Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Ikan lele merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan hampir diseluruh wilayah
Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan, serta
mempunyai prospek pasar yang baik. Beberapa kelebihan atau keunggulan ikan lele
dibandingkan dengan jenis ikan lainnya yaitu pertumbuhannya lebih cepat serta pemeliharaan
dan pemberian pakan lebih mudah.Budidaya ikan lele dapat memberikan penghasilan yang
besar, karena saat ini ikan lele sangat digemari oleh masyarakat dan harganya terjangkau oleh
semua kalangan

Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging
empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. Pengembangan
usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke
Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh
lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian
perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan
lele dumbo mengalami penurunan kualitas.

Produksi ikan lele setiap tahunnya terus meningkat secara signifikan, pada tahun 2010-
2014 capaian produksi nasional meningkat dari 240.000 ton menjadi 750.000 ton dengan
pertambahan rata-rata sebesar 47% setiap tahunya (Kementrian Kelautan Perikanan, 2014: 35).
Permintaan masyarakat yang tinggi ini dikarenakan ikan lele merupakan sumber protein tinggi
yang harganya terjangkau, mudah didapat, serta memiliki rasa yang gurih ditambah tulang duri
yang sedikit. Bagi pembudidaya, pembesaran ikan lele menuju ukuran konsumsi memiliki
keunggulan dibanding jenis ikan lain yaitu mampu bertahan pada kondisi ekstrim dalam
budidaya secara intensif yang memiliki padat tebar tinggi. Ikan lele juga memiliki pertumbuhan
yang relatif cepat untuk mencapai ukuran konsumsi, serta merupakan ikan yang tidak memiliki
pakan spesifik dan mampu menerima pakan buatan sebagai pengganti pakan alaminya.
Permintaan masyarakat terhadap ikan lele yang terus meningkat tentu harus diimbangi dengan
pembudidayaan yang berkembang dan berkelanjutan, karena akan semakin banyak permasalahan
yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan produksi ikan lele di Indonesia. Salah satu
permasalahan utama budidaya ikan lele adalah kegagalan pembenihan yang ditunjukan dengan
pertumbuhan yang buruk, sedangkan permintaan pasar membutuhkan konsistensi dalam produksi
atau suplai benih. Pertumbuhan lele yang buruk dikarenakan benih ikan masih sangat rentan
terhadap penyakit ataupun perubahan lingkungan seperti temperatur, tingkat keasaman, kadar
Oksigen. Pada stadium benih, ikan juga sangat sensitif terhadap ketersediaan dan jenis pakan
karena sistem pencernaannya yang belum mampu berkerja dengan optimal.

Oleh sebab itu,maka kami dari tim penulis membuat studi kelayakan terhadap budidaya
ikan lele yang merupakan ikan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dimana ikan lele ini
digunakan sebagai bahan makanan yang mengandung gizi yang penting bagi pertumbuhan
manusia.Setelah mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dilapangan, maka kami
menuangkan tulisan ini dalam bentuk makalah yang berjudul Studi Kelayakan Budidaya Ikan
Lele.

I.B. RUMUSAN MASALAH

Masalah bukan merupakan hal baru dalam studi kelayakan proyek, baik itu proyek yang
berskala besar maupun yang berskala kecil. Masalah yang dihadapi oleh setiap proyek tidaklah
sama satu dengan yang lainnya.

Begitu juga dengan studi kelayakan proyek budidaya ikan lele , maka kami disini
menemukan berbagai macam masalah yang menyangkut berbagai aspek lain :

1. Aspek pasar dan pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek paling utama dan pertama yang dilakukan
dalam pengkajian usulan proyek investasi. Hal ini dikarnakan bahwa tidak mungkin suatu
investasi dilakukan jika tidak ada pasar yang menerima produknya. Aspek pasar
berkaitan dengan ada tidaknya potensi dasar dan peluang pasar suatu produk investasi
dimasa yang akan datang. Aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana penerapan
strageti pemasaran dalam rangka meraih sebagian besar pasar potensial atau peluang
pasar yang ada.

2. Aspek teknis dan teknologi

Setelah kajian pasar dan pemasaran disimpulkan layak , selanjutnya dilakukan kajian
aspek teknis dan teknologi, yang tujuan nya adalah untuk segera merealisir rencana
pembangunan proyek investasi yang diusulkan.Kajian teknis dan teknologi
menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan proyek dari segi teknis dan teknologi
.Penilaian meliputi : penilaian lokasi investasi,penentuan model bangunan,pemilihan
mesin,peralatan mesin,peralatan lain dan teknologi ,penentuan layout, penentuan skala
operasi (kapasitas produksi).

3.Aspek Keuangan

Dalam mengkaji kelayakan investasi,aspek keuangan merupakan factor yang


menentukan, artinya berapapun aspek-aspek mendukung kalau tidak tersedia dana yang
dibuthkan maka dana yang dibutuhkan akan menjadi tidak layak. Aspek keuangan
berkaitan deangan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus
mengalokasikan serta mencari sumber dana yang bersangkutan dengan cara efisien, serta
memberikan tingkat keuntungan yang optimal bagi investor.Tingkat keuntungan yang
menjanjikan bagi investor adalah tingkat keuntungan yang berdasarkan uang kas, bukan
berdasarkan laba akuntansi. Artinya bahwa tingkat keuntungan haruslah berdasarkan
aliran kas proyek investasi yang mengakui konsep nilai waktu uang. Untuk dapat
menentukan apakah suatu proyek dikatakan layak atau tidak, diperlukan teknik –teknik
criteria penilaian investasi yang didasarkan pada estimasi aliran kas proyek yang
bersangkutan. Untuk itu perlu diperhatikan : kebutuhan dan pengaplikasian dana , sumber
dana dan biaya modal , estimasi aliran kas, analisis ususlan penilaian investasi, dan
pertimbangan faktor resiko dalam investasi.
1.C. TUJUAN PENELITIAN

Menyadari keterbatasan waktu, tenaga pengetahuan yang dimikidan luasnya ruang


lingkup peneltian maka dalam peneltian dan pengkajian tulisan ini, kami mencoba membahas
aspek-aspek tersebut berkaitan dalam layak tidak nya proyek budidaya ikan lele di Medan
dimana aspek tersebut sudah disebutkan diatas.

Adapun tujuan penelitian ini untuk :

1. Mengetahui sejauh mana kelayakan usaha budidaya ikan lele di Medan, prospek pasar
tersebut, dan aspek yang terdapat didalamnya yaiu :

a. Aspek pasar dan pemasaran

b. Aspek teknis dan teknologi

c. Aspek keuangan

2. Menelaah maslah yang munkgkin timbul dan cara yang diambil untuk mengantisipasi
masalah tersebut

3. Lebih mendalami dan mengembangkan pengetahuan kami dalam bidang manajemen


dan tercapainya dalam bidang pemasran,produksi dan keuangan.

1.D. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna membahas dan penyusunan ilmiah ini,
kami meggunakan kombinasi dua metode penelitian yakni :

1. Penelitian kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan cara memperoleh data ilmiah melalui buku, majalah, atau
literature yang berkaitan dengan rumusan masalah sehingga pengetahuan kami mengenai
objek peneltitan semakin luas,berkembang dan dapat dijadikan dasar penelitian.
2. Penelitian lapangan

Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan peneltian langsung kelapangan yang


berkaitan dengan rumusan masalah melalui observasi,wawancara, dan kuisioner terhadap
pihakl yang berwenang dalam memberikan data.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer

Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil peengisian kuisioner yang biasa
dilakukan oleh peneliti.

b. Data sekunder

Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau
diagram.

Dan untuk memperakurat data ini kami dari tim penulis telah mealkukan survey
terhadap 150 rumah tangga dari berbagai suku,agama yang ada dikota Medan
dimana dari 150 rumah tangga ini kami bagi menjadi 3 kriteria yang terdiri dari :

a. Tingkat pendapatan

b. Etnis

c. Agama
Dari 150 rumah tangga ini kami memperoleh tingkat komsumsi masing-masing
akan ikan lele tiap bulannya. Kami juga telah melakukan beberapa survey
terhadap rumah makan dan industry untuk mendapatkan tingkat konsumsi
masing-masing terhadap ikan lele tiap bulannya dan semua data hasil survey ini
kami jabarkan pada bab 3.

1.E. METODE ANALISIS

Dalam penelitian ini kami mengunakan dua metode analisis yaitu analisis eksplorktif dan
metode analisa komporatif.

Metode analisa eksploratif adalah kegiatan mengumpulkan, merumuskan,


mengklasifikasikan data dan mengintegrasikan sehingga memberikan gambaran nyata dalam
mengambil kesimpulan. Metode analisa komperatif adalah kegiatan mengambil kesimpulan
dalam membandingkan teori secara umum berdasarkan kebenaran terhadap pelaksanaan
perusahaan. Dari hasil analisa tersebut akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan dirumuskan saran-
saran yang dapat digunakan untuk pelaksanaan investasi tersebut.
BAB II

URAIAN TEORITIS

Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis (SKB) adalah penelitian dan penilaian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan). Dalam penelitian studi kelayakan ini
haruslah dibuat sejelas mungkin dan menganalisa semua alternatif kemungkinan yang timbul,
agar kita dapat meraih keuntungan dari keberhasilan studi kelayakan ini. Pengertian
menguntungkan, berhasil atau layak, ada yang menafsirkannya dalam arti sempit dan arti luas.
Pengertian arti sempit, biasanya pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi
suatu investasi. Pengertian dalam arti luas, biasanya pemerintah atau lembaga non profit
disamping manfaat ekonomi masih ada manfaat lain yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.

Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum melakukan investasi yang
kemudian dituangkan dalam suatu laporan setara tertulis, manfaat yang bisa diperoleh hasil
laporan studi kelayakan bisnis ini bisa digunakan sebagai pedoman ataupun alat untuk
mengetahui sampai sejauh mana kegiatan investasi telah dilakukan. Pada intinya laporan SKB ini
dapat digunakan sebagai alat pengawasan.

Pada umumnya studi kelayakan bisnis menyangkut 3 aspek, yaitu :


1. Manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat
financial), yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila
dibandingkan dengan resiko tersebut.
2. Manfaat ekonomis proyek bagi Negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga
disebut manfaat ekonomi nasional), yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu Negara.
3. Manfaat sosial proyek bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang
relatif paling sulit dilakukan.

Tujuan Diadakan Studi Kelayakan Bisnis

Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang karenanya perlu diadakan suatu studi atau
penelitian dan penilaian sebelumnya. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata
kemudian tidak menguntungkan ataupun gagal.

Kegagalan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. Kesalahan perencanaan
2. Kesalahan penafsiran jumlah pasar yang tersedia
3. Kesalahan memperkirakan teknologi yang dipakai
4. Kesalahan memperkirakan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam investasi
tersebut.

Sebab lain berasal dari kesalahan dalam pelaksanaan sumber daya manusianya sehingga
biaya pembangunan proyek menjadi membengkak dan akhirnya penyelesaian proyek menjadi
tertunda. Faktor-faktor lingkungan luar tersebut adalah :

1. Lingkungan ekonomi
2. Lingkungan sosial-budaya
3. Lingkungan politik / pemerintah
4. Lingkungan alam
5. Lingkungan sejarah
Dalam melakukan investasi tersebut diperlukan biaya investasi yang cukup besar dengan
harapan agar memperoleh keuntungan yang besar pula. Dan semakin besar tingkat investasi
tersebut maka semakin besar pula tingkat resiko yang harus dihadapinya, jadi investasi tersebut
harus mengembalikan biaya modal yang telah dikeluarkan.

Dalam hal besar kecilnya proyek yang akan dijalankan, dapat ditafsirkan bahwa semakin
besar proyek yang akan dilakukan, semakin luas dampak yang akan terjadi. Dampak ini bisa
dampak ekonomis, bisa juga bersifat sosial. Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan,
semakin sederhana pula ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan.

II. A. ASPEK PASAR

Aspek pasar dan pemasaran meliputi 4 hal utama, yaitu :

A. Potensi Pasar
Potensi pasar adalah peluang penjualan maksimum yang dapat dicapai oleh seluruh
penjualan baik saat ini maupun mendatang. Untuk menentukan potensi pasar atas produk
investasi di masa mendatang diperlukan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
meliputi perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk.
Data kuantitatif mliputi kecenderungan permintaan masa lalu, perkembangan /
pertumbuhan penduduk, pendapatan per kapita, dll.

B. Pangsa Pasar
Penjualan oleh industry merupakan permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh
kelompok industry (permintaan efektif). Penjualan oleh perusahaan adalah bagian dari
profesi pasar yang dapat diraih oleh salah satu perusahaan di dalam kelompok industry
tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan (trend) penjualan oleh industry
dan penjualan oleh perusahaan di masa mendatang, berbagai data harus dikumpulkn dan
dianalisis.
C. Faktor Persaingan
Setelah potensi pasar, peluang pasar dan market share ditentukan, langkah berikutnya
adalah mengkaji strategi bersaing. Dalam hal ini yaitu strategi pemasaran dala rangka
meraih market share yang telah ditentukan tersebut. Konsep yang perlu dipertimbangkan
adalah faktor persaingan yang menentukan profitabilitas dalam industri. Menurut Porter,
terdapat 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri, yaitu :
 Ancaman pendatang baru
 Ancaman produk pengganti
 Kekuatan tawar menawar pembeli
 Kekuatan tawar menawar pemasok
 Rivalitas antar pesaing
Berdasarkan faktor-faktor persaingan di atas, agar nantiya dapat menyusun strategi
pemsaran kompetitif yang efektif, maka perlu dilakukan analisa mengenai kemampuan
pesaing. Langkah-langkah analisis yang dikemukakan Kotler adalah :

 Identifikasi pesaing
 Penentuan sasaran pesaing
 Identifikasi strategi pesaing
 Evaluasi kekuatan dan kelemahan pesaing
 Estimasi pola reaksi pesaing
 Menentukan pesaing utama

D. Strategi Pemasaran yang Efektif (Untuk Meraih Market Share)


Untuk masuk persaingan harus dapat melakukan analisis situasi. Analisis situasi dikeal
dengan nama SWOT. Analisis ini didasarkan atas pemikiran agar dapat dimaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun pada saat yang sama dapat
diminimumkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) perusahaan industry.
Bentuk-bentuk penerapan strategi pemasaran yang efektif meliputi 3 strategi generic, 4
posisi kompetitif, dan strategi marketing mix.
 Tiga strategi generik adalah overall cost leadership, differentiation, dan focus.
 Empat posisi kompetitif meliputi, pemuka pasar, penantang pasar, penganut
pasar, dan perelung pasar.
 Strategi marketing mi adalah bagaimana mengkombinasikan variabel-variabel
seperti, product, place, promotion, dan price (4P) dapat mengoptimalkan laba.

II.B. ASPEK TEKNIS

Aspek teknis dan teknologi meliputi lima hal utama, yaitu :

A. Penetuan Lokasi Investasi


Lokasi yang dipilih sebaiknya telah diteliti dari hokum, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat sekitarnya agar tidak ada masalah di kemudian hari. Untuk menentukan
lokasi investasi yang strategis banyak faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu faktor
primer dan faktor sekunder.
Faktor primer adalah :
 Ketersediaan bahan baku utama dan pembantu
 Ketersediaan tenaga kerja langsung
 Ketersediaan sarana transportasi
 Ketersediaan sarana telekomunikasi, air dan listrik
 Kedekatan dengan lokasi pasar yang dituju
Faktor sekunder mencakup :

 Iklim dan keadaan tanah


 Kemungkinan pengembangan di masa yang akan datang
 Strategi kebijaksanaan pemerintah
 PERDA

