Anda di halaman 1dari 12

KASUS LEUKEMIA :

Tn. Ar 10 tahun, Masuk Rumsh Sakit 5/1/2020, TB/BB 168 Cm/49 Kg, Diagnosa AML
dengan Metastasis Paravertebral, Pasien mengalami nyeri di perut bawah dan sendi, kedua
kaki tidak bisa digerakan, adanya bintik kemerahan dikulit. Pasien mengalami kejang dan
sakit kepala setelah kemoterapi, pasien pernah transfusi PRC 3 kantong. Tampak ada nyeri di
punggung skala 1-3, hasil BMP positif AML M2, jantung sudah EP 67% TD : 110/80 HR :
80, RR 20, suhu 360C, Kesadaran : CM.
Paremeter Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Nilai
normal
Hb 7,4 8,3 10 10,1 112-16
AL 73,54 6,62 1,52 0,33 3,6-11
AT 53 83 45 23 150-450
AE 2,52 2,87 3,45 3,50 3,8-5,2
HMT 21,7 24,1 28,2 29,3 32-47
MCV 86,1 84 81,7 83,7 82-92
MCH 29,4 28,9 29,0 28,9 27-31
MCHC 34,1 34,4 35,5 34,5 32-36
RDW/CV 19,4 16,1 15,5 14,6 11,6-14,4
Absolut Neutrofil 11,43 2,73 0,64 0,03 2,50-7
Count

Hasil Nilai Normal


Parameter
Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4
PTT 15,5 11,3-14,7
K 13,1 12,0-16,0
APTT 37,2 36,9 38,8 41,3 27,4-39,3
K 32,5 32,6 33,8 30,7 25-36
Fibrinogen 551 187-451
D-dimer 4130 7990 13220 9360 < 500 ng/ml
Hasil Nilai Normal
Parameter

Kimia klinik
Protein total 4,7 6,6-8,7 g/dl
Albumin 2,7 3,2-5,2 g/dl
Globulin 2,0 1,5-3,0 g/dl
SGOT 14 0-38 u/l
SGPT 33 0-41 u/l
Fungsi ginjal
Ureum 30 19-44 mg/dl
creatinin 0,58 <1,17 mg/dl
GFR 193,95 > 60 mg ml/min/1,73
m2
Elektrolit dan gas darah
Natrium 131 135-150 mmol/l
Kalium 3,9 3,5-5,3 mmo/l
Klorida 96 95-111 mmol/l
Natrium 6,7 8,1-10,4 mg/ dl
Magnesium 1,6 1,9-2,5 mg/ dl

Regimen kemoterapi
Hari
Nama
Dosis Hari- Hari- Hari- Hari-4
Obat
1 2 3
Kemoterapi & TPN

Daunoro 69,75 mg 600 v v 60


mg/2 mg/2jam
bicin i.v drip jam
Alexan/ 160 mg v v v v
ARA C i.v drip
ARAC 25 mg Sc v

Pemberian obat lain


Dexametason 1x5 mg, Meropenem 3x500 mg, Ciprofloxacin 3x250 mg, Omeprazole 3x 40
mg, Fenitoin 3x100 mg, Ondansetron3x 4 mg, Ranitidine 25 mg, Ciprofloxacin 3x 250 mg
Cefadroxil 3x2, Asam valproat 3x 250 mg, NS 500 ml, PRC , Heparin, Aminofusin, NS 250
ml.

Leukemia mieloblastik akut (AML) adalah jenis kanker darah yang mengakibatkan
sumsum tulang tidak dapat menghasilkan sekelompok sel darah putih seri mieloid yang
matang. Mieloid merupakan tipe sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi dan
mencegah kerusakan jaringan tubuh. Jenis kanker ini disebut akut karena sel kanker
berkembang dengan sangat cepat atau agresif. Leukemia mieloblastik akut ditandai dengan
tingginya jumlah myeloblast, yaitu cikal bakal dari sel darah putih seri mieloid yang belum
matang. Kanker ini dikenal juga dengan sebutan leukemia mieloid akut atau leukemia
mielogenus akut.

1. Epidemiologi
Epidemiologi leukemia secara global prevalensi 13.7 per 100.000 populasi dengan
tingkat mortalitas 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan bahwa leukemia merupakan salah satu kanker yang paling banyak
ditemui pada anak-anak.
Global
Menurut data statistic kanker Surveillance, Epidemiology, and End Results Program National
Cancer Institute prevalensi leukemia sebesar 13.7 per 100.000 populasi per tahun, dan jumlah
kematian leukemia sebesar 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Pada tahun 2017 diperkirakan
sebanyak 62.130 kasus baru leukemia dan 24,500 orang akan meninggalan karena leukemia.
Leukemia berada di urutan ke-9 dilihat dari prevalensi kejadiannya, yaitu sebesar 3.7% dari
seluruh kanker di United States. Prevalensi kasus leukemia pada kelompok usia 65-74
merupakan prevalensi tertinggi yaitu sebesar 22.4% dengan median usia 66 tahun saat
terdiagnosis leukemia. Sedangkan jumlah kematian akibat leukemia paling tinggi ditemui
pada kelompok usia 75-84 tahun yaitu sebesar 30.2% dengan median usia 75 tahun saat
kematian. Prevalensi kasus leukemia dilihat dari jenis kelamin didapatkan bahwa kejadian
pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 17.6%, dan perempuan sebesar
10.7%. Ras yang paling tinggi menderita leukemia adalah ras kaukasian (18.5% laki-laki,
11,3% perempuan). Kejadian leukemia pada anak (0-19 tahun) menurut CDC pada tahun
2014 adalah sebesar 8.4 per 100.000 ditemukan pada kelompok usia 1-4 tahun dan tingkat
kematian akibat leukemia sebesar 0.8 per 100.000 anak ditemukan pada kelompok usia 15-19
tahun.
Indonesia
Menurut data Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan
RI dan Data Penduduk Sasaran, prevalensi kanker di Indonesia berturut-turut adalah kanker
serviks (0.8%), kanker payudara (0,5%), dan kanker prostat (0,2%). Riset yang dilakukan di
RS Kanker Dharmais pada tahun 2010-2013 menyebutkan bahwa leukemia tidak termasuk
dalam 10 kanker terbanyak di Indonesia. Namun menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan jenis kanker
yang paling banyak diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan retinoblastoma. Pada riset
yang dilakukan pada pasien anak di RS Kanker Dharmais pada tahun yang sama menyatakan
bahwa leukemia adalah penyakit dengan jumlah kasus baru dan jumlah kematian terbanyak
di RS Kanker Dharmais.

atau

Pada anak-anak, keganasan hematologi yang paling sering terjadi termasuk leukemia akut,
dimana 80% diklasifikasikan sebagai leukemia limfoblastik akut (ALL) dan 15% -20%
sebagai leukemia myeloid akut (AML). Insiden AML pada bayi adalah 1,5 per 100.000
individu per tahun, insiden menurun menjadi 0,9 per 100.000 individu berusia 1-4 dan 0,4 per
100.000 individu berusia 5-9 tahun, setelah itu secara bertahap meningkat hingga dewasa,
hingga insidensi 16,2 per 100.000 orang berusia di atas 65 tahun. Penyebab yang mendasari
AML tidak diketahui, dan AML pada masa kanak-kanak umumnya terjadi de novo. Pada
pasien dewasa dan lanjut usia, AML sering didahului oleh myelodysplastic syndrome (MDS),
tetapi pada anak-anak, terjadinya AML yang didahului oleh evolusi klonal penyakit
myeloproliferatif preleukemik, seperti MDS atau juvenile myelomonocytic leukemia
(JMML), jarang terjadi. Individu yang terkena germline, seperti penderita anemia Fanconi
atau sindrom Bloom, memiliki peningkatan risiko untuk mengembangkan AML sebagai
keganasan sekunder [2,3]. Baru-baru ini, mutasi germ-line pada beberapa gen, seperti TP53,
RUNX1, GATA2 dan CEBPA, telah ditemukan pada keluarga dengan risiko tinggi AML
yang tidak dapat dijelaskan, menunjukkan kecenderungan keluarga untuk mengembangkan
AML.

