Unhas Breast
Unhas Breast
ADLIAH PURNAWATY
P1507212101
TESIS
ADLIAH PURNAWATY
Kepada
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti
atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya
orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yang menyatakan
Adliah Purnawaty
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
segala berkat dan limpahan karunia kepada penulis mulai dari awal
timbulnya ide pemikiran, pelaksanaan sampai penyelesaian karya akhir
ini. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah berperan dalam penyusunan tesis ini, sebagai
syarat dalam program pendidikan Magister di Program studi Biomedik Ilmu
Kedokteran Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin.
Terima kasih saya ucapkan kepada para Guru Besar dan seluruh
staf pengajar Departemen Ilmu Bedah atas segala bimbingan dan
arahannya selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis
bedah dan Combine Degree. Semoga ilmu yang saya dapatkan selama
pendidikan ini dapat saya amalkan dan manfaatkan sebaik-baiknya untuk
kepentingan masyarakat luas.
Adliah Purnawaty
v
ABSTRAK
Metode : Studi cross sectional dengan memeriksa kanker payudara pasien yang
mendapatkan kemoterapi di wahidin sudirohusodo Makassar sejak dari januari
2015 sampai desember 2016
Hasil : Selama periode tersebut, kemoterapi neoadjuvant telah diberikan pada 119
pasien kanker payudara. Dalam analisis bivarian didapatkan derajat yang berarti
dihubungkan dengan respon kemoterapi, diperoleh nilai p = 0.002 (p<0.005).
Respon klinik kemoterapi neoadjuvant berdasarkan subtipe yaitu Luminal A
55.2%, Luminal B 61.2%, Her2 80%, tripel negative 87.5%. Hubungan antara
subtipe dan respon kemoterapi juga berarti dengan nilai p = 0.056
ABSTRACT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK. ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian............................................................................................4
viii
I. Kanker Payudara.................................................................................................5
1. Insiden................................................................................................................5
2. Faktor resiko....................................................................................................5
3. Diagnosis...........................................................................................................5
1. Kemoterapi....................................................................................................12
2. Indikasi Kemoterapi...................................................................................12
6. Kemoresistensi ………………………………………………… 14
III. Doxorubicin.......................................................................................................15
I. Kesimpulan ……………………………………………………………. 46
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................48
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
DAFTAR TABEL
No Halaman
No Halaman
2. 54
3.
4. Curriculum Vitae 55
65
xiii
DAFTAR SINGKATAN
OS Overall Survival
ER Estrogen Receptors
PR Progesteron Receptors
Tumor
CI Confidence Interval
BAB I
PENDAHULUAN
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari berbagai konsep dan fakta yang dinyatakan dalam latar
belakang sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah
terdapat hubungan antara Subtipe Intrinsik dengan respons kemoterapi neoadjuvan
regimen berbasis anthrasiklin pada pasien Kanker Payudara stadium lanjut lokal?
3. TUJUAN PENELITIAN
3
3.2. TUJUAN KHUSUS :
4. MANFAAT PENELITIAN
Dari segi akademik, penelitian ini dapat menambah referensi mengenai profil
subtipe intrinsik pada kanker payudara.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Insiden
Penyebab terjadinya KPD belum diketahui secara pasti. Ada berbagai faktor yang
diduga dan beberapa diantaranya sudah dibuktikan ada kaitan dengan kejadiaan KPD
diantaranya adalah jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, kelainan genetik, ras, hormon,
radiasi, kegemukan dan faktor diet. (Cardoso F. et al, 2009).
2.1.3. Diagnosis
5
yang padat pada perempuan muda, dalam kasus kanker payudara familial yang terkait
dengan mutasi BRCA, dicurigai terdapat beberapa fokus tumor, khususnya pada kasus
kanker payudara tipe lobular. (S. Aebi, 2011)
Histopatologis KPD dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang berasal dari
duktus dan lobulus dan berdasarkan sifatnya, yaitu bersifat insitu dan invasif. gambaran
histopatologis KPD yang paling sering ditemukan adalah invasif duktal karsinoma,
sedangkan Invasif lobular karsinoma menempati tempat kedua terbanyak ( 5 – 10 % dari
seluruh KPD ). Selain itu juga ada type histopatologis yang lain : karsinoma tubular,
karsinoma mucinosum, dll. (Hayes D.F. et al, 2006) Untuk KPD dipakai klasifikasi
histologik berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumors :
1. Non Invasive carsinoma
a. Non invasive ductal carsinoma
b. Lobular carsinoma in situ
2. Invasive carsinoma
a. Invasive ductal carsinoma
- Papillobular carsinoma
- Solid-tubular carsinoma
- Scirrhous carsinoma
b. Special types
- Mucinous carsinoma
- Medullary carsinoma
- Apocrine carsinoma
- Tubular carsinoma
- Secretory carsinoma
- Others
c. Paget’s disease.
Kanker payudara adalah penyakit klinis heterogen. Tumor dengan histologis yang
sama mungkin memiliki prognosis yang berbeda dan mungkin memiliki respons terapi
yang berbeda. Perbedaan perilaku klinis ini karena perbedaan molekul tumor dengan
histologis yang sama. Teknologi DNA microarray dapat mengungkapkan perbedaan
molekul tersebut. Klasifikasi molekul kanker payudara berdasarkan profil ekspresi gen
baru-baru ini diusulkan (Goldhirsch, 2011). Para peneliti mengidentifikasi satu set gen
'intrinsik gen set' yang menyumbang banyak perbedaan molekuler kanker payudara dan
melakukan analisis cluster hirarkis untuk mengidentifikasi subkelompok kanker dengan
profil ekspresi gen terpisah. Berdasarkan konsensus St. Gallen 2011, pembagian subtype
kanker payudara dapat dilihat pada tabel 1. (Goldhirsch, 2011)
7
(bukan tipe meduler atau adenoid cystic)
Tumor primer
8
Tis Insitu
T1 Diameter ≤ 2 cm
T1 mic Diameter ≤ 0,1 cm
T1a Diameter ≤ 0,1 – 0,5 cm
T1b Diameter ≤ 0,5 – 1 cm
T1c Diameter ≤ 1 – 2 cm
T2 Diameter tumor terbesar anatara 2-5 cm
T3 Diameter tumor terbesar >5cm
T4 Tumor dengan perluasan langsung ke dinding dada atau kulit
T4a Dinding dada
T4b Udem/ulserasi kulit atau nodul satelit kulit
T4c Keduanya 4a dan 4b
T4d Karcinoma inflamatori
Status Limfonidi
Untuk membuat rencana terapi yang tepat, diperlukan penetapan stadium klinis.
Berdasarkan klasifikasi TNM, stadium kanker payudara adalah seperti pada Tabel III.
Stage T N M
0 Tis N0 M0
IA T1 N0 M0
IB T0 N1mi M0 T1 N1mi M0
IIA T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0 T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0 T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0 T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0 T4 N1 M0 T4 N2 M0
IIIC Any T N3 M0
IV Any T Any N M1
9
Stadium klinis kanker payudara ini dapat ditemukan setelah dilakukan
pemeriksaan fisik untuk melihat ukuran tumor dan status limfonodi regional dan
pemeriksaan radiologi untuk melihat kemungkinan matastase jauh. Kepentingan
penentuan stadium klinis ini adalah untuk merencanakan terapi dan meramalkan
prognosis (V Wendy et al, 2006)
2.1.7.1 Pembedahan
2.1.7.2. Sistemik
Selama ini kanker payudara diperlakukan seolah-olah semua kanker payudara
adalah penyakit yang sama. Dengan berkembangnya teknik immunohistokimia dan
biologi molekuler, kanker payudara dapat dibagi menjadi lima subtipe yang berbeda
berdasarkan biologi tumor. Hal ini mengubah tatacara dalam penanganan kanker
payudara. (Balasubramanian, P. et al, 2009)
10
Kemoterapi pada kanker payudara stadium dini menurunkan risiko kekambuhan
bagi semua wanita yang diobati, tapi manfaat dalam kelangsungan hidup hanya pada
wanita usia muda. Saat ini, terapi adjuvan diberikan kepada semua individu dengan
kanker payudara. Beberapa pengobatan ditargetkan untuk kanker payudara subtipe
tertentu. Inhibitor aromatase ditargetkan pada kanker payudara ERpositive, monoklonal
antibodi Trastuzumab ditargetkan pada kanker payudara HER2 positive.
(Balasubramanian, P. et al, 2009)
2.1.7.3. Radiasi
Saat ini terapi radiasi digabungkan dengan operasi konservasi payudara sudah
menjadi standar penanganan kanker payudara stadium dini. Terapi tersebut terbukti dapat
menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. (Balasubramanian, P. et al, 2009)
Faktor prognostik adalah karakteristik pasien atau tumor yang dapat digunakan
untuk menilai prognosis awal, membantu dalam menilai manfaat suatu pengobatan.
Faktor prediktif adalah karakteristik pasien atau tumor yang dapat digunakan untuk
memprediksi respons tumor terhadap pengobatan yang diberikan. Kedua aspek tersebut
harus dijadikan pertimbangan ketika mengevaluasi pasien yang baru didiagnosis kanker
payudara untuk merumuskan pengobatan yang terbaik. (V Wendy et al, 2006)
Beberapa karakteristik tumor memiliki makna prognostik yang penting dan perlu
dipertimbangkan ketika merancang sebuah strategi pengobatan yang optimal untuk
masing-masing pasien. Faktor usia, ukuran tumor, status kelenjar getah bening aksila
merupakan prediktor penting dari kekambuhan penyakit dan kelangsungan hidup.
Sebanyak 70%-80% pasien dengan status node-negatif bertahan 10 tahun, prognosis
memburuk dengan meningkatnya jumlah kelenjar getah bening yang positif. (V Wendy et
al, 2006)
Tipe histologis, reseptor estrogen (ER) dan status reseptor progesteron (PR) juga
merupakan faktor prediktif keberhasilan pengobatan. Pasien dengan reseptor hormonal
positif lebih rendah angka kekambuhanya dan kelangsungan hidupnya lebih lama
dibandingkan dengan tumor reseptor hormonal negatif. HER2 - neu (C-erb B2), gen
supresor tumor p53 dan bcl-2 saat ini sedang diteliti manfaatnya sebagai faktor prediktif
dan prognostik pengobatan kanker payudara. (V Wendy et al, 2006)
11
2. KEMOTERAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA
2.1 KEMOTERAPI
Pemahaman mendalam tentang biologi tumor dan subtipe tumor telah memberikan
kemajuan dalam pengobatan kanker, selain pengobatan konvensional seperti operasi,
radiasi dan kemoterapi, berkembang pula targeting terapi. Walaupun telah ada kemajuan
dalam terapi kanker, kemoterapi masih tetap merupakan komponen penting dari
pengobatan kanker. (Buzdar A.U. et al, 2007)
Untuk mengatasi masalah ini, efek dari pengobatan sebenarnya dapat dievaluasi
berdasarkan temuan respons patologis pada kemoterapi neoadjuvan. Respons kemoterapi,
yaitu apakah atau tidak pasien telah memperoleh pCR , telah disahkan sebagai pengganti
penanda kelangsungan hidup jangka panjang, meskipun signifikansi pCR mungkin
berbeda-beda di antara subtipe kanker payudara luminal dan lainnya. (Knoop A.S. et al,
2011)
Penilaian perubahan massa tumor sangat penting dalam evaluasi klinis dari terapi
kanker. Penyusutan ukuran tumor (respons obyektif) dan waktu untuk pengembangan
perkembangan penyakit adalah target penting dalam uji klinis kanker. (Sparano JA et al,
2009, Smerage JB et al, 2006)
Respons kemoterapi tertentu pada pasien tertentu dapat dinilai secara in vivo
dengan mengukur parameter biologis atau dengan mengikuti perjalanan klinis pasien, kita
masih jauh dari mampu untuk memprediksi respons individu terhadap rejimen yang
diberikan, atau memprediksi satu obat antineoplastik tertentu yang akan menjadi paling
efektif dari sejumlah zat lainnya. Dilema ini telah dicoba dipecahkan dengan pemanfaatan
ekspresi gen microarray, di mana tanda ekspresi gen spesifik dapat diusulkan untuk
memprediksi respons kemoterapi. (Litviakov NV et al 2013, Ross JS et al, 2009)
2.6 KEMORESISTENSI
14
3. DOXORUBICIN
15
Namun sekarang tidak sedikit dijumpai penderita karsinoma duktal invasif payudara
dengan ekspresi ER, PR, dan HER-2/neu yang negatif (triple negative tumors). Untuk
penderita dengan triple negative tumors ini perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk
menemukan petanda prognosis dan target terapi baru. HER-2/neu dan estrogen receptors
(ER) telah banyak diketahui mempunyai kapasitas proliferasi sel. (Von Minckwitz et al,
2009)
ER mungkin merupakan faktor prediktif yang paling utama yang diperiksa pada
karsinoma payudara. Sekitar duapertiga wanita penderita karsinoma payudara berumur
<50 tahun mempunyai ekspresi ER positif, sementara sekitar 80% tumor pada wanita
berusia >50 tahun adalah ER positif. Hal ini mempunyai implikasi terapeutik yang
signifikan. Secara umum konsentrasi ER lebih rendah pada wanita premenopause
daripada post menopause. Fisher et al. menyatakan bahwa adanya ER berhubungan secara
signifikan dengan derajat inti yang tinggi dan derajat histopatologi yang rendah, tidak
adanya nekrosis, dan usia pasien yang lebih tua. (Carey et al, 2005)
16
kanker payudara. Tumor payudara yang ER+ dan / atau PR+ mempunyai resiko
mortalitas lebih rendah daripada ER- dan / atau PR- (Fehm T et al 2006)
Paparan terhadap estrogen adalah faktor resiko untuk kanker payudara. Hormon
ini menimbulkan efeknya melalui reseptor estrogen, yang merupakan protein inti, terdiri
dari 2 subtipe, ERα dan ERβ. Keduanya merupaan faktor transkripsi yang memperantarai
kerja estrogen. Keduanya mengikat estradiol pada lokasi yang sama, namun berbeda
afinitas dan respons yang dihasilkannya. ERα ditemukan lebih dulu, dan kemudian
diubah namanya dari ER menjadi ERα saat ditemukan subtipe yang kedua. ERα positif
pada hampir 70% kanker payudara, namun nilai prediktifnya tidak ideal karena sekitar
sepertiga kanker payudara yang metastase dengan ER+ tidak merespons terapi hormonal.