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, diharapkan dapat diminimumkan


biaya-biaya yang diakibatkan oleh keputusan dipilihnya lokasi investasi tertentu. Biaya-
biaya tersebut antara lain: biaya pembangunan gedung, pengadaan peralatan lainnya,
serta kebutuhan modal kerjanya. Teknis analisis yang digunakan bisa : metode kualitatif
subyektif, penilaian altenatif lokasi, metode perbandingan biaya, dan metode transportasi.
B. Penentuan Model Bangunan
Dalam menentukan model bangunan faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
 Biaya
 Keamanan dan kenyamanan
 Kebutuhan ruangan
 Sistem komunikasi
C. Pemilihan Mesin, Peralatan Lain, dan Teknologi
Pemilihan mesin, peralatan lain, dan teknologi yang digunakan merupakan hal yang tidak
bisa dipisahkan. Jadi merupakan satu paket yang diterapkan. Beberapa criteria yang perlu
digunakan dalam memilih mesin dan peralatan adalah :
 Tersedianya pemasok
 Tersedianya suku cadang
 Kemampuan (kapasitas)
 Kualitas dan taksiran umur efektif
Beberapa criteria pemilihan teknologi :
 Kemampuan tenaga kerja dalam implementasi teknologi
 Kesesuaian dengan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
 Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain
 Kemungkinan untuk mengantisipasi alih teknologi lanjutan
D. Penentuan Lay Out
Penilaian Lay Out menurut Suad Husnan dan Swarsono (1994) adalah :
 Adanya konsistensi dengan teknologi produksi
 Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke yang lainnya
 Pengguna ruang yang optimal
 Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun
ekspansi
 Minimasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk
keselamatan tenaga kerja

E. Penentuan skala Operasi (Kapasitas/Luas Produksi)


Skala operasi atau luas produksi merupakan kuantitas unit produk yang seharusnya
dihasilkan pada suatu periode tertentu misalnya satu semester atau satu tahunan dalam
rangka mencapai optimalisasi keuntungan. Konsep yang paling sederhana dalam
menentukan skala operasi (luas produksi) adalah tergantung pada kemungkinan
perkembangan pangsa pasar (market share) yang dapat diraih dan kapasitas mesin serta
peralatan yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, perlu diperhatikan kualitas SDM
dalam produksi, kemampuan keuangan perusahaan, dan kemungkinan adanya perusahaan
teknologi produksi di masa mendatang.
Beberapa model (alat) untuk menganalisis penentuan skala operasi (luas produksi)
antara lain :
 Analisis BEP (Break Event Point)
 Konsep Marginal Cost dan Marginal Revenue
 Linear Programming

III.C. ASPEK KEUANGAN

Aspek keuangan meliputi 5 hal utama, yaitu:

A. Kebutuhan Dan Pengalokasian Dana


Besar kebutuhan dana proyek investasi yang diusulkan relative sulit untuk di tentukan.
Penentuan kebutuhan biasanya merupakan taksiran yang banyak mengandung arbitrase. Secara
umum taksiran kebutuhan dana suatu proyek investasi di pengaruhi oleh kompleksitasnya
sendiri seperti lokasi dimana proyek akan dibangun, rencana pembangunan untuk gedung
perkantoran dan pabrik, jenis peralatan dan teknologi yang di pilih, dan faktor pendukung
lainnya. Faktor pendukung lainnya adalah faktor yang berkaitan dengan proyek itu sendiri,
seperti sampai siap dioperasikannya proyek, membutuhkan biaya-biaya yang berkaitan
dengan :

 Riset pendahuluan
 Biaya untuk perolehan aktiva tetap tidak berwujud
 Biaya operasi
 Jumlah modal kerja yang dibutuhkan
Pengalokasian dana untuk proyek investasi secara umum dialokasikan menjadi 2 kelompok,
yaitu : untuk aktiva tetap dan modal kerja.

B. Sumber Dana dan Biaya Total


Banyak lembaga keuangan bank maupun bukan bank yang bersedia mendanai suatu
proyek investasi, tentu saja dengan persyaratan yang sesuai dengan yang ditentukan.
Sumber dana dari lembaga-lembaga keuangan tersebut biasanya disebut modal asing atau
modal pinjaman. Sumber dana dari modal asing adalah sumber dana yang di dapatkan
dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut. Sumber
dana yang berasal dari dalam perusahaan sendiri yakni dari investor sendiri sebagai
pemilik perusahaan dan dari laba operasi yang biasanya disebut modal sendiri. Terlepas
darimana sumber perusahaan tersebut diperoleh, permasalahan pokok adalah seberapa
jauh suatu proyek investasi dapat memperoleh keuntungan yang sangat ekonomis.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang meminimumkan biaya modal
(cost of capital) perusahaan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penentuan biaya
modal perusahaan sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keuntungan (cut off rate)
yang diharapkan.
Ada beberapa teknik untuk menentukan biaya modal secara keseluruhan. Salah satu
teknik adalah teknik penentuan biaya modal dengan biaya modal rata-rata, yaitu:
 Pertama, menentukan biaya modal secara individual dari masing-masing sumber
 Kedua, menghitung rata-rata biaya modal individual dengan bobot masing masing
sumber dana
 Ketiga, menjumlahkan hasil perhitungan langkah kedua

C. Estimasi Aliran Kas Proyek Investasi


Para manajer dalam menentukan investasi, berharap akan memperoleh tingkat
keuntungan dari investasi tersebut. Informasi yang biasanya mereka gunakan adalah
informasi mengenai aliran kasnya, bukan laba akuntansi. Untuk mengestimasi aliran kas
dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan laba akuntansi tersebut. Untuk mengestimasi
aliran kas proyek investasi harus dipahami dahulu jenis-jenis aliran kas proyek investasi.
Jenis aliran kas proyek investasi adalah :
 Aliran kas awal (initial cash flow)
 Aliran kas operasional (operasional cash flow)
 Aliran kas akhir (terminal cash flow)

D. Analisis Penilaian Usulan Proyek Investasi


Berdasarkan pada aliran kas, penilaian investasi masih harus mempertimbangkan konsep
nilai waktu berjalan, nilai uang akan semakin turun. Berbagai teknik analisis yang
digunakan, antara lain:
 Avarage Rate Of Return (ARR)
Untuk menentukan layak tidaknya usulan proyek investasi cukup membandingkan
antara perhitungan ARR dengan expected of return dari investor. Expected of return
diukur berdasarkan cost of capital dari ilustrasi dana. Sedangkan prakteknya adalah
ratio antara rata-rata laba akuntansi setelah pajak (EAT) dengan rata-rata investasi
 Teknik Analisis Payback Period (PP)
Untuk menentukan layak tidak nya investasi cukup membandingkan antara waktu
pengembalian jumlah dana untuk investasi dengan umur ekonomi proyek. Bila
payback period lebih kecil atau pendek daripada jangka waktu umur ekonomi proyek
investasi, maka proyek dinyatakan layak, dan begitu sebaliknya.
 Teknik Analisis Net Present Value (NPV)
Untuk menentukan suatu usulan proyek layak atau tidak, adalah dengan cara
mengurangkan antara Present Value (nilai saat ini) dan aliran kas bersih operasional
atas proyek investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan
initial cash flow. Jika NPV positif, usulan proyek investasi dinyatakan layak, jika NPV
negatif maka dinyatakan tidak layak. Untuk menentukan present value ata aliran kas
operasional dan terminal cash flow didasarkan pada cost of rate atau discount
factornya.
 Teknik Analisi IRR (Internal Rate Of Return)
Untuk menentukan layak tidaknya proyek investasi, dengan cara membandingkan
antara IRR dengan tingkat keuntungan yang diharapkan atau diisyaratkan (expected of
return). Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat
menyamakan antara present value dari investasi (initial Investment).
 Teknik Analisis Provitability Index(PI)
Untuk mengukur layak tidaknya suatu usulan proyrk investasi yaitu dengan
membandingkan antara present value aliran kas proyek dengan present value.
(initial investment). Jika PI>1,usulan proyek dinyatakan layak, sebaliknya jika
PI<1 dinyatakan tidak layak.

E. Pertimbangan Resiko Dalam Investasi


Ada hubungan proporsional antara tingkat keuntungan dengan resiko. Semakin tinggi
tingkat resiko suatu proyek, semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan atas
investasi yang ditanam. Teknik analisis menentukan tingkat resiko investasi dilakukan dengan
analisis sensitivitas dan analisis statistik. Analisis sensitivitas didasarkan pada kemungkinan
yang paling optimis sampai didasarkan pada kemungkinan yang paling pesimis. Analisis
statistic didasarkan pada kemungkinan yang menyimpang antara nilai rill dengan nilai yang
diharapkan. Nilai rill adalah nilai yang terjadi, sedangkan nilai yang diharapkan adalah rata-
rata dari nilai rill tersebut. Penyimpangan yang terjadi merupakan deviasi standart (s).
BAB IV

Ciri dan kehidupan lele

Di perairan tawar indonesia, ada 5 jenis ikan yang bentuk luarnya mirip dengan lele, sampai kita
dapat terkecoh kalau tidak teliti memperhatikan cirinya, yaitu :

