oleh :
Rusdi Hamka Lubis
A. Latar belakang
Maju mundurnya sebuah organisasi perusahaan salah satunya
ditentukan oleh kinerja1 dan cara manajemen dalam mengantisipasi resiko
perusahaan (risk management).2 Akhir-akhir ini kecenderungan kecurangan
atas penyimpangan terhadap laporan telah menjadi fokus industri dan
pengamat keuangan di seluruh dunia.3 Kecurangan yang dimaksud adalah
setiap upaya penipuan yang disengaja, dengan mengambil harta atau hak
orang lain.
Dalam melakukan antisipasi resiko akan kecurangan maka Laporan
atas sebuah kegiatan organisasi harus didasarkan pada sebuah konsep
sehingga isi dan informasinya harus disajikan sesuai dengan pihak-pihak
yang akan menggunakannya. Seperti halnya Entitas syariah juga telah
menggunakan konsep enterprise theory dengan memasukkan Tuhan sebagai
salah satu stakeholdernya.4
Organisasi Perusahaan pada proses bisnisnya menggunakan teori keagenan.
Teori yang berakar dari perpaduan teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi
dan teori organisasi. Teori keagenan ini pada prinsipnya menyatakan adanya
hubungan dan ketergantungan antara pihak yang memberi wewenang yaitu
pemegang saham (investor) dengan pihak yang diberikan wewenang yakni
direktur atau manajer. Teori keagenan ini juga didasar keyakinan bahwa
1
Nunung Ghoniyah dan Masurip, “Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Komitmen,” Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 2
No. 2 (September 2011): 118–29, http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm.
2
Tujuan utama dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan,
didefinisikan dengan “keuntungan dan tingkat resiko”, para manajemen akan selalu
menimbang resiko, fungsi harta (a treasury function, rencana keuangan dan penganggaran,
akuntansi dan sistem informasi, lihat, Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Risk Analysis
for Islamic Bank, t.t., www.worldbank.org.
3
Rizky Windar Amelia, “Manipulation of Financial Statements,” Kiat Bisnis
Economics Faculty of Widya Dharma University Klaten Vol.6 No. 5, no. manipulation (Juni
2017), journal.unwidha.ac.id.
4
Sofyan S Harahap, Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah, I (Pustaka
Quantum, t.t.).
pada prinsipnya manusia adalah mahluk dapat bertanggung jawab atas
amanah yang diberikan kepadanya.5
Pada praktek produksi, teori Keagenan dirumuskan ketika Satu orang atau
lebih (principal) mengangkat orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent. Perikatan antara principal dan agen dapat mengarah pada
kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena
agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang
perusahaan dibandingkan dengan principal. Pada satu pernyataan asumsi
bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri
sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong
agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Kerangka Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976)
Agency Costs : monitoring, bonding, residual
Models :
Holmstrom (1979) Contract
Ross (1979)
Bajman (1990)
Gjesdal (1981) AGENT Reward/
PRINCIPAL
Compensation
Risk-neutral Risk-neutral
Risk-averse Risk-averse
Effort-averse Random Factors/
State of Natura Risk /
Outcome/
Perforrmance Benefit
Effort/Action
Information Asymetri
Communication
Agent’s Private/ Observability Compensation
Local Info by Principal Scheme
Value of
Comminucation and
Controllabillity
2
sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan untuk digunakan oleh berbagai pihak
(stakeholder), termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang
sangat berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para
pengguna eksternal (selain manajemen). Laporan keuangan tersebut penting
bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna internal
(para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau
perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi,
sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak
sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan menimbulkan gap dan akan munculnya suatu kondisi
yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu
suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara
pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak
pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna
informasi (user).
B. Asimetri Informasi
Model asimetri informasi mengasumsikan bahwa setidaknya satu
pihak dalam transaksi memiliki informasi yang relevan, sedangkan yang
lainnya tidak. Beberapa model informasi asimetris juga dapat digunakan
dalam situasi di mana setidaknya satu pihak dapat menegakkan, atau secara
efektif membalas atas pelanggaran, bagian-bagian tertentu dari perjanjian,
sedangkan yang lain tidak bisa. 6
Dalam model pemilihan yang salah, pihak yang tidak tahu tidak
memiliki informasi ketika bernegosiasi mengenai kesepakatan yang
disepakati atau kontrak untuk transaksi, sedangkan dalam bahaya moral
pihak yang tidak tahu tidak memiliki informasi tentang kinerja transaksi
yang disepakati atau tidak memiliki kemampuan untuk membalas
pelanggaran persetujuan. Contoh seleksi terbalik adalah ketika orang yang
6
Regina Reizky Ifonie, Pengaruh Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba
Terhadap Cost Of Equity Capital Padaperusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia JURNAL ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI – VOL 1, NO. 1,
JANUARI 2012
3
berisiko tinggi lebih cenderung membeli asuransi karena perusahaan asuransi
tidak dapat secara efektif mendiskriminasi mereka, biasanya karena
kurangnya informasi tentang risiko individu tertentu tetapi juga kadang-
kadang oleh kekuatan hukum atau kendala lainnya. . Contoh bahaya moral
adalah ketika orang lebih cenderung berperilaku sembarangan setelah
diasuransikan, baik karena perusahaan asuransi tidak dapat mengamati
perilaku ini atau tidak dapat membalasnya secara efektif, misalnya dengan
tidak memperbarui asuransi.
7
Scott, H., & Scott, G. (2007). Asymmetric information and direct-to-consumer
prescription medicine advertising: a public policy dilemma. 6th iHEA World Congress. July
8-11, Copenhagen. iHEA.
4
Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang
terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfaatkan
pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt8 mengemukakan tiga
asumsi sifat dasar manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya selalu ingin mementingkan diri sendiri
dan bersifat egois (self interest),
2. Manusia pada prinsipnya memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
3. Manusia selalu akan lebih memilih menghindari resiko (risk
adverse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan
bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu
dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang
disampaikan.9 Hal asumsi dasar manusia ini menjadi kritik terhadap teori
keagenan yang memberikan amanah penuh terhadap manajer sebuah entitas
bisnis.10
10
Thomas Rugider Smith, 2011, FSM Master Thesis: Agency Theory & Its
Consequences, at Copenhagen Business School, hlm 83
11
Pada tulisan ini sekitar 175 halaman, menjabarkan Kerangka Kerja secara
terperinci, mendefinisikan pengendalian internal, menggambarkan komponen pengendalian
internal dan prinsip-prinsip yang mendasari, dan memberikan arahan untuk semua tingkat
manajemen dalam merancang dan menerapkan pengendalian internal dan menilai
efektivitasnya. Lampiran untuk pembahasan ini, termasuk glosarium, pertimbangan khusus
untuk entitas yang lebih kecil, ringkasan perubahan vs. versi 1992, dll., Memberikan
5
mendefinisikan pengertian pengendalian intern, komponen-komponen yang
ada di dalamnya, dan kriteria-kriteria serta materi pendukung sebagai
panduan untuk mengevaluasi suatu sistem pengendalian intern. Terbitnya
publikasi tersebut merupakan titik tolak perkembangan yang signifikan
karena publikasi tersebut diterima secara internasional sebagai kerangka
dasar untuk mengevaluasi pengendalian internal suatu entitas.
Definisi Pengendalian Internal menurut COSO adalah: ”Pengendalian
intern adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi,
manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai terkait dengan pencapaian tujuan
yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, dan efektifitas dan efisiensi operasi.” Sedangkan
komponen-komponen dalam pengendalian intern terdiri atas Lingkungan
Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan
Komunikasi, serta Pemantauan. Komponen-komponen tersebut saling terkait
dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengendalian.intern juga didefinisikan sebagai suatu proses pada
teori akuntansi dan organisasi, yang dipengaruhi oleh sumber daya
insani dan sistem teknologi informasi, yang disiapkan untuk membantu
perusahaan/organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.12
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan
melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Adanya sistem akuntansi yang memadai,
menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi
setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau
pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder)
lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut
dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan
referensi tambahan tetapi tidak dianggap sebagai bagian dari Kerangka. Lihat, J. Stephen
Mcnally, 2013, the 2013 COSO framework & SOX compliance ; One Approach To An
Effective Transition , s t r at e g i c f i n a n c e, COSO
Kas Untuk Perencanaan Dan Pengendalian Keuangan Pada Organisasi Nirlaba Keagamaan,
Jurnal EMBA 347 Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 339-348
6
operasi perusahaan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan
secara langsung dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau
menyediakan laporan keuangan yang tepat serta menjamin ditaatinya atau
dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau
dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan
prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan
informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan
peraturan yang berlaku.