Anak-anak dengan sindrom Down secara klasik hadir dengan subtipe megakaryoblastik
AML yang unik, secara klasik mengikuti gangguan myeloproliferatif transien pada periode
neonatal, yang ditandai dengan mutasi somatik pada gen GATA1. Sel leukemia pasien
dengan sindrom Down biasanya sangat sensitif terhadap kemoterapi dengan tingkat
kelangsungan hidup yang sangat tinggi, dan oleh karena itu dimungkinkan untuk merawat
pasien ini dengan protokol pengobatan yang disesuaikan. Selain itu, AML dapat terjadi
setelah radioterapi atau kemoterapi sebelumnya yang mengandung agen alkilasi atau
epipodophyllotoxins, sebagai neoplasma sekunder. Ini biasanya ditandai dengan penataan
ulang MLL atau dengan monosomi 7

2. Penyebab Leukemia
Leukemia mieloblastik akut disebabkan oleh mutasi atau perubahan DNA yang terjadi
pada sel punca atau induk darah di dalam sumsum tulang. Kondisi ini menyebabkan
terganggunya fungsi sumsum tulang dalam memproduksi sel darah sehat. Sebagai gantinya,
sumsum tulang memproduksi sel darah tidak sehat dan belum matang. Sel darah yang belum
matang berkembang secara cepat, lalu mendesak dan menggantikan sel darah sehat dalam
sumsum tulang. Hal ini menyebabkan penderitanya rentan terhadap berbagai jenis infeksi.
Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang menderita leukemia mieloblastik
akut, yaitu:
a) Berusia di atas 65 tahun atau lebih.
b) Berjenis kelamin pria.
c) Perokok aktif maupun pasif.
d) Paparan bahan kimia berbahaya, seperti benzena atau fomalin.
e) Sistem kekebalan tubuh melemah, misalnya setelah transplantasi organ.
f) Kelainan darah, seperti sindrom mielodisplasia dan trombositosis.
g) Mengalami kelainan genetik, misalnya sindrom Down.
h) Pernah menjalani kemoterapi dan radioterapi sebelumnya.
3. Gejala Leukemia Mieloblastik Akut
Leukemia mieloblastik akut (AML) stadium awal memiliki gejala yang menyerupai flu,
seperti demam, nafsu makan hilang, dan berkeringat pada malam hari. Jika sel leukemia telah
menyebar ke bagian tubuh lain, maka gejala yang dapat muncul adalah:
a) Nyeri sendi dan tulang.
b) Penglihatan kabur.
c) Gangguan keseimbangan.
d) Mudah memar atau muncul ruam pada kulit.
e) Kejang.
f) Mimisan.
g) Pembengkakan atau perdarahan pada gusi.

4. Diagnosis Leukeumia
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita leukemia mieloblastik akut, jika terdapat
gejala-gejalanya, yang diperkuat oleh pemeriksaan fisik. Namun untuk lebih memastikannya,
terkadang pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan. Di antaranya adalah:
a) Tes darah, meliputi tes hitung darah lengkap untuk memeriksa jumlah sel darah putih
dalam tubuh dan apusan darah tepi untuk memeriksa bentuk dan ukuran sel darah
putih, serta mendeteksi sel darah putih yang belum matang.
b) Aspirasi sumsum tulang, pemeriksaan terhadap sampel jaringan sumsum tulang.
Pasien dapat terdiagnosis leukemia mieloblastik akut, jika 20% atau lebih sel darah di
dalam sumsum tulang belum matang.
c) Pungsi lumbal, pemeriksaan terhadap sampel cairan serebrospinal, yaitu cairan yang
berada di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, untuk mendeteksi sel kanker.
d) Tes pencitraan, untuk mendeteksi infeksi atau gangguan lain yang disebabkan oleh
leukemia mieloblastik akut. Jenis tes pencitraan yang dilakukan adalah:
 USG, untuk mendeteksi pembengkakan yang terjadi pada organ hati, kelenjar
getah bening, limpa, dan ginjal.
 Foto Rontgen, untuk mendeteksi infeksi yang terjadi pada paru-paru.
 CT scan, untuk menunjukkan apakah leukemia mieloblastik akut telah
menyebabkan pembesaran pada limpa dan kelenjar getah bening.
e) Pemeriksaan genetik, untuk mendeteksi dan memeriksa perubahan yang terjadi pada
kromosom di dalam sel. Tes ini juga dilakukan untuk menentukan kesembuhan dan
langkah pengobatan yang akan dilakukan.
5. Patofisiologi Leukemia
AML dapat timbul pada pasien dengan kelainan hematologi yang mendasari, atau sebagai
konsekuensi dari terapi sebelumnya (misalnya, paparan topoisomerase II, agen alkilasi
atau radiasi). Namun dalam sebagian besar kasus, tampak sebagai a de novomalignancy
pada individu yang sebelumnya sehat. Terlepas dari etiologinya, patogenesis AML
melibatkan proliferasi abnormal dan diferensiasi populasi klonal sel punca myeloid.
Translokasi kromosom yang dikarakterisasi dengan baik, seperti pada core-binding factor
AML (CBF-AML)
6. Analisis SOAP
a) Subjek
Nama : Tn. Ar
Umur : 10 tahun
Keluhan : Pasien mengalami nyeri di perut bawah dan sendi, kedua kaki tidak bisa
digerakan, adanya bintik kemerahan dikulit. Pasien mengalami kejang dan sakit
kepala setelah kemoterapi, pasien pernah transfusi PRC 3 kantong. Tampak ada
nyeri di punggung skala 1-3
Objek
Pemeriksaan Fisik
Tinggi Badan : 168 cm
Berat Badan : 49 Kg
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Keterangan
Tekanan Darah 110/80 mmHg <130/<85 mmHg Normal
Heart Rate (HR) 80 60-100 Normal
Respiratory Rate 20 18-30 Normal
(RR)
suhu 360C 360C - 370C Normal
BMP (bone Positif negatif AML
marrow puncture)

Kesadaran : Compos Mentis (CM) normal, sadar sepenuhnya dapat menjawab


semua pertanyaan tentang sekelilingnya
Pemeriksaan Laboratorium

Paremeter Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Nilai Ket
normal
Hb 7,4 8,3 10 10,1 112-16 Anemia
(hemoglobin)
AL (Leukosit) 73,54 6,62 1,52 0,33 3,6-11 Infeksi (+)
AT 53 83 45 23 150-450 Trombositopenia
(Trombosit)
AE (Eritrosit) 2,52 2,87 3,45 3,50 3,8-5,2 Anemia
HMT 21,7 24,1 28,2 29,3 32-47
(Hematokrit)
MCV (Mean 86,1 84 81,7 83,7 82-92 (Mikrositosis)
Corpuscular
Volume)
MCH (Mean 29,4 28,9 29,0 28,9 27-31 Normal
Corpuscular
Hemoglobin)
MCHC (Mean 34,1 34,4 35,5 34,5 32-36 Normal
Corpuscular
Hemoglobin
Concentration)
RDW/CV 19,4 16,1 15,5 14,6 11,6-14,4
(Red
Distribution
Width)
Absolut 11,43 2,73 0,64 0,03 2,50-7
Neutrofil
Count

Hasil Nilai Normal Ket


Parameter
Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4
PTT 15,5 11,3-14,7
Parameter
Protombin Time
K 13,1 12,0-16,0
APTT 37,2 36,9 38,8 41,3 27,4-39,3
Activated partial
tromboplastin
time
K 32,5 32,6 33,8 30,7 25-36 Normal
Fibrinogen 551 187-451
D-dimer 4130 7990 13220 9360 < 500 ng/ml

Hasil Nilai Normal


Parameter Ket

Kimia klinik
Protein total 4,7 6,6-8,7 g/dl Rendah
Albumin 2,7 3,2-5,2 g/dl Hipoalbuminemia
Globulin 2,0 1,5-3,0 g/dl Normal
SGOT 14 0-38 u/l Normal
SGPT 33 0-41 u/l Normal
Fungsi ginjal
Ureum 30 19-44 mg/dl Normal
creatinin 0,58 <1,17 mg/dl Normal
GFR 193,95 > 60 mg ml/min/1,73
m2
Elektrolit dan gas darah
Natrium 131 135-150 mmol/l Rendah
Kalium 3,9 3,5-5,3 mmo/l Normal
Klorida 96 95-111 mmol/l Normal
Natrium 6,7 8,1-10,4 mg/ dl Rendah
Magnesium 1,6 1,9-2,5 mg/ dl Rendah

Diagnosis : AML dengan Metastasis Paravertebral (AML: M2)

Obat yang diberikan


Hari
Nama Obat Dosis Hari-1 Har Har Hari-4 Efek Samping :
i-2 i-3
Kemoterapi & TPN
600 v V 60 Gastrointestinal: Mual atau
mg/2 mg/2ja muntah ringan, stomatitis
jam m Genitourinari: Perubahan
Daunorobicin warna urin (merah)
69,75 Hematologi: Myelosupresi
Antineoplastic (onset: 7 hari; nadir: 10-14
mg i.v
hari; pemulihan: 21-28 hari),
Agent, drip terutama leukopenia;
Anthracycline trombositopenia dan
anemia
Gastrointestinal: Sakit
perut, tukak GI, diare
Alexan/ARA C 160 V v V V SSP: Sakit kepala, pusing;
(Pyrimidine mg i.v kejang, DERMATOLOGI:
antimetabolite drip Ruam; selulitis;
tromboflebitis; eritrodisestesi
ARAC 25 mg V palmar-plantar; ruam parah
dengan deskuamasi (dosis
tinggi).
GI: Mual; muntah;
anoreksia; mucositis; diare;
elevasi sementara dari LFT;
kolitis neutropenik; ulserasi
GI parah (dosis tinggi).
HEMATOLOGI: Supresi
sumsum tulang.
(Pyrimidine Hematologi: Myelosupresi,
Sc neutropenia (onset: 1-7 hari;
antimetabolite) nadir [biphasic]: 7-9 hari dan
pada 15-24 hari; pemulihan
[biphasic]: 9-12 dan pada 24-
34 hari), trombositopenia
(onset: 5 hari; nadir: 12-15
hari; pemulihan 15-25 hari),
anemia, perdarahan,
leukopenia,
megaloblastosis,
retikulosit menurun

Pemberian Obat Lain


Efek samping
Dexametason 1x5 mg Antiemetic HEMA: Leukositosis. META: Sodium dan
retensi cairan; hipokalemia; alkalosis
hipokalemia; alkalosis metabolik;
hipokalsemia. Leukositosis, petechiae, sakit
kepala, kejang, aritmia jantung
Meropenem 500 mg 3x1 Antibiotik ; Sakit kepala, ruam
infeksi kulit
Ciprofloxacin 3x250 mg Sakit kepala
Omeprazole 3x 40 mg Sakit perut Sistem saraf pusat: Sakit kepala (3% hingga
7%), pusing (2%)
Dermatologis: Ruam (2%)
Gastrointestinal: Diare (3% sampai 4%),
sakit perut (2% sampai 5%), mual (2%
sampai 4%), muntah (2% sampai 3%), perut
kembung (≤3%), asam
regurgitasi (2%), sembelit (1% sampai 2%),
penyimpangan rasa
Neuromuskuler & skeletal: Sakit punggung
(1%), kelemahan (1%)
Pernapasan: Infeksi saluran pernapasan atas
(2%), batuk (1%)
Fenitoin 3x100 mg Epilepsi sakit kepala; Mual; muntah;
Trombositopenia; leukopenia;
granulositopenia; agranulositosis;
pansitopenia; makrositosis; anemia
megaloblastik; eosinofilia; monositosis;
leukositosis; anemia sederhana; anemia
hemolitik; anemia aplastik.
Ondansetron3x 4 mg (8 Antiemetic
mg 2x1)
Ranitidine 25 mg Sakit perut –
gastro
Cefadroxil 3x2 Artritis septik
(sendi)
Asam valproat 3x 250 mg Epilepsi dan Sakit kepala (≤31%), nyeri (1% hingga
11%), Mual (15% hingga 48%), muntah (7%
migrain
hingga 27%), sakit perut (7% hingga 23%),
Trombositopenia (1% hingga 24%; terkait
dosis), Infeksi (≤20%), petechia (> 1%
sampai <5%), Nyeri punggung (≤8%)
NS, 250 ml 500 ml Untuk
perawatan
kadar Na, K
rendah
PRC 3 kantong Anemia
Heparin Mencegah
pembekuan
darah
Aminofusin Untuk
memenuhi
keseimbnagan
asam amino,
kebutuhan
protein

b) Assesment
Ketepatan Pemilihan Obat :
Underdose :
Overdose
Interaksi Obat

Anda mungkin juga menyukai