22934-Article Text-69865-1-10-20180821 PDF
22934-Article Text-69865-1-10-20180821 PDF
1
Andalas University, Jalan Universitas Andalas, Limau Manis, Pauh Kota Padang, 25163, Indonesia;
*
Penulis korespondensi. e-mail: fasta.fk@gmail.com
(Diterima: 15 April 2018; Disetujui: 6 Juli 2018)
ABSTRACT
This study aims to analyze economic growth of production centers of leading agricultural
commodities food crops in West Sumatera Province. The data used in this study are secondary data
with descriptive analysis tool by comparing the economic growth: GDP, agricultural sector and
food crop subsector in West Sumatera Province before and after the establishment of production
centers for food commodities. The productivity level of leading agricultural commodities in each
region that has been determined tends to fluctuate and have not always increased. The rate of
economic growth reflected in GDP of the food crops actually decreased significantly from 2014 to
2016. This illustrates that the establishment of production center areas has not fully been able to
increase the productivity of production centers nor increase the economic growth of food crops
subsector, agricultural sector and the overall economic growth rate in West Sumatera Province.
Keywords: economic growth, leading agricultural commodities, production centers
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi kawasan sentra produksi
komoditas unggulan subsektor tanaman pangan di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan alat analisis deskriptif dengan membandingkan
pertumbuhan ekonomi baik PDRB, sektor pertanian maupun subsektor pangan di Provinsi
Sumatera Barat sebelum dan setelah ditetapkannya kawasan sentra produksi komoditas unggulan
pangan. Dilihat dari tingkat produktivitas, komoditas unggulan di tiap kawasan yang telah
ditentukan cendrung fluktuatif dan tidak selalu mengalami peningkatan. Begitu juga halnya dengan
laju pertumbuhan ekonomi yang tergambar dari laju PDRB subsektor tanaman pangan yang malah
mengalami penurunan secara signifikan dari tahun 2014 hingga 2016. Hal ini menggambarkan
bahwa penetapan kawasan sentra produksi belum sepenuhnya mampu meningkatkan produktivitas
kawasan sentra produksi maupun peningkatan laju pertumbuhan ekonomi subsektor tanaman
pangan, sektor pertanian dan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di Provinsi Sumatera
Barat.
Kata kunci: komoditi unggulan pertanian, kawasan sentra produksi, pertumbuhan ekonomi
171
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184
Tabel 1. Distribusi persentase produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha Provinsi Sumatera Barat (Persen), 2012 – 2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 25.02 24.68 24.99 24.77 24.06
Pertanian, peternakan, pemburuan dan jasa 20.36 19.98 20.10 19.66 18.98
pertanian
Pangan 7.33 7.20 7.48 7.30 6.68
Hortikultura 3.66 3.45 3.41 3.44 3.42
Perkebunan 7.03 7.01 6.98 6.68 6.69
Peternakan 1.78 1.78 1.72 1.72 1.66
Jasa Pertanian dan Pemburuan 0.56 0.55 0.52 0.52 0.52
Kehutanan dan Penebangan Kayu 1.44 1.41 1.41 1.55 1.53
Perikanan 3.23 3.28 3.48 3.56 3.56
Sumber: BPS Sumatera Barat Tahun 2016
Pendekatan kawasan bagi komoditas bagi komoditas pertanian diperlukan antara lain
pertanian merupakan suatu upaya untuk disebabkan:
mencapai produktivitas hasil pertanian yang 1. Komoditas harus dikembangkan pada lahan
lebih baik dengan memperhatikan karakteristik yang paling sesuai agar produktivitas lahan
wilayah yang ada. Djaenudin et al. (2002), yang diusahakan mencapai optimal,
menyatakan bahwa pendekatan perwilayahan sehingga mempunyai keunggulan
Namun, secara umum kebutuhan terlebih dahulu melihat tingkat efisiensi usaha
beberapa jenis tanaman pangan masih belum tani setelah ditetapkannya kawasan sentra
dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri produksi komoditas unggulan pangan yang
sehingga harus diimpor setiap tahunnya. Untuk dilihat melalui tingkat produktivitas lalu
itu perlunya pengembangan komoditas tanaman dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebelum
pangan yang tidak hanya sebagai upaya dan setelah ditetapkannya kawasan sentra.
peningkatan produksi dalam pemenuhan Tingkat produktivitas masing-masing
kebutuhan masyarakat tetapi juga sebagai komoditas unggulan pertanian yang dilihat
peningkatan kontribusi dalam perekonomian. yaitu padi, jagung dan ubi jalar dari tahun 2013
Adapun kerangka pemikiran dalam tulisan ini hingga tahun 2016. Tingkat produktivitas
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: masing-masing komoditas ini akan
menggambarkan tingkat efisiensi kegiatan
Efisiensi Pertumbuhan usaha tani di dalam kawasan sentra produksi
KSP Produksi/ Ekonomi pangan.
Produktivitas
Setelah tergambarnya tingkat efisiensi
lalu akan dibandingkan dengan pertumbuhan
Gambar 1. Kerangka pemikiran
ekonomi yang dilihat pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan kerangka penelitian di atas yang dilihat dari nilai PDRB baik subsektor
dapat dijelaskan bahwa penetapan KSP untuk pangan, sektor pertanian maupun PDRB
komoditas pertanian bertujuan untuk Provinsi Sumatera Barat sebelum dan setelah
mewujudkan dan meningkatkan efisiensi ditetapkannya kawasan sentra produksi
produksi dan produktivitas sehingga dengan komoditas unggulan pangan. Tahun yang dilihat
terwujudnya efisiensi diharapkan akan berimbas sebelum ditetapkannya kawasan sentra adalah
pada pertumbuhan ekonomi di dalam kawasan. selama 4 tahun dimulai dari tahun 2009 hingga
Pada dasarnya terdapat beberapa faktor tahun 2012 sesuai dengan telah ditetapkannya
lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kawasan sentra dari tahun 2013 hingga tahun
ekonomi suatu kawasan seperti perkembangan 2016. Dengan dilihatnya tingkat pertumbuhan
tenaga kerja, teknologi dan infrastruktur ekonomi sebelum dan setelah ditetapkannya
(Prasetyo dan Firdaus, 2009). Namun dalam kawasan sentra produksi ditujukan untuk
penelitian ini dibatasi pertumbuhan ekonomi melihat pengaruh apakah penetapan kawasan
yang disebabkan oleh peningkatan efisiensi memang mampu menciptakan efisiensi usaha
produksi/produktivitas kegiatan usaha tani di tani di dalam kawasan sentra tersebut dan
dalam kawasan sentra dikarenakan dengan berimbas kepada pertumbuhan ekonomi.
tercapainya efisiensi/produktivitas yang tinggi Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu
diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan
ekonomi di dalam kawasan tersebut. menggunakan formula sebagai berikut, yaitu
Untuk itu di dalam tulisan ini akan (Sukirno, 2011):
dibahas pertumbuhan produktivitas subsektor
Ytt−Ytt−1
tanaman pangan dan pertumbuhan ekonomi di gt = 𝑥 100
Ytt−1
dalam kawasan sentra sebelum dan setelah Keterangan:
ditetapkannya kawasan sentra untuk komoditas gt = tingkat pertumbuhan ekonomi pada
unggulan pangan di Provinsi Sumatera Barat. tahun t (%)
t
Y t = pendapatan nasional (PDRB) rill pada
METODOLOGI tahun t (Rp)
Ytt-1 = pendapatan nasional (PDRB) rill pada
Metode penelitian yang digunakan adalah tahun sebelumnya (Rp)
analisis deskriptif. Dalam penelitian ini
menggunakan dua tahap analisis dengan
Tabel 3. Produktivitas padi pada kawasan sentra produksi padi Provinsi Sumatera Barat (ton/ha)
Kabupaten 2013 2014 2015 2016
Pasaman 4.45 4.38 4.57 4.32
Pasaman Barat 4.42 4.75 4.92 5.01
Lima Puluh Kota 4.73 4.74 4.93 4.77
Agam 5.29 5.51 5.36 5.63
Tanah Datar 5.66 5.34 5.31 5.27
Padang Pariaman 5.08 5.09 5.05 5.18
Solok 5.43 5.33 5.08 5.35
Solok Selatan 4.18 4.12 4.87 4.71
Sijunjung 4.56 4.62 4.48 4.66
Dharmasraya 4.33 4.82 4.73 4.75
Pesisir Selatan 4.97 5.13 5.10 5.16
Rata-rata 4.83 4.89 4.95 4.98
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka
dasar harga konstan tahun 2010 yang Barat malah mengalami penurunan setiap
dinyatakan dalam satuan persen. tahunnya dari tahun 2013 hingga tahun 2016.
Adapun Laju Pertumbuhan Produk Begitu juga halnya dengan sektor pertanian dan
Domestik Regional Bruto atas dasar harga subsektor tanaman pangan yang cenderung
konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha masih berfluktuasi setelah ditetapkannya
untuk subsektor pangan dari tahun 2009 hingga kawasan sentra produksi pangan sejak tahun
tahun 2016 sebelum dan setelah ditetapkannya 2013. Pada tahun 2013 hingga tahun 2014
kawasan sentra produksi subsektor pangan memang terjadi peningkatan laju pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: subsektor tanaman pangan. Namun laju
pertumbuhan subsektor tanaman pangan
Tabel 6. Laju pertumbuhan PDRB, sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat signifikan
dan subsektor pangan Tahun 2009 hingga
2016
dari tahun 2014 hingga tahun 2016. Penurunan
Tahun Laju Sektor Subsektor laju bahkan menjadi -0.74%. Hal ini dapat
PDRB Pertanian Pangan (%) diartikan bahwa penetapan kawasan sentra
(%) (%) produksi belum mampu meningkatkan laju
2009 4.28 3.74 4.08
pertumbuhan ekonomi subsektor tanaman
2010 5.94 4.09 3.12
pangan secara keseluruhan.
2011 6.25 3.79 4.08
Pangan merupakan komoditas yang
2012 6.35 4.07 3.45
Rata- 5.71 3.89 3.68 memiliki kontribusi cukup besar terhadap
Rata sektor pertanian. Sehingga dengan terjadinya
2013 6.08 3.72 2.85 penurunan laju PDRB pangan akan berimbas
2014 5.88 5.86 6.34 pada laju pertumbuhan sektor pertanian. Sektor
2015 5.52 4.36 3.76 pertanian yang juga memiliki kontribusi yang
2016 5.26 1.96 -0.74 besar terhadap sektor perekonomian juga
Rata- 5.69 3.98 3.05 berimbas pada penurunan laju PDRB sektor
Rata perekonomian secara keseluruhan.
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka (data diolah) Berdasarkan perbandingan pertumbuhan
ekonomi kawasan sentra produksi tersebut
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
dapat dilihat bahwa tidak terjadinya
bahwa laju pertumbuhan PDRB secara
peningkatan perekonomian baik sebelum dan
keseluruhan memang mengalami peningkatan
setelah ditetapkannya kawasan namun malah
dari tahun 2009 hingga tahun 2012 dengan rata-
mengalami penurunan yang cukup signifikan
rata laju pertumbuhan sebesar 5.71%. Namun
dari tahun 2014 ke tahun 2016. Sehingga dapat
laju pertumbuhan PDRB untuk sektor pertanian
dikatakan bahwa penetapan kawasan sentra
dan subsektor tanaman pangan cenderung
untuk komoditas unggulan belum memiliki
berfluktuasi sebelum ditetapkannya kawasan
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
sentra produksi pangan. Nilai rata-rata laju
Provinsi Sumatera Barat yang tercermin dari
pertumbuhan dari tahun 2009 hingga tahun
laju pertumbuhan PDRB yang semakin
2012 untuk sektor pertanian dan subsektor
menurun sejak ditetapkannya kawasan sentra
tanaman pangan adalah 3.89% dan 3.68%.
produksi pangan dari tahun 2013 hingga tahun
Setelah ditetapkannya kawasan sentra
2016. Laju pertumbuhan PDRB bahkan lebih
produksi pangan, diharapkan mampu
rendah setelah ditetapkannya kawasan dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik
rata-rata 5.69% dibandingkan pertumbuhan
sektor subsektor tanaman pangan yang akan
sebelum ditetapkannya kawasan sentra dengan
berimbas kepada pertumbuhan ekonomi
rata-rata 5.71%.
Provinsi Sumatera Barat secara keseluruhan.
Namun berdasarkan Tabel 6 di atas dapat
dilihat bahwa laju PDRB Provinsi Sumatera
yang dapat berfungsi baik sebagai industri hulu dalam penentu pertumbuhan ekonomi.
(penyedia bahan baku) atau industri hilir Diperlukannya kerja sama berbagai pelaku
(pengguna hasil produk). Ini berarti bahwa usaha, sehingga untuk mewujudkan
tidak semua konsentrasi kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlunya
dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan kawasan sentra produksi yang menjadi pusat
bilamana di dalamnya tidak terdapat industri kegiatan produksi yang mampu untuk menarik
induk. Keberadaan industri induk sangat kegiatan ekonomi atau pelaku usaha yang lain.
penting artinya dalam menunjang Kawasan sentra produksi di Provinsi Sumatera
pengembangan sebuah pusat pertumbuhan Barat terkhusus komoditas unggulan pangan
karena keberadaannya dapat menjamin masih terfokus kepada kegiatan produksi usaha
tersedianya bahan baku dan pemasaran tani. Untuk itu efisiensi produksi/produktivitas
sehingga kegiatan produksi dari kegiatan menjadi salah satu indikator penting dalam
ekonomi yang ada dalam pusat tersebut akan mengukur keberhasilan kawasan sentra
dapat berkembang dengan baik. produksi.
Berdasarkan interpretasi spasial yang Berdasarkan pembahasan produktivitas
dikemukakan beberapa ahli terhadap konsep masing-masing komoditas unggulan pada
pusat pertumbuhan, dapat disimpulkan bahwa pembahasan sebelumnya masih terjadi fluktuasi
pusat pertumbuhan dapat mendorong spread tingkat produktivitas sejak ditetapkannya
effect atau trickling down effect dan backwash kawasan sentra tahun 2013. Hal ini dapat
effect atau polarization effect terhadap daerah di dikatakan bahwa kawasan sentra produksi
sekitarnya. Pengaruh tersebut dapat berupa belum sepenuhnya mampu mewujudkan
pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif efisiensi produksi/peningkatan produktivitas di
terhadap perkembangan daerah sekitarnya dalam kawasan sentra produksi.
disebut spread effect. Contohnya, seperti
terbukanya kesempatan kerja, banyaknya Kawasan Sentra Produksi Subsektor
investasi yang masuk, upah buruh semakin Tanaman Pangan dan Pertumbuhan
tinggi, dan penduduk dapat memasarkan bahan Ekonomi Kawasan
mentah. Sedangkan pengaruh negatif disebut Kawasan adalah ruang yang merupakan
backwash effect. Contohnya, adalah adanya kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
ketimpangan wilayah, kriminalitas dan padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
kerusakan lingkungan meningkat (Pratiwi & berdasarkan aspek fungsional serta memiliki
Kuncoro, 2016). ciri tertentu/spesifik/khusus (Adisasmita, 2010).
Kawasan sentra produksi sebagai pusat Sama halnya dengan kawasan sentra produksi
kegiatan produksi dan merupakan bagian dari (KSP) yang memiliki ciri tertentu dan spesifik.
konsep agropolitan diharapkan mampu untuk Penentuan kawasan sentra produksi di suatu
menarik kegiatan ekonomi di luar kawasan daerah diarahkan pada wilayah-wilayah
sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi. kabupaten/kecamatan yang memiliki potensi
Kawasan sentra yang menjadi pusat memiliki pengembangan agribisnis dalam arti luas seperti
keunggulan secara komparatif dibandingkan tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
kawasan lain sehingga mampu menghasilkan perikanan dan peternakan serta harus ditunjang
komoditas dengan biaya yang lebih efisien. dengan ketersediaan sarana dan prasarana di
Dengan harga jual yang lebih tinggi dan biaya wilayah itu termasuk pasar. Lingkup kawasan
yang lebih rendah sehingga kawasan sentra tidak dibatasi dengan batas administrasinya,
produksi memang mampu menghasilkan tetapi ditentukan oleh fungsinya. Dengan
komoditas pertanian lebih efisien dibandingkan demikian, maka lingkup kawasan dapat relatif
kawasan bukan sentra. luas dapat terdiri dari bagian-bagian wilayah
Untuk itu kawasan sentra produksi kecamatan, bisa juga relatif kecil dapat terdiri
memiliki peranan yang relatif masih kecil di
dari satu atau lebih dari dua bagian wilayah 4. Persoalan analisis optimum dan
kecamatan dan atau antar kabupaten/kota. ekuilibrium antar kawasan.
Besar kecilnya KSP ini tidak terlepas dari 5. Persoalan kebijakan kawasan.
faktor potensi dan fungsi kawasan jarak Pertumbuhan ekonomi kawasan yang
geografis. Keberadaan KSP menjadi penting dilihat dari nilai PDRB pada pembahasan
sebagai acuan lokasi investasi bagi pihak sebelumnya menggambarkan bahwa tidak
pemerintah maupun swasta, khususnya dalam terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi
upaya untuk mencapai efisiensi, efektivitas dan kawasan sentra produksi bahkan malah
nilai tambah. Pendekatan KSP juga diharapkan mengalami penurunan dengan nilai rata-rata
menjadi salah satu upaya untuk 5.71% sebelum ditetapkan kawasan sentra dan
mengoptimalkan pemberdayaan tata ruang yang 5.69% setelah ditetapkannya kawasan sentra
ada dan dapat mempermudah perumusan produksi. Terdapat banyak faktor lain yang
dukungan pembangunan sarana dan prasarana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kawasan
penunjang kegiatan pertanian dalam arti luas. sehingga penetapan kawasan sentra produksi
Ekonomi kawasan adalah suatu studi yang menjadi pusat kegiatan produksi yang
yang mempelajari perilaku ekonomi dari bertujuan untuk menciptakan efisiensi produksi
manusia di dalam tata ruang. Studi ini hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap
menganalisis proses ekonomi dalam lingkungan pertumbuhan ekonomi kawasan. Namun
spasial (mengenai tata ruang) dan penetapan kawasan sentra produksi diharapkan
menempatkannya ke dalam struktur lanskap memiliki peranan yang besar dalam menarik
ekonomi (economic landscape) (Adisasmita, kegiatan ekonomi lain di luar kawasan sehingga
2010). Tantangan bagi ekonomi kawasan yakni penetapan kawasan sentra produksi memiliki
dapat dinyatakan bahwa pengetahuan mengenai peranan yang lebih besar dalam kegiatan
gejala-gejala ekonomi akan menjadi lebih ekonomi dan berimbas pada pertumbuhan
penting dan nyata apabila faktor tata ruang ekonomi.
diintroduksikan sebagai suatu variabel
tambahan dalam kerangka teori ekonomi. Kebijakan Pemerintah Terkait
Secara eksplisit (tegas) pertimbangan mengenai Pengembangan Kawasan Sentra Produksi
pentingnya dimensi tata ruang tersebut meliputi Dalam mengembangkan kawasan sentra
lima persoalan utama ekonomi kawasan, di produksi (KSP), pemerintah Provinsi Sumatera
antaranya: Barat memiliki beberapa kebijakan di antaranya
1. Berhubungan dengan penentuan lanskap kebijakan peningkatan produksi dan
ekonomi, yaitu mengenai penyebaran produktivitas melalui pemberian bantuan benih,
kegiatan ekonomi pada tata ruang. bantuan pupuk kepada masyarakat petani,
2. Berhubungan dengan diintroduksinya pemberian alat mesin pertanian (alsintan)
konsep kawasan dalam analisis teoritis. berupa hand tractor, perbaikan sarana irigasi
3. Analisis interaksi antar kawasan, yang serta perbaikan jalan untuk usaha tani. Untuk
dibedakan dua bentuk interaksi antar lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7
kawasan yaitu arus pergerakan faktor berikut:
produksi dan pertukaran komoditas.
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat perhatian khusus dalam hal pengembangan
program dan kegiatan yang dilakukan oleh kawasan sentra produksi.
pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam
rangka pembangunan pertanian. Namun dalam KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksanaannya kebijakan ini belum
sepenuhnya terfokus pada kawasan sentra Dari analisis data dan pembahasan yang
produksi komoditas unggulan pangan, tetapi telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
masih secara keseluruhan untuk komoditas dalam penelitian ini bahwa penetapan kawasan
unggulan pangan di Provinsi Sumatera Barat. sentra produksi belum sepenuhnya memiliki
Sehingga kawasan yang ditetapkan sebagai pengaruh terhadap peningkatan produktivitas
sentra belum sepenuhnya diberikan perhatian komoditas unggulan pangan pada masing-
khusus oleh pemerintah dalam hal masing kawasan. Namun dilihat dari rata-rata
pengembangan kawasan. Hal ini disebabkan tingkat produktivitas komoditas unggulan
pemerintah masih mendahulukan pemerataan pangan padi dan jagung yang mengalami
pembangunan di seluruh kawasan pertanian di peningkatan produktivitas setiap tahunnya.
Provinsi Sumatera Barat. Untuk komoditas padi dan jagung mengalami
Salah satu penyebab tidak terjadinya peningkatan rata-rata produktivitas dari 4.83 ton
peningkatan produktivitas komoditas unggulan per ha dan 6.27 ton per hektar di tahun 2013
yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi menjadi 4.98 ton per hektar dan 6.90 ton per
adalah kurangnya perhatian pemerintah hektar di tahun 2016. Sedangkan komoditas ubi
terhadap komoditas unggulan di kawasan yang jalar malah mengalami penurunan produktivitas
telah ditetapkan sebagai sentra produksi. dari tahun 2015 ke tahun 2016 dari 33.13 ton
Pemerintah belum sepenuhnya memberikan per hektar menjadi 30.32 ton per hektar.