah dilakukan gerakan tanah atau tanah longsor dengan
Wenner-Schlumberger, dan mudah dikerjakan (Gumilar et al, 2014; Darsono et al,
2012).

Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan


spasi yang konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi antara
P1-P2 seperti pada Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1dan P2)
adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1dan C2) adalah 2na + a. Proses
penentuan resistivitas menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam
sebuah garis lurus (Sakka, 2002).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Alat Tulis

Gambar 2. Modul Praktikum

Gambar 3. Software RES2DInv


7

B. Diagram Alir

Adapun diagram alir pada praktikum ini sebagai berikut :

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Mempelajarai bagaimana pengolahan dan


interpretasi data

Melakukan pemodelan data yang diberikan menggunakan


software RES2DInv

Menginterpretasi data hasil pemodelan dengan melihat


nilai resistivitas dan kedalamannya.

Membandingkan hasil interpretasi antara hasil data


Wenner-Alpha dengan Wenner-Schlumberger

Selesai

Gambar 4. Diagram Alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan terdapat pada pembahasan dan lampiran.

B. Pembahasan

Pada praktikum ini praktikan diawali dengan melaksanakan pretest atau tes
awal untuk menilai kesiapan praktikan sebelum melaksanakan praktikum,
kemudian diberikan materi mengenai bagaimana melakukan pengolahan data
dan interpretasi data hasil pengukuran konfigurasi wenner, dimana data yang
diperleh diolah lebih lanjut dengan menggunakan program res2dinv, kemudia
diinversikan dan dibuat penampang topografinya. Praktikan diberikan 2 buah
data hasil pengukuran dengan menggunakan konfigurasi Wenner-Alpha dan
Wenner-Schlumberger, dari data tersebut dilakukan pengolahan data
menggunakan res2dinv kemudian diinterpeetasikan hasil pemodelan dan
dihubungkan dengan kondisi geologi didaerah pengukuran. Pada hasil analisis
data pengukuran Wenner-Alpha dihasilkan RMS error sebesar 5,8% kemudian
pada data pengukuran Wenner-Schlumberger dihasilkan RMS error 14,4%
dimana hasil error yang diperoleh sudah cukup bagus nilai error yang
dihasilkan dari data yang diolah bisa dikarenakan adanya nilai ekstrim suatu
data yang diakibatkan oleh kesalahan pembacaan atau di karenakan kondisi
alam.. kemudian diberikan informasi berupa kedalaman dan resistivitas pada
hasil pemodelan tersebut yang kemudian dapat diidentifikasikan mengenai
jenis batuan dari daerah penelitian tersebut. Telah diketahui bahwa nilai
tahanan jenis suatu lapisan batuan atau mineral berbeda-beda, faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan nilai tahanan jenis salah satunya adalah
kandungan dan mutu air.

Konfigurasi wenner-alpha sangat sensitive terhadap perubahan lateral setempat


dan dangkal. Hal tersebut terjadi karena anomaly geologi diamati oleh
elektroda C1 dan P1 berkali-kali Namun demikian untuk jarak C-P yang lebih
pendek, daya tembus (penetrasi) lebih besar, sehingga berlaku untuk eksplorasi
9

resistivitas dalam, karena bidang akuipotensial untuk benda homogen berupa


bola, maka data-data lebih mudah diproses dan dimengerti. Disamping itu nilai
error kecil, dank arena sensitive terhadap perubahan-perubahan kea rah lateral
di permukaan, konfigurasi ini banyak digunakan untuk penyelidikan
geothermal.

Pada konfigurasi Wenner-schlumberger bisa digunakan untuk mengetahui


aliran rembesan pada tubuh bendungan karena dinilai lebih efektif dan efisien,
selain itu, Konfigurasi Wenner-Schlumberger dapat digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan pipa di bawah permukaan yang diletakkan tepat
di bawah lintasan. kemudian konfigurasi ini dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi keberadaan patahan karena memberikan data tentang nilai
tahanan jenis batuan dan kondisi struktur bawah permukaan.

Data yang diberikan oleh asisten kemudian dibuka dengan menggunakan


software res2dinv dengan mengklik read data file dan emmilih data yang ingin
diolah, setelah itu sebelum melakukan inversi mengganti logaritma apparnt
resistivity dengan mengklik use apparent resistivity, setelah itu untuk
memperkecil skala elektroda mengganti model refinement menjadi use model
cells with widths of half the unit spacing sehingga skala elektroda menjadi 2,5.
setelah itu lakukan inversi dan melakukan edit untuk menghilangkan data yang
tidak diinginkan dan untuk mengecilkan nilai error sampai mendapatkan hasil
yang sesuai.

Hasil inversi data panjang 3 wenner schlumberger memberikan penampang 2D


secara vertical yang menunjukkan kedalaman dan sebaran resistivitas semunya.
dengan data yang tersedia penampang resistivitas hasil inversi memberikan
nilai RMS error terkecil setelah diinterasi sebanyak 4 kali yaitu 14,4%. Dari
data tersebut diketahui nilai resistivitas rentang antara 5 hingga 200 Ohm
meter. Kemudian diketahui bahwa kedalaman maksimal adalah sekitar 65 m.
pada kedalaman 0-3,8 meter terdapat lapisan dengan resistivitas berkisar antara
5-15 Ohm meter yang diindikasikan terdapat lapisan pasir dikarenakan berada
dekat dekat permukaan yang bepotensi memiliki akuifer airtanah, kemudian
pada lapisan kedua memiliki nilai resistivitas antara 30 hingga 45 Ohm meter
memiliki kedalaman antara 0-11 meter diindikasikan sebagai lapisan lempung
berpasir dan diindikasikan terdapat akuifer air tanah, setelah itu terdapat
lapisan yang memiliki nilai resistivitas antara 60-90 Ohm meter diindikasikan
merupakan lapisan lempung berpasir karena penyebaran lapisan ada yang dekat
dengan permukaan pada kedalaman 0-2 meter dan ada yang berada ditengah
pada kedalaman 10-25 meter, selanjutnya terdapat lapisan yang memiliki nilai
resistivitas sekitar 110-125 Ohm meter dimana ada yang berada pada
kedalaman 0-3 meter dan ada yang terdapat pada kedalaman 7-25 meter dan
10

terakhir ada anomaly dimana memiliki resistivitas sekitar 150- 250 Ohm meter
lapisan ini diindikasikan merupakan lapisan alluvium berpasir.

Hasil inversi pada data panjang 3 Wenner Alpha memiliki RMS error sebesar
5,8% dengan 4 kali iterasi dimana dari data tersebut diketahui hasil nilai
resistivitas berkisar antara 5-190 Ohm meter. Dari data tersebut dihasilkan
bahwa terdapat suatu lapisan yang memiliki nilai resistivitas antara 5-14,5
Ohm meter yang berada pada kedalaman 0-5 meter yang diindikasikan sebagai
lapisan pasir dengan akuifer airtanah, kemudian ada lapisan yang memiliki
rentang nilai resisitivitas antara 20 hinga 45 Ohm meter berada pada
kedalaman 0-11 meter diindikasikan merupakan lapisan lempung dengan
akuifer airtanah, kemudian lapisan selanjutnya yaitu memiliki nilai resisitivitas
60-70 Ohm meter memiliki kedalaman yang beragam ada yang berada pada
kedalaman 0-7 meter ini diindikasikan memiliki lapisan lempung hingga pasir
kemudian ada yang berada pada kedalaman 10-14 meter diindikasikan
memiliki lapisan lempung, kemudian pada kedalaman 10-22 meter terdapat
lapisan yang memiliki nilai resistivitas cukup besar yaitu sekitar 110-200 Ohm
meter dimana diindikasikan memiliki lapisan Alluvium dimana terdapat pada
kedalaman 1-3 meter juga memiliki nilai resistivitas yang sama juga
diindikasikan sebagai lapisan alluvium hingga pasir.

Kendala pada saat praktikum yaitu sulit membagi fokus antara penjelasan yang
diberikan oleh asisten dengan praktik yang harus kami ikuti dari penjelasan
tersebut, kemudian rentan terjadi ketertinggalan materi yang diberikan, dan
juga sering ada masalah koneksi yang tiba-tiba memburuk, setelah itu ada
masalah error pada software praktikan.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :


1. Penggunaan konfigurasi Wenner Schlumberger pada metode geoelektrikal
didasarkan pada kebutuhan penyelidikan perubahan tahanan jenis bawah
permukaan kearah lateral (horizontal) yang biasa disebut ilustrasi lateral
mapping.
2. Pada metode geolistrik resistivitas, arus listrik dialirkan ke dalam bumi melalui
dua elektroda arus, kemudian besarnya potensial yang disebabkannya diukur di
permukaan bumi melalui dua buah elektroda potensial.
3. Metode wenner biasanya digunakan dalam horizontal profiling (mapping)
dengan hasil akhir hanya diperoleh profil secara horizontal (mendatar). Metode
resistivas konfigurasi Wenner ini dibagi menjadi beberapa konfigurasi yaitu
Wenner Alpha, Wenner beta dan Wenner Gamma.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Vicky Nur Amry (2012), Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi


Dipole-Dipole untuk Mendeteksi Mineral Mangan (Physical Modeling).
Jember: Universits Jember.

Gumilar et al. (2014).Metode Resitivitas Konfigurasi Wenner untuk Menganalisis


Aliran Rembesan (Seepage) di Bendung Alam Wae Ela, Ambon. Universitas
Pendidikan Indonesia

Janah, Siti Roikatul (2014), Analisis Perbandingan Konfigurasi Elektroda Untuk


Identifikasi Keberadaan air pada Skala Laboratorium dengan Metode
Geolistrik Resistivitas. Yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.

Loke, M.H. (1999), Electrical Imaging Surveys for Environmental and


Engineering Studies: A practical quide to 2-D and 3-D surveys. Malaysia:
Penang.

Maulana, Try Fanny Poerna (2015), Pengolahan Data Manual Metode Geolistrik
dengan Menggunakan Konfigurasi Wenner Alpha. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”.

Rozaq A., Susilo A., & Wasis, 2013. Identifikasi Kedalaman dan Struktur Lapisan
Bawah Tanah Candi Jajaghu Berdasarkan Nilai Resistivitas dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Dipole-Dipole. Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Brawijaya.

Sakka, 2002. Metoda Geolistrik Tahanan Jenis. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam – UNHAS, Makassar.
LAMPIRAN
Soal Pembahasan
1. Jalannya praktikum secara lengkap
2. Jelaskan kegunaan survei 2D konfigurasi wenner-schlumberger dan wenner-
alpha dalam bidang geofisika
3. Penjelasan tugas (cara input dan pengolahan data saat praktikum pada software
Res2dinv, dan interpretasi data 2D hasil pengolahan berdasarkan tabel
resisitivitas)
4. Kendala pada saat praktikum
Tugas

1. Membuat pemodelan data 2D dengan menggunakan software Res2Dinv

Hasil Inversi Wenner Schlumberger

Hasil Inversi Wenner Alpha

2. Interpretasikan model yang telah dibuat berdasarkan nilai resisitivitas dan


hubungannya dengan kedalaman (Interpretasikan litologi/ jenis batuannya)

- Wenner Sclumberger
Hasil inversi data panjang 3 wenner schlumberger memberikan penampang
2D secara vertical yang menunjukkan kedalaman dan sebaran resistivitas
semunya. dengan data yang tersedia penampang resistivitas hasil inversi
memberikan nilai RMS error terkecil setelah diinterasi sebanyak 4 kali yaitu
14,4%. Dari data tersebut diketahui nilai resistivitas rentang antara 5 hingga
200 Ohm meter.

kemudian diketahui bahwa kedalaman maksimal adalah sekitar 65 m. pada


kedalaman 0-3,8 meter terdapat lapisan dengan resistivitas berkisar antara 5-
15 Ohm meter yang diindikasikan terdapat lapisan pasir dikarenakan berada
dekat dekat permukaan yang bepotensi memiliki akuifer airtanah, kemudian
pada lapisan kedua memiliki nilai resistivitas antara 30 hingga 45 Ohm meter
memiliki kedalaman antara 0-11 meter diindikasikan sebagai lapisan lempung
berpasir dan diindikasikan terdapat akuifer air tanah, setelah itu terdapat
lapisan yang memiliki nilai resistivitas antara 60-90 Ohm meter diindikasikan
merupakan lapisan lempung berpasir karena penyebaran lapisan ada yang
dekat dengan permukaan pada kedalaman 0-2 meter dan ada yang berada
ditengah pada kedalaman 10-25 meter, selanjutnya terdapat lapisan yang
memiliki nilai resistivitas sekitar 110-125 Ohm meter dimana ada yang
berada pada kedalaman 0-3 meter dan ada yang terdapat pada kedalaman 7-25
meter dan terakhir ada anomaly dimana memiliki resistivitas sekitar 150- 250
Ohm meter lapisan ini diindikasikan merupakan lapisan alluvium berpasir.

- Panjang 3 Wenner Alpha


Hasil inversi pada data panjang 3 Wenner Alpha memiliki RMS error sebesar
5,8% dengan 4 kali iterasi dimana dari data tersebut diketahui hasil nilai
resistivitas berkisar antara 5-190 Ohm meter.

Dari data tersebut dihasilkan bahwa terdapat suatu lapisan yang memiliki
nilai resistivitas antara 5-14,5 Ohm meter yang berada pada kedalaman 0-5
meter yang diindikasikan sebagai lapisan pasir dengan akuifer airtanah,
kemudian ada lapisan yang memiliki rentang nilai resisitivitas antara 20 hinga
45 Ohm meter berada pada kedalaman 0-11 meter diindikasikan merupakan
lapisan lempung dengan akuifer airtanah, kemudian lapisan selanjutnya yaitu
memiliki nilai resisitivitas 60-70 Ohm meter memiliki kedalaman yang
beragam ada yang berada pada kedalaman 0-7 meter ini diindikasikan
memiliki lapisan lempung hingga pasir kemudian ada yang berada pada
kedalaman 10-14 meter diindikasikan memiliki lapisan lempung, kemudian
pada kedalaman 10-22 meter terdapat lapisan yang memiliki nilai resistivitas
cukup besar yaitu sekitar 110-200 Ohm meter dimana diindikasikan memiliki
lapisan Alluvium dimana terdapat pada kedalaman 1-3 meter juga memiliki
nilai resistivitas yang sama juga diindikasikan sebagai lapisan alluvium
hingga pasir.

3. Bandingkan hasil interpretasi permodelan konfigurasi wenner-schlumberger


dan wenner-alpha
Pada hasil interpretasi dari pemodelan konfigurasi wenner-schlumberger
dengan wenner-alpha memiliki perbedaan yaitu pada hasil kedalaman yang
dijangkau pada hasil pemodelan konfigurasi wenner schlumberger lebih dalam
yaitu sektar 25 meter sedangkan pada hasil pemodelan menggunakan
konfigurasi wenner-alpha hanya mencapai pada kedalaman sekitar 21 meter.
selain itu untuk gambaran bawah permukaan mengenai lapisan-lapisan yang
terbentuk tidak jauh berbeda antara keduanya, hasil yang didapat membentuk
lapisan yang mirip namun hanya berbeda pada luasan daerah hasil pengukuran
pada wenner-schlumberger lebih luas disbanding wenner-alpha. kemudian hasil
nilai RMS error yang dihasilkan pada wenner-schlumberger relative lebih besar
disbanding wenner-alpha pada wenner-schlumberger sekitar 14,4% sedangkan
pada wenner alpha sekitar 5,8%.

Anda mungkin juga menyukai