Anda di halaman 1dari 4

Nama : Diva Chaerani

NIM : B011201001

Kelompok : 16

Pendapat Hukum ( Legal Opinion )

Ketenegakerjaan

“Analisis Ketidaksesuain Upah Tenaga Kerja dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan


dengan Omnibus Law Cipta kerja”

I. Posisi Kasus

Diresmikannya rancangan undang – undang cipta kerja omnibus law oleh presiden joko
widodo pada senin ( 2 oktober 2020 ) menimbulkan berbagai macam reaksi masyarakat khusus
nya para buruh atau tenaga kerja. Berbagai macam pro dan kontra menyambut keberlakuan
undang – undang cipta kerja omnibus law tersebut,dikarenakan ada banyak sekali perubahan
terkait dengan ketenegakerjaan yang dianggap dapat merugikan masyarakat yang berujung pada
ketidaksejahteraan masyarakat Indonesia sendiri.Salah satu yang sangat ramai di bahas hingga
hari ini yaitu terkait dengan “ Upah Tenaga Kerja”. Ada beberapa hal penting yang menjadi
sorotan masyarakat terkait dengan upah tenaga kerja ini yaitu : jenis upah dikurangi,komponen
hidup layak tidak dimasukkan dan masa kerja yang tidak dipertimbangkan. Hal – hal tersebut
telah ada dan diatur sebelumnya dalam undang – undang ketenagakerjaan namun ternyata setelah
diresmikannya undang – undang cipta kerja omnibus law ini hal – hal tersebut mengalami
banyak perubahan yang dianggap tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat sehingga
menimbulkan berbagai kontraversi yang berujung aksi demokrasi.

II. Dasar Hukum

Beberapa dasar yang dijadikan sebagai acuan dalam penentuan upah tenaga kerja yaitu :

1. Pasal 1 ayat 30 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Upah adalah hak
pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan kerja, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan
atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
2. Pasal 90 ayat 1 UU No. 13/ 2003). Apabila pengusaha memperjanjikan pembayaran upah
yang lebih rendah dari upah minimum, maka kesepakatan tersebut batal demi hukum
(Pasal 91 ayat 2 UU No. 13/2003)
3. Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah minimum
diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak.
4. Pasal 88 ayat (3) yang berbunyi. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi : upah minimum; upah kerja lembur;
upah tidak masuk kerja karena berhalangan; upah tidak masuk kerja karena melakukan
kegiatan lain di luar pekerjaannya; upah karena menjalankan hak waktu istirahat
kerjanya; bentuk dan cara pembayaran upah; denda dan potongan upah; hal-hal yang
dapat diperhitungkan dengan upah; struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
upah untuk pembayaran pesangon; dan upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
5. UU Ketenagakerjaan Pasal 88 ayat (4) ketentuan tentang penetapan upah minimum bagi
pekerja berbunyi sebagai berikut : Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan mem-
perhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
6. Pasal 88C ayat (1) dan ayat (2) dihitung dengan menggunakan formula perhitungan upah
minimum. (1) Formula perhitungan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat variabel pertumbuhan ekonomi atau inflasi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
formula perhitungan upah minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah.
7. UU Ketenagakerjaan Pasal 92 ketentuan tentang penyusunan struktur dan skala upah
bagi pekerja berbunyi sebagai berikut. Pengusaha menyusun struktur dan skala upah
dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan mem-perhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas. Ketentuan mengenai struktur dan skala upah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri.
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:
KEP.49/MEN/2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah
III. Argumen

Berlakunya undang – undang cipta kerja omnibus law tidak sedikit mendapat aksi
penolakan dari masyarakat khususnya para tenaga kerja,buruh dan karyawan.Beberapa
pengubahan isi pasal yang menyebabkan aksi protes yaitu diantaranya Ketentuan Pasal 88 ayat
(3) dalam UU Ketenagakerjaan diubah oleh UU Cipta Kerja sehingga berbunyi “Kebijakan
pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: upah minimum; struktur dan skala
upah; upah kerja lembur; upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena
alasan tertentu; bentuk dan cara pembayaran upah; hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan
upah; dan upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya,ketentuan
tentang penetapan upah minimum diatur dalam Pasal 88D dan Ketentuan dalam Pasal 92 diubah
hingga berbunyi Pengusaha wajib menyusun struktur dan skala upah di perusahaan dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Struktur dan skala upah digunakan
sebagai pedoman pengusaha dalam menetapkan upah. Sebenarnya ditetapkannya undang –
undang cipta kerja omnibus law ini bukan tanpa alasan,ada banyak sekali pertimbangan oleh
DPR dan Presiden, namun yang menjadi sorotan masyarakat undang – undang cipta kerja
omnibus law antara waktu perancangan dan penetapan diberlakukannya sangat singkat dan tidak
partisipatif.Masyarakat beranggapkan bahwa kata kunci pembuatan kebijakn publik itu sendiri
adalah partisipasi jadi kebijakan publik itu kehendak rakyat.Oleh karena itu ketika kebijakan
publik di respon dengan ketidakpuasan, maka kebijakan publik itu belum sepenuhnya jadi
kehendak rakyat.Dengan berbagai dampak negatif yang telah ramai di perbincangkan,
pemerintah kembali menjelaskan poin – poin positif yang dimaksudkan agar masyarakat tidak
lagi menolak undang – undang cipta kerja omnibus law ini, beberapa dampak positif nya antara
lain yaitu : RUU Cipta Kerja membuka lapangan pekerjaan baru terkait kemudahan investasi di
Indonesia demi mendukung pertumbuhan usaha dan bisnis. RUU diharapkan dapat memberikan
kemudahan untuk membuka usaha serta investasi yang implikasinya adalah dapat menyerap
lebih banyak tenaga kerja.Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja juga mengatur mengenai
ketenagakerjaan. RUU ini membahas mengenai aturan jam kerja, pesangon, upah, serta
mekanisme pekerja kontrak yang ditujukan untuk dapat meningkatkan kepastian dan kualitas
pekerja di Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan RUU tersebut dapat menjadi solusi masalah
pengangguran serta angkatan kerja baru yang belum mendapatkan kesempatan bekerja.
RUU Cipta Kerja juga memiliki tujuan positif lainnya untuk mempermudah peningkatan
investasi di Indonesia. Dalam hal ini, target investasinya bukan hanya dari Penanaman Modal
Asing (PMA) saja, tetapi juga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). RUU akan mengatur
ulang kebijakan-kebijakan yang sebelumnya dinilai menghambat masuknya investasi ke
Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang
semakin kuat sehingga dapat menjadi salah satu dari empat kekuatan ekonomi dunia pada 2030-
2035. Deregulasi peraturan dan kebijakan terdahulu diharapkan dapat menciptakan iklim
penanaman modal yang lebih mudah dan ramah.

IV. Kesimpulan

Ketidaksesuain upah tenaga kerja dalam undang – undang tenaga kerja dengan undang –
undang cipta kerja omnibus law menimbulkan pro kontra dalam masyarakat.Diresmikannya
rancangan undang – undang cipta kerja omnibus law yang dirancang dengan rentang waktu yang
cukup singkat dianggap tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.Beberapa yang menjadi masalah
utama terkait dengan upah tenaga kerja ini yaitu : jenis upah dikurangi,komponen hidup layak
tidak dimasukkan,dan masa kerja tidak dipertimbangkan. Banyaknya perubahan bunyi isi pasal
undang – undang ketenegakerjaan mengubah secara garis besar undang – undang ketengakerjaan
yang telah ada sebelumnya dan dianggap merugikan karyawan atau tenaga kerja.Meskipun telah
dilakukan banyak aksi protes dan penolakan namun undang – undang ini sudah diberlakukan,
dan pemerintah hanya meminta masyarakat untuk melakukan protes kepada Mahkamah
Konstitusi sebagai badan penguji undang undang

Anda mungkin juga menyukai