Anda di halaman 1dari 4

Kesetimbangan dan Aturan Fase

J. Willard Gibbs membuat aturan fase yaitu suatu hubungan dalam menentukan jumlah minimum
variabel intensif (suatu variabel bebas yang tidak bergantung pada ukuran atau volume fase yaitu
suhu, tekanan, densitas dan konsentrasi) yang bisa diubah tanpa merusak/mengubah keadaan
kesetimbangan sistem atau dengan kata lain, jumlah terkecil variabel yang dibutuhkan dalam
menentukan wujud sistem tersebut. Variabel/bilangan kritis ini disebut F, Jumlah derajat kebebasan
sistem, dan hukum ini dinyatakan sebagai berikut

F=C–P+2

Note: C adalah jumlah komponen dan P adalah jumlah fase yang ada pada sistem.

Jumlah komponen adalah jumlah terkecil konstituen suatu sistem; melalui bilangan ini,
komposisi setiap fase dalam sistem pada saat kesetimbangan dpat dinyatakan dalam bentuk suatu
rumus atau persamaan kimia. Sebagai contoh, jumlah komponen dalam campuran kesetimbangan
es, cair, dan uap air adalah satu. Ini dikarenakan komposisi ketiga fase dituliskan dengan 1 rumus
kimia yaitu H20. Contoh lain, Pada sistem 3 fase CaCO3 = CaO + CO2, komposisi masing2 fase dapat
dinyatakan dengan kombinasi 2 rumus kimia mana pun yang ada pada sistem. Jika kita memilih
menggunakan CaCO3 dan CO2, maka dapat ditulis CaO sebagai (CaCO3 – CO2) dan untuk jumlah
komponen dalam sistem ini adalah 2.

Jumlah derajat kebebasan (F) adalah jumlah terkecil variabel intensif yang harus
ditetapkan/diketahui untuk menjelaskan suatu sistem secara keseluruhan. Di sinilah kegunaan
aturan fase. Contoh pertama, sejumlah massa tertentu suatu gas, katakanlah uap air, terkurung
pada volume tertentu. Pada aturan fase, hanya 2 variabel bebas yang dibutuhkan untuk
mendefinisikan sistem tersebut, F = 1 – 1 + 2 = 2 (Bivarian). Karena perlu mengetahui 2 variabel
untuk menjelaskan sistem tersebut secara lengkap, maka dikatakan bahwa sistem tersebut memiliki
2 derajat kebebasan. Contoh kedua, suatu sistem yanng terdiri atas cairan (air) yang berada dalam
kesetimbangan dengan uapnya. Jika diteliti pada tekanan tertentu maka suhu secara otomatis
ditentukan. Sesuai dengan aturan fase dengan persamaan, F = 1– 2 + 2 = 1 (Univarian). Contoh
ketiga, Jika air cair dan uapnya didinginkan sampai fase ketiganya (es) memisah. Pada keadaan ini,
sistem tiga fase air-uap-es didefinisikan secara lengkap, dan aturan fase-nya F = 1 – 3 + 2 = 0, dengan
kata lain, tidak memiliki derajat kebebasan (Invarian). Jika ingin memvariasikan kondisi suhu atau
tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi sistem, maka salah satu fase akan hilang.
Dengan kata lain, jika sudah mempersiapkan sistem tiga fase, tidak ada pilihan untuk mengatur suhu
atau tekanan yang diinginkan dan keadaan ini bersifat tetap.
Sistem Satu Komponen

Gambar ini dikenal sebagai kurva tekanan uap/Kurva OA dalam diagram P-T.

Batasannya adalah pada suhu kritis yaitu 374° C untuk air dan ujung bawahnya berakhir pada suhu
0,0098° C yang disebut titik tripel. Sepanjang kurva tekanan uap, uap dan cair berada dalam
kesetimbangan.