o Clarias batrachus, iwak lele ( nama daerah Jawa Tengah dan Timur), ikan kalang
( Sumatera Barat), ikan maut ( Sumatera Utara).
o Clarias nieuhofi, Lindi ( Jawa Barat ), Kaleh (Kalimantan Selatan).
o Clarias Ieicantus, ikan keli ( Sumatera Barat).
o Clarias Melanoderma, Wais (Jawa tengah), Ikan duri (Sumatera Selatan).
Diantara kelima jenis ikan itu hanya iwak lele Clarias batrachus yang paling sering kita
jumpai dipasar pulau Jawa. Dahulu, lele hanya dipandang sebagai “ikan kelas dua” saja, yang
baru dimakan kalau jenis ikan enak yang lain sudah tidak ada lagi. Teapi akhir akhir ini ikan
lele semakin digemari, meskipun ikan lain yang sama enaknya masih melimpah. Rasa
dagingnya yang gurih karena berlemak tebal memang mengesankan. Lazimnya ia disajikan
secara khusus sebagai masakan pecel lele, yang aneh sekali bukannya berupa lele yang diberi
bumbu pecel sambel kacang itu,tapi lele yang diberi bumbu rujak.
Mengapa sampai disebut salah kaprah sebagai “lele bumbu pecel” tidak begitu jelas
riwayatnya dalam sejarah perlelean. Sajian khas itu banyak kita jumpai di restoran dan Rumah
Makan tepi jalan raya di perbatasan kota besar seperti Yogyakarta Semarang Bandung Solo
dan Kotamadya seperti Blitar Tulungagung dan Ungaran. Hidangan khas ini kemudian
digemari masyarakat luas sampai harga lele bukan kepalang meningkatnya. sayang
permintaan yang meningkat ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi, disinilah
terletak lapangan kerja yang masih luas untuk digarap.
1. lele sebagai ikan laut
Ketika rawa dan sungai kita dahulu masih banyak tercemar lingkungannya oleh sampah
pabrik atau minyak buangan bengkel kendaraan bermotor, jenis ikan wais, lele kembang, lindi
dan keli itu masih dapat kita jumpai di pasar sebagai hasil rawa atau sungai. Tetapi kini jenis
ini sudah langka di Pulau Jawa. Hanya di Sumatera dan Kalimantan yang rawa dan sungainya
masih belum tercemar parah saja, mereka masih lumayan dapat dijumpai sebagai ikan hasil
rawa. Ciri ikan lele yang menyolok, yang membedakannya dari lainnya ialah sirip punggung
yang pendek. Jari-jari sirip itu hanya ada 60, sedang Jenis lindi mempunyai sirip punggung
lebih panjang. Jari-jari sirip ini berjumlah 87 sampai 106.
Lele kembang dan ikan keli, juga mempunyai sirip punggung yang panjang keduanya
mempunyai jari-jari sirip punggung sebanyak 70-74. Bagaimana membedakannya? Untunglah
lele kembang mempunyai sirip dubur yang lebih panjang dengan jari-jari sirip 60-63 daripada
ikan keli yang hanya mempunyai 50 jari-jari sirip dubur. Bagaimana dengan ikan duri atau
ikan Iwak Wais? Cirinya yang menyolok ialah deretan gigi pada duri sirip dadanya nyata
sekali tajamnya. Padahal pada jenis yang lain tidak. Ciri inilah yang menyebabkan mengapa
jenis ini disebut ikan duri di Sumatera Selatan. Ikan lele clarias batrachus tubuhnya yang
tidak bersisik pada pandangan pertama selalu menimbulkan rasa jijik. Mengkilat hitam licin
licin seram. Kalaupun “soal kecil” ini berhasil diatasi masih ada soal kedua yang merisaukan,
yaitu jari-jari sirip dadanya mengeras menjadi duri. Itu jelas ampuh untuk melukai musuh,
kaki tangan dan apa saja yang mencoba menyentuhnya. Ujung duri itu mudah patah, ini
terjadi kalau ditunjukkan ketika ikan itu membengkokkan tubuhnya ke samping. Dan duri
yang bagian dalamnya berongga itu mengeluarkan “bisa” yang dapat meracuni luka-luka yang
timbul karena tusukan itu.
Kalau lukanya hanya kecil, memang hanya ringan saja akibatnya hanya meriang. Tetapi
kalau yang menusuk itu anak muda lele yang masih berukuran 8 cm, maka walaupun luka
tusukannya kecil, namun “bisa” yang dimuntahkan dapat lebih ampuh menyengsarakan
orang. Lebih dari meriang, bahkan sampai menggigil demam sehari semalam. Sebabnya, pada
ikan muda, jarak antara tempat luka dan kelenjar racun masih pendek, kalau dibanding dengan
jarak antara tempat luka dan kelenjar pada ikan dewasa. “Tembakannya” yang lebih keras
menabrak sasaran, karena memang berjarak pendek.
Kalau yang terkena itu kebetulan urat nadi, dan orang yang bersangkutan tidak diurus
dengan cepat, dia dapat betul-betul meninggal. Tidak berlebihan kalau di Sumatera Utara lele
itu disebut ikan maut.
2. Bernafas Dalam Lumpur
Sebagai ikan, lele juga bernafas dalam air dengan insang. Tetapi Insang lele hanya kecil
saja dan kurang mampu menyerap oksigen pernafasannya dari air, untunglah iya dikaruniai
alat pernafasan tambahan pula sehingga mampu mengambil oksigen pernafasan tambahan
secara langsung dari udara. Kalau air tempat hidupnya keruh dan kurang sekali oksigennya
alat ini berupa lipatan kulit tipis yang sepintas lalu tampak seperti tajuk sebatang pohon dan
tersimpan di bagian atas rongga insang. Kalau air tempat hidupnya sudah begitu buruk
keadaannya karena mengering pada musim kemarau, dan boleh dikata air lumpur saja yang
tinggal, ikan lele masih juga dapat bertahan karena alat pernafasan tambahan ini. Itulah
sebabnya ia mudah dipelihara dalam kolam air limbah yang keruh mereka bahkan tahan
ditumpuk dalam kolam yang tidak mengalir airnya, seperti kolam pekarangan rumah
misalnya.
Sebaliknya kalau ia dicegah jangan sampai dapat mencapai permukaan air dalam rangka
mengambil oksigen dari udara secara langsung itu, maka tak lama kemudian ia akan mati .
Kecelakaan semacam ini juga sering terjadi pada benih lele yang dipelihara dalam kolam yang
terlalu dalam airnya, lebih-lebih yang penuh dengan tanaman air karena terlalu capek mondar-
mandir dari dasar kolam yang dalam ke permukaan air. Banyak dari mereka kemudian lemah
kehabisan tenaga dan mati lemas, ciri lain yang menyolok dari ikan lele adalah 4 pasang
kumis yang bertugas sebagai alat peraba yang sangat peka, Dalam air yang keruh ia masih
mampu mencari mangsa, tidak dengan matanya tetapi dengan alat peraba berupa kumis ini
3. Makanan ikan lele
Sebagai ikan pemakan daging, lele terutama senang berburu binatang air lain yang lebih
kecil. Kalau masih kecil di bawah ukuran 8 cm lele berburu binatang bersel tunggal protozoa
dan udang renik yang merupakan binatang yang hidup melayang-layang dalam air. Kalau lele
sudah besar 8 cm atau lebih, mereka beralih berburu binatang yang lebih besar seperti larva
serangga air, cacing air tawar, siput, anak ikan, dan berudu.
Berbagai binatang mangsa ini hanya mau tumbuh subur kalau perairan tempat hidupnya
mengandung bahan organik cukup banyak seperti daun dan batang tubuh tumbuhan tertentu,
yang di kalangan pertanian dikenal sebagai pupuk hijau atau kompos juga kotoran kandang
ternak yang biasa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang masih termasuk bahan organik ini,
karena dahulunya berasal dari rumput-rumputan atau tanaman yang dimakan ternak.
Bahan organik ini semua dapat terbongkar menjadi humus di dasar perairan, yang amat
disukai oleh udang renik, serangga air, cacing dan siput yang menaruh telur dan berkembang
biak dengan suburnya. Ikan lele dapat cepat gemuk kalau dapat menemukan mereka dengan
mudah. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa suatu perairan seperti sawah atau kalau
misalnya, banyak mengandung bahan organik dan subur ditumbuhi binatang mangsa bagi
lele? Kita cukup memeriksa daerah tepian nya saja kalau air dan tanah dasarnya banyak
ditumbuhi ganggang hijau dan ganggang biru sampai airnya agak keruh dan berwarna hijau
biasanya banyak dikerumuni oleh serangga air seperti kumbang bebeasan nyamuk atau lalat
sehari yang berenang renang di permukaan air dan yang terbang berkerumun di satu tempat di
udara biasanya dengan melihat adanya serangga Air ini saja kita sudah dapat menyimpulkan
bahwa tanah dasarnya juga dihuni oleh cacing udang renik dan siput sebaliknya air kolam itu
jernih sekali sedangkan nada dasarnya juga tidak perlu for melainkan berpasir atau berbatu
cerdas maka biasanya juga tidak ada serangga air yang berkeliaran di permukaan atau terbang
berkerumunan di udara air alam ini tidak mengandung binatang mangsa bagi Lele dalam
keadaan kekurangan makanan alami ikan ini juga mau makan sisa bahan organik yang
berprotein yang masuk ke kolam tempat hidupnya seperti tinja yang hajat besar yang
dirayakan di tepi sungai atau dalam kamar kecil di tepi kolam sisa dapur atau sisa pabrik tahu
tempe rumah pemotongan hewan dan lain sumber bahan makanan juga sering dilempar ke
sungai dan masuk ke kolam pemeliharaan lele limbah ini juga disambut dengan senang dan
diam-diam oleh lele sebagai ikan peliharaan di kolam lele dapat juga dibiasakan makan nasi
atau sisa makanan kita bercampur dedak atau cincangan sayur sosis asap dapur yang tidak
turut dimasak tentang hari ini nanti akan dibicarakan lebih lengkap pada bab yang lebih
terperinci dengan cara pemeliharaan.

