Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PEMENUHAN

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN


STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
Apriliani Widyastuti*, Dra. Mariaty Darmawan, MM**, Septian Mugi Rahayu, Ners.,M.Kep***.

* Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya


** Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya
*** Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Pola asuh terhadap pemberian makanan kepada


balita merupakan kebutuhan penting, makanan yang
mengandung gizi seimbang yang dibutuhkan anak
balita, agar status gizi anak balita tercukupi
LATAR BELAKANG
(Aramico,2016:4). Akibat kekurangan gizi pada anak
akan menyebabkan berbagai penyakit
(Baculu,2016:2).
METODE PENELITIAN

Metode perancangan adalah penelitian korelasional.


Metode yang digunakan pada penelitian menggunakan data
sekunder. Metode korelasional adalah suatu penelitian
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh bukan dari pengumpulan data
secara langsung, tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Grafik 4.1 Persentase Perubahan Status Gizi Balita
Sumber Sekunder : Arum 2020
HASIL DAN
Data mengenai status gizi balita tersaji pada tabel 4.3 Tabel
PEMBAHASAN
memuat status gizi balita sebelum pelaksanaan program PMT
Pemulihan, status gizi balita setelah 3 bulan PMT Pemulihan, dan
status gizi balita saat penelitian. Selain tersaji dalam tabel,
persentase status gizi balita juga tersaji dalam grafik 4.1. Sebelum
pelaksanaan penelitian diketahui sebesar 34,2% memiliki status
gizi kurus dan 65,8% memiliki status gizi normal. Setelah 3 bulan
pelaksanaan, hasil penimbangan dan pengukuran menunjukkan
sebesar 31,6% balita memiliki status gizi kurus dan 68,4%
memiliki status gizi normal. Kemudian, saat penelitian dilakukan
penimbangan dan pengukuran pada balita responden, sebesar 2,6%
balita memiliki status gizi sangat kurus, 34,2% balita memiliki
status gizi kurus, dan 63,2% memiliki status gizi normal.
Pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, dan KESIMPULAN
pekerjaan ibu. Pada penelitian ini jenis kelamin balita
sebagian besar adalah perempuan yaitu 65,8%. Kebutuhan Berdasarkan hasil telaah dari kedua jurnal dimana hasil data
gizi seseorang, besar kecilnya salah satunya ditentukan sekunder didapatkan yaitu ada hubungan antara pola asuh ibu
oleh jenis kelamin, anak lelaki lebih banyak membutuhkan terhadap status gizi anak balita dalam hal praktek pemberian
energi dan protein dibandingkan anak perempuan. Usia makanan, kebersihan lingkungan dan sanitasi. Hasil penelitian
balita sebagian besar berkisar antara 37-59 bulan sebesar juga diperkuat menurut Debora (2013) rendahnya pola asuh
57.9%. akan menyebabkan rendahnya keadaan gizi balita, jika kondisi
buruk terjadi pada masa golden period, otak tidak dapat
berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali.
Hal ini didukung hasil penelitian bahwa terdapat 53,3%
dengan pola asuh tidak baik.
REFERENSI
Hasdianah, Sandu Siyoto, dkk (2015) Buku Ajar Dasar-Dasar
Riset Keperawatan. Yogyakarta:Nuha Medika
Morrison, G. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Saat
Ini.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
https://www.radiopelitakasih.com/2019/01/31/tahun 2019-
status-gizi-indonesia-membaik/. Diakses (11 Februari
2020)
https://www.kabarbetang.com/kegiatan-orientasi-masalah-gizi-
kurang-dan-pendek-provinsi-kalimantan-tengah-tahun-
2019/ Diakses pada 26 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai