PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan hampir diseluruh wilayah
Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan, serta
mempunyai prospek pasar yang baik. Beberapa kelebihan atau keunggulan ikan lele
dibandingkan dengan jenis ikan lainnya yaitu pertumbuhannya lebih cepat serta pemeliharaan
dan pemberian pakan lebih mudah.Budidaya ikan lele dapat memberikan penghasilan yang
besar, karena saat ini ikan lele sangat digemari oleh masyarakat dan harganya terjangkau oleh
semua kalangan
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging
empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. Pengembangan
usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke
Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh
lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian
perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan
lele dumbo mengalami penurunan kualitas.
Produksi ikan lele setiap tahunnya terus meningkat secara signifikan, pada tahun 2010-
2014 capaian produksi nasional meningkat dari 240.000 ton menjadi 750.000 ton dengan
pertambahan rata-rata sebesar 47% setiap tahunya (Kementrian Kelautan Perikanan, 2014: 35).
Permintaan masyarakat yang tinggi ini dikarenakan ikan lele merupakan sumber protein tinggi
yang harganya terjangkau, mudah didapat, serta memiliki rasa yang gurih ditambah tulang duri
yang sedikit. Bagi pembudidaya, pembesaran ikan lele menuju ukuran konsumsi memiliki
keunggulan dibanding jenis ikan lain yaitu mampu bertahan pada kondisi ekstrim dalam
budidaya secara intensif yang memiliki padat tebar tinggi. Ikan lele juga memiliki pertumbuhan
yang relatif cepat untuk mencapai ukuran konsumsi, serta merupakan ikan yang tidak memiliki
pakan spesifik dan mampu menerima pakan buatan sebagai pengganti pakan alaminya.
Permintaan masyarakat terhadap ikan lele yang terus meningkat tentu harus diimbangi dengan
pembudidayaan yang berkembang dan berkelanjutan, karena akan semakin banyak permasalahan
yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan produksi ikan lele di Indonesia. Salah satu
permasalahan utama budidaya ikan lele adalah kegagalan pembenihan yang ditunjukan dengan
pertumbuhan yang buruk, sedangkan permintaan pasar membutuhkan konsistensi dalam produksi
atau suplai benih. Pertumbuhan lele yang buruk dikarenakan benih ikan masih sangat rentan
terhadap penyakit ataupun perubahan lingkungan seperti temperatur, tingkat keasaman, kadar
Oksigen. Pada stadium benih, ikan juga sangat sensitif terhadap ketersediaan dan jenis pakan
karena sistem pencernaannya yang belum mampu berkerja dengan optimal.
Oleh sebab itu,maka kami dari tim penulis membuat studi kelayakan terhadap budidaya
ikan lele yang merupakan ikan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dimana ikan lele ini
digunakan sebagai bahan makanan yang mengandung gizi yang penting bagi pertumbuhan
manusia.Setelah mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dilapangan, maka kami
menuangkan tulisan ini dalam bentuk makalah yang berjudul Studi Kelayakan Budidaya Ikan
Lele.
Masalah bukan merupakan hal baru dalam studi kelayakan proyek, baik itu proyek yang
berskala besar maupun yang berskala kecil. Masalah yang dihadapi oleh setiap proyek tidaklah
sama satu dengan yang lainnya.
Begitu juga dengan studi kelayakan proyek budidaya ikan lele , maka kami disini
menemukan berbagai macam masalah yang menyangkut berbagai aspek lain :
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek paling utama dan pertama yang dilakukan
dalam pengkajian usulan proyek investasi. Hal ini dikarnakan bahwa tidak mungkin suatu
investasi dilakukan jika tidak ada pasar yang menerima produknya. Aspek pasar
berkaitan dengan ada tidaknya potensi dasar dan peluang pasar suatu produk investasi
dimasa yang akan datang. Aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana penerapan
strageti pemasaran dalam rangka meraih sebagian besar pasar potensial atau peluang
pasar yang ada.
Setelah kajian pasar dan pemasaran disimpulkan layak , selanjutnya dilakukan kajian
aspek teknis dan teknologi, yang tujuan nya adalah untuk segera merealisir rencana
pembangunan proyek investasi yang diusulkan.Kajian teknis dan teknologi
menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan proyek dari segi teknis dan teknologi
.Penilaian meliputi : penilaian lokasi investasi,penentuan model bangunan,pemilihan
mesin,peralatan mesin,peralatan lain dan teknologi ,penentuan layout, penentuan skala
operasi (kapasitas produksi).
3.Aspek Keuangan
1. Mengetahui sejauh mana kelayakan usaha budidaya ikan lele di Medan, prospek pasar
tersebut, dan aspek yang terdapat didalamnya yaiu :
c. Aspek keuangan
2. Menelaah maslah yang munkgkin timbul dan cara yang diambil untuk mengantisipasi
masalah tersebut
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna membahas dan penyusunan ilmiah ini,
kami meggunakan kombinasi dua metode penelitian yakni :
1. Penelitian kepustakaan
Penelitian dilakukan dengan cara memperoleh data ilmiah melalui buku, majalah, atau
literature yang berkaitan dengan rumusan masalah sehingga pengetahuan kami mengenai
objek peneltitan semakin luas,berkembang dan dapat dijadikan dasar penelitian.
2. Penelitian lapangan
a. Data primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil peengisian kuisioner yang biasa
dilakukan oleh peneliti.
b. Data sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau
diagram.
Dan untuk memperakurat data ini kami dari tim penulis telah mealkukan survey
terhadap 150 rumah tangga dari berbagai suku,agama yang ada dikota Medan
dimana dari 150 rumah tangga ini kami bagi menjadi 3 kriteria yang terdiri dari :
a. Tingkat pendapatan
b. Etnis
c. Agama
Dari 150 rumah tangga ini kami memperoleh tingkat komsumsi masing-masing
akan ikan lele tiap bulannya. Kami juga telah melakukan beberapa survey
terhadap rumah makan dan industry untuk mendapatkan tingkat konsumsi
masing-masing terhadap ikan lele tiap bulannya dan semua data hasil survey ini
kami jabarkan pada bab 3.
Dalam penelitian ini kami mengunakan dua metode analisis yaitu analisis eksplorktif dan
metode analisa komporatif.
URAIAN TEORITIS
Studi kelayakan bisnis (SKB) adalah penelitian dan penilaian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan). Dalam penelitian studi kelayakan ini
haruslah dibuat sejelas mungkin dan menganalisa semua alternatif kemungkinan yang timbul,
agar kita dapat meraih keuntungan dari keberhasilan studi kelayakan ini. Pengertian
menguntungkan, berhasil atau layak, ada yang menafsirkannya dalam arti sempit dan arti luas.
Pengertian arti sempit, biasanya pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi
suatu investasi. Pengertian dalam arti luas, biasanya pemerintah atau lembaga non profit
disamping manfaat ekonomi masih ada manfaat lain yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum melakukan investasi yang
kemudian dituangkan dalam suatu laporan setara tertulis, manfaat yang bisa diperoleh hasil
laporan studi kelayakan bisnis ini bisa digunakan sebagai pedoman ataupun alat untuk
mengetahui sampai sejauh mana kegiatan investasi telah dilakukan. Pada intinya laporan SKB ini
dapat digunakan sebagai alat pengawasan.
Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang karenanya perlu diadakan suatu studi atau
penelitian dan penilaian sebelumnya. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata
kemudian tidak menguntungkan ataupun gagal.
1. Kesalahan perencanaan
2. Kesalahan penafsiran jumlah pasar yang tersedia
3. Kesalahan memperkirakan teknologi yang dipakai
4. Kesalahan memperkirakan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam investasi
tersebut.
Sebab lain berasal dari kesalahan dalam pelaksanaan sumber daya manusianya sehingga
biaya pembangunan proyek menjadi membengkak dan akhirnya penyelesaian proyek menjadi
tertunda. Faktor-faktor lingkungan luar tersebut adalah :
1. Lingkungan ekonomi
2. Lingkungan sosial-budaya
3. Lingkungan politik / pemerintah
4. Lingkungan alam
5. Lingkungan sejarah
Dalam melakukan investasi tersebut diperlukan biaya investasi yang cukup besar dengan
harapan agar memperoleh keuntungan yang besar pula. Dan semakin besar tingkat investasi
tersebut maka semakin besar pula tingkat resiko yang harus dihadapinya, jadi investasi tersebut
harus mengembalikan biaya modal yang telah dikeluarkan.
Dalam hal besar kecilnya proyek yang akan dijalankan, dapat ditafsirkan bahwa semakin
besar proyek yang akan dilakukan, semakin luas dampak yang akan terjadi. Dampak ini bisa
dampak ekonomis, bisa juga bersifat sosial. Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan,
semakin sederhana pula ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan.
A. Potensi Pasar
Potensi pasar adalah peluang penjualan maksimum yang dapat dicapai oleh seluruh
penjualan baik saat ini maupun mendatang. Untuk menentukan potensi pasar atas produk
investasi di masa mendatang diperlukan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
meliputi perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk.
Data kuantitatif mliputi kecenderungan permintaan masa lalu, perkembangan /
pertumbuhan penduduk, pendapatan per kapita, dll.
B. Pangsa Pasar
Penjualan oleh industry merupakan permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh
kelompok industry (permintaan efektif). Penjualan oleh perusahaan adalah bagian dari
profesi pasar yang dapat diraih oleh salah satu perusahaan di dalam kelompok industry
tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan (trend) penjualan oleh industry
dan penjualan oleh perusahaan di masa mendatang, berbagai data harus dikumpulkn dan
dianalisis.
C. Faktor Persaingan
Setelah potensi pasar, peluang pasar dan market share ditentukan, langkah berikutnya
adalah mengkaji strategi bersaing. Dalam hal ini yaitu strategi pemasaran dala rangka
meraih market share yang telah ditentukan tersebut. Konsep yang perlu dipertimbangkan
adalah faktor persaingan yang menentukan profitabilitas dalam industri. Menurut Porter,
terdapat 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri, yaitu :
Ancaman pendatang baru
Ancaman produk pengganti
Kekuatan tawar menawar pembeli
Kekuatan tawar menawar pemasok
Rivalitas antar pesaing
Berdasarkan faktor-faktor persaingan di atas, agar nantiya dapat menyusun strategi
pemsaran kompetitif yang efektif, maka perlu dilakukan analisa mengenai kemampuan
pesaing. Langkah-langkah analisis yang dikemukakan Kotler adalah :
Identifikasi pesaing
Penentuan sasaran pesaing
Identifikasi strategi pesaing
Evaluasi kekuatan dan kelemahan pesaing
Estimasi pola reaksi pesaing
Menentukan pesaing utama
Riset pendahuluan
Biaya untuk perolehan aktiva tetap tidak berwujud
Biaya operasi
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan
Pengalokasian dana untuk proyek investasi secara umum dialokasikan menjadi 2 kelompok,
yaitu : untuk aktiva tetap dan modal kerja.
Di perairan tawar indonesia, ada 5 jenis ikan yang bentuk luarnya mirip dengan lele, sampai kita
dapat terkecoh kalau tidak teliti memperhatikan cirinya, yaitu :
o Clarias batrachus, iwak lele ( nama daerah Jawa Tengah dan Timur), ikan kalang
( Sumatera Barat), ikan maut ( Sumatera Utara).
o Clarias nieuhofi, Lindi ( Jawa Barat ), Kaleh (Kalimantan Selatan).
o Clarias Ieicantus, ikan keli ( Sumatera Barat).
o Clarias Melanoderma, Wais (Jawa tengah), Ikan duri (Sumatera Selatan).
Diantara kelima jenis ikan itu hanya iwak lele Clarias batrachus yang paling sering kita
jumpai dipasar pulau Jawa. Dahulu, lele hanya dipandang sebagai “ikan kelas dua” saja, yang
baru dimakan kalau jenis ikan enak yang lain sudah tidak ada lagi. Teapi akhir akhir ini ikan
lele semakin digemari, meskipun ikan lain yang sama enaknya masih melimpah. Rasa
dagingnya yang gurih karena berlemak tebal memang mengesankan. Lazimnya ia disajikan
secara khusus sebagai masakan pecel lele, yang aneh sekali bukannya berupa lele yang diberi
bumbu pecel sambel kacang itu,tapi lele yang diberi bumbu rujak.
Mengapa sampai disebut salah kaprah sebagai “lele bumbu pecel” tidak begitu jelas
riwayatnya dalam sejarah perlelean. Sajian khas itu banyak kita jumpai di restoran dan Rumah
Makan tepi jalan raya di perbatasan kota besar seperti Yogyakarta Semarang Bandung Solo
dan Kotamadya seperti Blitar Tulungagung dan Ungaran. Hidangan khas ini kemudian
digemari masyarakat luas sampai harga lele bukan kepalang meningkatnya. sayang
permintaan yang meningkat ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi, disinilah
terletak lapangan kerja yang masih luas untuk digarap.
1. lele sebagai ikan laut
Ketika rawa dan sungai kita dahulu masih banyak tercemar lingkungannya oleh sampah
pabrik atau minyak buangan bengkel kendaraan bermotor, jenis ikan wais, lele kembang, lindi
dan keli itu masih dapat kita jumpai di pasar sebagai hasil rawa atau sungai. Tetapi kini jenis
ini sudah langka di Pulau Jawa. Hanya di Sumatera dan Kalimantan yang rawa dan sungainya
masih belum tercemar parah saja, mereka masih lumayan dapat dijumpai sebagai ikan hasil
rawa. Ciri ikan lele yang menyolok, yang membedakannya dari lainnya ialah sirip punggung
yang pendek. Jari-jari sirip itu hanya ada 60, sedang Jenis lindi mempunyai sirip punggung
lebih panjang. Jari-jari sirip ini berjumlah 87 sampai 106.
Lele kembang dan ikan keli, juga mempunyai sirip punggung yang panjang keduanya
mempunyai jari-jari sirip punggung sebanyak 70-74. Bagaimana membedakannya? Untunglah
lele kembang mempunyai sirip dubur yang lebih panjang dengan jari-jari sirip 60-63 daripada
ikan keli yang hanya mempunyai 50 jari-jari sirip dubur. Bagaimana dengan ikan duri atau
ikan Iwak Wais? Cirinya yang menyolok ialah deretan gigi pada duri sirip dadanya nyata
sekali tajamnya. Padahal pada jenis yang lain tidak. Ciri inilah yang menyebabkan mengapa
jenis ini disebut ikan duri di Sumatera Selatan. Ikan lele clarias batrachus tubuhnya yang
tidak bersisik pada pandangan pertama selalu menimbulkan rasa jijik. Mengkilat hitam licin
licin seram. Kalaupun “soal kecil” ini berhasil diatasi masih ada soal kedua yang merisaukan,
yaitu jari-jari sirip dadanya mengeras menjadi duri. Itu jelas ampuh untuk melukai musuh,
kaki tangan dan apa saja yang mencoba menyentuhnya. Ujung duri itu mudah patah, ini
terjadi kalau ditunjukkan ketika ikan itu membengkokkan tubuhnya ke samping. Dan duri
yang bagian dalamnya berongga itu mengeluarkan “bisa” yang dapat meracuni luka-luka yang
timbul karena tusukan itu.
Kalau lukanya hanya kecil, memang hanya ringan saja akibatnya hanya meriang. Tetapi
kalau yang menusuk itu anak muda lele yang masih berukuran 8 cm, maka walaupun luka
tusukannya kecil, namun “bisa” yang dimuntahkan dapat lebih ampuh menyengsarakan
orang. Lebih dari meriang, bahkan sampai menggigil demam sehari semalam. Sebabnya, pada
ikan muda, jarak antara tempat luka dan kelenjar racun masih pendek, kalau dibanding dengan
jarak antara tempat luka dan kelenjar pada ikan dewasa. “Tembakannya” yang lebih keras
menabrak sasaran, karena memang berjarak pendek.
Kalau yang terkena itu kebetulan urat nadi, dan orang yang bersangkutan tidak diurus
dengan cepat, dia dapat betul-betul meninggal. Tidak berlebihan kalau di Sumatera Utara lele
itu disebut ikan maut.
2. Bernafas Dalam Lumpur
Sebagai ikan, lele juga bernafas dalam air dengan insang. Tetapi Insang lele hanya kecil
saja dan kurang mampu menyerap oksigen pernafasannya dari air, untunglah iya dikaruniai
alat pernafasan tambahan pula sehingga mampu mengambil oksigen pernafasan tambahan
secara langsung dari udara. Kalau air tempat hidupnya keruh dan kurang sekali oksigennya
alat ini berupa lipatan kulit tipis yang sepintas lalu tampak seperti tajuk sebatang pohon dan
tersimpan di bagian atas rongga insang. Kalau air tempat hidupnya sudah begitu buruk
keadaannya karena mengering pada musim kemarau, dan boleh dikata air lumpur saja yang
tinggal, ikan lele masih juga dapat bertahan karena alat pernafasan tambahan ini. Itulah
sebabnya ia mudah dipelihara dalam kolam air limbah yang keruh mereka bahkan tahan
ditumpuk dalam kolam yang tidak mengalir airnya, seperti kolam pekarangan rumah
misalnya.
Sebaliknya kalau ia dicegah jangan sampai dapat mencapai permukaan air dalam rangka
mengambil oksigen dari udara secara langsung itu, maka tak lama kemudian ia akan mati .
Kecelakaan semacam ini juga sering terjadi pada benih lele yang dipelihara dalam kolam yang
terlalu dalam airnya, lebih-lebih yang penuh dengan tanaman air karena terlalu capek mondar-
mandir dari dasar kolam yang dalam ke permukaan air. Banyak dari mereka kemudian lemah
kehabisan tenaga dan mati lemas, ciri lain yang menyolok dari ikan lele adalah 4 pasang
kumis yang bertugas sebagai alat peraba yang sangat peka, Dalam air yang keruh ia masih
mampu mencari mangsa, tidak dengan matanya tetapi dengan alat peraba berupa kumis ini
3. Makanan ikan lele
Sebagai ikan pemakan daging, lele terutama senang berburu binatang air lain yang lebih
kecil. Kalau masih kecil di bawah ukuran 8 cm lele berburu binatang bersel tunggal protozoa
dan udang renik yang merupakan binatang yang hidup melayang-layang dalam air. Kalau lele
sudah besar 8 cm atau lebih, mereka beralih berburu binatang yang lebih besar seperti larva
serangga air, cacing air tawar, siput, anak ikan, dan berudu.
Berbagai binatang mangsa ini hanya mau tumbuh subur kalau perairan tempat hidupnya
mengandung bahan organik cukup banyak seperti daun dan batang tubuh tumbuhan tertentu,
yang di kalangan pertanian dikenal sebagai pupuk hijau atau kompos juga kotoran kandang
ternak yang biasa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang masih termasuk bahan organik ini,
karena dahulunya berasal dari rumput-rumputan atau tanaman yang dimakan ternak.
Bahan organik ini semua dapat terbongkar menjadi humus di dasar perairan, yang amat
disukai oleh udang renik, serangga air, cacing dan siput yang menaruh telur dan berkembang
biak dengan suburnya. Ikan lele dapat cepat gemuk kalau dapat menemukan mereka dengan
mudah. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa suatu perairan seperti sawah atau kalau
misalnya, banyak mengandung bahan organik dan subur ditumbuhi binatang mangsa bagi
lele? Kita cukup memeriksa daerah tepian nya saja kalau air dan tanah dasarnya banyak
ditumbuhi ganggang hijau dan ganggang biru sampai airnya agak keruh dan berwarna hijau
biasanya banyak dikerumuni oleh serangga air seperti kumbang bebeasan nyamuk atau lalat
sehari yang berenang renang di permukaan air dan yang terbang berkerumun di satu tempat di
udara biasanya dengan melihat adanya serangga Air ini saja kita sudah dapat menyimpulkan
bahwa tanah dasarnya juga dihuni oleh cacing udang renik dan siput sebaliknya air kolam itu
jernih sekali sedangkan nada dasarnya juga tidak perlu for melainkan berpasir atau berbatu
cerdas maka biasanya juga tidak ada serangga air yang berkeliaran di permukaan atau terbang
berkerumunan di udara air alam ini tidak mengandung binatang mangsa bagi Lele dalam
keadaan kekurangan makanan alami ikan ini juga mau makan sisa bahan organik yang
berprotein yang masuk ke kolam tempat hidupnya seperti tinja yang hajat besar yang
dirayakan di tepi sungai atau dalam kamar kecil di tepi kolam sisa dapur atau sisa pabrik tahu
tempe rumah pemotongan hewan dan lain sumber bahan makanan juga sering dilempar ke
sungai dan masuk ke kolam pemeliharaan lele limbah ini juga disambut dengan senang dan
diam-diam oleh lele sebagai ikan peliharaan di kolam lele dapat juga dibiasakan makan nasi
atau sisa makanan kita bercampur dedak atau cincangan sayur sosis asap dapur yang tidak
turut dimasak tentang hari ini nanti akan dibicarakan lebih lengkap pada bab yang lebih
terperinci dengan cara pemeliharaan.
Cara pemeliharaan yang lebih sempurna, dilakukan dikolam yang digali dekat selokan yang
mengalirkan air limbah dari kamar mandi atau dari dapur. Cara seperti ini mula mula
dikembangkan didaerah Yogyakarta, tapi kini sesudah mengalami penyempurnaan, dilakukan
secara luas didaerah lain pula.