PEMELIHARAAN DALAM VAK AIR HUJAN


1. PENGERTIAN PEMELIHARAAN DAN PETERNAKAN
Sebelum kita menyelami pengusahaan kali lebih lanjut ada dua baiknya kita ingat
kembali bahwa usaha ikan lele selalu berupa dua macam kegiatan yaitu
 pemeliharaan yang hanya membesarkan benih ikan sampai menjadi ikan konsumsi
yang dapat diambil untuk makanan saja atau dijual kepada orang lain di pasar
 peternakan yang hanya mengawinkan induk ikan menetaskan telur Hasil perkawinan
dan menyemaikan benih yang menetas dari telur itu untuk kemudian menjualnya
sebagai benih kepada pemelihara.
kalau kita sudah terampil dan banyak penyebab pengalaman kedua macam kegiatan itu
memang dapat kita lakukan persamaan dalam dua macam kolam berbeda yang berdampingan
tapi kalau masih belum mahir sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang paling mudah yaitu
pemeliharaan kolam untuk memelihara lele dapat bermacam-macam bentuknya mulai dari bak
semen di bawah pipa Talang rumah kolam air buangan sisa dapur sampai ke kolam biasa yang
airnya mengalir secara teratur bergantung pada lahan yang tersedia kita dapat meniru Salah
satu cara pemeliharaan itu atau bahkan menyempurnakannya sesuai tingkat kemahiran
masing-masing.
2. Bentuk kolam tadah hujan
Memelihara lele dalam bak semen dibawah pipa talang rumah banyak dilakukan
orang yang pekarangannya sempit, seperti di kampung dalam kota besar, atau desa desa
daerah pinggiran kota. Pipa talang yang semula embuang air hujan kesaluran tepi jalan, diberi
bak penampungan air dilubang bawahnya, terbuat dari pasangan tembok yang diplester
semen. Air yang terkumpul kalau ada hujan akan membentuk kolam yang kecil.
Supaya air kelebihannya tidak tupah melalui bibir bak dan membawa serta ikan ele
didalamnya, bak harus dipasangi beberapa buah lubang pengeluaran sebesar pipa ledeng
setengah inci, kira-kira 10 cm dari tepi atas bibir bak, dan beberapa buah lubang lagi pada
ketinggian 50 cm dihitung dari dasar bak. Jadi setiap kelebihan air hujan yang menggenangi
bak akan keluar melalui deretan lubang kecil ini sebelum tumpah melalui bibir bak. Ikan lele
akan tetap aman tinggal dalam bak, walaupun ada hujan lebat.
Tetapi supaya lebih aman lagi, sebaiknya air hujan itu diberi tutup dari anyaman
bambu yang jarang saja, untuk mencegah lele meloncat dari bak, kalau sedang ada hujan
lebat. Kalau benih ikan yang ditebar masih kecil maka deretan lubang pengeluaran setinggi 50
cm itu dibiarkan terbuka, supaya dalamnya air yang tertahan dalam bak hanya 50 cm saja.
Jadi benih yang masih kecil itu tidak banyak yang mati kehabisan tenaga, dalam mecari
oksigen pernafasan diatas permukaan.
Bila yang dipelihara itu ikan lele yang sudah besar, maka deretan lubang setinggi 50
cm itu harus disumbat, sedang deretan lubang pengeluaran pada ketinggian 90 cm dibiarkan
terbuka. Jadi, air yang tertampung dalam bak dapat sedalam 90 cm. Bagi lele besar, air
sedalam ini tidak melelahkan untuk mondar mandir dari dasar kepermukaan air. Karena
sumber air hanya berupa hujan saja, maka bak pemeliharaan deikian sudah tenu hanya
terpakai kalau sedang ada hujan saja. Semacam sawah tadah hujan didaerah peesaan. Teapi
didaerah berhujan banyak yang setiap harinya selalu saja hujan seperti kota lereng gunung
yang hujannya selalu ada sepanjang tahun, bak air hujan semacam ini tidak merupakan
“sawah tadah hujan” lagi, melainkan “sawah kelas satu” yang teratur pengairannya.
3. Pemberian pupuk dan makanan tambahan
Ukuran bak terpaksa tidak dapat dibuat begitu besar, mengingat tanahnya hanya
berupa pekarangan sempit. Umumnya hanya 1 ½ x 1 meter sedalam 1 meter. Jadi
jumalh lele yang dapat di tebar juga tidak mungkin banyak. Lazimnya hanya 50 ekor
saja, kalau benih yang ditebar berukuran 5 cm. atau 30 ekor, kalau benih yang ditebar
sudah berukuran 8-10 cm. tetapi bila bangunan pipa talangnya cukup banyak, maka
jumlah ikan lele yang dipelihara akan menjadi lumayan juga banyaknya. Inilah
lelenisasi dalam bentuknya yang paling sederhana.
Sebelum ditebari benih lele, dasar bak perlu diberi selapis tanah subur setebal kurang
lebih 10 cm, kemudian diberi pupuk kandang satu pikul, dan baru diairi sesuai ukuran
benih yang ditebarkan. Kalau benih berukuran 5 cm,a ir hanya boleh sedalam 50 cm.
kalau benihnya 8-10 cm, airnya sedalam 90 cm. Bau pupuk kandang yang membusuk
dalam air akan merangsang bermacam-macam serangga terbentuk untuk bertelur
diatas air bak. Larva akan menetas dan menetap dilumpur dasar. Baru 3-5 hari
kemudian benih lele boleh ditebar. Dengan demikian, bak semen air hujan itu berlaku
seperti akuariuam besar. Seperti halnya dengan ikan akuarium, lele dalam bak ini pun
perlu diberi makanan tambahan dari luar berupa sisa dapur seperti sisa sayuran, kulit
udang atau bahkan nasi.
Untuk berjaga-jaga kalau sisa dapur ini tidak tersedia dengan cukup, sebaiknya
membuat persediaan subal, berupa dedak halus hasil sampingan pabrik penggilingan
beras, yang dapat dibeli dengan harga murah disetiap toko penjual makanan ternak.
Semua bahan makanan itu dikeringkan dulu supaya tidak membusuk kalau
dimasukkan kedalam air. Baru kemudian, kalau akan diberikan kepada ikan, ahan itu
diaduk dalam suatu wadah, dengan air sedikit lalu dikepal-kepal menjadi bola kecil
sebesar keciput sebelum diberikan kepada ikan.
PEMELIHARAAN DALAM KOLAM AIR LIMBAH

Cara pemeliharaan yang lebih sempurna, dilakukan dikolam yang digali dekat selokan yang
mengalirkan air limbah dari kamar mandi atau dari dapur. Cara seperti ini mula mula
dikembangkan didaerah Yogyakarta, tapi kini sesudah mengalami penyempurnaan, dilakukan
secara luas didaerah lain pula.

1. Bak pengendapan dan kolam pemeliharaan


Pada cara ini selalu harus dibagun 2 buah kolam. Yang pertama untuk mengendapkan air
limbah yang tidak selamanya ebrsih, dan kolam kedua untuk memelihara lele yang
sebenarnya. Kolam pertama boleh berukuran 1 x 1 meter, sedalam 1 meter saja. Tetapi
boleh juga berukuran lebih dari itu, bergantung pada jumlah air yang keluar setiap
harinya dari dapur dan kamar mandi

Anda mungkin juga menyukai