Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MICROTEACHING

“SKRINING HIV PADA IBU HAMIL”

Disusun Oleh :

Lina Marlina
NPM. 190102351P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV atau Human lmmunodejidency Virus merupakan sejenis virus yang

menyerang/ menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh

manusla. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan

sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang

disebabkan infeksi oleh HIV.Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang

tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang

sering berakibat fatal (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi HIV secara global masih tinggi, data di seluruh dunia pada tahun

2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang mellputi 16 juta perempuan dan

3,2juta anak berusla <15 tahun. Jumlah lnfeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1

juta yang terdiri darl 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah

kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3juta dewasa dan 190.000

anak berusia <15 tahun (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).

Data di Indonesia(2018), menyebutkan bahwa jumlah kasus HIV positif yang

dilaporkan dari tahun ketahun cenderung meningkat dan pada tahun 2018 dilaporkan

sebanyak 46.659 kasus. Sampai dengan tahun 2018 jumlah kasus HIV yang

dilaporkan sebanyak 327.282 kasus (Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi Kasus HIV secara kumulatif di Provinsi Lampung tahun 2018,

tercatat 1.578 orang sedangkan untuk AIDS sebanyak 629 kasus. Jumlah kasus HIV-

AIDS ini bagaikan fenomena gunung es, dimana data yang tercatat ini yang terlihat

hanya dipermukaan dan belum terdeteksi (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2018).

Penyakit HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak. Kebanyakan infeksi HIV pada

anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda, sebagian besar (>80%) AIDS pada

anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Ada cara mencegah penularan HIV ibu kepada bayi yaitu dengan melakukan

skrining yang baik. Dihampir setiap kunjungan ke layanan kesehatan untuk

memeriksakan kandungannya, para ibu tersebut biasanya mendapatkan penyuluhan

kesehatan dan perawatan kehamilan. Informasi mengenai HIV/ AIDS dan penularan

HIV dari ibu ke anak diisipkan dalam kunjungan pemeriksaan kehamilan tersebut

(Yeyeh, 2012).

SkriningHIV/ AIDS pada ibu hamil merupakan upaya membuka akses untuk

mengetahui status HIV/ AIDS bagi ibu hamil. Tujuan skrining HIV pada ibu hamil

yaitu untuk mencegah terjadinya kasus HIV padabayi yang di lahirkan oleh ibu

dengan HIV. Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat terjadi selama masa kehamilan,

saat persalinan dan selama menyusui. Infeksi HIV pada bayi dapat menyebabkan

kesakitan,kecacatan dan kematian sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan

kualitas hidup anak. Data di Indonesia selama tahun 2018 terdapat 1.805.993 ibu

hamil yang di periksa HIV, dari pemeriksaantersebut di dapatkan 5.074 (0,28%) ibu

hamil yang positif HIV (Kemenkes RI, 2018).

Data di Provinsi Lampung tahun 2019, Jumlah kasus HIV ditemukan pada Ibu

Hamil sebanyak 1.288dari486.860ibu hamil yang mengikuti skrining tes HIV, yakni

sebesar 0,27. Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan skrining, kita dapat

mengetahui ternyata banyak ibu hamil yang terkena HIV/ AIDS.


B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Skrining

2. Sejarah pelaksanaan Skrining HIV

3. Tujuan Skrining

4. Kebijakan Program Pemerintah

a. Sasaran Skrining

b. Petugas Pelaksana

c. Kegiatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Skrining

Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk

mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jeas dengan

menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara

cepat untuk membedakan orang orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya

menderita suatu kelainan atau penyakit.Test skrining dapat dilakukan dengan :

1. Pertanyaan atau anamnesa

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan lab

B. Sejarah

Pencegahan penularan HIV dari ibuke anak (PPIA) atau Prevention of Mother

to Child HIV Transmission (PMTCT)merupakan intervensi yang sangat efektif untuk

mencegah penularan HIV.Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis

kongenital, karena sifilisdapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada ibu

dan juga ditularkankepada bayi seperti halnya pada infeksi HIV.

Pencegahan penularan dari ibu ke bayidapat dilakukan dengan deteksi dini

melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang terinfeksi dan pasangannya.

Secara umum upaya tersebut sangat efektif,bahkan di daerah dengan prevalensi HIV

yang sangat rendah.

Pada tahun 2007 dilakukan skrining dengan menggunakan rapid test di tiga

propinsi yang mencakup empat kabupatendan kota di DKI Jakarta, Kalimantan Barat

dan Jawa Barat. Kajian WHO di beberapa negara Asia Pasifik menunjukkan bahwa

skrining pada ibu hamil yang dilaksanakan bersamaan dengan PPIA dalam paket
layananantenatal terpadu sangat cost-effective (Kemenkes RI, 2015).

C. Tujuan Skrining

Tujuan utamanya adalah agar bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV

terbebaskan dariHIV, serta ibu dan bayi tetap hidup dan sehat.

D. Kebijakan

Kebijakan umum sejalan dengan kebijakan program nasional pengendalian

HIV-AIDS dan IMS lainnya, sertakebijakan program KIA. Layanan PPIA

mempunyai sasaran, tujuan dan pendekatanyang banyak persamaannya dengan upaya

pencegahan sifilis kongenital, karena itukedua upaya ini diintegrasikan. Dalam

menjangkau sasaran ibu hamil dan wanita usiasubur, layanan tersebut dilaksanakan

melalui paket layanan kesehatan reproduksi,khususnya layanan KIA, keluarga

berencana (KB) dan kesehatan reproduksi remaja(Kemenkes RI, 2015).

1. Sasaran

a. Semua ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi dilakukan tes

HIV dan sifilis pada kunjungan antenatal pertama sampai menjelang

persalinan.

b. Semua ibu hamil di daerah epidemi rendah dengan indikasi adanya perilaku

berisiko, keluhan/gejala IMS atau infeksi oportunistik (khususnya TB),

dilakukan tes HIV dan sifilis pada kunjungan antenatal pertama sampai

menjelang persalinan (Kemenkes RI, 2015).

2. Petugas

Semua tenaga pelayanan kesehatan di tingkat layanan primer danrujukan.

Tenaga kesehatan tersebut termasuk bidan, perawat, dokter umum,


dokterspesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anak serta tenaga

kesehatanterkait di pelayanan kesehatan dasar dan rujukan (Kemenkes RI,

2015).

3. Kegiatan

Layanan skrining HIV terintegrasi dalam layanan antenatal terpadu yang

berkualitas secara keseluruhan mencakup hal-hal berikut:

a. Memberikan layanan/konseling kesehatan, termasuk gizi, agar

kehamilanberlangsung sehat.

b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi

kehamilan (termasuk tes HIV dan sifilis sesuai dengan tingkat endemisitas

wilayah).

c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.

d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jikaterjadi komplikasi.

e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu

biladiperlukan.

f. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga

kesehatandan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila

terjadi penyulit/komplikasi.

Komponen pemeriksaan antenatal terpadu adalah:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2. Ukur tekanan darah.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LiLA).

4. Ukur tinggi fundus uteri.


5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid

(TT) bila diperlukan.

7. Beri tablet tambah darah (tablet zat besi).

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) dengan memeriksa: i) golongan

darah;ii) kadar Hb; iii) kadar gula darah (bila diduga ada penyakit

kencing manis); iv) tes sifilis; v) tes HIV; vi) malaria (di daerah

endemis malaria); vii) protein dalamurin; viii) BTA (untuk

tuberkulosis).

9. Tatalaksana/penanganan sesuai kondisi yang ditemukan.

10. Konseling (Kemenkes RI, 2015).


BAB III

PENUTUP

Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk

mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jeas dengan

menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara

cepat untuk membedakan orang orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya

menderita suatu kelainan atau penyakit.

Pencegahan penularan dari ibu ke bayidapat dilakukan dengan deteksi dini

melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang terinfeksi dan pasangannya.

Secara umum upaya tersebut sangat efektif,bahkan di daerah dengan prevalensi HIV

yang sangat rendah.

Tujuan utamanya adalah agar bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV

terbebaskan dari HIV, serta ibu dan bayi tetap hidup dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Astindari (2014). Mode of Transmission of HIV/ AIDS In. Infection Disease Intermediate Care Unit.

Surabaya: Dr. Soetomo General Hospital.

Dwi Mutia Wenny (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Hamil Melakukan Skrining

HIV di Puskesmas Yogyakarta. Jurnal: Tidak diterbitkan.

Kemenkes RI (2018). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2018).Info Datin HIV/ AIDS. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2015). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIVDan Sifilis Dari Ibu Ke

Anak Bagi Tenaga Kesehatan.Jakarta : DirektoratJenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan

AnakKementerian Kesehatan RI.

Maryunani dan Ummu (2009). Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi : Penatalaksanaan di

Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Nana (2013) . Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi &HIV-AIDS. Jakarta: Trans Info Media.

Nurhayati (2016). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Ibu Hamil Dalam

Pemeriksaan VCT Di Puskesmas. Jurnal: Tidak diterbitkan.

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak No 51

Tahun 2013

Undang-undang Republik Indonesia Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai