Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN AR-RAZI


Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Filsafat Islam
Dosen pengampu : Ridho Riyadi, M.Pd. I

Disusun oleh:

Anis Fitria (2119361)

KELAS C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan
nikmat iman, islam dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Biografi dan Pemikiran Ar-Razi sesuai dengan yang diharapkan. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kelak akan memberikan
syafaatnya di yaumul qiyamah amiin ya rabbal’alamiin.

Ucapan terimakasih penulis tunjukan kepada Bpk. Ridho Riyadhi, M.Pd.I atas tugas Filsafat
Islam, serta kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan makalah ini. Semoga
bantuan dari berbagai pihak terkait mendapatkan balasan dari ALLAH dengan pahala yang
berlipat ganda. Amiin .

Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik kontruktif dari pembaca guna penyempurnaan
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini menambah khasanah keilmuwan dan bermanfaat
bagi mahasiswa. Amiin.

Pekalongan, 30 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Biografi Ar-Razi...................................................................................................... 3
B. Pemikiran Filsafat Ar-Razi..................................................................................... 8
C. Karya-karya Ar-Razi............................................................................................... 11
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 15
A. Kesimpulan............................................................................................................... 15
B. Saran......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfikir merupakan sifat yang tidak bisa dilepaskan dari manusia yang merupakan
makhluk yang diberi akal oleh Allah Swt. dalam berfikirnya manusia menggunakan
pendekatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berfikir filsafat merupakan
hasil usaha manusia untuk berkesinambungan di seluruh jagad raya ini. akan tetapi,
berfikir filsafat dalam arti berfikir bebas dan mendalam atau radikal yang tidak
dipengaruhi oleh dogmatis dan tradisi disponsori oleh filosof-filosof yunani.
Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang berkembang
dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa disebut filsafat Islam.
Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam memang didorong oleh pemikiran
filsafat Yunani yang masuk ke Islam. Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam
adalah nukilan dari filsafat Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat
Yunani dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah mapan
sebelum terjadinya transmisi filsafat Yunani ke dalam Islam.
Filsafat Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur telah
mengembangkan sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dalam filsafat Islam
para filosof muslim memadukan antara agama dan filsafat. Para ilmuan muslim terdahulu
sesungguhnya memiliki andil yang sangat besar dalam mengembangkan kajian tentang
filsafat. Dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu filosof muslim yang sangat
berjasa pada masa itu yaitu Ar-Razi. Baik mengenai sejarah lahir dan karya-karyanya
maupun tentang filsafat-filsafatnya.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaiamna biografi Ar-Razi?
b. Bagaimana pemikiran filsafat Ar-Razi?
c. Bagaimana karya-karya filsafat Ar-Razi?
C. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui biografi Ar-Razi.
b. Untuk mengetahui pemikiran filsafat dari Ar-Razi

1
c. Untuk mengetahui karya-karya filsafat Ar-Razi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biografi Ar-Razi
Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al-Husain bin al-Hasan binAli al-Taimi
al-Bakri al-Thibristani, terkenal dengan nama Fakhr al Din al-Razi. Diberi julukan Ibn
Khatib al-Ray karena ayahnya, Dhiya al Din Umar,adalah seorang khatib di Ray. Ray
merupakan sebuah desa yang banyak ditempati oleh orang ajam (selain Arab). Di Herat
Fakhr al Din mendapat julukan Syaikh al-Islam. Al-Razi merupakan anak keturunan
Quraisy yang nasabnya bersambung kepada Abu Bakr al Shiddiq.1
Fakhr al-Din al-Razi dilahirkan pada 25 Ramadhan 544 H, bertepatan dengan
1150 M di Ray, sebuah kota besar di wilayah Irak yang kinitelah hancur dan dapat dilihat
bekas-bekasnya di kota Taheran Iran. Ray adalah sebuah kota yang banyak melahirkan
para ulama yang biasanya diberi julukanal-Razi setelah nama belakang sebagaimana
lazim pada masa itu. Diantara ulama sebangsa yang juga diberi gelar al-Razi ialah Abu
Bakr bin Muhammad bin Zakaria, seorang filosof dan dokter kenamaan abad X M/IV H.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa al-Razi dilahirkan padatahun 543 H/1149 M.
Ibn al-Subki mengatakan bahwa menurut pendapat yangkuat al-Razi dilahirkan pada
tahun 543 H. Tetapi pendapat ini menjadi lemah jika dikaitkan dengan fakta melalui
tulisan yang dibuat al Razi sendiri. Al-Razi menulis dalam tafsir surah Yusuf bahwa ia
telah mencapai usia 57 tahun
dan pada akhir surah menyebutkan bahwa tafsirnya telah selesai pada bulan Sya‟ban
tahun 601 H. Jika dikurangi, maka kelahiran al-Razi ialah tahun 544H/1150 M.2
Fakhr al-Din memiliki seorang kakak yang bernama Rukn al-Din. Dikatakan
bahwa Rukn al-Din memiliki kedengkian terhadap al-Razi dikarenakan kemasyhuran
dan ketinggian ilmunya. Rukn senantiasa mengikuti kemanapun al-Razi hendak pergi dan
berusaha menyebat fitnah agar masyarakat menjadi simpati kepadanya. Alih-alih
mendapat simpati usaha Rukn al-Din malah membuatnya di benci masyarakat. Di
samping perasaan sedih karena memiliki saudara yang dengkial-Razi menanggapinya
1
Fakhr al-Din al-Razi, Roh Itu Misterius, trj, Muhammad Abdul Qadir al-Kaf, (Jakarta: Cendekia Sentra
Muslim, 2001), hlm. 17.
2
Ali Muhammad Hasan al-Umâri, Al-Imam Fakhr al-Din al-Razi: Hayâtuhû wa Atsâruhû ,al-Majlis al-A’la
li al-Syu’un al-Islamiyah, 1969, hlm. 17.

3
dengan senantiasa menasihati sebisa mungkin dan tidak memutuskan
tali persaudaraan.Al-Razi menikah di Ray sepulang dari perjalanan ke Khawarizm karena
ditolak oleh masyarakat di sana. Di Ray ada seorang dokter ahli yang memiliki kekayaan
melimpah dan juga dua anak perempuan. Ketika dokter itu sakit danyakin akan
datangnya ajal, ia menikahkan salah seorang putrinya kepada al-Razi. Sejak masa
itu terjadi perubahan ekonomi pada al-Razi dari seorang yang miskin dan kekurangan
menjadi berkecukupan.
Dari pernikahannya itu al-Razi dikaruniai tiga orang anak lelaki dan dua anak
perempuan. Salah seorang anak lelaki yang bernama Muhammad meninggal pada saat al-
Razi masih hidup. Muhammad dikatakan sebagai anakyang saleh sehingga benar-benar
bersedih sepeninggalnya. Kesedihannya itu diungkapkan dengan menyebutkannya
Muhammad berkali-kali dalamtafsirnya, yakni bertutut-turut dalam tafsir surah Yunus,
Hud, Yusuf, al-Ra’d,dan Ibrahim. Muhammad meninggal dalam usia muda beranjak
dewasa di perantauan, jauh dari teman dan keluarga.
Dua anak lelaki lainnya ialah Dhiya al-Din dan Syams al-Din. Dhiyaal-din
merupakan anak tertua yang bernama asli Abdullah. Ia dikenal sebagai orang yang sangat
perhatian kepada ilmu pengetahuan. Selanjutnya ia menjadi tentara dan mengabdi kepada
sultan Muhammad bin Taksy. Adapun Syams al-Din ialah yang termuda dari ketiganya.
Ia memiliki banyak kelebihan dankepandaian yang luar biasa. Syams al-Din mengikuti
jejak al-Razi setelah kematiannya, menyandang gelar Fakhr al Din, dan banyak ulama
yang menuntut ilmu kepadanya.
Salah satu anak perempuan al-Razi dinikahi dengan ‘Ala al-Mulk,seorang wazīr
(menteri) sultan Khawarazmsyah Jalal al-Din Taksy bin Muhammad bin Taksy yang
terkenal dengan julukan Minkabari.‘Ala al Mulk adalah seorang pakar dalam bidang
sastra, khususnya dalam bahasa Arab danPersia. Sedangkan anak perempuan lainnya
hanya disebutkan dalam riwayat ketika pasukan Mongol di bawah pimpinan Jenghiz
Khan memasuki kota Herat,kediaman al-Razi dan keluarga.‘Ala al-Mulk meminta
perlindungan kepadaJenghiz Khan atas anak-anak Syaikh Fakhr al-Din dan
permohonannya itu dikabulkan. Ketika itu disebutkan bahwa anak perempuan yang
terakhir initermasuk di dalamnnya.3

3
Ibid hlm.27.

4
Al-Razi meninggal di Herat pada hari Senin tanggal 1 Syawal 606H/1209 M,
bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Sesuai dengan amanatnya,al-Razi dimakamkan di
gunung Mushaqib di desa Muzdakhan, sebuah desa yang terletak tidak jauh dari Herat.
Sebelum meninggal alRazi sempat mendiktekan wasiat yang ditulis oleh salah seorang
muridnya, Ibrahim al-Asfahani. Wasiatnya berisi tentang penyerahan diri sepenuhnya
(tawakal)kepada kasih sayang Tuhan. Al-Razi mengakui bahwa ia telah banyak menulis
dalam berbagai cabang lapangan ilmu tanpa cukup memperhatikan mana yang berguna
dan mana yang merusak. Dalam wasiatnya al-Razi juga menyatakan ketidakpuasannya
dengan filsafat dan teologi (ilmu kalam). Dalam mencari kebenaran ia lebih menyukai
metode al-Quran dibandingkan metode filsafat.Ia juga menasihati untuk tidak melakukan
perenungan-perenungan filosofis pada problem-problem yang tak terpecahkan.
Pernyataan terakhir al-Razi mengenai nilai filsafat dan teologi ini mesti dicatat dalam
meneliti pemikiranal-Razi terutama dalam isu-isu kontroversial yang bermacam-macam.
Al-Razi hidup pada pertengahan terakhir abad keenam Hijriah atau kedua belas
Masehi. Masa-masa ini merupakan masa-masa kemunduran dikalangan umat Islam, baik
dalam bidang politik, sosial, ilmu pengetahuan, dan akidah. Kelemahan Khalifah
Abbasiyah telah mencapai puncaknya hingga Baghdad sebagai pusat pemerintahan saat
itu hancur luluh hanya dengan sekali serangan dari tentara Mongol di bawah pimpinan
Hulago Khan pada 656H/1258 M.4 Secara efektif, tidak ada kesatuan politik yang benar-
benar memerintah dunia Islam saat itu. Kekuasaan khalifah di Baghdad hanya
diakuisecara simbolis karena dalam prekteknya masing-masing daerah diperintah secara
independen oleh para sultan Bani Abbas. Situasi ini disebut Karen Amstrong sangat mirip
dengan apa yang disebut monarki absolut. Sejak 1055M praktis kekuasaan di Baghdad
dipegang oleh orang-orang Turki Seljuk. Salah satu peristiwa besar yang terjadi pada
masa hidup al-Razi ialah kemenangan Shalahuddin al-Ayyubi melawan pasukan Salib
pada 1187 M.
Selama hidupnya, al-Razi mengalami tiga kali pergantian khalifahdi Baghdad.
Pertama, al-Mustanjîd Billâh (555-556 H) yang pada masa kekuasaannya belum ada
pengaruh dari orang-orang Turki Seljuk. Kedua, al-Mustadhi Billah (566-575 H) yang
merupakan anak al-Mustanjid yang memegang kekuasaan setelah ayahnya meninggal.

4
Karen Armstrong, Sepintas Sejarah Islam, Trj, Ira Puspita Rini, (Surabaya: Ikon Teralita 2004), hlm. 115

5
Ketiga, al-Nashir li Dinillah (575-622 H), anak al-Mustadhi yang merupakan khalifah
Abbasiyah dengan masa kekuasaan terpanjang. Khalifah inilah yang berusaha
mengembalikan kebesaran dinasti Abbasiyah dengan mengadakan “kompromi” dengan
syari’ah yang saat itu biasa dikembangkan untuk memprotes para khalifah. Al- Nashir
juga bergabung dengan kelompok futuwwah di Baghdad. Namun kebijakan al-Nashir
sudah amat terlambat, sebab dunia Islam sudah dilanda bencana yang akan membawa
kepada keruntuhan dinasti Abbasiyah.5
Sementara di Khawarizmi, Khurasan, dan daerah-daerah sekitarnya dikuasai oleh
bani Khawarazamsyah. Pada masa hidup al-Razi sultan yang menguasai daerah ini ialah
Taksy bin Arselan (568-596 H), Ala al-DinMuhammad bin Taksy (596-615 H), dan
kemudian diikuti oleh anaknya Jalal al-Din sampai tahun 628 H. Kabar mengenai perang
salib di Syam dan serangan bangsa Mongol di Timur selalu menyelimuti pikiran kaum
Muslimin saat itudi mana bayangan kehancuran berada di depan mata.
Mazhab empat (Maliki, Hanafi, Syafi‟i, dan Hanbali) masih menjadi mayoritas
mazhab yang diterima oleh sebagian besar umat Islam saat itu. DiRay, kota al-Razi,
terdapat setidaknya tiga mazhab yang berpengaruh, yakni Syafi‟i, yang merupakan
minoritas, Hanafi sebagai mazhab mayoritas, danSyi‟ah yang berjumlah sangat sedikit.
Sebelumnya terjadi pertentangan antaraSyi‟ah dan Ahlussunnah yang akhirnya
dimenangkan oleh mazhab Syafī‟iyah dari Ahlussunnah. Hal ini tentu tidak terlepas dari
peran Bani Seljuk yang cenderung kepada Sunni dan sufisme.
Pada masa itu terdapat banyak aliran teologi. Ibn al-Subki menyebutkan tidak
kurang dari 27 golongan. Adapun yang termasyhur daripadanya ialah Syi‟ah,
Muktazilah, Murji‟ah, Batiniyah, dan Karamiyah. Keilmuan didominasi pada pelajaran
agama dan bahasa Arab, tidak sedikit pulayang mempelajari ilmu hikmah (filsafat) yang
pembahasannya mencakup logika, fisika, dan metafisika. Termasuk cabang ilmu filsafat
ialah ilmu ukur,musik, dan astronomi.
Kaum Muslimin masih bergelut dengan filsafat yang banyak dipelopori oleh
kaum Muktazilah. Diantara para filosof terkenal yang berpengaruh ialah al-Kindi, al-
Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Maskawaih yang lahirdi Ray dan meninggal di Isfahan pada
tahun 1030 M.6 Pengaruh filsafat terus meningkat hingga datang masa al-Ghazali pada
5
Ibid, hlm 114.
6
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 2002), hlm.43-37.

6
akhir abad V H/X M. Kritik al-Ghazali terhadap filsafat tertuang dalam kitabnya, Tahāfut
al-Falāsifah. Sejaksaat itu timbul kebencian kaum Muslimin khususnya para fuqahā`
dangolongan Asy’ariyah yang menjadi mazhab mayoritas terhadap filsafat. Keadaan ini
ditambah dengan dukungan khalifah Abbasiyah dalam menentang filsafat, sehingga
filsafat seakan punah dari tradisi umat Islam kecuali di beberapa tempat seperti Iran dan
Andalusia (Spanyol).
Abad keenam Hijriah juga merupakan puncak dari ajaran Bathiniyah yang telah
dirintis sejak abad ketiga. Diantara aliran Bathiniyah ini sebagaimana dikatakan al-
Ghazali ialah golongan Rafidhah yang merupakan sekte dalam Syi’ah. Golongan ini
menganggap tercapainya ilmu itu melalui perkataan Imam yang ma‘shūm, Imam yang
mengetahui semua rahasia syari‟ah dan pada setiap zaman pasti terdapat seorang Imam
yang dapat menjadi sandaran dalam permasalahan keagamaan.
Sebelum masa al-Ghazali tasawuf masih belum dapat diterima oleh mayoritas
ulama dan bahkan dianggap bid’ah. Al-Ghazali berperan besar dalam “mendamaikan”
ajaran para sufi yang dianggapnya wali dengan para ulama yang mengajarkan syari’at
formal, seperti ilmu fiqh dan tauhid.Pengaruh ini telah sampai hampir ke seluruh pelosok
negeri Islam dari timur sampai barat. Pengaruh ini juga tak pelak dirasakan oleh al-Razi
karenamasanya tidak terlampau jauh dari al-Ghazali.
Dalam kondisi politik, sosial, dan keilmuan seperti inilah al-Razi hidup. Faktor-
faktor tersebut menjadi penting dalam mengkaji suatu pemikiranal-Razi sebab tidak ada
pemikiran yang dapat lepas dari pengaruh-pengaruhnya.Atau dengan bahasa Edward Said
“belum ada seorang pun yang menciptakan metode untuk melepaskan cendekiawan dari
lingkungan kehidupannya, darifakta keterlibatannya baik secara sadar maupun tidak
dengan suatu kelompok, seperangkat keyakinan, kedudukan sosial, ataupun sekedar
aktivitasnya sebagai anggota masyarakat”.7
Pembahasan lebih dalam ke arah kondisi politik, sosial, dan keilmuan akan
membawa pengetahuan mengenai kecenderungan seorang ulama atau cendekiawan.
Penerimaan masyarakat terhadap suatu karya merupakan indikasi bahwa pemikiran
tersebut sesuai dengan konsep kebenaran,minimal pada saat itu. Al-Razi adalah seorang

7
Edward Said, Orientalisme, Trj, Asep Hikmat, (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 12-13.

7
yang luas ilmunya, berbagai macam ilmu pengetahuan ia pelajari, sehingga tidaklah
mengherankan jika ia menjadi ensiklopedi dalam berbagai bidang ilmu.

2. Pemikiran Ar-Razi
a. Metafisika
Filsafat Ar-Razi terkenal dengan ajarannya “ Lima kekal” , yakni:8
1) Al-Bary Ta’ala(Allah Ta’ala)
2) Al-Nafs al-Kulliyat(Jiwa Universal)
3) Al-Hayula al-Ula( Materi Pertama)
4) Al-Makan al-Muthlaq(Tempat/Ruang absolut)
5) Al-Zaman al-Muthlaq(Masa Absolut
Allah adalah Maha Penciptadan Pengatur seluruh alam ini. Alam diciptakan
Alloh bukan dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada. Karena itu, alam semestinya
tidak kekal, sekalipun materi pertama kekal, sekalipun materi pertama kekal, sebab
penciptaan di sini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada.
Jiwa universal merupakan al-mabda al-qadim al-tsaniy (sumber kekal yang
kedua). Padanya terdapat daya hidup dan bergerak, sulit diketahui karena ia tanpa
rupa. Tetapi karena ia dikuasai naluri untuk bersatu dengan al-hayyula al-ula (materi
pertama), terjadilah pada zatnya rupa yang dapat menerima fisik. Sementara itu, materi
pertama tanpa fisik, Allah datang menolong roh dengan menciptakan alam semesta
termasuk tubuh manusia yang ditempati ruh.9
Materi pertama menurut Al-Razi adalah substansi yang kekal yangterdiri dari
atom-atom. Keabadian materi yang sedang “dalam pembentukan”, menyaratkan
adanya bukan saja materi yang mendahuluinya, tetapi jugasebuah substatum atau
materi diamana materi tindakan itu melekat. Selainitu, konsep yang sebenarnya dari
penciptaan ex nihilo tidak dapatdipertahankan secara logis, karena jika Tuhan telah
mampu menciptakansesuatu dari tiada, karena hal ini merupakan modus pembuatan
yang palingsederhana dan paling tepat. Tetapi karena tidak demikian halnya, maka

8
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014), Cet. 6 hlm.
121.
9
Ibid, hlm. 122.

8
duniaharuslah dikatakan telah diciptakan dari materi tanpa benrtuk, yang
telahmendahuluinya sejak semula.10
Ruang absolut oleh karena materi pertama itu kekal makamembutuhkan ruang
yang sifatnya kekal juga, sebab tidak mungkin kekal itu berada di dalam yang nisbi.
Menurut Al-Razi ruang ada dua macam yaituruang absolut dan ruang relatif. Ruang
absolut tidak menggantungkan wujudnya pada alam maupun benda-benda yang
membutuhkan ruang. Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda, ruang ini disebut
ruang relatif.Waktupun menurutnya dibagi menjadi dua macam, yaitu waktu absolut
dan waktu yang terbatas. Waktu absolut ialah perputaran waktu,sifatnnya bergerak dan
kekal. Waktu yang terbatas adalah waktu yang yang diukur berdasarkan dan
pergerakan bumi, matahari dan bintang-bintang.11
b. Akal, Wahyu dan Kenabian
Al Razi menyanggah anggapan bahwa untuk keteraturan kehidupan, manusia
memerlukan nabi. Pendapat yang kontroversial ini harus dipahami bahwa ia adalah
seorang rasioanalis murni. Akal menurutnya adalah karunia Allah yang terbesar untuk
manusia. Dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya,
bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Karena itu, manusia tidak
boleh menyia-nyiakan dan mengekang ruang gerak akal, tetapi memberi kebebasan
sepenuhnya dalam segala hal.12
Pandangan Al-Razi yang mencetuskan kekuatan akal tersebut menjadikan ia
tidak percaya kepada wahyu dan adanya Nabi sebagai diutarakannya dalam bukunya
Naqd al Adyan au fi al-Nubuwwah (kritikterhadap Agama-agama atau terhadap
Kenabian). Menurutnya, para Nabi tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang
yang memiliki keistimewaan khusus, baik pikiran maupun rohani, karena semua orang
itu adalah sama dan keadilan Tuhan serta hikmah-Nya mengharuskan tidak
membedakannya antara seseorang dengan yang lainnya.13
Berkaitan dengan sanggahan terhadap wahyu dan nabi sebagai pembawa berita
eskatologis (alam keakhiratan), seperti kematian. Bagi Al-Razi, kematian bukanlah

10
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 57.
11
Ibid, hlm.60.
12
Al- Razi, Rasa’il Falsafiyyah (Beirut: Dar al- Afaq al – Jadidah, 1982), hlm. 18.
13
Ibrahim Madkur, Fi Falsafah al-Islamiyyah wa Manhaj wa Tathbiquh, Jilid I (Kairo: Dar al-Ma’arif,
1968), hlm. 19-20.

9
suatu hal yang perlu ditakuti, karena bila tubuh hancur, maka ruh juga hancur. Setelah
mati, tak sesuatu pun terjadi pada manusia, karena ia tidak merasakan apa-apa lagi.
Sebaiknya orang yang menggukanan nalar menghindari rasa takut mati, karena bila ia
mempercayai kehidupan lain, maka ia tentu gembira, sebab melalui mati ia pergi ke
dunia lain yang lebih baik. Bila ia percaya bahwa tiada sesuatu pun setelah mati,maka
ia tak perlu cemas.
Al-Razi juga mengkritik kitab-kitab suci, baik Injil maupun Al-Qur’an. Ia
mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lain. Ia menolak mu’jizat Al- Qur’an
baik segi isi maupun gaya bahasanya. Boleh jadi
pendapatnya yang ekstrim inilah menyebabkan buku-bukunya dimusnahkan.Kendatipu
n demikian, Al-Razi tidak berarti seorang atheis, karena ia masih tetap myakini adanya
Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebab ituia lebih tepat disebut seorang
rasionalis murni.14
 Adapun tentang pemikiran Al-Razi tentang Lima Kekal, tidak otomatis ia
menjadi zindik, apalagi bila dinilai dengan Al- Qur’an, tidak satu ayat pun secara
qath’i bertentangan dengan pemikiran tersebut. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan
benar pemikiran Al-Razi tersebut.
c. Agama
Ar-Razi berusaha memadukan agama dengan filsafat, dan mencampur filsafat
dengan ilmu kalam (Teologi Islam). Ar-Razi adalah seorang Asy’ariyah yang
konsisten terhadap ke- Asy’ariyahan-nya, walaupun iacenderung kepada sebagian
pandangan muktazilah dan maturidiah. Dalanm tafsirnya yang besar dan belum
sempurna ia mengkritik al-Zamakhsyari dadaklam al-kasysyaf. Ia menafsirkan
ketubuhan (al-Jismiyah), berada di suaturuang (al-makaniyah), terjadi hal-hal temporal
dengan sendirinya dari Allah sebaliknya, ia meneguhkan bahwa Allah memilki sifat
maha kuasa (al-Qudrah), maha mengetahui (al-Ilmu), maha berkehendak (al-Iradah),
maha hidup (al-haya), maha berfirman (al-kalam), maha mendengar (al-sami’), dan
maha melihat (al-Basar). Ia membedakan alkalam, al nafsi dari kalam yang dinyatakan
dengan suara dan huruf. Ia mengkritik secara tajam
pandangan- pandangan yang saling bertentangan. Ia nyaris tidak berbeda pendapat dari

14
Hasyimsyah Nasution,  Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Jakarta, 2002), hlm 31-32.

10
Al-asy’ari kecuali mengenai kekekalan. (Allah, Al-baqa) yang dalam hal ini
memegangi pandangan al-baqillani dan imam al-Haramain. Ia juga meneguhkan
bahwa Allah biasa dilihat dengan mengutamakan dalil agama sebagaimana yang
dilakukan oleh al maturidi, sebagai ganti dalil rasional.15
d. Pandangan tentang moral
Pandangan Ar-Razi tentang moral dapat kita lihat dalam bukunya “Al Tibb al
Ruhani dan Siratal Falasafiyah”. menurutnya dalam hidup ini kita
jangan terlau zuhud tetapi jangan juga tamak. Menurutnya yang paling baik adalah
moderat. Artinya jangan terlalu membunuh nafsu juga jangan terlalu
mengumbar nafsu. Segala sesuatu hendakya sesuai kebutuhan saja.
Untuk mencapai tujuan tersebut dia membuat dua batas. Pertama batas
tertinggi, yaitu kesenangan yang hanya didapat dari jala menyakiti orang lain atau
yang bertentangan dengan rasio. Kedua batas rendah, yaitu menemukan yang tidak
merusak atau menyebabkan penyakit dan berpakaian sekedar menutupi tubuh.
Risalah etika Ar-Razi yang cukup terkenal, Obat Pencahar Rohani(Spritual
Physic), merupakan sebuah penjelasan yang terpercaya mengenai ajaran Plato tentang
jiwa yang memiliki tiga bagian seperti yang dikemukakan oleh Republik, dan senam
(yang ia sebut ‘obat pencahar rohani”) disatu pihak, dan senam (yang ia sebut“obat
pencahar”) di pihak lain, untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan yang menurut
ajaran Plato merupakan tanda lurusnya moral sprtual jiwa.16
3. Karya-karya Filsafat Ar-Razi
Al-Razi termasuk seorang filosof yang rajin belajar dan menulis sehingga tidak
mengherankan ia banyak menghasilkan karya tulis. Dalam autobiografinya pernah ia
katakan, bahwa ia telah menulis tidak kurang dari 200 buah karya tulis dari berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Namun menurut Ibnu Nadhim karya Al-Razi adalah 122 buku,
25 surat, dan satu makalah, jadi jumlah seluruhnya 148 buah 17. Akan tetapi Ibnu Abi
Usaibi’ah menyebutkan bahwa Al-Razi memiliki 236 karya buku, tetapi beberapa
diantaranya tidak jelas pengarangnya. Adapun karya tulisnya dalam bidang kimia yang
terkenal ialah Kitab Al-Asrar yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Geard fo
15
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), Cet.3, hlm.76-77.
16
Sudarsono, Filsafat Islam,.., hlm. 56.
17
Ikbal Amrulloh, “Makalah Filsafat Islam Ar-Razi” (http://lampionilmu.blogspot.com/2016/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html, Diakses pada 30 Okktober 2020 pukul 20:47).

11
Cremon. Dalam bidang medis karyanya yang terbesar ialah Al-Hawi yang merupakan
ensiklopedia ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul
Continens yang tersebar luas dan menjadi buku pegangan utama di kalangan kedokteran
Eropa sampai abad ke 17 M. Bukunya di bidang kedokteran ialah Al-Mansuri Libel Al-
Mansoris 10 jilid disalin ke dalam berbagai bahasa barat sampai akhir abad 17 M. Adapun
Kitab Al-Judar wa Al-Hasbah tulisannya yang berisikan analisis tentang penyakit cacar dan
campak beserta pencegahannya, diterjemahkan orang ke dalam berbagai bahasa barat dan
terakhir kedalam bahasa Inggris tahun 1847 M, dan dianggap buku bacaan wajib ilmu
kedokteran barat.
Melalui karya-karyanya, al-Razi menampilkan dirinya sebagai filosof-platonis,
terutama dalam prinsip “lima kekal” dan “jiwa”nya. Di samping itu, ia juga pendukung
pandangan naturalis kuno. Selain ulet, ia juga seorang tokoh intelektual yang berani,
sehingga ia dijuluki sebagai tokoh non-kompromis terbesar di sepanjang sejarah intelektual
Islam. Di antara bukti keberaniannya dituangkan dalam pandangannya tentang “jiwa” dan
“kenabian dan agama”.
Perhatian utama filsafat al-Razi adalah jiwa, kemudian lima yang kekal. Setelah itu,
moral, kenabian dan agama, yang merupakan sisi pengembangan daya kritik
intelektualnya. jiwa merupakan titik kesamaan perhatian utama antara al-Razi dan Plato.
Selain ia seorang filosof, ia juga seorang yang ahli dalam bidang kimia dan kedokteran.
Tulisannya dalam bidang kimia yang terkenal ialah Kitab Al-Asrar yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon. Sedangkan dalam bidang medis atau
pengobatan karyanya yang terbesar ialah al-Hawi, al-Hawi merupakan ensiklopedi ilmu
kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul Continens yang tersebar
luas dan menjadi buku pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa sampai abad ke 17.
18
Agar lebih jelas karya-karya al-Kindi dikelompokkan seperti di bawah ini:
1) Ath-Thibb Ar-Ruhani,
2) Ash-Shirat Al-Falsafiyyah,
3) Amarat Iqbal Ad-Daulah,
4) Kitab Al-Ladzdzah,

18
Syafieh, “Filsafat Islam Ar-Razi (Sejarah dan Pemikirannya”,(
http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-ar-razi-sejarah-dan.html, Diakses pada 6 November 2020 pukul
07:50).

12
5) Kitab Al-Ilm Al-Ilahi,
6) Maqalah Fi Ma’bad Ath-Thabi’ah,
7) Al-Hawi Fi Ath-Thibb,
8) Manshuri,
9) Kitab Sirr Al-Asrar,
10) Muluki,
11) Kitab Al-Jami’ Al-Kabir,
12) Sekumpulan risalah logika berkenaan dengan Kategori-kategori, Demonstrasi,
Isagoge, dan dengan logika, seperti yang dinyatakan dalam ungkapan kalam Islam,
13) Sekumpulan risalah tentang metafisika pada umumnya,
14) Materi Mutlak dan Partikular,
15) Plenum dan Vacum, Ruang dan Waktu,
16) Fisika,
17) Bahwa dunia mempunyai Pencipta yang Bijaksana,
18) Tentang Keabadian dan Ketidakabadian Tubuh,
19) Sanggahan terhadap Proclus,
20) Opini fisika “Piutarch” (Placita Philosophorum),
21) Sebuah Komentar terhadap Komentar Plutarch tentang Timaeus,
22) Sebuah Komentar tentang Timaeus,
23) Sebuah Risalah yang menunjukkan Bahwa Benda-benda bergerak dengan sendirinya
dan bahwa Gerakan itu pada Hakikatnya adalah milik mereka,
24) Obat pencahar Rohani (Spiritual Physic),
25) Jalan Filosofis,
26) Tentang Jiwa,
27) Tentang Perkataan Imam yang tidak bisa salah,
28) Sebuah Sanggahan Terhadap Kaum Mu’tazilah,
29) Metafisika Menurut Ajaran Plato,
30) Metafisika Menurut Ajaran Sokrates,

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9
Oktober 925 Masehi. Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di
lembah selatan jajaran dataran tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Buku-

14
buku al-Razi sangat banyak. Dia sendiri mempersiapkan katalog untuk buku-buku yang
ditulisnya, dan kemudian diproduksi oleh ibn al-Nadim. Yang kita temukan 118 buku, 19
surat, 4 buku, 6 surat, dan satu maqalah. Jumlah seluruhnya 148 buah. Filsafatnya terkenal
dengan doktrin lima yang kekal/abadi ( al qudama ul-khamsah). Lima yang kekal ialah :
Al-Bari Taala, An-Nafsul-kulliyah, Al-hayulal-ula, Al-makanul-mutlaq dan Az-zamanul-
mutlaq.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahamai
tentang biografi filsafat Ar-Razi yang telah dipaparkan, serta dapat bermanfaat dalam
kehidupan setiap dari individu. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Razi. 1982. Rasa’il Falsafiyyah. Beirut: Dar al- Afaq al – Jadidah.
Amrulloh, Ikbal. 2016. Makalah Filsafat Islam Ar-Razi.
http://lampionilmu.blogspot.com/2016/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. (Diakses
pada April 2016).

15
Armstrong, Karen. 2004. Sepintas Sejarah Islam. Trj, Ira Puspita Rini. Surabaya: Ikon
Teralita.
Fakhr al-Din al-Razi. 2001. Roh Itu Misterius. trj, Muhammad Abdul Qadir al-Kaf.
Jakarta: Cendekia Sentra Muslim.
Hasan al-Umâri, Ali Muhammad. 1969. Al-Imam Fakhr al-Din al-Razi: Hayâtuhû wa
Atsâruhû ,al-Majlis al-A’la li al-Syu’un al-Islamiyah.
Madkour, Ibrahim. 2004. Aliran dan Teori Filsafat Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Madkur, Ibrahim. 1968. Fi Falsafah al-Islamiyyah wa Manhaj wa Tathbiquh, Jilid I.
Kairo: Dar al-Ma’arif.
Nasution, Hasyimsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Jakarta.
Nasution, Harun. 2002. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Said, Edward. 1985. Orientalisme, Trj, Asep Hikmat. Bandung: Pustaka.
Sudarsono.2010. Filsafat Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafieh. 2013. Filsafat Islam Ar-Razi (Sejarah dan Pemikirannya.
http://syafieh.blogspot.com/2013/04/filsafat-islam-ar-razi-sejarah-dan.html.
(Diakses pada 01 April 2013).
Zar, Sirajuddin. 2014. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

16

Anda mungkin juga menyukai