Tabel Penerapan Aturan Fase Sistem Komponen Tunggal

Sistem Jumlah Fase Derajat Kebebasan Keterangan


Gas, cair atau padat 1 F=C–P+2 Sistem merupakan bivarian (F = 2)
F=1–1+2=2 dan berada dalam area
berpenanda uap, cair atau padat
pada gambar diatas. Harus
menetapkan dua variabel,
contohnya P2 atau T2 untuk
menetapkan sistem D
Gas-cair, cair-padat 2 F=C–P+2 Sistem merupakan univarian (F =
atau padat-gas F=1–2+2=1 1) dan berada di sebuah garis
antara dua daerah fase, yaitu AO,
BO atau CO pada gambar. Harus
menetapkan satu variabel
contohnya P1 atau T2 untuk
menetapkan sistem E
Gas-cair-padat 3 F=C–P+2 Sistem merupakan invarian (F = 0)
F=1–3+2=0 dan hanya berada pada titik
perpotongan garis-garis yang
membatasi ketiga daerah fase
yaitu titik O pada di gambar.
Analisis Termal

Efek fisika dan kimia dapat dihasilkan melalui perubahan suhu dan metode untuk mengkarakterisasi
perubahan-perubahan ini dengan pemanasan atau pendinginan sampel bahan disebut analisis
termal. Jenis analisis termal yang paling umum adalah kalorimetri pemindai diferensial, analisis
termal diferensial, analisis termogravimetri, dan analisis termomekanis.

Secara umum, metode termal menyangkut pemanasan sampel pada kondisi tertentu dalam
mengamati perubahan fisika dan kimia yang terjadi.

 Kalorimetri Pemindaian Diferensial

Pada kalorimetri Pemindaian Diferensial, bahan sampel dan bahan pembanding ditempatkan dalam
masing-masing lempeng yang terpisah dan suhu masing-masing lempeng dinaikkan atau diturunkan
sesuai dengan tingkat yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika sampel, contohnya asam benzoat
mencapai titik lelehnya yaitu 122,4°C, zat ini akan tetap pada suhu ini sampai seluruh bahan telah
berubah menjadi wujud cair karena proses pelelehan endoterm. Oleh karena itu, terdapat
perbedaan suhu antara asam benzoat dengan pembandingnya, indium yang mempunyai titik leleh
pada 156,6°C, ketika suhu kedua bahan dinaikkan secara perlahan pada kisaran 122-123°C. Suatu
sirkuit suhu kedua digunakan dalam DSC untuk menyediakan asupan panas untuk mengatasi
perbedaan suhu tersebut. DSC adalah suatu alat untuk mengukur aliran panas ke dalam atau ke luar
sistem. Secara umum, reaksi endoterm pada DSC terjadi akibat desolvasi, pelelehan, transisi kaca
dan penguraian (jarang terjadi).

 Analisis Termal Diferensial

Pada analisis termal diferensial, bahan sampel dan pembanding dipanaskan dengan sumber panas
yang sama. Termokopel ditempatkan berkontak langsung dengan sampel dan pembanding dalam
DTA untuk memantau perbedaan suhu antara sampel dan pembanding saat dipanaskan dengan laju
tetap. Perbedaan suhu antara sampel dan pembanding diplotkan terhadap waktu, dan reaksi
endoterm saat terjadi pelelehan ditunjukkan oleh termogram.

 Analisis Termogravimetri dan Analisis Termomekanis

Perubahan berat dengan berubahnya suhu (analisis termogravimetri) dan perubahan sifat mekanis
dengan berubahnya suhu (analisis termomekanis) digunakan dalam penelitian teknik farmasetik dan
dalam pengendalian kualitas di industri. Dalam TGA, suatu neraca perekam vakum dengan kepekaan
0,1 mikrogram digunakan untuk merekam berat sampel pada tekanan 10-⁴ mm sampai 1 atmosfer.

Analisis termomekanis (TMA) mengukur pemuaian, pemanjangan bahan dan distorsi panas seperti
pengerutan, sebagai fungsi suhu. Dengan menggunakan suatu pemindai yang dipasang berkontak
langsung dengan bahan sampel, setiap gerakan yang disebabkan oleh pemuaian, pelelehan atau
perubahan fisika lainnya akan menyampaikan sinyal listrik ke perekam.

Anda mungkin juga menyukai