Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

Juni 2018, 2 (2): 171-184


DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.2.171-184

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Sentra Produksi


Subsektor Tanaman Pangan di Provinsi Sumatera Barat
Economic Growth Analysis of Production Center of Food Crops
in West Sumatera Province

Fastabiqul Khairad1*, Melinda Noer1 & Mahdi1

1
Andalas University, Jalan Universitas Andalas, Limau Manis, Pauh Kota Padang, 25163, Indonesia;
*
Penulis korespondensi. e-mail: fasta.fk@gmail.com
(Diterima: 15 April 2018; Disetujui: 6 Juli 2018)

ABSTRACT

This study aims to analyze economic growth of production centers of leading agricultural
commodities food crops in West Sumatera Province. The data used in this study are secondary data
with descriptive analysis tool by comparing the economic growth: GDP, agricultural sector and
food crop subsector in West Sumatera Province before and after the establishment of production
centers for food commodities. The productivity level of leading agricultural commodities in each
region that has been determined tends to fluctuate and have not always increased. The rate of
economic growth reflected in GDP of the food crops actually decreased significantly from 2014 to
2016. This illustrates that the establishment of production center areas has not fully been able to
increase the productivity of production centers nor increase the economic growth of food crops
subsector, agricultural sector and the overall economic growth rate in West Sumatera Province.
Keywords: economic growth, leading agricultural commodities, production centers

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi kawasan sentra produksi
komoditas unggulan subsektor tanaman pangan di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan alat analisis deskriptif dengan membandingkan
pertumbuhan ekonomi baik PDRB, sektor pertanian maupun subsektor pangan di Provinsi
Sumatera Barat sebelum dan setelah ditetapkannya kawasan sentra produksi komoditas unggulan
pangan. Dilihat dari tingkat produktivitas, komoditas unggulan di tiap kawasan yang telah
ditentukan cendrung fluktuatif dan tidak selalu mengalami peningkatan. Begitu juga halnya dengan
laju pertumbuhan ekonomi yang tergambar dari laju PDRB subsektor tanaman pangan yang malah
mengalami penurunan secara signifikan dari tahun 2014 hingga 2016. Hal ini menggambarkan
bahwa penetapan kawasan sentra produksi belum sepenuhnya mampu meningkatkan produktivitas
kawasan sentra produksi maupun peningkatan laju pertumbuhan ekonomi subsektor tanaman
pangan, sektor pertanian dan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di Provinsi Sumatera
Barat.
Kata kunci: komoditi unggulan pertanian, kawasan sentra produksi, pertumbuhan ekonomi

171
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

PENDAHULUAN membangun kehidupan yang lebih baik bagi


semua serta tidak hanya meningkatkan
Pembangunan adalah suatu rangkaian keuntungan (Eriyatno, 2011).
gerak perubahan menuju arah kemajuan, Pendekatan kawasan berbeda halnya
perubahan tersebut juga berarti sebagai dengan pendekatan tata ruang. Pendekatan
rangkaian usaha dan kegiatan yang kawasan berorientasi pada pencapaian atau
dimaksudkan untuk mencapai keadaan lepas terwujudnya fungsi tertentu dari suatu kawasan,
landas, atau keadaan yang penuh dengan sedangkan pendekatan tata ruang mengarah
dorongan kearah kematangan (Sukirno, 2006). kepada pemilihan lokasi pembangunan yang
Pembangunan untuk negara berkembang seperti tepat. Kedua pendekatan tersebut mengarah
Indonesia lebih ditekankan kepada pada pencapaian efektivitas dan efisiensi
pembangunan ekonomi, karena dengan pembangunan. Karena potensi dan kondisi
pembangunan ekonomi akan mendorong masing-masing wilayah/daerah bersifat variatif,
pembangunan pada bidang lainnya. berbeda satu sama lainnya, maka pendekatan
Sektor pertanian merupakan penggerak kawasan dan pendekatan tata ruang menjadi
pembangunan (engine of growth) baik dari segi mengemuka dan penting (Adisasmita, 2010).
penyedia bahan baku, kesempatan kerja, bahan Perekonomian Provinsi Sumatera Barat
pangan serta sebagai daya beli bagi produk masih didominasi oleh sektor pertanian. Dilihat
yang dihasilkan oleh sektor lain. dari distribusi persentase produk domestik
Berkembangnya sektor pertanian yang kuat regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
baik dari sisi penawaran maupun permintaan lapangan usaha, sektor pertanian memiliki
akan mendukung pembangunan ekonomi suatu kontribusi terbesar dibandingkan sektor lain
kawasan (Ningsih, 2010). Penetapan kawasan yaitu senilai 24.84%. (BPS Sumbar, 2016).
sentra dalam pengembangan komoditas Untuk mengembangkan sektor pertanian
pertanian merupakan salah satu sistem ekonomi Provinsi Sumatera Barat, salah satu cara yang
komparatif yang dapat diartikan sebagai tatanan dapat di tempuh adalah dengan
perekonomian berbasis lokal, berorientasi mengembangkan komoditas unggulan yang
kepada masyarakat, dan mengabdi untuk berbasiskan kawasan.

Tabel 1. Distribusi persentase produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha Provinsi Sumatera Barat (Persen), 2012 – 2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 25.02 24.68 24.99 24.77 24.06
Pertanian, peternakan, pemburuan dan jasa 20.36 19.98 20.10 19.66 18.98
pertanian
Pangan 7.33 7.20 7.48 7.30 6.68
Hortikultura 3.66 3.45 3.41 3.44 3.42
Perkebunan 7.03 7.01 6.98 6.68 6.69
Peternakan 1.78 1.78 1.72 1.72 1.66
Jasa Pertanian dan Pemburuan 0.56 0.55 0.52 0.52 0.52
Kehutanan dan Penebangan Kayu 1.44 1.41 1.41 1.55 1.53
Perikanan 3.23 3.28 3.48 3.56 3.56
Sumber: BPS Sumatera Barat Tahun 2016

Pendekatan kawasan bagi komoditas bagi komoditas pertanian diperlukan antara lain
pertanian merupakan suatu upaya untuk disebabkan:
mencapai produktivitas hasil pertanian yang 1. Komoditas harus dikembangkan pada lahan
lebih baik dengan memperhatikan karakteristik yang paling sesuai agar produktivitas lahan
wilayah yang ada. Djaenudin et al. (2002), yang diusahakan mencapai optimal,
menyatakan bahwa pendekatan perwilayahan sehingga mempunyai keunggulan

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 172


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

komparatif dan kompetitif di dalam maju dibandingkan kawasan lainnya. Dengan


pemasaran; keunggulan komparatif yang dimiliki kawasan
2. Setiap jenis komoditas pertanian akan sentra sebagai pusat diharapkan mampu
memerlukan persyaratan sifat lahan yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor
spesifik untuk dapat tumbuh dan pertanian yang berimbas pada pertumbuhan
berproduksi dengan optimal; ekonomi di dalam kawasan tersebut
3. Menyusun tata ruang pertanian melalui dibandingkan kawasan lain.
pendekatan perwilayahan komoditas dengan Kawasan sentra produksi (KSP)
mempertimbangkan daya dukung dan/atau merupakan salah satu bagian dari konsep
kesesuaian lahan akan dapat menjamin agropolitan dengan tujuan untuk mendorong
produktivitas lahan yang berkelanjutan tanpa keunggulan komparatif di dalam kawasan
merusak lingkungan; sentra tersebut. Konsep agropolitan ini
4. Dengan pendekatan perwilayahan komoditas merupakan siasat untuk pengembangan
pertanian diharapkan menuju penggunaan pedesaan yang pada dasarnya memberikan
lahan yang kurang atau tidak produktif pelayanan perkotaan di pedesaan atau dengan
menuju penggunaan lahan dengan istilah lain yang digunakan Friedmann adalah
komoditas unggulan yang lebih produktif; “kota di ladang” (Amalia, 2006). Untuk
5. Pendekatan perwilayahan akan mampu mewujudkan keberhasilan suatu kawasan
mewujudkan efisiensi dan efektivitas fungsi agropolitan harus didukung dari keberhasilan
perencanaan pembangunan daerah, dari KSP yang menjadi pusat kegiatan produksi
karenanya perlu pemanfaatan seoptimal yang nantinya akan mendorong kegiatan
mungkin potensi wilayah, sumber daya dan ekonomi disekitar KSP.
aspirasi masyarakat setempat. Kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) memiliki ciri-ciri di antaranya:
Melalui pendekatan kawasan dalam 1. Kegiatan pertanian merupakan kegiatan
pengembangan komoditas pertanian menjadi hampir sebagian besar masyarakat termasuk
salah satu upaya peningkatan pertumbuhan kegiatan agribisnis mulai dari hulu, usaha
ekonomi serta penciptaan efisiensi dan tani, hilir serta jasa penunjangnya.
efektivitas fungsi perencanaan pembangunan 2. Terdapat keterkaitan antar desa dan kota
daerah. Hal ini disebabkan kawasan sentra yang saling membutuhkan dan timbal balik
merupakan pusat kegiatan usaha tani sehingga 3. Kegiatan masyarakat di dalam kawasan
diharapkan mampu mendorong kegiatan didominasi kegiatan pertanian hingga usaha
ekonomi lainnya di luar kawasan sentra industri, perdagangan hasil pertanian,
(Laporan Akhir Penelitian Kementan, 2012). agrowisata dan jasa pelayanan.
Untuk itu pendekatan kawasan tidak dapat 4. Kehidupan masyarakat di dalam kawasan
berdiri sendiri, namun lebih merupakan sentra sama dengan kehidupan diperkotaan
keterpaduan berbagai program, antar sektor, dikarenakan infrastruktur yang tidak jauh
antar institusi maupun antar pelaku usaha di berbeda (Basuki, 2012).
dalam kawasan.
Dengan demikian, pengembangan suatu Adapun kunci keberhasilan
komoditas unggulan sebaiknya dilakukan pada pembangunan agropolitan adalah
kawasan yang memang menunjang terhadap memberlakukan setiap distrik agropolitan
pengembangan komoditas tersebut. Suatu sebagai suatu unit tunggal otonom mandiri
kawasan yang dijadikan kawasan sentra tetapi terintegrasi secara sinergis dengan
produksi (unggulan) merupakan kawasan yang keseluruhan sistem pengembangan wilayahnya
mampu secara komparatif dan kompetitif, baik (Suroyo & Handayani, 2014). Pengembangan
dari aspek sumber daya alam maupun sosial kawasan agropolitan ini ditujukan untuk
ekonomi yang dimiliki lebih baik dan lebih meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan

173 Analisis Pertumbuhan Ekonomi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

masyarakat melalui pengembangan wilayah Tabel 2. Sebaran Kawasan Sentra Produksi


yang mengaitkan desa dan kota dengan Subsektor Tanaman Pangan Provinsi
mendorong kegiatan usaha tani termasuk Sumatera Barat
kegiatan agribisnis sehingga lebih berdaya Komoditas Kabupaten/Kota
Padi Kabupaten Pasaman
saing.
Kabupaten Pasaman Barat
Pelaksanaan agropolitan sendiri telah
Kabupaten Lima Puluh Kota
dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten Agam
dengan alokasi anggaran pelaksanaan program Kabupaten Tanah Datar
agropolitan mencapai 1.74 milyar hingga tahun Kabupaten Padang Pariaman
2006. Namun pelaksanaan agropolitan yang Kabupaten Solok
tepatnya di Kabupaten Agam ini mengalami Kabupaten Solok Selatan
kegagalan. Hal ini disebabkan beberapa Kabupaten Sijunjung
kesalahan yang terjadi dalam proses Kabupaten Dharmasraya
pelaksanaannya mulai dari tingkat pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan
pusat sebagai pemrakarsa, pemilik anggaran Jagung Kabupaten Pasaman
dan pengendali program, sampai tingkat Kabupaten Pasaman Barat
pemerintah Kabupaten Agam sebagai pelaksana Kabupaten Lima Puluh Kota
di lapangan (Yunelimeta, 2008). Kabupaten Agam
Kabupaten Tanah Datar
KSP yang merupakan bagian dari
Kabupaten Solok Selatan
agropolitan diharapkan memang mampu
Kabupaten Pesisir Selatan
mencapai tujuan dalam pelaksanaannya
Ubi jalar Kabupaten Agam
sehingga konsep KSP yang berhasil dapat Kabupaten Tanah Datar
dikembangkan menjadi konsep agropolitan. Sumber: SK Gubernur Provinsi Sumatera Barat
Untuk itu pemerintah Provinsi Sumatera Barat nomor 521.305.2013
melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera
Barat Nomor 521.305.2013 kembali Sektor tanaman pangan merupakan salah
menetapkan KSP terkhusus komoditas satu subsektor dari sektor pertanian. Tanaman
unggulan subsektor tanaman pangan. pangan menjadi sektor penting dalam
Penetapan kawasan sentra produksi di pembangunan seiring dengan ditetapkannya
Sumatera Barat ini tentunya bertujuan untuk sasaran utama diversifikasi konsumsi pangan
menciptakan biaya yang lebih rendah dan pada pembangunan Indonesia periode 2014
produksi yang lebih tinggi sehingga kawasan hingga 2019 adalah peningkatan ketersediaan
sentra produksi memiliki keunggulan secara pangan yang bersumber dari dalam negeri
komparatif dibandingkan kawasan yang tidak (Haris, dkk. 2017).
ditetapkan sebagai sentra. Berdasarkan surat Adapun peranan penting dari komoditas
keputusan gubernur Sumatera Barat tersebut subsektor tanaman pangan diartikan sebagai
ditetapkan komoditas unggulan untuk subsektor segala sesuatu yang bersumber dari hayati dan
pangan di antaranya padi, jagung dan ubi jalar. air, baik yang diolah maupun tidak diolah.
Sebaran kawasan masing-masing komoditas Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan
unggulan dapat dilihat pada Tabel 2. selalu ada, hal ini di sebabkan setiap hari
tanaman pangan dikonsumsi masyarakat.