7
Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway
Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian
intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control Environment),
Penilaian Risiko (Risk Assesment), Aktivitas Pengendalian (Control
Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan Komunikasi
(Information and Communication)
1. Pengendalian internal13
13
Fungsi sistem pengendalian intern untuk melakukan tiga fungsi penting dalam
sebuah perusahaan, yaitu : pertama, fungsi pengendalian dalam pencegahan (preventive
control), kedua, pengendalian dalam pemeriksaan (detective control), ketiga, untuk
pengendalian korektif (corrective control), lihat, Rusdi Hamka Lubis (2014), Analisis
Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan dalam meminimalkan pembiayaan macet, Tesis,
Sekolah Tinggi Ahmad Dahlan Jakarta.
8
2. Pengendalian manajemen
14
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (1992). Internal Control-
Integrated Framework. New York, NY: COSO.
15
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (2006). Internal Control over
Financial Reporting – Guidance for Smaller Public Companies. New York, NY: COSO
9
4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha
Lembaga keuangan.
5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat
waktu.
6. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Lembaga Keuangan
terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;
7. Review yang efektif, independen dan obyektif terhadap prosedur
penilaian kegiatan operasional Lembaga keuangan.
8. Pengujian dan review yang memadai terhadap sistem informasi
manajemen;
9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan,
prosedurprosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus
Lembaga Keuangan berdasarkan hasil audit;
10. Verifikasi dan review secara berkala dan berkesinambungan terhadap
penanganan kelemahan-kelemahan Lembaga Keuangan yang bersifat
material dan tindakan pengurus Lembaga Keuangan untuk
memperbaiki penyimpangan penyimpangan yang terjadi.
16
Hanif, (2012) Urgensi Sistem Pengendalian Intern Bagi Instansi Pemerintah,
Informasi dan Komunikasi, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Jakarta
10
5. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja
sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau
mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian
meliputi hal-hal sebagai berikut:17
6. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian
intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau
sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat
17
Doyle, J., Ge, W., & McVay, S. 2005. Determinants of weaknesses in internal
control over financial reporting and the implications for earning quality. Journal of
Accounting and Economics 44 (2007) 193 - 223.
11
dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda
peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.18
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi
perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau
kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang
bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor
independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern
sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.
12
Dengan penerapan good corporate governance tidak hanya
melindungi kepentingan para investor saja tetapi juga akan dapat
mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan
juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan.
Berbagai manfaat dan keuntungan yang diperoleh dengan penerapan
good corporate governance dapat disebut antara lain19:
1. Dengan penerapan good corporate governance perusahaan dapat
meminimalkan agency cost, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat
dari pendelegasian kewenangan kepada manajemen, termasuk biaya
penggunaan sumber daya perusahaan oleh manajemen untuk
kepentingan pribadi maupun dalam rangka pengawasan terhadap
perilaku manajemen itu sendiri dan termasuk resiko asimetri
informasi.20
2. Perusahaan dapat meminimalkan cost of capital, yaitu biaya modal
yang harus ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman kepada
kreditur. Hal ini sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan secara
baik dan sehat yang pada gilirannya menciptakan suatu referensi
positif bagi para kreditur.21
3. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan
akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan
keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta
terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan
sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan. Berbagai penelitian
telah membuktikan secara empiris bahwa penerapan good corporate
governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif
4. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau
sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan
penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan
perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi
perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat
tindakan tersebut. Chtourou menyatakan bahwa penerapan prinsip-
19
Syakhroza, Akhmad. 2002. Best Practice Good Corporate Governance dalam
Konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Manajemen Usahawan Indonesia.,
No.06/TH.XXXII, Juni
20
Mas Achmad Daniri, 2005, Good Corporate Governance konsep dan
penerapannya dalam konteks Indonesia, Jakarta, Ray
21
Wilson Arafat, 2010, Good Corporate Governance : Pedoman Komprehensif
Mengukur Kinerja Penerapan GCG, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI),
Jakarta
13
prinsip corporate governance yang konsisten akan menghalangi
kemungkinan dilakukannya rekayasa kinerja (earnings management)
yang mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar
dalam laporan keuangannya.22
5. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan
tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor
kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses
tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan
perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi.
Daftar Pustaka
22
Chtourou, S. M., Bedard, J., dan Courteau, L. 2001. Corporate Governance and
Earnings Menagement. Working Paper, April.
14
Nunung Ghoniyah dan Masurip, “Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Komitmen,” Jurnal
Dinamika Manajemen Vol. 2 No. 2 (September 2011): 118–29,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm
Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic Bank, t.t.,
www.worldbank.org.
Amelia, Rizky Windar “Manipulation of Financial Statements,” Kiat Bisnis
Economics Faculty of Widya Dharma University Klaten Vol.6 No. 5,
no. manipulation (Juni 2017), journal.unwidha.ac.id
S Harahap, Sofyan, 2007 Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah, I
(Pustaka Quantum, t.t.).
Ifonie, Regina Reizky Pengaruh Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba
Terhadap Cost Of Equity Capital Padaperusahaan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia JURNAL ILMIAH
MAHASISWA AKUNTANSI – VOL 1, NO. 1, JANUARI 2012
Scott, H., & Scott, G. (2007). Asymmetric information and direct-to-
consumer prescription medicine advertising: a public policy dilemma.
6th iHEA World Congress. July 8-11, Copenhagen. iHEA.
Kathleen, M. Eisenhardt Agency Theory: An Assessment and Review The
Academy of Management Review Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-
74
Ujiyantho, MA 2004, Asimetri informasi dan manajemen laba: Suatu
tinjauan dalam hubungan keagenan - Simposium Nasional Akuntansi,
academia.edu
Smith, Thomas Rugider 2011, FSM Master Thesis: Agency Theory & Its
Consequences, at Copenhagen Business School, hlm 83
J. Stephen Mcnally, 2013, the 2013 COSO framework & SOX compliance ;
One Approach To An Effective Transition , s t r at e g i c f i n a n c e,
COSO
Merystika, Kabuhung, Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan
Pengeluaran Kas Untuk Perencanaan Dan Pengendalian Keuangan
Pada Organisasi Nirlaba Keagamaan, Jurnal EMBA 347 Vol.1 No.3
Juni 2013, Hal. 339-348
15
Hamka Lubis, Rusdi (2014), Analisis Sistem Pengendalian Intern
Pembiayaan dalam meminimalkan pembiayaan macet, Tesis, Sekolah
Tinggi Ahmad Dahlan Jakarta.
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (1992). Internal Control-
Integrated Framework. New York, NY: COSO.
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (2006). Internal Control
over Financial Reporting – Guidance for Smaller Public Companies.
New York, NY: COSO
Hanif, (2012) Urgensi Sistem Pengendalian Intern Bagi Instansi Pemerintah,
Informasi dan Komunikasi, Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian, Jakarta
Doyle, J., Ge, W., & McVay, S. 2005. Determinants of weaknesses in
internal control over financial reporting and the implications for
earning quality. Journal of Accounting and Economics 44 (2007) 193
- 223.
frilia, Figna Pengaruh Asimetri Informasi, Sistem Pengendalian Intern, Dan
Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (studi empiris pada bank swasta di kota pekanbaru), Jom
FEKON VOL.2 NO. 1 Februari 2015
Syakhroza, Akhmad. 2002. Best Practice Good Corporate Governance
dalam Konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Manajemen
Usahawan Indonesia., No.06/TH.XXXII, Juni
Daniri, Mas Achmad 2005, Good Corporate Governance konsep dan
penerapannya dalam konteks Indonesia, Jakarta, Ray
Arafat, Wilson, 2010, Good Corporate Governance : Pedoman
Komprehensif Mengukur Kinerja Penerapan GCG, Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Jakarta
16
17