Erβ lebih sedikit dikenal, dan sebagian besar data klinis yang tersedia mengacu pada Erα.
Kedua bentuk reseptor estrogen ini dikode oleh gen yang berbeda, yaitu ESR1 dan ESR2
pada kromosom 6 dan 14 (6q25 dan 14q). Kedua reseptor ini diekspresikan secara luas
pada berbagai jaringan, yang berbeda, dengan pola ekspresi yang berbeda pula. ERα
ditemukan pada endometrium, sel-sel kanker payudara, sel stroma ovarium, dan di
hipothalamus. Erβ ditemukan pada ginjal, otak, tulang, jantung, mukosa usus, prostat, dan
sel-sel endotel. ER dalam fase unligand merupakan reseptor sitoplasma, namun penelitian
menunjukkan adanya fraksi ER yang bergeser ke dalam inti. ERα berhubungan dengan
tumor yang mempunyai derajat diferensiasi lebih baik, sementara keterlibatan Erβ masih
diperdebatkan. (Fehm T, et al 2006)
ER berikatan dengan hormon estradiol dan pada obat anti kanker Tamoxifen
(3ERT). Keduanya berikatan pada ujung yang berbeda, yang menimbulkan aktivitas yang
berbeda pula (agonis dan antagonis). Konsep dari modulator selektif terhadap ER dibuat
berdasarkan kemampuan untuk memicu interaksi ER dengan protein-protein yang
berbeda apakah protein tersebut berfungsi sebagai ko-aktivator atau ko-represor. Rasio
dari ko-aktivator dan ko-represor ini bervariasi pada masing-masing jaringan. Dan
akibatnya ligand yang bersifat agonis (pada organ-organ dimana ko-aktivator dominan)
pada beberapa jaringan mungkin bersifat antagonis pada jaringan yang lain (pada organ-
organ dimana ko-represor dominan). Contohnya Tamoxifen, yang bersifat antagonis di
payudara dan digunakan untuk terapi kanker payudara, pada tulang bahan ini bersifat
agonis (sehingga bisa mencegah osteoporosis), dan agonis parsial pada endometrium
(meningkatkan resiko kanker kandungan). (Fehm T, et al 2006)
17
Apabila tidak ada hormon estrogen, ER sebagian besar terletak pada sitosol.
Ikatan pada reseptor memicu perpindahan reseptor dari sitosol ke inti, kemudian
berikatan dengan DNA. Kompleks yang terbentuk kemudian meregulasi sintesa protein
yang akan menimbulkan perubahan fungsi sel. Sebagian ER terletak pada permukaan
membran sel dengan perlekatan pada caveolin-1 dan membentuk kompleks dengan
protein G, striatin, reseptor tyrosin kinase (misal : EGFR dan IGF-1) dan non reseptor
tyrosin kinase (misal : Src). Melalui striatin ER meningkatkan kadar Ca2+ dan NO.
Melalui reseptor tyrosin kinase, beberapa signal dikirimkan ke inti melalui jalur mitogen
activated protein kinase (MAPK/ERK) dan jalur phosphoinositide 3-kinase (PI2K/AKT).
(Rania V et al, 2011)
Selain pada kanker payudara, estrogen dan ER juga tampak berperan dalam
kanker ovarium, kanker usus besar, kanker prostat, dan kanker endometrium. Kanker usus
besar tahap lanjut dihubungkan dengan hilangnya ekspresi Erβ, ER yang dominan di
jaringan usus besar, dan kanker usus besar di terapi dengan agonis spesifik Erβ.
(Rottenberg S et al, 2012)
Progesterone Receptors (PR) adalah gen yang diregulasi oleh estrogen, karena itu
ekspresinya mengindikasikan adanya jalur ER yang sedang aktif. Penilaian ekspresi PR
dapat membantu memprediksi respons terhadap terapi hormonal secara lebih akurat.
Sejalan dengan hal ini ada beberapa fakta yang menyatakan bahwa tumor-tumor dengan
18
ekspresi PR yang positif mempunyai respons lebih bagus terhadap tamoxifen, baik pada
penderita dengan metastase dan sebagai terapi adjuvant. Sekitar 55-65% kanker payudara
adalah PR+. Tumor-tumor PR+ menunjukkan prognosis lebih bagus daripada PR-. Dari
penelitian-penelitian yang sudah ada telah dinyatakan bahwa PR+ sangat sedikit
didapatkan pada tumor dengan ER-, sehingga PR yang positif kuat pada kasus dengan ER
yang tampaknya negatif bisa merupakan indikator adanya ER negatif palsu. PR mungkin
dapat terdeteksi pada kasus-kasus dengan ER negatif. Hal ini antara lain dapat disebabkan
karena pulasan ER yang negatif palsu, level ER yang sangat rendah, atau varian ER yang
terdapat dalam jaringan tersebut tidak dikenali oleh antibodi yang digunakan. Nilai
prediktif dari PR positif pada penderita dengan ER negatif masih merupakan kontroversi,
beberapa laporan mengatakan PR positif pada kasus ER negatif didapatkan pada
kelompok penderita yang lebih responsif terhadap terapi hormonal, namun temuan ini
tidak universal. (Hayes D.F. et al, 2006)
8. PERAN Ki-67
Ki-67 adalah protein inti non – histon yang pertama kali diidentifikasi oleh
Gerdes pada awal tahun 1980-an di Universitas Kiel, Jerman. Protein Ki-67 pada manusia
dikode oleh gen MKi67. Lokasi kromosom dari gen MKi67 pada manusia adalah pada
kromosom 10q26.2. (Von Minckwitz et al 2009, Sledge Jr GW, 2006 dan Glidkov AV et
al 2010)
Ki-67 adalah merupakan protein inti yang terekspresi pada sel yang sedang
mengalami proliferasi dengan tingkat ekspresi yang berubah sepanjang siklus sel Ki-67
terekspresi pada semua fase siklus sel kecuali G0 dan pada puncak fase M, sehingga
sangat tepat digunakan sebagai biomarker proliferasi tumor. Waktu paruh dari antigen Ki-
67 adalah 1-1,5 jam. Fungsi yang pasti dari Ki-67 masih sulit dipahami, diduga terlibat
dalam Sintesis RNA ribosom. Monoclonal Antibodi dengan penerapan pada jaringan
akhirnya dikembangkan dengan nama MIB - 1 untuk Ki-67 dan gen MKi-67. (Von
Minckwitz et al 2009, Sledge Jr GW, 2006 dan Glidkov AV et al 2010)
Ki-67 adalah penanda proliferasi yang ditemukan dalam semua fase siklus sel.
Ki-67 diekspresikan dibawah 3% pada jaringan payudara sehat. Indeks proliferasi Ki-67
memiliki manfaat prognostik dan prediktif pada kanker payudara (Von Minckwitz et al
2009, Sledge Jr GW, 2006 dan Glidkov AV et al 2010)
20
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tingkat ekspresi Ki-67 yang tinggi
dikaitkan dengan prognosis yang kurang baik, namun nilai prognostik dan prediktif dari
tingkat ekspresi Ki-67 belum jelas pada kanker payudara. Konsensus St Gallen 2013 telah
merekomendasikan menggunakan penanda proliferasi Ki-67, dalam menentukan strategi
pengobatan yang optimal untuk kanker payudara stadium dini. (Von Minckwitz et al
2009, Sledge Jr GW, 2006 dan Glidkov AV et al 2010)
Dalam biologi tumor, proliferasi telah diakui sebagai ciri yang berbeda dari
kanker dan bertindak sebagai penentu penting prognosis kanker. Peningkatan proliferasi
sel tumor disertai dengan renovasi matriks dan neo-angiogenesis, bersama-sama
membentuk dasar fenotip untuk tumor agresif. Karena tumor yang menunjukkan
peningkatan proliferasi cenderung lebih agresif secara klinis, tingkat proliferasi sering
dimasukkan ke dalam sistem penilaian histologis. Metode yang paling sederhana dan
paling banyak yang digunakan adalah jumlah mitosis . (Von Minckwitz et al 2009, Sledge
Jr GW, 2006 dan Glidkov AV et al 2010).
9. Pemeriksaan Imunohistokimia
Interpretasi status ekspresi ER, PR, HER-2 dan Ki-67 ditafsirkan menurut
American Society of Clinical Oncology. Pedoman Patolog untuk ER/PR pada kanker
payudara adalah bila >1% dari inti sel yang terwarnai diklasifikasikan sebagai ER atau
PR positif. Pemeriksaan Her-2 positif apabila pewarnaan ditentukan oleh pewarnaan pada
21
membran sel yang intens pada >10% dari sel-sel tumor. Sedangkan untuk pemeriksaan
Ki-67 positif apabila pewarnaan pada sitoplasma intens pada >14% dari sel-sel tumor.
(Hammond et al., 2010, Wolff et al., 2013)
22
BAB III
1. Kanker Payudara merupakan kanker yang paling sering didiagnosis dan menjadi
penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada wanita di seluruh dunia. (Jemal et
al., 2011)
2. Kanker payudara adalah penyakit klinis yang heterogen. Tumor dengan histologis
yang sama mungkin memiliki prognosis yang berbeda dan mungkin memiliki
respons terapi yang berbeda. (Jemal et al., 2011)
3. ER mengalami over-ekspresi pada sekitar 70% kanker payudara yang kemudian
disebut ER positif. Tumor payudara yang ER+ dan / atau PR+ mempunyai resiko
mortalitas lebih rendah daripada ER- dan / atau PR- (Carey et al 2005, Fehm T et al
2006 dan Rania V et al 2011)
4. Progesterone Receptors (PR) adalah gen yang diregulasi oleh estrogen, karena itu
ekspresinya mengindikasikan adanya jalur ER yang sedang aktif. Penilaian ekspresi
PR dapat membantu memprediksi respons terhadap terapi hormonal secara lebih
akurat. Sekitar 55-65% kanker payudara adalah PR+. Tumor-tumor PR+
menunjukkan prognosis lebih bagus daripada PR-. Dari penelitian-penelitian yang
sudah ada telah dinyatakan bahwa PR+ sangat sedikit didapatkan pada tumor dengan
ER-, sehingga PR yang positif kuat pada kasus dengan ER yang tampaknya negatif
bisa merupakan indikator adanya ER negatif palsu. (Hayes D.F. et al, 2006)
5. Ki-67 adalah penanda proliferasi yang ditemukan dalam semua fase siklus sel.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tingkat ekspresi Ki-67 yang tinggi dikaitkan
dengan prognosis yang kurang baik, namun nilai prognostik dan prediktif dari
tingkat ekspresi Ki-67 belum jelas pada kanker payudara. (Piegra JV et all 2004,
Nakagawa T et al 2007, Raina V. et al 2011) Konsensus St Gallen 2013
merekomendasikan menggunakan penanda proliferasi, seperti Ki-67, dalam
menentukan strategi pengobatan yang optimal untuk kanker payudara stadium dini.
(Von Minckwitz et al 2009, Sledge Jr GW, 2006 dan Glidkov AV et al 2010)
23
3.2 BAGAN KERANGKA TEORI
24
3.3 BAGAN KERANGKA KONSEP
3.4 HIPOTESIS
Ada hubungan antara Subtipe Intrinsik dengan respons kemoterapi neoadjuvan berbasis
antrasiklin pada pasien kanker payudara stadium lanjut lokal.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
ER, PR, HER2, dan Ki-67 pada wanita dengan kanker payudara stadium lanjut
lokal.
Sulawesi Selatan.
2. Pemeriksaan Ekspresi ER, PR, Her-2 dan Ki-67 jaringan kanker payudara
Hasanuddin, Makassar.
3. Waktu penelitian ini direncanakan dilakukan mulai Desember tahun 2015 sampai
Desember 2016.
1. Subjek Penelitian
payudara stadium lanjut lokal (III-B) yang dirawat di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
26
2. Jumlah Sampel
{ (Zα+Zβ)2}
N= -------------------------------- x 3
0,5 ln [( 1 + r ) / ( 1 – r )]2
{ ( 2,92 )2}
N = -------------------------------- x 3
0,5 ln [( 1,04 ) / ( 0,6 )]2
8,5264
N = -------------------------------- x 3
0,5 ln [ 1.73333]2
8,5264
N = -------------------------------- x 3
0,5 ln 3.0044
8,5264
N = -------------------------------- x 3
0,5 x 1,1001
8,5264
N = -------------------------------- x 3
0,5501
N = 15.499 x 3 = 46.499
N= 47
4.4 KRITERIA
27
3. Bersedia menjalani Kemoterapi neoadjuvant dengan regimen berbasis
antrasiklin.
1. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan epitelial kelenjar
2. Sampel jaringan adalah jaringan yang diambil dari operasi/biopsi pada penderita
4. Kemoterapi adalah obat sitostatik berbasis antrasiklin yang diberikan pada pasien
siklus.
5. Kanker payudara stadium lanjut lokal adalah : kanker payudara yang berada
28
7. Respons klinis adalah pengecilan massa tumor yang diasumsikan sebagai
representasi dari sensitivitas seluruh sel tumor terhadap kemoterapi secara klinis,
Clinical complete response : (cCR) : Tidak ada bukti klinis tumor pada
Clinical stable disease (SD): Ukuran tumor tetap atau tidak bertambah dan
Progressive Disease.
29
4.6.2 Respons Kemoterapi
Respons kemoterapi digolongkan menjadi 2 bagian, menurut
RECIST (Respons Evaluation Criteria Insolid Tumor). 8,9,10
1. Responsif, bisa dikatakan responsif jika hanya Complete Respons atau
Partial Respons.
a. Complete Respons (CR)
Tidak ada bukti klinis tumor pada payudara dan kelenjar getah
bening aksila.
b. Partial Respons (PR)
Pengurangan massa tumor terbesar >30% dari ukuran tumor sebelum
di kemoterapi neoadjuvant.