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 174


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

Namun, secara umum kebutuhan terlebih dahulu melihat tingkat efisiensi usaha
beberapa jenis tanaman pangan masih belum tani setelah ditetapkannya kawasan sentra
dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri produksi komoditas unggulan pangan yang
sehingga harus diimpor setiap tahunnya. Untuk dilihat melalui tingkat produktivitas lalu
itu perlunya pengembangan komoditas tanaman dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebelum
pangan yang tidak hanya sebagai upaya dan setelah ditetapkannya kawasan sentra.
peningkatan produksi dalam pemenuhan Tingkat produktivitas masing-masing
kebutuhan masyarakat tetapi juga sebagai komoditas unggulan pertanian yang dilihat
peningkatan kontribusi dalam perekonomian. yaitu padi, jagung dan ubi jalar dari tahun 2013
Adapun kerangka pemikiran dalam tulisan ini hingga tahun 2016. Tingkat produktivitas
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: masing-masing komoditas ini akan
menggambarkan tingkat efisiensi kegiatan
Efisiensi Pertumbuhan usaha tani di dalam kawasan sentra produksi
KSP Produksi/ Ekonomi pangan.
Produktivitas
Setelah tergambarnya tingkat efisiensi
lalu akan dibandingkan dengan pertumbuhan
Gambar 1. Kerangka pemikiran
ekonomi yang dilihat pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan kerangka penelitian di atas yang dilihat dari nilai PDRB baik subsektor
dapat dijelaskan bahwa penetapan KSP untuk pangan, sektor pertanian maupun PDRB
komoditas pertanian bertujuan untuk Provinsi Sumatera Barat sebelum dan setelah
mewujudkan dan meningkatkan efisiensi ditetapkannya kawasan sentra produksi
produksi dan produktivitas sehingga dengan komoditas unggulan pangan. Tahun yang dilihat
terwujudnya efisiensi diharapkan akan berimbas sebelum ditetapkannya kawasan sentra adalah
pada pertumbuhan ekonomi di dalam kawasan. selama 4 tahun dimulai dari tahun 2009 hingga
Pada dasarnya terdapat beberapa faktor tahun 2012 sesuai dengan telah ditetapkannya
lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kawasan sentra dari tahun 2013 hingga tahun
ekonomi suatu kawasan seperti perkembangan 2016. Dengan dilihatnya tingkat pertumbuhan
tenaga kerja, teknologi dan infrastruktur ekonomi sebelum dan setelah ditetapkannya
(Prasetyo dan Firdaus, 2009). Namun dalam kawasan sentra produksi ditujukan untuk
penelitian ini dibatasi pertumbuhan ekonomi melihat pengaruh apakah penetapan kawasan
yang disebabkan oleh peningkatan efisiensi memang mampu menciptakan efisiensi usaha
produksi/produktivitas kegiatan usaha tani di tani di dalam kawasan sentra tersebut dan
dalam kawasan sentra dikarenakan dengan berimbas kepada pertumbuhan ekonomi.
tercapainya efisiensi/produktivitas yang tinggi Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu
diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan
ekonomi di dalam kawasan tersebut. menggunakan formula sebagai berikut, yaitu
Untuk itu di dalam tulisan ini akan (Sukirno, 2011):
dibahas pertumbuhan produktivitas subsektor
Ytt−Ytt−1
tanaman pangan dan pertumbuhan ekonomi di gt = 𝑥 100
Ytt−1
dalam kawasan sentra sebelum dan setelah Keterangan:
ditetapkannya kawasan sentra untuk komoditas gt = tingkat pertumbuhan ekonomi pada
unggulan pangan di Provinsi Sumatera Barat. tahun t (%)
t
Y t = pendapatan nasional (PDRB) rill pada
METODOLOGI tahun t (Rp)
Ytt-1 = pendapatan nasional (PDRB) rill pada
Metode penelitian yang digunakan adalah tahun sebelumnya (Rp)
analisis deskriptif. Dalam penelitian ini
menggunakan dua tahap analisis dengan

175 Analisis Pertumbuhan Ekonomi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

HASIL DAN PEMBAHASAN Di sini pertumbuhan dimaksudkan


sebagai peningkatan suatu kawasan.
Kawasan Sentra Produksi Komoditas Peningkatan ini meliputi baik kapasitas
Unggulan Provinsi Sumatera Barat produksi ataupun volume rill produksi.
Penetapan kawasan sentra produksi Pertumbuhan ekonomi juga dapat dinyatakan
merupakan suatu kebijakan kawasan yang sebagai peningkatan dalam jumlah sejumlah
bertujuan untuk menciptakan efisiensi serta komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh
pertumbuhan ekonomi baik di kawasan itu di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi kawasan
sendiri maupun mendorong pertumbuhan sentra produksi pangan dapat dilihat dari
ekonomi pada kawasan lain. Pertumbuhan beberapa hal di antaranya peningkatan
ekonomi kawasan adalah peningkatan volume produktivitas, peningkatan luas tanam maupun
variabel ekonomi dari suatu sub sistem spasial peningkatan PDRB kabupaten secara
suatu bangsa atau negara. Sering kali istilah lain keseluruhan.
yang mempunyai arti yang sama untuk Adapun peningkatan produktivitas
pertumbuhan ekonomi yaitu pembangunan kawasan sentra produksi komoditas unggulan
ekonomi atau pengembangan ekonomi. padi Provinsi Sumatera Barat setelah
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai ditetapkannya kawasan sentra produksi dapat
suatu peningkatan alam kemakmuran suatu dilihat pada Tabel 3 berikut:
kawasan.

