INTERNASIONAL
DOSEN PEMBIMBING:
Drs. Rinaldi Munaf, MM, Ak, CPA, CA
OLEH KELOMPOK 7:
Yolanda Putri Aldilla (1810532003)
Fadiah Rama Wangsa (1810532004)
Desmalia Syakira (1810532008)
Pelayaran dan Penerbangan Internasional” ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah
Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan kepada Bapak Drs.
Rinaldi Munaf, MM, Ak, CPA, CA selaku dosen pembimbing pada mata kuliah
Perpajakan Lanjutan. Kami yakin masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu kami
mengharapakan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Kami
Kelompok 7
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………....….……
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…..……………............………………………….….…..
B. Rumusan Masalah……………............………………………….….……
C. Tujuan……………………………………………………………....….
BAB II: PENGKAJIAN
BAB III: LANDASAN TEORI
BAB IV: PEMBAHASAN
A.
BAB V: PENUTUP
A. KESIMPULAN…..………………………………….….…..……….….……
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
warga negara. Perpajakan atas pelayaran dan penerbangan juga merupakan salah satu
Sektor pelayaran dan penerbangan memainkan peran penting sebagai salah satu
penerbangan. Atas penghasilan tersebut akan dikenakan pajak sesuai dengan aturan
penerbangan luar negeri yang di sediakan oleh perusahaan jasa pelayaran dan/atau
penerbangan yang berdomisili di luar negeri. Untuk itu perlu lebih mendalam
bagaimana aspek perpajakan terhadap pelayaran dan penerbangan luar negeri. Dasar
hukum yang mengatur tentang pajak tersebut tercantum dalam Pasal 15 UU Nomor
B. Rumusan Masalah
penerbangan internasional?
C. Tujuan
penerbangan internasional
internasional.
BAB II
PENGKAJIAN
BAB III
LANDASAN TEORI
BAB IV
PEMBAHASAN
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena
pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal
tersebut hanya berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif
dan syarat objektif. Yaitu warga negara yang memiliki Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) lebih dari Rp2.050.000 per bulan. Jika karyawan/pegawai, baik
karyawan swasta maupun pegawai pemerintah, dengan total penghasilan lebih dari
Rp2 juta, maka wajib membayar pajak. Jika wirausaha, maka setiap penghasilan
PP 46 tahun 2013).
seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, maka
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir,
maka harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak
seperti itu. Pajak merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga
negara. Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, tidak langsung
menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan dapatkan berupa perbaikan jalan
raya , fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa pendidikan , dan lain-
lainnya.
Berdasarkan Undang-undang
B. Pengertian Pelayaran
sebagai industri penunjang. Tak ada perlakuan khusus, sebagaimana diterapkan oleh
potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan
efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan
pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan,
Nusantara, perlu disusun sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien,
meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang dan barang dalam
satu moda transportasi harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional
yang terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang
sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan yang selamat,
aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah
dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi rendah, dan
efisien.
Republik Indonesia.
(2) Kegiatan angkutan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan agar
(3) Kegiatan angkutan laut dari dan ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang termasuk angkutan laut lintas batas dapat dilakukan dengan trayek
tetap dan teratur serta trayek tidak tetap dan tidak teratur.
(4) Perusahaan angkutan laut asing hanya dapat melakukan kegiatan angkutan laut
ke dan dari pelabuhan Indonesia yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan
(5) Perusahaan angkutan laut asing yang melakukan kegiatan angkutan laut ke atau
dari pelabuhan Indonesia yang terbuka untuk perdagangan luar negeri secara
C. Pengertian Penerbangan
sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Untuk mencapai tujuan
teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan
peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi
dan teknologi, peran serta swasta dan persaingan usaha, perlindungan konsumen,
Pasal 83
atas:
(3) Kegiatan angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat dilakukan secara berjadwal dan/atau tidak berjadwal oleh badan usaha
Pasal 86
(1) Kegiatan angkutan udara niaga berjadwal luar negeri dapat dilakukan oleh
(2) Dalam hal angkutan udara niaga berjadwal luar negeri merupakan bagian
angkutan udara niaga berjadwal luar negeri tetap harus diatur melalui
perjanjian bilateral.
(3) Perjanjian bilateral atau multilateral sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) harus merupakan badan usaha angkutan udara niaga
yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Republik Indonesia dan mendapat
pada ayat (1) harus merupakan perusahaan angkutan udara niaga yang telah
1. Objek Pajak
Objek PPh-nya adalah Semua nilai pengganti atau imbalan berupa uang atau
nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari suatu
2. Tarif
Penghasilan neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau
bruto.
Pengertian peredaran bruto di sini adalah semua imbalan atau nilai pengganti
berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Perusahaan
barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau
Penerbangan luar negeri adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat
3. Pemotong
sendiri.
imbalan/nilai pengganti;
penghasilan;
3. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau kantor pos, selambat-
Dalam hal penghasilan diperoleh selain yang dimaksud di atas, maka wajib
1. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau kantor pos, selambat-
Dalam rangka pengangkutan ekspor mebel dari Indonesia ke Paris sejak tahun 2015
PT Kayu Sejahtera membuat kontrak kerja sama transportasi sebesar Rp500.000.000
per sekali angkut. Kontrak dilakukan dengan perusahaan pelayaran luar negeri yaitu
Dewys Lines Ltd. yang berdomisili di Swiss yang dibuktikan dengan Surat
Pada bulan Juli 2016 dilakukan satu kali pengangkutan dan telah dibayar pada 25 Juli
2016. Dewys Lines Ltd. memiliki Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia yaitu BUT
Jawaban:
Kapal Dewys Lines Ltd.-Swiss yang disewa oleh PT Kayu Sejahtera beroperasi dalam
dikenai pajak di Indonesia namun tidak melebihi 50% dari pajak yang dikenakan
Mengingat Dewys Lines Ltd. melakukan usaha melalui BUT di Indonesia maka atas
penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang dalam lalu lintas internasional
tersebut dipotong PPh yang bersifat final sebesar 50% x 2,64% dari peredaran bruto,
Kewajiban PT Kayu Sejahtera sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas penghasilan dari
menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus
2016;
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama
Pada bulan Juli 2016, perusahaan penerbangan luar negeri Fiskal airline (BUT)
menyewakan pesawat kecil kepada PT. Kakak Tua Indonesia dengan nilai sewa
Rp300.000.000,- .
PPh Pasal 15 yang wajib dipotong oleh PT. Kakak Tua Indonesia adalah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan,
sedangkan penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas
Dalam era sekarang ini, pelayaran dan penerbangan luar negeri merupakan salah
satu sarana transportasi yang pesat digunakan oleh perusahaan. Pelayaran dan
penerbangan luar negeri mempunyai perhitungan pajak yang telah diatur sesuai PPh
pasal 15. Subjek pajak dari PPh pasal 15 ini adalah perusahaan pelayaran/penerbangan
yang bertempat kedudukan di luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha
Tetap (BUT), sementara yang menjadi objek pajak yaitu penghasilan dari pengangkutan