Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koronavirus atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus


corona, atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili
Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok
virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk
manusia). Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang
umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARS,
MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul
cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit
saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum
ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus
pada manusia.

Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan
nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara
27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui.[5] Nama
koronavirus berasal dari bahasa Latin corona yang artinya mahkota, yang mengacu
pada tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki pinggiran yang mengingatkan
pada mahkota atau korona matahari.

Koronavirus diyakini menyebabkan 15-30% dari semua pilek pada orang dewasa dan
anak-anak. Koronavirus menyebabkan pilek dengan gejala utama seperti demam dan
sakit tenggorokan akibat pembengkakan adenoid, terutama pada musim dingin dan
awal musim semi. Koronavirus dapat menyebabkan pneumonia, baik pneumonia
virus langsung atau pneumonia bakterial sekunder, dan dapat menyebabkan bronkitis,
baik bronkitis virus langsung atau bronkitis bakterial sekunder. Koronavirus manusia
yang ditemukan pada tahun 2003, SARS-CoV, yang menyebabkan sindrom
pernafasan akut berat (SARS), memiliki patogenesis yang unik karena menyebabkan
infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Belum ada vaksin atau obat
antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus manusia

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu virus corona(covid 19)?
2. Apa yang menyebabkan virus ini menyebar dengan cepat?
3. Apa dampak virus corona terhadap perekonomian dunia?
4. Bagaimana cara pemerintah menanggulangi virus corona(covid19) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu virus corona(covid19)
2. Untuk mengetahui sebab penyebaran coovid19
3. Untuk mengetahui dampak covid19 terhadap prekonomian dunia
4. Untuk mengetahui langkah apa saja yang disiapkan pemerintah untuk
menanggulangi covid19

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian virus CORONA (COVID 19)

1. Corona (Coronavirus)

WHO menjelaskan coronavirus menjadi bagian dari keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit yang terjadi pada hewan ataupun manusia. 

Manusia yang terjangkit virus tersebut akan menunjukkan tanda-tanda penyakit


infeksi saluran pernapasan mulai dari flu sampai yang lebih serius, seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau sindrom pernapasan akut berat.

Coronavirus sendiri jenis baru yang ditemukan manusia sejak muncul di Wuhan,
China pada Desember 2019, dan diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-COV2). Sehingga, penyakit ini disebut dengan Coronavirus
Disease-2019 (Covid-19).

2. Covid-19

WHO mengumumkan Covid-19 menjadi nama resmi dari penyakit yang disebabkan
oleh virus Corona yang berasal dari Wuhan, China. Nama tersebut diberikan Dirjen
WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss pada Selasa, 11 Februari
2020.

Singkatan Covid-19 juga memiliki rincian, seperti "co" berarti corona, "vi" mengacu
ke virus, "d" untuk diseases, dan 19 merupakan tahun wabah penyakit pertama kali
diidentifikasi pada 31 Desember 2019.

Tedros menjelaskan nama tersebut dipilih untuk menghindari stigmatisasi,


sebagaimana panduan penamaan virus yang dikeluarkan WHO pada 2015. Nama
virus atau penyakit itu tidak akan merujuk pada letak geografis, hewan, individu, atau
kelompok orang.

Sebelumnya, WHO memberikan nama sementara untuk virus Corona ini dengan
sebutan 2019-nCoV. Sedangkan Komisi Kesehatan Nasional China menyebut
sementara Novel Coronavirus Pneumonia (NCP).

3
B. Penyebaran CORONA VIRUS(COVID 19)

Menurut World Health Organization (WHO), COVID-19 menular melalui orang


yang telah terinfeksi virus corona. Penyakit dapat menyebar melalui tetesan kecil dari
hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk.

Tetesan itu kemudian mendarat di sebuah benda atau permukaan yang lalu
disentuh dan orang sehat tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus
corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika
berdekatan dengan yang terinfeksi corona.

"Itu sebabnya penting untuk menjaga jarak 1 meter lebih dari orang yang sakit.
Hingga kini belum ada penelitian yang menyatakan virus corona COVID-19 bisa
menular melalui udara," jelas WHO seperti dikutip dari situsnya, Selasa (17/3/2020).

WHO menambahkan gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan,
dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung
tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan
terjadi secara bertahap.