2. Non-Responsif, apabila hanya Stable disease atau Progresif Disease yang
ditemukan
a. Stable Disease (SD)
Ukuran tumor tetap atau tidak bertambah dan tidak ditemukan
tumor yang baru.
b. Progressive Disease (PD)
Pengurangan massa tumor < 20% dari ukuran tumor sebelum
di kemoterapi neoadjuvant atau munculnya nodul baru
dianggap sebagai penyakit progressif.
a. Jaringan yang diambil pada saat biopsi difiksasi dengan buffer formalin 10%.
c. Sediaan kemudian dicuci dengan H20 sebanyak 2 kali selama 5 menit dan
diinkubasi dengan larutan PBS selama 5 menit.
31
f. Setelah endogenous peroksidasenya diblok, sediaan diinkubasi dengan
blocking solution selama 30 menit untuk memblok avidin yang terdapat pada
jaringan.
h. Sediaan dicuci lagi sebanyak 3 kali dengan dH2O sebelum diinkubasi dengan
secondary antibody dan streptavidin selama masing-masing 30 menit.
j. Setelah itu diwarnai lagi dengan hematoksilin untuk memperjelas inti sel
selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir selama 5 menit. Sediaan
didehidrasi dengan menggunakan alkohol yang konsentrasinya dinaikkan
secara bertahap dari 70%, 80%, 90% sampai 100% selama masing-masing 2
menit. Setelah itu sediaan dicelupkan ke dalam xylane selama 5 menit.
atau persentase kelompok sel yang terwarna dan intensitas pewarnaan. Persentase
didapatkan dari hasil penjumlahan sel yang positif pada seluruh lapangan pandang
sediaan tumor yang diperiksa dengan memakai mikroskop cahaya. Saat ini belum
terdapat sistem scoring yang baku, namun berdasarkan berbagai referensi, sistem scoring
yang lazim digunakan adalah sebagai berikut: Negatif (skor 0) bila sel positif <5% ;
Positif 1 (skor 1) bila sel positif berjumlah 5-25% ; positif 2 (skor 2) bila sel positif 26 –
32
4.7 A ALUR PENELITIAN
Data dalam penelitian ini terdiri dari 4 kelompok berpasangan yaitu kelompok
Luminal A, Luminal B, Her2 dan Triple Negatif dalam jaringan sebelum pemberian
33
4.9 ASPEK ETIS
34
BAB V
Selama jangka waktu penelitian mulai bulan Desember 2015 sampai bulan
Desember 2016 diperoleh data penderita kanker payudara yang dilakukan
kemoterapi neoadjuvan di divisi Bedah Onkologi Rumah Sakit dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar dan yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak
119 orang, terdiri dari yang responsif terhadap kemoterapi neoadjuvan sebanyak
80 (67,2 %) dan yang nonresponsif sejumlah 39 (32,8 %).
Pada penelitian ini didapatkan 119 sampel penderita kanker payudara, usia
termuda 29 tahun dan tertua 75 tahun, usia < 50 tahun 74 (62.2%). Untuk grading
histopatologis didapatkan tipe Low Grade 10 kasus (8,4%), Moderate Grade 76
kasus (63,9%) dan High Grade 33 (27,7%). Dari pemeriksaan panel
immunohistokimia didapatkan ER+ 74 (62,2%), PR+ 60 (50,4%), Her2+ 59
(49,6%), Ki-67+ 57(47.9%). Dari hasil pemeriksaan panel immunohistokimia
tersebut didapatkan subtipe luminal A 29 (24,4%), subtipe Luminal B 49 (41,2%),
Her2 25 (21%) dan Triple Negatif 16 (13,4%). Respons kemoterapi, yang
responsif terhadap kemoterapi neoadjuvan sejumlah 80 (67,2%). Karakteristik
sampel penderita kanker payudara dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
35
Tabel 1. Karakteristik sampel penderita Kanker Payudara yang menjalani
kemoterapi neoadjuvan
Karakteristik Jumlah (%)
USIA
≤ 50 74 (62,2%)
> 50 45 (37,8%)
GRADE
Low Grade 10 (8,4%)
Moderate Grade 76 (63,9%)
High Grade 33 (27,7%)
STADIUM
I 0 (0%)
II 0 (0%)
III A 11 (9,3%)
III B 108 (90,7%)
IV 0 (0%)
HISTOPATOLOGI
IDC 109 (91,5%)
ILC 7 (5,8%)
Adenoca musinosum 1 (0,8%)
Adenoca papiler 1 (0,8%)
Adenoca meduler 1 (0,8%)
IMMUNOHISTOKIMIA
ER 74 (62,2%)
PR 60 (50,4%)
HER2 59 (49,6%)
Ki-67 57 (47,9%)
SUBTYPE
Luminal A 29 (24,4%)
Luminal B 49 (41,2%)
Her2 25 (21%)
Triple Negatif 16 (13,4%)
REGIMEN ( NEO & ADJUVAN)
CAF/CEF 89 (74,7%)
TAC 22 (18,4%)
TA/TE 9 (7,5%)
RESPONS KEMOTERAPI
Responsif 80 (67,2%)
Nonresponsif 39 (32,8%)
36
5.1.3. Hubungan Usia dan respons kemoterapi neoadjuvan pada kanker
payudara.
Respons Kemoterapi
USIA Total
Responsif Nonresponsif
2
chi-square X = 0.496 df = 1 p = 0,481 (p >0,05)
74 (62,2 %) dan usia > 50 tahun 45 (37,8%). Tetapi ternyata secara statistik tidak
ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,481 (p>0,05).
Nilai crude odds ratio (COR) = 0,750 dengan interval kepercayaan atau 95%
confidence interval (95% CI) = (0,336-1,673). Ini berarti faktor usia bukan
anthrasiklin.
37
5.1.4. Hubungan Grading dan respons kemoterapi neoadjuvan pada kanker
payudara.
Respons Kemoterapi
Grading Total
Responsif Nonresponsif
2
chi-square X = 10,619 df = 1 p = 0,001 (p >0,05)
pasien dengan low grade 10 (8,4%), Moderate grade 76 (63,9%) dan high grade 33
berbasis anthrasiklin.
38
5.1.5. Profil Subtipe Intrinsik dan respons kemoterapi neoadjuvan pada
kanker payudara
Respons Kemoterapi
Subtipe Total
Responsif Nonresponsif
2
chi-square X = 7,014 df = 1 p = 0,008 (p >0,05)
39
Microphotographs menunjukkan pewarnaan pada nucleus pada tumor
dengan ER/PR positive dan Ki-67 positive, sedangkan pada Her2 positive
ER- ER+
PR- PR+
HER2- HER2+
Ki67- Ki67+
Gambar 1. Microphotographs immunostaining dari ER, PR, HER2 dan Ki67 negatif dan
40
5.2. PEMBAHASAN
5.2.1. Usia
Dari penelitian ini didapatkan usia yang bervariasi, termuda usia 29 tahun
dan tertua 75 tahun dengan median usia 46 tahun dan sebaran usia < 50 tahun
sebanyak 74 (62.2%).
Secara global, pasien kanker payudara usia < 50 tahun sebanyak 33%,
sedangkan di Asia-Pacific 42%, Asia Tenggara 47%, dan Australia 21 %. Data
SEER di Amerika, pasien kanker payudara paling banyak usia 55 – 64 tahun
median usia 61 tahun.
Dari berbagai literatur secara umum usia penderita kanker payudara di
Asia lebih muda dibandingkan dengan Eropa maupun Amerika. Perbedaan ini
mungkin akibat dari faktor lifestyle, pola makanan atau ada gen tertentu yang
berhubungan dengan ras sehingga terjadi perbedaan usia penderita kanker
payudara tersebut.
5.2.2. Grading
Pada penelitian ini didapatkan; low grade 8,4%, moderate grade 63,9 %,
dan high grade 27,7%. Dari analisis chi square didapatkan nilai p = 0,001
(p>0,05), Ini berarti grading merupakan faktor prediktif terhadap respons
kemoterapi neoadjuvan berbasis anthrasiklin.
41
subkelompok dalam luminal dan pasien triple negatif yang memiliki manfaat dari
NACT (Houber et al, 2010).
5.2.3. Subtipe
42
pada kanker payudara adalah penanda penting untuk pemilihan obat kemoterapi
(Ronde et al, 2010).
penderita yang rawat inap sehingga populasi sampel tidak terlalu mencerminkan
populasi kota Makassar secara umum, 2) pada penelitian ini tidak ditemukan pCR
(pathological complete respons), hal ini yang bisa menjadi alasan sehingga hasil
44
sebelumnya. Sedangkan kekuatan penelitian ini adalah : 1) Menggunakan data
pasien yang tercatat dengan rapi sehingga penelitian dapat dilanjutkan untuk
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. KESIMPULAN
payudara.
payudara.
kanker payudara.
6. 2. SARAN-SARAN
46
2. Perlu melanjutkan penelitian ini dengan tujuan akhir Disease Free Survival
(DFS) dan Overall Survival (OS) dari berbagai subtipe intrinsik pada
kanker payudara.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
V Wendy Setiawan, H.S.F., Brian E. Henderson 2006. Epidemiologi and
Risks factors; an update. In: GIANNI BONADONNA, G.N.H.,
PINUCCIA VALAGUSSA (ed.) textbook of Breast Cancer, a clinical
guide to therapy. Third ed. London and new york: Taylor & Francis.
Jemal, A., Bray, F., Center, M. M., Ferlay, J., Ward, E. & Forman, D.
2011. Global cancer statistics. CA: a cancer journal for clinicians,
61, 69-90.
Kaufmann, M., Hortobagyi, G. N., Goldhirsch, A., Scholl, S., Makris, A.,
Valagussa, P., Blohmer, J.-U., Eiermann, W., Jackesz, R. & Jonat,
W. 2006. Recommendations from an international expert panel on
the use of neoadjuvant (primary) systemic treatment of operable
breast cancer: an update. Journal of Clinical Oncology, 24, 1940-
1949.
Knoop, A. S., Knudsen, H., Balslev, E., Rasmussen, B. B., Overgaard, J.,
Nielsen, K. V., Schonau, A., Gunnarsdóttir, K., Olsen, K. E. &
Mouridsen, H. 2005. Retrospective analysis of topoisomerase IIa
amplifications and deletions as predictive markers in primary breast
cancer patients randomly assigned to cyclophosphamide,
methotrexate, and fluorouracil or cyclophosphamide, epirubicin,
and fluorouracil: Danish Breast Cancer Cooperative Group. Journal
of Clinical Oncology, 23, 7483-7490.
Lee, A., Lim, W., Moon, B.-I., Paik, N.-S., Koh, S.-H. & Song, J.-Y. 2011.
Chemotherapy response assay test and prognosis for breast
cancer patients who have undergone anthracycline-and taxane-
based chemotherapy. Journal of breast cancer, 14, 283-288.
Litviakov, N. V., Cherdyntseva, N. V., Tsyganov, M. M., Denisov, E. V.,
Garbukov, E. Y., Merzliakova, M. K., Volkomorov, V. V., Vtorushin,
S. V., Zavyalova, M. V. & Slonimskaya, E. M. 2013. Changing the
expression vector of multidrug resistance genes is related to
neoadjuvant chemotherapy response. Cancer chemotherapy and
pharmacology, 71, 153-163.
Press, M. F., Sauter, G., Buyse, M., Bernstein, L., Guzman, R., Santiago,
A., Villalobos, I. E., Eiermann, W., Pienkowski, T. & Martin, M.
2011. Alteration of topoisomerase II–alpha gene in human breast
cancer: association with responsiveness to anthracycline-based
chemotherapy. Journal of Clinical Oncology, 29, 859-867.
49
Rhodes, A. & Yip, C. 2011. Comparison of breast cancer in Indonesia
and Malaysia–a clinico-pathological study between Dharmais
Cancer Centre Jakarta and University Malaya Medical Centre,
Kuala Lumpur. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 12,
2943-2946.
Sparano, J. A., Goldstein, L. J., Childs, B. H., Shak, S., Brassard, D.,
Badve, S., Baehner, F. L., Bugarini, R., Rowley, S. & Perez, E.
2009. Relationship between topoisomerase 2A RNA
expression and recurrence after adjuvant chemotherapy for
breast cancer. Clinical Cancer Research, 15, 7693-7700.
Wahidin, M., Noviani, R., Hermawan, S., Andriani, V., Ardian, A. &
Djarir, H. 2012. Population-based cancer registration in
Indonesia. Asian Pac J Cancer Prev, 13, 1709-10.
Wilson, T., Longley, D. & Johnston, P. 2006. Chemoresistance in solid
tumours. Annals of oncology, 17, x315-x324.
Rottenberg S, Jonkers J. MEK inhibition as a strategy for targeting
residual breast cancer cells with low DUSP4 expression. Breast
cancer research 2012, 14:324.
Pagani, O., Senkus, E., Wood, W., Colleoni, M., Cufer, T., Kyriakides, S.,
et al. 2010. International Guidelines for Management of Metastatic
Breast Cancer: Can Metastatic Breast Cancer Be Cured? J Natl
Cancer Inst 102:456–463.
Ross, J.S. and Slodkowska, E.A. 2009. Circulating and Disseminated
Tumor Cells in the Management of Breast Cancer. Am J Clin Pathol
132:237-245.
Sledge, Jr G.W. 2006. Circulating Tumor Cells in Breast Cancer: BloodWill
Tell. Clin Cancer Res 12:6321-6322.
Smerage, J.B. and Hayes, D.F. 2006 The measurement and therapeutic
implications of circulating tumour cells in breast cancer. British
Journal of Cancer 94: 8–12.
Hayes, .D.F., Cristofanilli, M., Budd, G.T., Ellis, M.J., Stopeck, A., Miller,
M.C., et al. 2006. Circulating Tumor Cells at Each Follow-up Time
Point during Therapy ofMetastatic Breast Cancer Patients Predict
Progression-Free and Overall Survival. Clin Cancer Res12:4218-
4224
50
Nakagawa, T., Martinez, S.R., Goto, Y., Koyanagi, K., Kitago, M., Shingai,
T., Elashoff, D.A., Ye, X., Singer, F.R., Giuliano, A.E., and Hoon,
D.S.B. 2007. Detectionof CirculatingTumor Cells in Early-Stage
Breast Cancer Metastasis toAxillary Lymph Nodes. Clin Cancer Res
13:4105-4110.
Mano, M.S., and Awada, A. 2004. Primary chemotherapy for breast
cancer: the evidence and the future. Annals of Oncology 15: 1161–
1171.
Buzdar, A.U. 2007. Preoperative Chemotherapy Treatment of
Breast Cancer—A Review. Cancer ;110:2394–407.
ABRIAL, C., VAN PRAAGH, I., DELVA, R., LEDUC, B., FLEURY, J.,
GAMELIN, E., et al. 2005. Pathological and Clinical Response of a
Primary Chemotherapy Regimen Combining Vinorelbine,
Epirubicin, and Paclitaxel as Neoadjuvant Treatment in Patients
with Operable Breast Cancer. The Oncologist ;10:242–249.
Faneyte, I.F., Schrama, J.G., Peterse, J.L., Remijnse, P.L., Rodenhuis,
S. and van de Vijver, M.J. 2003. Breast cancer response to
neoadjuvant chemotherapy: predictive markers and relation
with outcome. British Journal of Cancer ; 88, 406 – 412
Carey, L.A., Metzger, R., Dees, E.C., Collichio, F., Sartor, C.I., Ollila,
D.W., et al. 2005. American Joint Committee on Cancer Tumor –
Node – Metastasis Stage After Neoadjuvant Chemotherapy and
Breast Cancer Outcome. J Natl Cancer Inst ; 97:1137–42.
Raina, V., Kunjahari, M., Shukla, N.K., Deo, S.V.S., Sharma,
A., Mohanti, B.K., Sharma, D.N. 2011. Outcome of combined
modality treatment including neoadjuvant chemotherapy of 128
cases of locally advanced breast cancer: Data from a tertiary
cancer center in northern India. Indian Journal of Cancer ; 48 : 80-
85.
Von Minckwitz, G., Sinn, H-P., Raab, G., Loibl, S., Blohmer, J-U.,
Eidtmann, H. 2009. Clinical response after two cycles compared to
HER2, Ki-67, p53, and bcl-2 in independently predicting a
pathological complete response after preoperative chemotherapy
in patients with operable carcinoma of the breast. Breast Cancer
Research ; 10:R30.
Fehm, T., Becker, S., Becker-Pergola, G., Karl Sotlar, K., Gebauer,
G., Dürr-Störzer, S., et al. 2006. Presence of apoptotic and
51
nonapoptotic disseminated tumor cells reflects the response
to neoadjuvant systemic therapy in breast cancer. Breast
Cancer Research ; 8:R60 (doi:10.1186/bcr1611)
Balasubramanian, P., Yang, L., Lang, J.C., Jatana, K.R., Schuller, D.,
Agrawal, A., Zborowski, M., and Chalmers, J.J. 2009. Confocal
images of circulating tumor cells obtained using a methodology and
technology that removes normal cells. Mol Pharm 6(5): 1402–1408.
Pierga, J-Y., Bonneton, C., Vincent-Salomon, A., de Cremoux, P., Nos,
C., Blin, N., Pouillart, P., Thiery, J-P., and Magdelenat, H. 2004.
Clinical Significance of Immunocytochemical Detection of Tumor
Cells Using Digital Microscopy in Peripheral Blood and Bone
Marrow of Breast Cancer Patients. Clin Cancer Res 10:1392-1400.
Riethdor, S., Fritsche, H., Muller, V., Rau, T., Schindlbeck, C., Rack, B., et
al. 2007. Detection of Circulating Tumor Cells in Peripheral Blood of
Patients with Metastatic Breast Cancer: A Validation Study of the
Cell Search System. Clin Cancer Res 13:920-928.
*****
52
hIiIX SIU NVIUIIJNII (I IONiId NVC I3 OIONXiII,Ifl NV}I I99N II
I
NI(IONNVSVH SVIISUIIAINN
NVUAIXOOiIX SVI'INXVC
NI((NNVSVH SVIISUIIAINN NIdSU
UVSSV}IVW O(IOSNHOUIONS NI(IHVAA'J(I dOSU
NVIVHIISIIX NVIU'IIINIId XIIfl iIIIhIOX
: ]BrJelar>laS npedral unrJoleJoqel 8unpa3 t I.relue
Sd''I I IU JN S :I) hI CU S A Nd IAVX NVV) S VAU NV'IVhIVT I' NX O SV)IVhI U VS
I 6 ZO . 9h
urB'l uaun{oo
UM
IHC KI67 RESPONS KEMOTERAPI
UR SUB
N NAM NO PREPA GRA
EKS TYP T. T. KETER
O A CM RAT DING HER
THN ER PR PRE E AW AK % ANGA
2
SI AL HIR N
overe
4520 moder posi positi negat RESPON
1 AG 1766 50 xpres B 12 6 50
91 ate tif f ive S
i
overe
6189 moder nega negat Positi RESPON
2 RN 3134 68 xpres HER2 7 3 57
17 ate tive ive f S
i
overe TIDAK
6701 moder posi positi negat
3 HW 4682 55 xpres B 23 18 21 RESPON
80 ate tif f ive
i S
TIDAK
6951 moder posi positi negat
5 BD 3803 50 low A 15 12 20 RESPON
09 ate tif f ive
S
TIDAK
6124 moder nega negat Positi
9 NT 5126 37 low HER2 9 12 33 RESPON
72 ate tive ive f
S
TIDAK
6753 moder posi positi negat
13 HL 193 40 high B 18 15 16 RESPON
8 ate tif f if
S
TIDAK
6057 moder posi positi negat
15 RS 226 40 low A 15 12 20 RESPON
84 ate tif f if
S
TIDAK
3943 moder posi positi negat
16 EH 415 33 low A 20 16 20 RESPON
63 ate tif f if
S
TIDAK
6136 moder nega negat Positi
17 SH 5032 39 high HER2 14 11 22 RESPON
78 ate tive ive f
S
TIDAK
6508 moder posi positi negat
21 SS 1052 45 high B 15 12 20 RESPON
20 ate tif f if
S
TIDAK
6740 moder posi negat negat mode
23 MI 1023 55 A 12 10 17 RESPON
tif if if rate
87 ate
S
TIDAK
posi positi negat
6855 moder
24 BA 1263 61 high B 18 15 16 RESPON
tif f if
87 ate
S
TIDAK
6511 nega negat Positi
26 RI 1353 34 high low HER2 13 10 23 RESPON
27 tif if f
S
TIDAK
6563 posi negat Positi
30 RT 1635 46 high high B 16 12 19 RESPON
74 tif if f
S
TIDAK
6001 posi negat Positi
34 KR 1866 53 high high B 12 10 17 RESPON
16 tif if f
S
TIDAK
6558 nega negat Positi
35 ES 1881 59 high high HER2 18 14 22 RESPON
69 tif if f
S
TIDAK
6433 moder posi positi negat borde
38 HL 704 37 A 9 7 23 RESPON
70 ate tif f if rline
S
TIDAK
6366 moder nega negat Positi borde
39 KT 1748 36 HER2 17 15 12 RESPON
65 ate tif if f rline
S
TIDAK
5985 moder posi positi
41 SR 1475 41 2 high B 10 8 20 RESPON
22 ate tif f
S
TIDAK
6888 nega negat negat
42 MF 1970 58 low low HER2 13 10 23 RESPON
49 tif if if
S
TIDAK
6575 posi positi negat
46 CT 2465 42 low high B 18 15 16 RESPON
59 tif f if
S
TIDAK
6124 moder posi positi negat
49 NR 2868 43 low A 11 9 18 RESPON
72 ate tif f if
S
TIDAK
6930 posi negat Positi
51 HD 3380 75 high high B 19 16 15 RESPON
83 tif if f
S
TIDAK
6635 moder nega negat Positi
54 BE 568 47 high B 15 12 20 RESPON
19 ate tif if f
S
overe
6660 nega negat Positi RESPON
62 AH 490 37 low xpres HER2 Tx Tx 48
85 tive ive f S
i
overe
6721 nega negat negat RESPON
63 AK 1358 51 low xpres 3N 17 8 49
54 tive ive ive S
i
TIDAK
6424 nega negat Positi
64 AN 985 42 high low HER2 15 12 20 RESPON
33 tif if f
S
TIDAK
6685 nega negat negat 11.
67 AS 674 56 low high 3N 9 8 RESPON
07 tif if if 1
S
TIDAK
6635 moder posi positi negat
68 BA 1530 46 high A 15 12 20 RESPON
19 ate tif f if
S
TIDAK
6185 nega negat negat
73 HAR 1167 37 high low 3N 15 12 20 RESPON
23 tif if if
S
TIDAK
6762 posi positi negat
77 IND 1755 49 high low B 13 10 23 RESPON
87 tif f if
S
TIDAK
6563 moder posi positi negat 18.
80 KAR 380 37 low B 16 13 RESPON
66 ate tif f if 75
S
3+N #V TIDAK
6001 moder posi positi negat
81 KOR 456 48 low B 18 ODU AL RESPON
16 ate tif f if
L UE! S
TIDAK
posi positi negat 22.
5940 moder
86 MIN 4590 34 low B 9 7 RESPON
tif f if 22
95 ate
S
9+N #V TIDAK
6110 moder posi positi negat
88 MUR 1428 41 low A 13 ODU AL RESPON
11 ate tif f if
L UE! S
- TIDAK
6124 moder nega negat Positi borde
91 NAR 220 41 HER2 9 12 33. RESPON
72 ate tif if f rline
33 S
TIDAK
6254 moder posi positi negat
95 NRL 2896 34 low B 10 8.5 15 RESPON
81 ate tif f if
S
TIDAK
6481 moder posi positi Positi 16.
99 PAT 3301 51 high B 12 10 RESPON
63 ate tif f f 66
S
TIDAK
10 6890
RUH 341 58 moder posi positi Positi
high B 10 8 20 RESPON
7 98
ate tif f f
S
10 6770
SAB 255 37 moder posi positi negat 35. RESPON
8 09 low A 14 9
ate tif f if 71 S
10 6581
SAE 6755 38 moder posi positi negat RESPON
9 49 low A 10 4 60
ate tif f if S
NOD
11 6013 TIDAK
SAR 478 41 moder nega negat Positi borde UL
0 13 HER2 11 RESPON
ate tif if f rline BAR
S
U
11 6215
SH 636 62 moder nega negat negat RESPON
1 87 low 3N 12 5 50
ate tif if if S
11 6452
SR 556 49
moder nega negat negat 46. RESPON
2 90 low 3N 15 8
ate tif if if 66 S
11 6669
SAH 987 52
moder posi positi negat 55. RESPON
3 82
low A 9 4
ate tif f if 55 S
11 6153
SIT 4598 39
4 03 moder posi positi negat RESPON
low A 4 2 50
11 6498 ate tif f if S
SUH 562 47
5 66 posi positi negat 45. RESPON
high low A 11 6
11 6508 tif f if 45 S
SUS 7865 51
6 20 moder nega negat negat 42. RESPON
low 3N 7 4
11 6577 ate tif if if 85 S
TEM 878 35
7 10 posi positi Positi 66. RESPON
high high B 6 2
11 6456 tif f f 66 S
MR 675 32
8 65 moder posi positi negat 30. RESPON
low A 13 9
11 6491 ate tif f if 7 S
MJU 7890 39
9 69
moder nega negat negat 41. RESPON
high 3N 12 7
ate tif if if 6 S
LAMPIRAN 1
Statistics
UMUR GRADING ER PR HER2 Ki-67 SUBTYPE RESPONS
N Valid 119 119 119 119 119 119 119 119
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency
Table
UMUR
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
GRADING
Frequency Percent Valid Cumulative
Percen Percent
t
Vali LOW GRADE 10 8.4 8.4 8.4
d
MODERATE 76 63.9 63.9 72.3
GRADE
ER
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid POSITIF 74 62.2 62.2 62.2
PR
Frequency Percent Valid Cumulative
Percen Percent
t
HER2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percen Percent
t
Ki-67
Frequency Percent Valid Cumulative
Percen Percent
t
Valid POSITIF 57 47.9 47.9 47.9
SUBTYPE
Frequency Percent Valid Cumulative
Percen Percent
t
Valid LUMINAL A 29 24.4 24.4 24.4
RESPONS
Frequency Percent Valid Cumulative
Percen Percent
t
Valid RESPONSIF 80 67.2 67.2 67.2
Crosstab
RESPONS Total
RESPONS NONR
IF ESPO
NSIF
UMUR <= 50 Count 48 26 74
> 50 Count 32 13 45
Symmetric Measures
Value Asymp. Approx Approx. Sig.
Std. Errora . Tb
Risk Estimate
Lower Upper
GRADING * RESPONS
Crosstab
RESPONS Total
RESPONS NONR
IF ESPO
NSIF
GRADING LOW GRADE Count 2 8 10
Chi-Square Tests
Value df Asymp.
Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 13.313 2 0.001
Likelihood Ratio 12.967 2 0.002
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.28.
Symmetric Measures
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for GRADING
(LOW GRADE /
MODERATE GRADE)
SUBTYPE * RESPONS
Crosstab
RESPONS Total
RESPONS NONR
IF ESPO
NSIF
SUBTYPE LUMINAL A Count 16 13 29
LUMINAL B Count 30 19 49
HER2 Count 20 5 25
TRIPLE Count 14 2 16
NEGATIF % within SUBTYPE 87.5% 12.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp.
Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 7.550 3 0.056
Likelihood Ratio 8.143 3 0.043
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.24.
Symmetric Measures
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for SUBTYPE
(LUMINAL A / LUMINAL B)
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
no.38. makassar
B. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal:
Indonesia, Makassar.
Indonesia, Makassar.
Selatan.