Tabel 3. Produktivitas padi pada kawasan sentra produksi padi Provinsi Sumatera Barat (ton/ha)
Kabupaten 2013 2014 2015 2016
Pasaman 4.45 4.38 4.57 4.32
Pasaman Barat 4.42 4.75 4.92 5.01
Lima Puluh Kota 4.73 4.74 4.93 4.77
Agam 5.29 5.51 5.36 5.63
Tanah Datar 5.66 5.34 5.31 5.27
Padang Pariaman 5.08 5.09 5.05 5.18
Solok 5.43 5.33 5.08 5.35
Solok Selatan 4.18 4.12 4.87 4.71
Sijunjung 4.56 4.62 4.48 4.66
Dharmasraya 4.33 4.82 4.73 4.75
Pesisir Selatan 4.97 5.13 5.10 5.16
Rata-rata 4.83 4.89 4.95 4.98
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka

Komoditas padi merupakan komoditas terdapat kawasan yang mengalami peningkatan


strategis yang mendapat prioritas dalam produktivitas padi setiap tahunnya yaitu
pembangunan pertanian dan sebagai makanan Kabupaten Pasaman Barat. Namun jika dilihat
utama sebagian besar masyarakat Indonesia. dari rata-rata tingkat produktivitas komoditas
Oleh karena itu pemerintah memberikan padi mengalami peningkatan dari tahun 2013
prioritas tinggi dalam upaya peningkatan sejak ditetapkannya kawasan sentra dari 4.83
produktivitas padi. Salah satu upaya ton per hektar menjadi 4.98 ton per hektar di
peningkatan produktivitas tersebut melalui tahun 2016. Tentunya dengan kebijakan
penetapan kawasan sentra produksi. penentuan kawasan padi ini, program-program
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat terkait peningkatan produksi padi lebih
tingkat produktivitas padi untuk masing-masing difokuskan pada kawasan yang memang
kawasan yang menjadi sentra produksi. Tingkat menjadi sentra produksi padi di Provinsi
produktivitas padi pada kawasan-kawasan Sumatera Barat.
sentra cenderung masih berfluktuatif, namun

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 176


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

Komoditas unggulan pangan Provinsi penurunan di tahun 2016. Produktivitas ubi


Sumatera Barat selanjutnya adalah jagung. jalar mengalami peningkatan hingga tahun 2015
Jagung juga merupakan komoditas strategis dengan rata-rata 33.13 ton per hektar dan
dalam pertanian dan perekonomian, mengingat mengalami penurunan di tahun 2016 menjadi
komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, 30.32 ton per hektar, dimana kawasan sentra
baik untuk pangan maupun pakan. produksi untuk komoditas ubi jalar ada di dua
kawasan yaitu Kabupaten Agam dan Tanah
Tabel 4. Produktivitas jagung pada Kawasan Sentra Datar.
Produksi Jagung Provinsi Sumatera Barat
(ton/ha)
Kabupaten 2013 2014 2015 2016 Kawasan Sentra Produksi dan Pertumbuhan
Pasaman 4.62 5.65 6.20 6.55 Ekonomi Sektor Pertanian
Pasaman Pendekatan kawasan sebagai kebijakan
Barat 6.41 6.33 6.40 6.23
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi
Lima Puluh
Kota 5.74 6.34 6.25 6.55 kawasan itu sendiri maupun kawasan lain.
Agam 7.07 7.62 7.81 7.56 Pendekatan kawasan diharapkan tidak hanya
Tanah membangun ekonomi kawasan tetapi juga
Datar 5.69 5.77 6.88 6.85
membangun pertumbuhan PDRB sektor
Solok
Selatan 4.98 6.19 5.91 6.39 ekonomi. Pertumbuhan ekonomi juga dapat
Pesisir dinyatakan sebagai peningkatan dalam jumlah
Selatan 9.35 7.18 8.44 8.16 komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh
Rata-rata 6.27 6.44 6.84 6.90 di suatu daerah. Konsep ini menyangkut
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka
pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat komoditas sebagai suplai hasil akhir yang
produktivitas jagung yang juga cenderung meningkat melalui pertukaran antar kawasan
masih fluktuatif untuk setiap kawasan. Terdapat (Adisasmita, 2010).
satu kawasan yang memang mengalami Produk Domestik Regional Bruto
peningkatan produktivitas tiap tahunnya yaitu merupakan salah satu indikator penting untuk
Kabupaten Pasaman. Namun jika dilihat dari melihat tingkat percepatan perekonomian suatu
rata-rata, maka terjadi peningkatan daerah dalam suatu periode tertentu. PDRB
produktivitas jagung dari 6.27 ton per hektar adalah produk barang dan jasa akhir yang
pada tahun 2013 menjadi 6.90 ton per hektar dihasilkan dalam suatu wilayah dengan
pada tahun 2016. dukungan faktor-faktor produksi dalam wilayah
tersebut. Produk Domestik Regional Bruto
Tabel 5. Produktivitas Ubi Jalar pada Kawasan (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh
Sentra Produksi Ubi Jalar Provinsi barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di
Sumatera Barat (ton)
wilayah domestik suatu negara yang timbul
Kabupaten 2013 2014 2015 2016
Agam 28.42 34.31 36.92 33.08 akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu
Tanah Datar periode tertentu tanpa memperhatikan apakah
29.89 30.19 29.33 27.56 faktor produksi yang dimiliki residen atau non-
Rata-rata 29.16 32.25 33.13 30.32 residen (BPS Sumatera Barat, 2017).
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka
Setelah ditetapkannya kawasan sentra
produksi pangan di Sumatera Barat, maka dapat
Ubi Jalar merupakan komoditas unggulan
pangan selanjutnya di Provinsi Sumatera Barat. dilihat pengaruh penetapan kawasan pangan
dengan tingkat percepatan perekonomian secara
Berbeda dengan komoditas padi dan jagung
menyeluruh terhadap subsektor pangan di
yang memiliki rata-rata produktivitas cenderung
Provinsi Sumatera Barat. Pertumbuhan
meningkat setiap tahunnya, produktivitas
komoditas ubi jalar cenderung mengalami ekonomi merupakan perubahan relatif nilai riil
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

177 Analisis Pertumbuhan Ekonomi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

dasar harga konstan tahun 2010 yang Barat malah mengalami penurunan setiap
dinyatakan dalam satuan persen. tahunnya dari tahun 2013 hingga tahun 2016.
Adapun Laju Pertumbuhan Produk Begitu juga halnya dengan sektor pertanian dan
Domestik Regional Bruto atas dasar harga subsektor tanaman pangan yang cenderung
konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha masih berfluktuasi setelah ditetapkannya
untuk subsektor pangan dari tahun 2009 hingga kawasan sentra produksi pangan sejak tahun
tahun 2016 sebelum dan setelah ditetapkannya 2013. Pada tahun 2013 hingga tahun 2014
kawasan sentra produksi subsektor pangan memang terjadi peningkatan laju pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: subsektor tanaman pangan. Namun laju
pertumbuhan subsektor tanaman pangan
Tabel 6. Laju pertumbuhan PDRB, sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat signifikan
dan subsektor pangan Tahun 2009 hingga
2016
dari tahun 2014 hingga tahun 2016. Penurunan
Tahun Laju Sektor Subsektor laju bahkan menjadi -0.74%. Hal ini dapat
PDRB Pertanian Pangan (%) diartikan bahwa penetapan kawasan sentra
(%) (%) produksi belum mampu meningkatkan laju
2009 4.28 3.74 4.08
pertumbuhan ekonomi subsektor tanaman
2010 5.94 4.09 3.12
pangan secara keseluruhan.
2011 6.25 3.79 4.08
Pangan merupakan komoditas yang
2012 6.35 4.07 3.45
Rata- 5.71 3.89 3.68 memiliki kontribusi cukup besar terhadap
Rata sektor pertanian. Sehingga dengan terjadinya
2013 6.08 3.72 2.85 penurunan laju PDRB pangan akan berimbas
2014 5.88 5.86 6.34 pada laju pertumbuhan sektor pertanian. Sektor
2015 5.52 4.36 3.76 pertanian yang juga memiliki kontribusi yang
2016 5.26 1.96 -0.74 besar terhadap sektor perekonomian juga
Rata- 5.69 3.98 3.05 berimbas pada penurunan laju PDRB sektor
Rata perekonomian secara keseluruhan.
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka (data diolah) Berdasarkan perbandingan pertumbuhan
ekonomi kawasan sentra produksi tersebut
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
dapat dilihat bahwa tidak terjadinya
bahwa laju pertumbuhan PDRB secara
peningkatan perekonomian baik sebelum dan
keseluruhan memang mengalami peningkatan
setelah ditetapkannya kawasan namun malah
dari tahun 2009 hingga tahun 2012 dengan rata-
mengalami penurunan yang cukup signifikan
rata laju pertumbuhan sebesar 5.71%. Namun
dari tahun 2014 ke tahun 2016. Sehingga dapat
laju pertumbuhan PDRB untuk sektor pertanian
dikatakan bahwa penetapan kawasan sentra
dan subsektor tanaman pangan cenderung
untuk komoditas unggulan belum memiliki
berfluktuasi sebelum ditetapkannya kawasan
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
sentra produksi pangan. Nilai rata-rata laju
Provinsi Sumatera Barat yang tercermin dari
pertumbuhan dari tahun 2009 hingga tahun
laju pertumbuhan PDRB yang semakin
2012 untuk sektor pertanian dan subsektor
menurun sejak ditetapkannya kawasan sentra
tanaman pangan adalah 3.89% dan 3.68%.
produksi pangan dari tahun 2013 hingga tahun
Setelah ditetapkannya kawasan sentra
2016. Laju pertumbuhan PDRB bahkan lebih
produksi pangan, diharapkan mampu
rendah setelah ditetapkannya kawasan dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik
rata-rata 5.69% dibandingkan pertumbuhan
sektor subsektor tanaman pangan yang akan
sebelum ditetapkannya kawasan sentra dengan
berimbas kepada pertumbuhan ekonomi
rata-rata 5.71%.
Provinsi Sumatera Barat secara keseluruhan.
Namun berdasarkan Tabel 6 di atas dapat
dilihat bahwa laju PDRB Provinsi Sumatera

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 178


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

Kawasan Sentra Produksi Sebagai Pusat merupakan kawasan yang sudah


Pertumbuhan berkembang/maju, kawasan cukup berkembang
Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole) atau kawasan belum berkembang. Parameter
yang menjadi dasar dari strategi kebijakan umum terhadap kategori kawasan dilihat dari
pembangunan yang banyak dipakai di berbagai ketersediaan sub sistem agribisnis di dalam
negara dewasa ini. Pusat pertumbuhan berawal kawasan, kemandirian para pelakunya, serta
dari fakta bahwa pertumbuhan tidak muncul di kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
berbagai daerah dalam waktu yang sama, tetapi Apabila sub sistem agribisnis yang ada sudah
hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut berjalan dengan efektif, para pelakunya
sebagai pusat pertumbuhan dengan intensitas mandiri, dan produk yang dihasilkan sudah
berbeda. Konsep dasar dari teori ini adalah berkualitas dan berkelanjutan maka kawasan
bahwa kegiatan ekonomi di suatu daerah tersebut dapat dikategorikan sebagai kawasan
cenderung beraglomerasi atau terkonsentrasi sudah berkembang/maju, atau sebaliknya.
pada daerah-daerah tertentu yang mempunyai Konsentrasi kegiatan ekonomi yang
keuntungan lokal (Pratiwi & Kuncoro, 2016). dapat berfungsi sebagai pusat perekonomian
Pengembangan kawasan komoditas adalah yang dapat mendorong pertumbuhan
unggulan tidak berdiri sendiri, namun lebih ekonomi nasional, atau paling kurang daerah
merupakan keterpaduan dari berbagai program sekitarnya secara dinamis. Dengan demikian,
dan kegiatan pengembangan antar tidak semua konsentrasi kegiatan ekonomi pada
sektor/subsektor, antar institusi, dan antar suatu lokasi dapat dianggap sebagai sebuah
pelaku usaha yang telah ada di daerah, yang pusat pertumbuhan. Kemampuan untuk
terfokus di kawasan. Pada hakikatnya mendorong ekonomi daerah secara dinamis
pengembangan kawasan merupakan kerja sama tersebut dapat dilihat dari dampak ekonomi
dari setiap pelaku usaha. Termasuk di dalamnya yang dapat dihasilkan untuk daerah sekitarnya,
adalah kontribusi dari berbagai sektor terkait, baik dalam bentuk peningkatan kegiatan
seperti perindustrian, perdagangan, koperasi produksi, penyediaan lapangan kerja dan
dan usaha kecil dan menengah, pekerjaan peningkatan pendapatan masyarakat (Sjafrizal,
umum, pusat penelitian, perguruan tinggi, 2008).
swasta, asosiasi, perbankan, dan berbagai Karakteristik selanjutnya dari sebuah
pemangku kepentingan lainnya (Kementerian pusat pertumbuhan adalah adanya keterkaitan
Pertanian RI, 2012). yang erat dari segi input dan output antara
Berdasarkan kebutuhan, aspirasi dan sesama kegiatan ekonomi yang terdapat di
permasalahan yang dihadapi pelaku usaha dalamnya. Keterkaitan ini sangat penting
dalam melaksanakan pembangunan pertanian di artinya untuk dapat menghasilkan keuntungan
kawasan, maka secara garis besar strategi aglomerasi karena adanya konsentrasi tersebut.
pengembangan kawasan pertanian dapat Sedangkan keuntungan aglomerasi ini
dirumuskan mencakup: merupakan kekuatan utama dari pengembangan
1. penguatan perencanaan pengembangan sebuah pusat pertumbuhan karena dapat
kawasan; memberikan keuntungan eksternal (eksternal
2. penguatan kerja sama dan kemitraan; ekonomis) kepada para pengusaha yang ada
3. penguatan sarana dan prasarana; dalam pusat pertumbuhan tersebut. Dengan
4. penguatan sumber daya manusia; demikian, bilamana keterkaitan antar industri
5. penguatan kelembagaan; dan tersebut tidak terdapat, maka pusat
6. percepatan adopsi teknologi pertumbuhan tersebut menjadi lemah dan sulit
pengembangan industri hilir. untuk dikembangkan.
Karakteristik terakhir dari sebuah pusat
Keenam strategi tersebut sangat fleksibel pertumbuhan bahwa di dalamnya terdapat
tergantung pada karakteristik kawasan apakah sebuah industri induk (propulsive industry)

179 Analisis Pertumbuhan Ekonomi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

yang dapat berfungsi baik sebagai industri hulu dalam penentu pertumbuhan ekonomi.
(penyedia bahan baku) atau industri hilir Diperlukannya kerja sama berbagai pelaku
(pengguna hasil produk). Ini berarti bahwa usaha, sehingga untuk mewujudkan
tidak semua konsentrasi kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlunya
dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan kawasan sentra produksi yang menjadi pusat
bilamana di dalamnya tidak terdapat industri kegiatan produksi yang mampu untuk menarik
induk. Keberadaan industri induk sangat kegiatan ekonomi atau pelaku usaha yang lain.
penting artinya dalam menunjang Kawasan sentra produksi di Provinsi Sumatera
pengembangan sebuah pusat pertumbuhan Barat terkhusus komoditas unggulan pangan
karena keberadaannya dapat menjamin masih terfokus kepada kegiatan produksi usaha
tersedianya bahan baku dan pemasaran tani. Untuk itu efisiensi produksi/produktivitas
sehingga kegiatan produksi dari kegiatan menjadi salah satu indikator penting dalam
ekonomi yang ada dalam pusat tersebut akan mengukur keberhasilan kawasan sentra
dapat berkembang dengan baik. produksi.
Berdasarkan interpretasi spasial yang Berdasarkan pembahasan produktivitas
dikemukakan beberapa ahli terhadap konsep masing-masing komoditas unggulan pada
pusat pertumbuhan, dapat disimpulkan bahwa pembahasan sebelumnya masih terjadi fluktuasi
pusat pertumbuhan dapat mendorong spread tingkat produktivitas sejak ditetapkannya
effect atau trickling down effect dan backwash kawasan sentra tahun 2013. Hal ini dapat
effect atau polarization effect terhadap daerah di dikatakan bahwa kawasan sentra produksi
sekitarnya. Pengaruh tersebut dapat berupa belum sepenuhnya mampu mewujudkan
pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif efisiensi produksi/peningkatan produktivitas di
terhadap perkembangan daerah sekitarnya dalam kawasan sentra produksi.
disebut spread effect. Contohnya, seperti
terbukanya kesempatan kerja, banyaknya Kawasan Sentra Produksi Subsektor
investasi yang masuk, upah buruh semakin Tanaman Pangan dan Pertumbuhan
tinggi, dan penduduk dapat memasarkan bahan Ekonomi Kawasan
mentah. Sedangkan pengaruh negatif disebut Kawasan adalah ruang yang merupakan
backwash effect. Contohnya, adalah adanya kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
ketimpangan wilayah, kriminalitas dan padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
kerusakan lingkungan meningkat (Pratiwi & berdasarkan aspek fungsional serta memiliki
Kuncoro, 2016). ciri tertentu/spesifik/khusus (Adisasmita, 2010).
Kawasan sentra produksi sebagai pusat Sama halnya dengan kawasan sentra produksi
kegiatan produksi dan merupakan bagian dari (KSP) yang memiliki ciri tertentu dan spesifik.
konsep agropolitan diharapkan mampu untuk Penentuan kawasan sentra produksi di suatu
menarik kegiatan ekonomi di luar kawasan daerah diarahkan pada wilayah-wilayah
sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi. kabupaten/kecamatan yang memiliki potensi
Kawasan sentra yang menjadi pusat memiliki pengembangan agribisnis dalam arti luas seperti
keunggulan secara komparatif dibandingkan tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
kawasan lain sehingga mampu menghasilkan perikanan dan peternakan serta harus ditunjang
komoditas dengan biaya yang lebih efisien. dengan ketersediaan sarana dan prasarana di
Dengan harga jual yang lebih tinggi dan biaya wilayah itu termasuk pasar. Lingkup kawasan
yang lebih rendah sehingga kawasan sentra tidak dibatasi dengan batas administrasinya,
produksi memang mampu menghasilkan tetapi ditentukan oleh fungsinya. Dengan
komoditas pertanian lebih efisien dibandingkan demikian, maka lingkup kawasan dapat relatif
kawasan bukan sentra. luas dapat terdiri dari bagian-bagian wilayah
Untuk itu kawasan sentra produksi kecamatan, bisa juga relatif kecil dapat terdiri
memiliki peranan yang relatif masih kecil di

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 180


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

dari satu atau lebih dari dua bagian wilayah 4. Persoalan analisis optimum dan
kecamatan dan atau antar kabupaten/kota. ekuilibrium antar kawasan.
Besar kecilnya KSP ini tidak terlepas dari 5. Persoalan kebijakan kawasan.
faktor potensi dan fungsi kawasan jarak Pertumbuhan ekonomi kawasan yang
geografis. Keberadaan KSP menjadi penting dilihat dari nilai PDRB pada pembahasan
sebagai acuan lokasi investasi bagi pihak sebelumnya menggambarkan bahwa tidak
pemerintah maupun swasta, khususnya dalam terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi
upaya untuk mencapai efisiensi, efektivitas dan kawasan sentra produksi bahkan malah
nilai tambah. Pendekatan KSP juga diharapkan mengalami penurunan dengan nilai rata-rata
menjadi salah satu upaya untuk 5.71% sebelum ditetapkan kawasan sentra dan
mengoptimalkan pemberdayaan tata ruang yang 5.69% setelah ditetapkannya kawasan sentra
ada dan dapat mempermudah perumusan produksi. Terdapat banyak faktor lain yang
dukungan pembangunan sarana dan prasarana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kawasan
penunjang kegiatan pertanian dalam arti luas. sehingga penetapan kawasan sentra produksi
Ekonomi kawasan adalah suatu studi yang menjadi pusat kegiatan produksi yang
yang mempelajari perilaku ekonomi dari bertujuan untuk menciptakan efisiensi produksi
manusia di dalam tata ruang. Studi ini hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap
menganalisis proses ekonomi dalam lingkungan pertumbuhan ekonomi kawasan. Namun
spasial (mengenai tata ruang) dan penetapan kawasan sentra produksi diharapkan
menempatkannya ke dalam struktur lanskap memiliki peranan yang besar dalam menarik
ekonomi (economic landscape) (Adisasmita, kegiatan ekonomi lain di luar kawasan sehingga
2010). Tantangan bagi ekonomi kawasan yakni penetapan kawasan sentra produksi memiliki
dapat dinyatakan bahwa pengetahuan mengenai peranan yang lebih besar dalam kegiatan
gejala-gejala ekonomi akan menjadi lebih ekonomi dan berimbas pada pertumbuhan
penting dan nyata apabila faktor tata ruang ekonomi.
diintroduksikan sebagai suatu variabel
tambahan dalam kerangka teori ekonomi. Kebijakan Pemerintah Terkait
Secara eksplisit (tegas) pertimbangan mengenai Pengembangan Kawasan Sentra Produksi
pentingnya dimensi tata ruang tersebut meliputi Dalam mengembangkan kawasan sentra
lima persoalan utama ekonomi kawasan, di produksi (KSP), pemerintah Provinsi Sumatera
antaranya: Barat memiliki beberapa kebijakan di antaranya
1. Berhubungan dengan penentuan lanskap kebijakan peningkatan produksi dan
ekonomi, yaitu mengenai penyebaran produktivitas melalui pemberian bantuan benih,
kegiatan ekonomi pada tata ruang. bantuan pupuk kepada masyarakat petani,
2. Berhubungan dengan diintroduksinya pemberian alat mesin pertanian (alsintan)
konsep kawasan dalam analisis teoritis. berupa hand tractor, perbaikan sarana irigasi
3. Analisis interaksi antar kawasan, yang serta perbaikan jalan untuk usaha tani. Untuk
dibedakan dua bentuk interaksi antar lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7
kawasan yaitu arus pergerakan faktor berikut:
produksi dan pertukaran komoditas.

181 Analisis Pertumbuhan Ekonomi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

Tabel 7. Program dan kegiatan pembangunan pertanian Provinsi Sumatera Barat


No Program Kegiatan
1. Peningkatan Kesejahteraan Petani Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku
agroindustri
Peningkatan kemampuan lembaga petani
Peningkatan sistem insentif dan disinsentif bagi petani/
kelompok tani
Pengembangan jagung di wilayah GPP
Pembinaan penguatan kelembagaan sumber daya air
(WISMP)
2. Peningkatan Ketahanan Pangan Penyusunan database potensi produk pangan
Pertanian Pengembangan intensifikasi tanaman padi dan palawija
Pengembangan pembenihan/ pembibitan
3. Peningkatan Penerapan Teknologi Pengadaan saran dan prasaran teknologi pertanian tepat
Pertanian guna
Penyuluhan penerapan teknologi pertanian tepat guna
Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi
pertanian tepat guna
Penerapan teknologi pertanian modern bercocok tanam
Penyuluhan pertanian tepat guna
Pelatihan penerapan teknologi pertanian modern
bercocok tanam
4. Peningkatan Produksi Pertanian Penyuluhan peningkatan produksi
Penyediaan sarana produksi pertanian
Pengembangan bibit unggul pertanian
Penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan
pertanian
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat perhatian khusus dalam hal pengembangan
program dan kegiatan yang dilakukan oleh kawasan sentra produksi.
pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam
rangka pembangunan pertanian. Namun dalam KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksanaannya kebijakan ini belum
sepenuhnya terfokus pada kawasan sentra Dari analisis data dan pembahasan yang
produksi komoditas unggulan pangan, tetapi telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
masih secara keseluruhan untuk komoditas dalam penelitian ini bahwa penetapan kawasan
unggulan pangan di Provinsi Sumatera Barat. sentra produksi belum sepenuhnya memiliki
Sehingga kawasan yang ditetapkan sebagai pengaruh terhadap peningkatan produktivitas
sentra belum sepenuhnya diberikan perhatian komoditas unggulan pangan pada masing-
khusus oleh pemerintah dalam hal masing kawasan. Namun dilihat dari rata-rata
pengembangan kawasan. Hal ini disebabkan tingkat produktivitas komoditas unggulan
pemerintah masih mendahulukan pemerataan pangan padi dan jagung yang mengalami
pembangunan di seluruh kawasan pertanian di peningkatan produktivitas setiap tahunnya.
Provinsi Sumatera Barat. Untuk komoditas padi dan jagung mengalami
Salah satu penyebab tidak terjadinya peningkatan rata-rata produktivitas dari 4.83 ton
peningkatan produktivitas komoditas unggulan per ha dan 6.27 ton per hektar di tahun 2013
yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi menjadi 4.98 ton per hektar dan 6.90 ton per
adalah kurangnya perhatian pemerintah hektar di tahun 2016. Sedangkan komoditas ubi
terhadap komoditas unggulan di kawasan yang jalar malah mengalami penurunan produktivitas
telah ditetapkan sebagai sentra produksi. dari tahun 2015 ke tahun 2016 dari 33.13 ton
Pemerintah belum sepenuhnya memberikan per hektar menjadi 30.32 ton per hektar.

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 182


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

Penetapan kawasan sentra produksi juga Adisasmita, R. (2013). Teori-Teori


belum sepenuhnya mampu meningkatkan Pembangunan Ekonomi: pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi baik dari subsektor ekonomi dan pertumbuhan wilayah.
pangan maupun sektor pertanian secara Yogyakarta: Graha Ilmu
keseluruhan. Rata-rata laju pertumbuhan Amalia, L. (2006). Penetapan agropolitan dan
ekonomi malah mengalami penurunan setelah agribisnis dalam pembangunan ekonomi
ditetapkannya kawasan sentra produksi yaitu daerah. Jurnal Inovisi 5(2): 58-65
5.71% sebelum ditetapkannya kawasan menjadi Djaenudin, D., Sulaeman, Y. & Abdurachman,
5.69% setelah ditetapkannya kawasan sentra A. (2002). Pendekatan pewilayahan
produksi. Laju pertumbuhan yang cenderung komoditas pertanian menurut pedo-
berfluktuasi ini sejalan dengan tingkat agroklimat di kawasan timur Indonesia.
produktivitas komoditas unggulan yang juga Jurnal Litbang Pertanian 21(1): 1-10
cendrung berfluktuasi. Pada dasarnya terdapat Eriyatno. (2011). Membangun Ekonomi
faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan Komparatif: Strategi Meningkatkan
ekonomi suatu kawasan, namun salah satu Kemakmuran Nusa dan Resilensi
upaya adalah dengan penetapan kawasan sentra Bangsa. Jakarta: PT Gramedia Widia
produksi yang bertujuan untuk efisiensi Sarana
produksi dan berimbas kepada pertumbuhan Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam. (2017).
ekonomi secara keseluruhan dikarenakan Kabupaten Agam dalam Angka 2017
kemampuan kawasan sentra produksi dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh
menarik kegiatan ekonomi lainnya. Kota . (2017). Kabupaten Lima Puluh
Harapannya pemerintah tidak hanya Kota dalam Angka 2017
menetapkan kawasan sentra produksi pertanian Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok Selatan.
namun juga memperhatikan perkembangan dan (2017). Kabupaten Solok Selatan dalam
keberlanjutan dari kawasan tersebut. Hal ini Angka 2017
diharapkan agar kawasan sentra tidak hanya Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.
sebagai pengakuan hitam di atas putih saja (2016). Sumatera Barat dalam Angka
tetapi juga memiliki pengaruh dalam Tahun 2016. Sumatera Barat
peningkatan perekonomian terkhusus di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.
Provinsi Sumatera Barat. (2017). Nilai Tukar Petani 2012-2016
Sumatera Barat
UCAPAN TERIMA KASIH Basuki, A. T. (2012). Pengembangan Kawasan
Agropolitan. Jurnal Ekonomi dan Studi
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Pembangunan 13(1), 53-71
kepada Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Haris, W. A., Sarma, M. & Falatehan A. F.
Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam, (2017). Analisis Peranan Sub Sektor
Badan Pusat Statistik 50 Kota, Badan Pusat Tanaman Pangan terhadap Perekonomian
Statistik Solok Selatan serta Dinas Pertanian Jawa Barat. Journal of Regional and
Provinsi Sumatera Barat atas bantuannya Rural Development \Planning 1(3), 231-
kepada peneliti untuk mendapatkan data. 242
Kementerian Pertanian. (2012). Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Pengembangan Komoditas
Strategis Berbasis Kawasan
Adisasmita, R. (2010). Pembangunan Kawasan
dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu

183 Analisis Pertumbuhan Ekonomi...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2018, 2 (2): 171-184

Ningsih, E. S. M. (2010). Analisis Komoditi


Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten
Sukoharjo Sebelum dan Selama Otonomi
Daerah. Tesis. Universitas Sebelas
Maret
Prasetyo, R. B. & Firdaus, M. (2009). Pengaruh
Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Kebijakan Pembangunan, 2 (2), 222-
236
Pratiwi, M. C. Y. & Kuncoro, M. (2016).
Analisis Pusat Pertumbuhan dan
Autokorelasi Spasial di Kalimantan:
Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota,
2000-2012. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan Indonesia 16(2), 81-104
Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional: Teori dan
Aplikasi. Padang: Praninta Offset
Sukirno. (2006). Ekonomi Pembangunan:
Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan.
Jakarta: Kencana (Prenada Media)
Sukirno. (2011). Makro Ekonomi: Teori
Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Press
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat
Nomor 521.305.2013 tentang Penetapan
Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan
Tanaman Hortikultura Provinsi Sumatera
Barat
Suroyo, B. T. & Handayani, W. (2014).
Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, 25(3), 234-261
Yunelimeta. (2008). Pembangunan Pedesaan
dalam Konteks Agropolitan,
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di
Indonesia Daerah Minangkabau –
Sumatera Barat. Tesis. Universitas
Diponegoro

F. Khairad, M. Noer & Mahdi 184

Anda mungkin juga menyukai