Anda di halaman 1dari 17

SAMPLING

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Analisis Bahan Anorganik

OLEH :

Dini Andriani 171810146


Silsilah Marhamah 171810164

PAKET KEAHLIAN KIMIA ANALISIS

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BINA PUTERA NUSANTARA

KOTA TASIKMALAYA

2020
A. Pengertian Sampling

Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi

yang berukuran N (Lohr, 1999). Dalam melakukan sampling, terdapat teori dasar yang

disebut teori sampling. Teori sampling mencoba mengembangkan metode/rancangan

pemilihan sampel, sehingga dengan biaya sekecil mungkin dapat menghasilkan

pendugaan parameter yang mendekati parameter populasinya. Teori sampling bertujuan

untuk membuat sampling menjadi lebih efisien. Pengertian efisien dalam teori dasar

sampling adalah rancangan sampling yang menghasilkan dugaan yang paling mendekati

parameter populasi, membutuhkan biaya pengumpulan data yang sekecil-kecilnya

(Cochran, 1991).

Rancangan sampling yang efisien adalah rancangan sampling yang dapat

menghemat waktu, tenaga dan biaya tanpa mengurangi keakuratan data, dan informasi

yang diperoleh benar-benar menggambarkan karakteristik populasi dengan baik.

Eriyanto (2007) mengemukakan bahwa pemakaian sampel akan berguna jika dapat

digunakan sebagai alat pendugaan (inferensia). Nilai populasi disebut sebagai

parameter, sementara nilai sampel disebut.

B. Tujuan Sampling

Tujuan dari metode sampling adalah menentukan populasi dan ukuran sampel

yang representative. Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sedangkan sampel adalah sebagian atau

bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil

diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Adapun tujuan lain dari

sampling adalah
1. mengurangi jumlah objek/orang yang diteliti jumlah tenaga yang terlibat, waktu

yang diperlukan dengan biaya yang harus dikeluarkan

2. Membuat simpulan ringkasan dari fenomena yang sangat banyak jumlahnya

3. Menonjolkan sifat sifat umum dari populasi, ciri-ciri khas individual di abaikan

C. Kriteria Petugas Pengambil Sampel

1. Mempunyai pemahaman yang menyeluruh mengenai makna sampel dan populasi

serta hubungan sampel dengan populasi

2. Memahami karakteristik dari sampel yang diambilnya

3. Mengambil sampel atau cuplikan (specimen) harus mewakili populasi

4. Menentukan berapa contoh yang diambil sehingga tidak terlalu mahal namun tetap

mewakili populasi

5. Mempunyai visi, kebijakan, sikap dan pengetahuan yang benar dalam melakukan

pengambilan sampel.

D. Jenis-jenis Sampling

1. Probability sampling

Probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap anggota populasi

memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata lain, semua anggota

tunggal dari populasi memiliki peluang tidak nol. Teknik ini melibatkan

pengambilan acak (dikocok) dari suatu populasi. Ada bermacam-macam metode

probability sampling dengan turunan dan variasi masing-masing, namun paling

populer sebagai berikut:

a. Random Sampling (pengambilan sampel acak)

Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode


penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap

anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih

atau terambil. Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana)

karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126)

menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan

sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara demikian dilakukan

bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat dipergunakan

bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar.

Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling).

Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut,

digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan

random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)

1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Random sampling adalah metode paling dekat dengan definisi probability

sampling. Pengambilan sampel dari populiasi secara acak berdasarkan

frekuensi probabilitas semua anggota populasi.


2) Sampling Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Pengambilan sampel melibatkan aturan populasi dalam urutan sistematika

tertentu. Probabilitas pengambilan sampel tidak sama terlepas dari kesamaan

frekuensi setiap anggota populasi.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa

digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-

lapis. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi

mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara

proporsional. Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai

latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Populasi

berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA, 15 orang

diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang harus

diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara proporsional.


c. Disproportionate stratified random sampling

Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan

jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya

pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang

lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan

SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya

sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan denan

kelompok S1, SMU dan SMP.Sampling Bertahap (Multistage Sampling)

Pengambilan sampel menggunakan lebih dari satu teknik probability sampling.

Misalnya, menggunakan metode stratified sampling pada tahap pertama

kemudian metode simple random sampling di tahap kedua dan seterusnya

sampai mencapai sampel yang diinginkan.

d. Cluster sampling (sampling menurut daerah)

Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127),

teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,

melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik

sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan

diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara,

propinsi atau kabupaten.

Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi.

Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,

karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya

perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut dikemukakan


oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004:

127). Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU di

suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar-pelajar

tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. Teknik sampling daerah

ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel

daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu

secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)Non-

Probability Sampling

2. Non-probability Sampling

Bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang nol. Artinya, pengambilan sampel

didasarkan kriteria tertentu seperti judgment, status, kuantitas, kesukarelaan dan

sebagainya. Ada bermacam-macam metode non-probability sampling dengan

turunan dan variasinya, tapi paling populer sebagai berikut:

a. Sampling sistematis

Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari

semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau

kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk

itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

b. Quota sampling

Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah

teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu

sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam

teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan

dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau

quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada

unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai

contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II dan penelitian

dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah

anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih

sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II)

sebanyak 20 orang.

c. Sampling aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai

sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan
bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.

Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.

Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan

mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling.

Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang

dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.

d. Purposive sampling (pengambilan sampel tertentu)

Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128),

pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-

ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri

populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang

dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan

berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang

disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi

kriteria-kriteria kedisiplinan pegawai.

e. Sampling jenuh

Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan

bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel

jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball sampling

(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-

temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel

semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin

besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball

sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)

g. Penganbilan sampel seadanya

Pengambilan sampel seadanya adalah pengambilan sampel sebagian dari

populasi berdasarkan data seadanya atau kemudahan mendapatkan data tanpa

perhitungan apapun mengenai keterwakilan sampel terhadap populasi. Sehingga

dalam pembuatan kesimpulan masih sangat kasar dan bersifat sementara

(hipotesis).

E. Tahapan Sampling

Dalam melalukan penelitian pada suatu populasi tentunya dibutuhkan suatu data

yang representative untuk menguatkan hasil dari penelitian tersebut. Proses


pengambilan data inilah yang menjadi perhatian utama sebab bila populasinya dalam

jumlah yang besar, maka data yang dicari sangatlah banyak pula, untuk itu perlu adanya

teknik sampling atau proses pengambilan sampel, berupa pengambilan contoh dari

sebagian populasi yang dijadikan sebagai data untuk mewakili populasi tersebut.

Menurut Tull dan Hawkins sendiri, proses pengambilan sampel (sampling) terdiri dari

enam langkah berturut-turut yaitu :

1. Menentukan populasi (defined the population). Untuk menentukan populasi terlebih

dulu populasi di bagi dalam empat komponen yaitu elemenn, unit sampling, tempat

dan waktu penelitian.

2. Spesifikasi Sampling Frame (Specified Sampling Frame). Mempunyai tujuan untuk

memaparkan dengan jelas dan spesifik dari elemen populasi, dalam tahap ini hal

yang perlu dijelaskan adalah target populasi dan populasi sampling.

3. Spesifikasi Unit Sampling (Specified Sampling Unit). Unit sampling merupakan unit

dasar dari elemen populasi yang akan dijadikan sampel, tetapi terkadang dapat

berdiri sendiri menjadi sebuah komponen populasi tersendiri atau berupa unit

sampling dari elemen populasi.

4. Seleksi Metode Sampling (Specified Sampling Method). Pada tahap ini ditentukan

metode sampling yang akan digunakan. Metode yang digunakan adalah teknik

probabilitas (Probability Sampling Method) dan teknik non-probabilitas (Non

Probability Sampling Method).

5. Menentukan Ukuran Sampel (Determine Sampling Size). Penentuan besar sampel

tergantung pada jenis studi, homogenitas populasi, jenis sampel, serta jumlah dana

dan personel yang ada.


6. Mempersiapkan Sampling Plan (Specified Sampling Plan). Berupa kegiatan

merencanakan bagaimana keputusan-keputusan yang telah di ambil dapat

dilaksanakan secara baik dilapangan, meliputi kelengkapan perangkat lunak dan

populasi yang sudah cukup representative untuk diteliti. Akan tetapi apabila populasi

sempurna tapi tidak seragam (completely heterogenous) maka pencacahan

lengkaplah merupakan jalan untuk memberikan gambaran yang representative.

F. Peralatan Sampling

1. Sampling Air

a. van dorn horizontal water sample untuk mengambil sampel pada kedalaman

tertentu

b. Kemmerer water sampler untuk mengambil sampel air pada kedalaman tertentu

c. Ekman grab untuk mengambil sampel benthos pada perairan tergenang


d. Surber sampler untuk mengambil sampel benthos pada perairan mengalir

e. Ayakan benthos untuk menyaring sampel benthos

f. Plankton net untuk mengambil sampel plankton

g. Cooler box untuk penyimpanan sampel air untuk dibawa ke laboratorium


h. Botol sampel plastik untuk wadah penampungan sampel air

2. Sampling tanah

Bor sampel tanah digunakan untuk analisa atau pengambilan sampel tanah gambut
yang akan diuji

3. Sampling Udara
Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi empat
seukuran kertas A4  yang mempunyai  porositas 0,3 – 0,45 µm dengan kecepatan
pompa berkisar 1.000 – 1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda ini untuk
penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat digunakan
selama 24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien.
4. Sampling Darah
a. Plester digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga
membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat
perlukaan atau trauma akibat penusukan.

b. Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

e. Kapas alcohol merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan
dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol
adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak
vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan
f. Needle dan wing needle ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk
pengambilan secara vakum. Needle ini bersifat non fixed atau mobile sehingga
mudah dilepas dari spuit serta container vacuum. Penggantian needle
dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan besarnya vena yang akan diambil atau
untuk kenyamanan pasien yang menghendaki pengambilan dengan jaru kecil.

g. Tourniquet merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari karet
sintetis yang bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung
pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomy. Adapun
tujuan pembendungan ini adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan
diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehingga
akan mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit.

h. Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan
untuk mengukur jumlah darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari
1ml, 3ml, 5ml bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk
pemberian cairan sonde atau syring pump.
.

Anda mungkin juga menyukai