Namun, beberapa orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan
tak merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit
tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang mendapatkan
COVID-19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas.

Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti tekanan
darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih mungkin terkena penyakit serius.
Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas harus mendapat perhatian
medis.

C. Dampak virus CORONA (COVID 19) terhadap Perekonomian Dunia


World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses (Cov)
adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-
19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah
seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan
Akut Parah (SARS-CoV). Virus Corona adalah zoonotic yang artinya ditularkan
antara hewan dan manusia. Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia,
perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30 Desember 2019
dimana Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan “urgent
notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus Corona

4
ini sangat cepat bahkan sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat 93 negara
yang mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona yang telah
meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian dunia baik
dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata.
China merupakan negara eksportir terbesar dunia. Indonesia sering
melakukan kegiatan impor dari China dan China merupakan salah satu mitra dagang
terbesar Indonesia. Adanya virus Corona yang terjadi di China menyebabkan
perdagangan China memburuk. Hal tersebut berpengaruh pada perdagangan dunia
termasuk di Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu
bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di Indonesia yang dapat
menyebabkan penurunan harga komoditas dan barang tambang.
Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan padahal
perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan pajak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor migas dan non-migas
mengalami penurunan yang disebabkan karena China merupakan importir minyak
mentah terbesar. Selain itu, penyebaran virus Corona juga mengakibatkan penurunan
produksi di China, padahal China menjadi pusat produksi barang dunia. Apabila
China mengalami penurunan produksi maka global supply chain akan terganggu dan
dapat mengganggu proses produksi yang membutuhkan bahan baku dari China.
Indonesia juga sangat bergantung dengan bahan baku dari China terutama bahan
baku plastik, bahan baku tekstil, part elektronik, komputer dan furnitur.
Virus Corona juga berdampak pada investasi karena masyarakat akan lebih
berhati-hati saat membeli barang maupun berinvestasi. Virus Corona juga
memengaruhi proyeksi pasar. Investor bisa menunda investasi karena ketidakjelasan
supply chain atau akibat asumsi pasarnya berubah. Di bidang investasi, China
merupakan salah satu negara yang menanamkan modal ke Indonesia. Pada 2019,
realisasi investasi langsung dari China menenpati urutan ke dua setelah Singapura.
Terdapat investasi di Sulawesi berkisar US $5 miliar yang masih dalam proses tetapi
tertunda karena pegawai dari China yang terhambat datang ke Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang memberlakukan larangan perjalanan
ke dan dari China untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Larangan ini
menyebabkan sejumlah maskapai membatalkan penerbangannya dan beberapa
maskapai terpaksa tetap beroperasi meskipun mayoritas bangku pesawatnya kosong
demi memenuhi hak penumpang. Para konsumen banyak yang menunda pemesanan
tiket liburannya karena semakin meluasnya penyebaran virus Corona. Keadaan ini

5
menyebabkan pemerintah bertindak dengan memberikan diskon untuk para
wisatawan dengan tujuan Denpasar, Batam, Bintan, Manado, Yogyakarta, Labuan
Bajo, Belitung, Lombok, Danau Toba dan Malang. Di Eropa juga memberlakukan
aturan dimana maskapai penerbangan harus menggunakan sekitar 80 persen slot
penerbangan yang beroperasi ke luar benua Eropa agar tidak kehilangan slot ke
maskapai pesaingnya. Bukan hanya di Indonesia yang membatasi perjalanan ke
China, namun negara-negara yang lain seperti Italia, China, Singapura, Rusia,
Australia dan negara lain juga memberlakukan hal yang sama
(www.cnnindonesia.com).
Virus Corona juga sangat berdampak pada sektor pariwisata. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal China mencapai 2.07 juta
orang pada tahun 2019 yang mencakup 12.8 persen dari total wisatawan asing
sepanjang 2019. Penyebaran virus Corona menyebabkan wisatawan yang berkunjung
ke Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel,
restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya virus
Corona. Okupansi hotel mengalami penurunan sampai 40 persen yang berdampak
pada kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran
atau rumah makan yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan.
Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri retail. Adapun daerah yang
sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Medan dan Jakarta. Penyebaran virus Corona juga berdampak pada sektor
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena para wisatawan yang datang ke
suatu destinasi biasanya akan membeli oleh-oleh. Jika wisatawan yang berkunjung
berkurang, maka omset UMKM juga akan menurun. Berdasarkan data Bank
Indonesia, pada tahun 2016 sektor UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan
jenis usaha mikro banyak menyerap tenaga kerja.
Beberapa langkah yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi dampak dari
virus Corona ini adalah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar
25 bps menjadi 4.75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4.00%
dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5.50%. Kebijakan ini
dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya
Covid-19. Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan
domestik untuk menjaga agar inflasi dan stabilitas eksternal tetap terkendali serta
memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi (www.bi.go.id).

6
Di lain sisi, virus Corona tidak hanya berdampak negatif, namun juga dapat
memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah
terbukanya peluang pasar ekspor baru selain China. Selain itu, peluang memperkuat
ekonomi dalam negeri juga dapat terlaksana karena pemerintah akan lebih
memprioritaskan dan memperkuat daya beli dalam negeri daripada menarik
keuntungan dari luar negeri. Kondisi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai koreksi
agar investasi bisa stabil meskipun perekonomian global sedang terguncang.
Dampak yang disebabkan oleh virus Corona bukan hanya di Indonesia saja
melainkan di beberapa negara di belahan dunia. Pada tanggal 22-23 Februari 2020
telah berlangsung pertemuan G20 yang diadakan di Arab Saudi. Anggota G20 ini
terdiri dari Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis,
Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan,
Korea Selatan, Turki, Inggris dan Uni Eropa. Wabah virus Corona menjadi topik
diskusi pada pertemuan tersebut. Dalam pertemuan G20, negara-negara G20
menyampaikan simpati kepada masyarakat dan negara yang terdampak virus Corona,
khususnya China. Munculnya berbagai tekanan global, salah satunya adalah Covid-
19 mendorong negara-negara G20 untuk meningkatkan kerja sama dengan
mempererat kerja sama internasional. Negara-negara G20 juga sepakat memperkuat
pemantauan terhadap risiko global khususnya yang berasal dari Covid-19, serta
meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi risiko dan sepakat untuk
mengimplementasikan kebijakan yang efektif baik dari sisi moneter, fiskal, maupun
struktural (www.bi.go.id).
Arab Saudi yang menjadi Presidensi G20 pada tahun 2020 mengusung tema
“Realizing The Opportunity of The 21st Century”. Hal ini dilatarbelakangi
perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga mengubah tatanan
perekonomian global menuju ekonomi dan keuangan digital. Namun, partisipasi
masyarakat dalam perekonomian khususnya kelompok muda, perempuan dan
UMKM dipandang belum optimal, sehingga membutuhkan upaya untuk membuka
akses kepada mereka dalam kegiatan perekonomian melalui pemanfaatan teknologi.
Selain itu, agenda Presidensi G20 adalah pengembangan pasar modal domestik dan
penguatan pengaturan dan pengawasan sektor keuangan.
Di sektor keuangan, penguatan sistem keuangan melalui implementasi agenda
reformasi sektor keuangan dan pemanfaatan teknologi menjadi fokus para Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20. Rencana Financial
Stability Board (FSB), Committee on Payments and Market Infrastructure dan

7
Standard Setting Bodies (SSBs) dalam menyusun peta jalan (roadmap) penguatan
sistem pembayaran lintas negara disambut baik oleh G20. Gubernur Bank Indonesia
menyampaikan dukungan Indonesia atas agenda Presidensi G20 Arab Saudi
khususnya cross borde payments dan transisi LIBOR (London Interbank Offered
Rate)

D. Cara penanggulangan COVID 19

Penanganan virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 harus beradu cepat dengan
waktu. Ahli kesehatan masyarakat Nadia Nurul mengungkapkan, peningkatan kasus
hari ke hari menunjukkan penyebaran virus penyebab Covid-19 tak bisa dianggap
enteng.

Apalagi temuan kasus di Indonesia tergolong rendah dikaitkan dengan populasi yang
menduduki peringkat keempat dunia--267 juta jiwa. Ia menduga, sistem deteksi yang
kini diterapkan belum mencerminkan keseluruhan kasus. Itu sebab selain pembatasan
sosial dan isolasi mandiri, Nurul menyarankan pemerintah menghimpun data lengkap
melalui massive screening. Seluruh langkah harus disertai protokol teknis dan analisa
kesiapan sistem kesehatan yang detail.

Yang juga tak boleh luput, transparansi data agar masing-masing daerah sigap
menyusun dan menentukan kebijakan.

"Kita berpacu dengan waktu, kalau kita [Indonesia] terlalu lambat untuk
memberlakukan kebijakan pembatasan dini, maka sistem layanan kesehatan pasti
akan dipenuhi kasus-kasus covid. Dan nantinya, akan menjadi beban bersama yang
harus dihadapi, dan angka kematian pun tak dapat dihindari akan meningkat drastis,"
kata dokter dokter peraih beasiswa Fullbright tingkat master di Harvard School of
Public Health.

Soal buramnya informasi Covid-19 di Indonesia ini juga dikeluhkan Wakil Ketua


Umum Ikatan DOkter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi. Karena itu, sekali lagi ia
meminta pemerintah pusat untuk membagi data dan melibatkan para ahli. Praktik
serupa kata dia diterapkan pelbagai negara dunia dalam penanggulangan pandemi
corona.

8
SARS-CoV-2 merupakan virus corona jenis baru. Jadi menurut Adib, karakter
Covid-19 di Indonesia boleh jadi berbeda dibandingkan negara lain.

9
10
"Data ini perlu bagi kami di masyarakat ilmiah untuk memberikan support kepada
pemerintah, bagaimana melakukan kajian untuk mengurangi kasus," tutur Adib
kepada Melalui sambungan telepon. Adib menjelaskan, data yang dimaksud
bukanlah identitas pasien melainkan usia, penyakit bawaan, atau informasi lain untuk
kajian medis. "Yang selama ini kesannya hanya menyampaikan data kematian saja.
Tolong ini dibuka, okelah tidak perlu dipublished tapi paling tidak melibatkan tenaga
profesi. ... Ini tolong kami semakin diintensifkan untuk terlibat untuk sama-sama
melakukan kajian sesuai dengan kompetensi kami di masyarakat ilmiah dan
akademisi ini," pinta dia.

Cepatnya penyebaran virus yang menjangkiti lebih 150 negara harus jadi alarm.
Kondisi ini mestinya menuntun pemerintah bergegas mengambil kebijakan berbekal
basis data dan analisis yang rigid.

Basis Data dan Fasilitas Pemeriksaan


Mari mengurai satu per satu yang masih perlu dilakukan. Pertama soal basis data
kasus Covid-19 di Indonesia. Hingga kini temuan kasus masih tergolong rendah.
Bahkan diperkirakan, ada kasus yang belum terlaporkan karena sistem deteksi dini
yang terbatas.

"Ya jujur harus kami katakan, sistem deteksi dini kita masih lemah, Sehingga perlu
ada percepatan akselerasi untuk cepat melakukan deteksi dini, cepat melakukan
lokalisir, dan cepat membuat peta sebaran supaya kita mengatasi dengan segera,"
kata Adib yang juga Ketua Pengurus Pusat Persatuan Dokter Emergency Indoensia
(PP PDEI).

Karena semakin lambat kasus ditemukan, akan ada waktu untuk virus kian luas
menyebar.

Metode penemuan sebanyak-banyaknya kasus ini juga dilakukan Korea Selatan.


Hasilnya, laju sebaran kasus pun bisa dihambat dan angka kematian mampu ditekan.
Langkah ini, menurut Nurul yang kini menjadi peneliti dan konsultan di Center for
Indonesia Strategic Development Initiatives, harus diiringi protokol yang signifikan.

11
"Karena saat ini protokolnya [untuk skrining] masih, suspek atau orang dalam
pemantauan itu harus punya riwayat bepergian ke luar negeri. Sedangkan mungkin
dia bepergiannya ke Jakarta--di mana kasusnya sudah banyak dan sudah
terjadi community transmission--jadinya sudah tidak relevan protokolnya dan bisa-
bisa kasus itu tidak tersaring dan menyebar lagi ke masyarakat sehingga
menyebabkan infeksi lebih luas," jelas Nurul.

Kedua yang perlu dibereskan, soal fasilitas pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
di atas maka pemerintah harus memastikan kesiapan lab pemeriksaan. Saat ini ada 12
laboratorium pemeriksaan yang diaktifkan--bertambah dari yang semula hanya di
Balitbangkes Kemenkes.

Agar lebih masif, Nurul pun menyarankan pemerintah mengaktifkan 44 laboratorium


guna memperluas jejaring pemeriksaan Covid-19. Tapi lagi-lagi, langkah ini
membutuhkan 'daya' yang besar. Pemerintah perlu mengecek mulai dari peralatan
hingga ketrampilan tenaga kesehatan.

Fasilitas dan Tenaga Kesehatan


Selanjutnya, dari segi kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan. Pemerintah diminta tak
hanya mengumumkan jumlah rumah sakit melainkan juga detail kelengkapannya.

Harus dihitung daya tampung untuk pasien Covid-19, ruang isolasi, ICU, hingga
fasilitas khusus--misalnya ventilator.

"Sudah disebutkan ada 132 rumah sakit. Tapi itu harus sampai detail, dari 132 rumah
sakit, ada berapa bed yang siap menerima kasus covid. Karena sangat berbeda ketika
kita menyebut 132 rumah sakit, tapi bed yang bisa menerima kasus covid itu
terbatas," tutur Nurul.

Keempat, soal kecakapan tenaga kesehatan baik di pusat maupun daerah. Sebab mau
tak mau, untuk menanggulangi penumpukan pasien, pemberdayaan puskesmas dan

12
isolasi mandiri untuk kasus dengan gejala ringan akan jadi pilihan. Karena rumah
sakit hanya diperuntukkan bagi pasien dengan gejala berat atau kondisi parah.

Jika begitu, isolasi mandiri pun perlu pengawasan dan pemantauan rutin tenaga
kesehatan. Itu sebab Nurul mengingatkan, perlu protokol dan sosialisasi menyeluruh. 

"Kasus dengan gejala ringan itu sudah ada guideline-nya dari WHO, bisa dirawat di
rumah. Ada juga kasus dengan gejala berat tapi rumah sakit benar-benar penuh, itu
sudah ada protokol juga dari WHO bagaimana menangani. Itu yang harus
disebarluaskan dan dilatih ke tenaga kesehatan di daerah supaya mereka juga tidak
panik dan kebingungan," jelas dia.

Selanjutnya, yang juga ditekankan adalah jaminan alat pelindung diri (APD) untuk
tenaga kesehatan. Alur birokrasi di tengah kondisi ini, menurut Nurul, yang kadang
jusru membuat rumah sakit ataupun tenaga kesehatan merasa tak siap.

"Dan tidak tahu apa yang dilakukan. Beberapa juga ada yang mengeluh, alat
pelindung dirinya pun belum disiapkan dengan cukup. Ini adalah hal-hal yang perlu
menjadi perhatian besar pemerintah pusat dan daerah, jangan sampai birokrasi
memperlambat upaya untuk menyiapkan tenaga kesehatan," tutur dia.

Senada disampaikan Adib Khumaidi. Karena itu penting bagi pemerintah untuk
merincisegala detail.

"Kalau semua rumah sakit, kalau dibilang siap, ya siap ... Yang harus dilakukan,
identifikasi pemetaan kebutuhan riil dan estimasi outbreak. Karena ini nanti juga
berdampak ke kebutuhan SDM. Sekarang teman-teman kami di lapangan, di rumah
sakit rujukan, sudah mulai membutuhkan tenaga tambahan," ungkap Adib.

"Dan mengantisipasi juga, dengan menyiapkan salah satu tempat untuk dijadikan
rumah sakit yang khusus untuk perawatan covid dengan fasilitas yang memang untuk
covid," sambung dia.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Koronavirus atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus


corona, atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili
Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok
virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk
manusia). Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang
umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARS,
MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul
cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit
saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum
ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus
pada manusia.

Virus Corona ini berdampak pada investasi karena masyarakat akan lebih berhati-hati
saat membeli barang maupun berinvestasi. Virus Corona juga memengaruhi proyeksi
pasar. Investor bisa menunda investasi karena ketidakjelasan supply chain atau akibat
asumsi pasarnya berubah. Di bidang investasi, China merupakan salah satu negara
yang menanamkan modal ke Indonesia. Pada 2019, realisasi investasi langsung dari
China menenpati urutan ke dua setelah Singapura. Terdapat investasi di Sulawesi
berkisar US $5 miliar yang masih dalam proses tetapi tertunda karena pegawai dari
China yang terhambat datang ke Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai