Andar M. Hutagalung
Jurusan Pendidikan Fisika
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Fisika siswa
yang diterapkan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir pada
materi pokok Besaran dan Pengukuran. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian quasi eksperimen, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X SMA Negeri 1 Balige semester I tahun ajaran 2008/2009 yang
berjumlah 6 kelas. Sampel penelitian ini diambil dari dua kelas yang homogen
dari semua kelas populasi yaitu kelas XE (sebagai kelas eksperimen) dan kelas
XF (Sebagai kelas kontrol) yang masing-masing berjumlah 40 orang. Dari
hasil uji t diperoleh untuk postes thitung = 5,303 sedangkan ttabel = 1,994 karena
thitung > ttabel (5,303 > 1,994) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir terhadap hasil belajar
Fisika siswa pada materi pokok Besaran dan Pengukuran di SMA Negeri 1
Balige.
bahasan; (4) Penggunaan metode pengajaran 1. Proses pembelajaran melalui model pembela-
yang kurang tepat; (5) Perbedaan intelegensi jaran peningkatan kemampuan berfikir mene-
siswa. kankan kepada proses mental siswa secara
Dalam kegiatan belajar mengajar suatu maksimal
disiplin ilmu khususnya Fisika, guru harus 2. Model pembelajaran peningkatan kemampuan
memiliki strategi mengajar yang dapat membuat berfikir dibangun dalam nuansa dialogis dan
siswa belajar secara aktif, efisien dan efektif proses tanya jawab secara terus menerus.
serta tercapainya tujuan pembelajaran umum 3. Model pembelajaran peningkatan kemampuan
atau khusus yang diharapkan. Guru harus berfikir adalah model pembelajaran yang
menanamkan tiga unsur dalam pembelajaran menyadarkan kepada dua sisi yang sama
Fisika, yaitu pengetahuan, keterampilan proses pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar.
(kreativitas), dan sikap. Selain itu, guru harus Model pembelajaran peningkatan kemam-
menguasai dan menerapkan teknik penyajian puan berfikir menekankan kepada keterlibatan
pelajaran. siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini
Dari pernyataan diatas secara garis besar sesuai dengan hakikat model pembelajaran
kunci permasalahan terketak pada guru mata peningkatan kemampuan berfikir yang tidak
pelajaran. Salah satu metode yang sering mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang
diterapkan guru dalam pembelajaran adalah hanya duduk mendengar penjelasan guru
metode ceramah, dan siswa belajar hanya kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara
terfokus pada materi yang disampaikan guru. yang demikian bukan saja tidak sesuai dengan
Akibatnya dibutuhkan waktu yang banyak hakikat belajar sebagai usaha memperoleh
untuk menyampaikan seluruh materi, sehingga pengalaman, akan tetapi juga dapat menghi-
menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang langkan gairah dan motivasi belajar siswa
efisien dan banyak waktu yang terbuang hanya (Sanjaya, 2006).
untuk mendengarkan penjelasan guru. Hal ini Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
menyebabkan siswa meras abosan dan jenuh diidentifikasi masalah yang muncul, yaitu: (1)
untuk belajar Fisika yang berakibat hasil Hasil belajar Fisika siswa masih rendah; (2)
belajarnya rendah. Jadi, untuk mengatasi hal ini Kurangnya minat dan motifasi untuk mempe-
diperlukan sistem pengajaran yang dapat lajari Fisika; (3) Metode penyampaian materi
merangsang minat belajar siswa, salah satunya yang diterapkan guru kurang menarik minat
adalah dengan menerapkan model pembela- siswa sehingga perlu diterapkan model pembe-
jaran peningkatan kemampuan berfikir. lajaran. Masalahnya dibatasi pada: (1) Subyek
Model pembelajaran peningkatan kemam- penelitian ini adalah siswa kelas X semester I
puan berfikir merupakan model pembelajaran SMA Negeri 1 Balige tahun ajaran 2008/2009
yang bertumpu pada proses perbaikan dan yang dibatasi hanya dua kelas yaitu kelas
peningkatan kemampuan berfikir siswa (Sanjaya, eksperimen dan kelas kontrol; (2) Model
2006). Model pembelajaran kemampuan berfikir pembelajaran yang diterapkan dibatasi pada
bukan hanya sekedar model pembelajaran yang model pembelajaran peningkatan kemampuan
diarahkan agar peserta didik dapat mengingat berfikir diterapkan dikelas eksperimen; (3)
dan memahami berbagai data, fakta atau konsep Model pembelajaran yang diterapkan dibatasi
akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep pada model pembelajaran konvensional diterap-
tersebut dijadikan sebagai alat untuk melatih kan pada kelas Kontrol; (4) Hasil belajar siswa
kemampuan berfikir siswa dalam memahami dibatasi pada hasil belajar Fisika pada materi
dan memecahkan suatu persoalan. pokok Besaran dan Pengukuran.
Ada tiga karakteristik utama model Adapun rumusan masalah dalam peneli-
pembelajaran peningkatan berfikir yaitu tian ini adalah bagaimana pengaruh model
(Sanjaya, 2006): pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir
terhadap hasil belajar Fisika pada materi pokok Belajar menghasilkan perilaku yang secara
Besaran dan Pengukuran? Sesuai dengan rumu- relatif tetap dalam dalam berpikir, merasa dan
san masalah maka tujuan yang akan dicapai melakukan pada diri peserta didik. Perubahan
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman,
hasil belajar Fisika siswa yang diterapkan dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat
model pembelajaran peningkatan kemampuan diamati secara langsung.
berfikir pada materi pokok Besaran dan
Pengukuran. Model pembelajaran
Model dirancang untuk mewakili realitas
Hakekat Belajar yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri
Ada tiga komponen penting belajar yakni bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya.
kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan Atas dasar pengertian tersebut, maka model
dalam acara belajar, kondisi internal yang mengajar dapat dipahami sebagai kerangka
menggambarkan keadaan internal dan proses konseptual yang mendeskripsikan dan melukis-
kognitif siswa, dan hasil balajar yang menggam- kan prosedur yang sistematik dalam mengorga-
barkan informasi verbal, keterampilan intelek, nisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
Menurut Gagne ada tiga tahap dalam belajar berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan
yaitu: pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan
1. Persiapan untuk belajar dengan melakukan aktivitas pembelajaran (Sagala, 2005).
tindakam mengarahkan perhatian, penghara-
pan, dan mendapatkan kembali informsi Model Pembelajaran Peningkatan
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan digunakan Kemampuan Berpikir
untuk persepsi selektif, sandi semantik, pem- Model Pembelajaran Peningkatan Kemam-
bangkitan kembali, respon dan penguatan puan Berpikir adalah model pembelajaran yang
3. Alih belajar, yaitu pengisyaratan untuk bertumpu kepada pengembangan kemampuan
membangkitkan dan memberlakukan secara berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
umum (Dimyanti dan Mudjiono, 1999). pengalaman anak sebagai bahan memecahkan
Setiap perilaku belajar selalu ditandai masalah yang diajukan (Sanjaya, 2006). Berpikir
oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara (thinking) adalah proses mental seseorang yang
lain seperti dikemukakan berikut ini: lebih dari sekedar mengingat (remembering)
a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek- dan memahami (comprehending). Kemampuan
aspek kepribadian yang berfungsi terus berpikir memerlukan kemampuan mengingat
menerus, yang berpengaruh pada proses dan memahami, oleh sebab itu kemampuan
belajar selanjutnya. mengingat adalah kemapuan terpenting dalam
b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman mengembangkan kemampuan berpikir.
yang bersifat individual. Ada tiga karakteristik utama model
c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses yaitu:
belajar. 1. Proses pembelajaran melalui model pembela-
d. Belajar menghasilkan perubahan yang menye- jaran peningkatan kemampuan berpikir mene-
luruh, melibakan keseluruhan tingkah laku kankan kepada proses mental siswa secara
secara integral. maksimal.
e. Belajar adalah proses interaksi. 2. Model Pembelajaran Peningkatan Kemam-
f. Belajar berlangsung dari yang paling seder- puan Berpikir dibangun dalam nuansa
hana sampai pada kompleks. dialogis dan proses tanya jawab secara terus
menerus.
Keterangan: T1 = pretes; T2 = postes; X1= yang diberi model pembelajaran yang berbeda
model pembelajaran peningkatan kemampuan yaitu kelas eksperimen yang diajar dengan
berpikir; X2 = model pembelajaran konvensional. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir dan kelas kontrol yang diajar dengan
Teknik Analisis Data Model Pembelajaran Konvensional. Oleh karena
Langkah-langkah dalam teknik analisis data itu, sebelum kedua kelas diterapkan perlakuan
adalah: yang berbeda, maka kelas terlebih dahulu
1. Pemeriksaan uji normalitas data digunakan diberikan pretes yang bertujuan untuk menge-
uji Liliefors (Sudjana,2002). tahui kemampuan awal belajar siswa pada
2. Pemeriksaan uji homogenitas varians sampel. masing-masing kelas.
Uji homogenitas varians menggunakan uji F Perolehan nilai rata-rata pretes kelas
dengan rumus (Sudjana, 2002) eksperimen sebesar 4,213 dan pada kelas
s1
2 kontrol 4,125. Setelah pada sampel diterapkan
F= 2 model pembelajaran yang berbeda dimana kelas
s2
eksperimen diterapkan model pembelajaran
Keterangan: s12 = varians terbesar; s2 2 = varians peningkatan kemampuan berpikir dan kelas
terkecil. kontrol diterapkan model pembelajaran konven-
Kriteria pengujian: terima sampel berasal dari sional diperoleh hasil postes kedua kelas
populasi yang berdistribusi normal jika diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 6,975
F(1−α ) (n −1) F F12 α Nilai yang diguna- dan kelas kontrol 5,93.
(n1 −1,n2 −1)
1
Uji persyaratan analisa data meliputi uji
kan adalah = 0,10. normalitas data pretes dan postes serta uji
3. Pengujian hipotesis homogenitas data pretes. Pengujian normalitas
Bila data penelitian berdistribusi normal dan data dilakukan dengan menggunakan uji
homogen maka menguji hipotesis menggunakan Lilliefors, diperoleh bahwa nilai pretes dan
uji beda dengan rumus (Sudjana, 2002). postes kedua kelompok sample memiliki ata
− − yang normal atau L o < Ltabel pada taraf
x1 − x2
t= signifikan 0,05 dan N = 40.
1 1
s +
n1 n2 Tabel. 2. Ringkasan Perhitungan uji Normalitas
Dengan t = distribusi t Data Pretes dan Postes
− N Data Kelas Lhitung Ltabel Kesim
x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen o pulan
− 1 Pretes Eks. 0,1038 Normal
x 2 = nilai rata-rata kelompok kontrol 2 Pretes Kontrol 0,0849 0,1401 Normal
n1 = ukuran kelompok eksperimen 3 Postes Eks. 0,1271 Normal
n2 = ukuran kelompok kontrol 4 Postes Kontrol 0,1391 Normal
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika
− t (1−1 / 2α ) t t (1−1 / 2α ) , dimana t (1−1 / 2α ) didapat dari Selanjutnya pengujian homogenitas dilakukan
dengan menggunakan uji F untuk mengetahui
daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2, apakah kelompok sampel berasal dari populasi
untuk harga-harga t lainnya h0 ditolak (Sudjana, yang homogen atau tidak. Dari hasil uji
2002). homogenitas diperoleh nilai F hitung = 1,0481
(pada pretes) dan Fhitung = 1,070 (pada postes )
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian sedangkan F tabel = 1,704. Karena Fhitung < Ftabel
Penelitian ini merupakan penelitian maka data pretes dan postes kedua sample
Quasi Eksperimen yang melibatkan dua kelas homogen.