Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,

dewasa muda, dewasa, tua, dan lanjut usia. Begitu juga dalam rentang usia lanjut

yang berkaitan dengan tahapan rentang kehidupan yang terbagi dalam dua tahap

yaitu tahap usia lanjut dini dan usia lanjut (Hurlock, 2000).

Berdasarkan jumlah penduduk masyarakat Indonesia pada tahun 2000, jumlah

penduduk di Indonesia mencapai 203,46 juta orang dengan 101,81 juta penduduk

wanita (Kasdu, 2002). Dalam kurun waktu 1990 sampai 2025 diperkirakan jumlah

penduduk Indonesia sebagai pertumbuhan lansia yang tercepat di dunia. Pada

tahun 2000 data jumlah lansia di Indonesia mencapai 16 juta jiwa. Sedangkan

berdasarkan data sensus badan pusat statistik pada tahun 2000 menunjukkan

bahwa jumlah penduduk lansia sebanyak 15.054.877 jiwa dengan jumlah lansia

wanita 52,42% dan pria 47,58% (Statistika, 2010 ).

Di Sumatera Utara (2000), proporsi penduduk lansia mencapai 18,46 % dan di

kota Medan (2001), proporsi penduduk lansia mencapai 21,2%, kemudian

meningkat pada tahun 2004 mencapai 24,69 % (Zulsita, 2011).

Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Wanita yang

sudah memasuki usia 60 tahun sampai 70 tahun dikatakan wanita lanjut usia.

Periode usia lanjut berlangsung secara perlahan dan bertahap yang disertai dengan

proses penuaan (Hurlock, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang pasti dialami individu dan

proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi fisik, psikososial dan spiritual.

Perubahan dari segi biologis pada wanita lansia identik dengan gejala menopause,

antara lain ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara

tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.

Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening,

kelelahan dan berdebar-debar (Hurlock, 2000).

Menurut Watson (2003 ) dalam (Setiyoadi, 2012) terdapat perubahan yang

umum dialami lansia. Seperti perubahan sistem imun yang cenderung menurun,

perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan

elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja

jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan

kemampuan penglihatan dan pendengaran. Penurunan fungsi fisik tersebut

ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan

kegiatan yang tergolong berat.

Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa beberapa gejala psikologis yang menonjol

pada wanita lansia adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup,

kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang

kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka

merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa

kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang.

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan

perubahan fisik, lingkungan tempat tinggal dan hubungan sosial dengan

Universitas Sumatera Utara


masyarakat. Sebagian besar lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku

lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. (Setiyoadi,

2012).

Kreitler & Ben (2004) dalam (Nofitri 2009) kualitas hidup diartikan sebagai

persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan.

Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam

kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup dalam

kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi

perhatian individu.

Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya,

psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya WHOQOL Group, (1998) dalam

(Sekarwiri, 2008). Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan

dengan orang lain dan standar referensi (Nofitri, 2009).

Skevington, Lotfy dan O’ Connell (2004) dalam Sekarwiri (2008) pengukuran

kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup

secara menyeluruh (kualitas hidup dipandang sebagai evaluasi individu terhadap

dirinya secara menyeluruh atau hanya mengukur domain tertentu saja (kualitas

hidup diukur hanya melalui bagian tertentu saja dari diri seseorang. Alat ukur

Universitas Sumatera Utara


WHOQOL-BREF merupakan alat ukur yang valid (r = 0,89 -0,95) dan reliable

(R= 0,66-0,87) (Sekarwiri, 2008).Berdasarkan hasil penelitian Salim, Sudharma,

Kusumaratma dan Hidayat (2007) bahwa kuesioner WHOQOL-BREF merupakan

kuesioner yang valid dan reliable untuk kualitas hidup lansia dengan nilai (r = 0,5-

0,7) dan (R = 0,69-0,71).

Perubahan – perubahan yang terjadi pada wanita lansia baik fisik, psikologis,

sosial, dan lingkungan yang cenderung mengalami penurunan. Penurunan-

penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan baik fisik, psikologis,

lingkungan dan sosial yang akan berdampak pada kualitas hidup wanita lansia

(Setiyoadi, 2012).

Selain ditinjau dari perbedaan jumlah dan angka harapan hidupnya, lansia pria

dan wanita juga memiliki perbedaan pada tingkat kualitas hidupnya. Usia harapan

hidup serta jumlah wanita lansia yang lebih tinggi dari pria lansia. Namun,

Dragomirecka & Selepova (2002) dalam studinya mengungkapkan bahwa kualitas

hidup pria lansia lebih tinggi dari pada wanita lansia. Pada pria lansia dilaporkan

secara signifikan bahwa pria lansia memiliki kepuasan yang lebih tinggi dalam

beberapa aspek yaitu hubungan personal, dukungan keluarga, keadaan ekonomi,

pelayanan sosial, kondisi kehidupan dan kesehatan.

Wanita lansia memiliki nilai yang lebih tinggi dalam hal kesepian, ekonomi

yang rendah dan kekhawatiran terhadap masa depan. Perbedaan gender tersebut

ternyata memberikan andil yang nyata dalam kualitas hidup lansia. Perlu adanya

suatu upaya peningkatan kualitas hidup terhadap lansia, terutama wanita lansia

mengingat usia harapan hidup yang lebih tinggi serta jumlah wanita lansia yang

Universitas Sumatera Utara


lebih banyak. Meningkatnya jumlah lansia tentu tidak lepas dari proses penuaan

beserta masalahnya.

Berdasarkan data penduduk Kelurahan Pabatu proporsi jumlah seluruh wanita

yaitu sebesar 1150 orang, sedangkan proporsi jumlah wanita usia≥60 tahun

sebesar 112 orang.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah kualitas hidup

wanita yang sudah memasuki masa lansia di Kel. Pabatu Kec. Padang Hulu,

Tebing Tinggi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu “bagaimanakah tingkat kualitas hidup wanita yang sudah

memasuki masa lanjut usia” di Kel. Pabatu Kec. Padang Hulu, Tebing Tinggi.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum :

Untuk menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita yang sudah memasuki

masa lanjut usia di Kel. Pabatu Kec. Padang Hulu, Tebing Tinggi.

3.2 Tujuan Khusus :

1. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan usia

2.Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan

pendidikan

3. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan pekerjaan

4. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan status

pernikahan

Universitas Sumatera Utara


5. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan

penghasilan

6. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan hubungan

dengan orang lain.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa tentang kualitas

hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia. Selain itu penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan

keperawatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di

lapangan khususnya masalah kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa

lanjut usia.

4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan informasi tentang kualitas hidup wanita yang telah

memasuki masa lanjut usia, sehingga tenaga kesehatan lebih peka terhadap

kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia dan dapat

memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.

4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan

perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul

yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara


4.4 Bagi Wanita Lanjut Usia

Memberikan informasi tentang kualitas hidup wanita yang sudah

memasuki masa lanjut usia sehingga dapat diupayakan tindakan untuk

meningkatkan kualitas hidup dan dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam

menghadapi masa lanjut usia. Dengan demikian masa lanjut usia dapat dijalani

dengan lebih baik, sehingga dapat menjalani hari-harinya dengan kualitas hidup

yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai