Anda di halaman 1dari 17

ASIMETRI INFORMASI PERBANKAN SYARIAH

oleh :
Rusdi Hamka Lubis

A. Latar belakang
Maju mundurnya sebuah organisasi perusahaan salah satunya
ditentukan oleh kinerja1 dan cara manajemen dalam mengantisipasi resiko
perusahaan (risk management).2 Akhir-akhir ini kecenderungan kecurangan
atas penyimpangan terhadap laporan telah menjadi fokus industri dan
pengamat keuangan di seluruh dunia.3 Kecurangan yang dimaksud adalah
setiap upaya penipuan yang disengaja, dengan mengambil harta atau hak
orang lain.
Dalam melakukan antisipasi resiko akan kecurangan maka Laporan
atas sebuah kegiatan organisasi harus didasarkan pada sebuah konsep
sehingga isi dan informasinya harus disajikan sesuai dengan pihak-pihak
yang akan menggunakannya. Seperti halnya Entitas syariah juga telah
menggunakan konsep enterprise theory dengan memasukkan Tuhan sebagai
salah satu stakeholdernya.4
Organisasi Perusahaan pada proses bisnisnya menggunakan teori keagenan.
Teori yang berakar dari perpaduan teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi
dan teori organisasi. Teori keagenan ini pada prinsipnya menyatakan adanya
hubungan dan ketergantungan antara pihak yang memberi wewenang yaitu
pemegang saham (investor) dengan pihak yang diberikan wewenang yakni
direktur atau manajer. Teori keagenan ini juga didasar keyakinan bahwa
1
Nunung Ghoniyah dan Masurip, “Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Komitmen,” Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 2
No. 2 (September 2011): 118–29, http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm.
2
Tujuan utama dari manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan,
didefinisikan dengan “keuntungan dan tingkat resiko”, para manajemen akan selalu
menimbang resiko, fungsi harta (a treasury function, rencana keuangan dan penganggaran,
akuntansi dan sistem informasi, lihat, Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Risk Analysis
for Islamic Bank, t.t., www.worldbank.org.
3
Rizky Windar Amelia, “Manipulation of Financial Statements,” Kiat Bisnis
Economics Faculty of Widya Dharma University Klaten Vol.6 No. 5, no. manipulation (Juni
2017), journal.unwidha.ac.id.
4
Sofyan S Harahap, Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah, I (Pustaka
Quantum, t.t.).
pada prinsipnya manusia adalah mahluk dapat bertanggung jawab atas
amanah yang diberikan kepadanya.5
Pada praktek produksi, teori Keagenan dirumuskan ketika Satu orang atau
lebih (principal) mengangkat orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent. Perikatan antara principal dan agen dapat mengarah pada
kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena
agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang
perusahaan dibandingkan dengan principal. Pada satu pernyataan asumsi
bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri
sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong
agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Kerangka Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976)
Agency Costs : monitoring, bonding, residual
Models :
Holmstrom (1979) Contract
Ross (1979)
Bajman (1990)
Gjesdal (1981) AGENT Reward/
PRINCIPAL
Compensation

Risk-neutral Risk-neutral
Risk-averse Risk-averse
Effort-averse Random Factors/
State of Natura Risk /
Outcome/
Perforrmance Benefit

Effort/Action

Information Asymetri
Communication
Agent’s Private/ Observability Compensation
Local Info by Principal Scheme

Value of
Comminucation and
Controllabillity

Sumber : Suwardjono (2001) sebagaimana dikutip Mardiyah (2003)

Manajer sebagai tugasnya menjadi pengelola perusahaan lebih


banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu
5
Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic Bank.

2
sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan untuk digunakan oleh berbagai pihak
(stakeholder), termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang
sangat berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para
pengguna eksternal (selain manajemen). Laporan keuangan tersebut penting
bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna internal
(para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau
perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi,
sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak
sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan menimbulkan gap dan akan munculnya suatu kondisi
yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu
suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara
pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak
pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna
informasi (user).

B. Asimetri Informasi
Model asimetri informasi mengasumsikan bahwa setidaknya satu
pihak dalam transaksi memiliki informasi yang relevan, sedangkan yang
lainnya tidak. Beberapa model informasi asimetris juga dapat digunakan
dalam situasi di mana setidaknya satu pihak dapat menegakkan, atau secara
efektif membalas atas pelanggaran, bagian-bagian tertentu dari perjanjian,
sedangkan yang lain tidak bisa. 6

Dalam model pemilihan yang salah, pihak yang tidak tahu tidak
memiliki informasi ketika bernegosiasi mengenai kesepakatan yang
disepakati atau kontrak untuk transaksi, sedangkan dalam bahaya moral
pihak yang tidak tahu tidak memiliki informasi tentang kinerja transaksi
yang disepakati atau tidak memiliki kemampuan untuk membalas
pelanggaran persetujuan. Contoh seleksi terbalik adalah ketika orang yang

6
Regina Reizky Ifonie, Pengaruh Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba
Terhadap Cost Of Equity Capital Padaperusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia JURNAL ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI – VOL 1, NO. 1,
JANUARI 2012

3
berisiko tinggi lebih cenderung membeli asuransi karena perusahaan asuransi
tidak dapat secara efektif mendiskriminasi mereka, biasanya karena
kurangnya informasi tentang risiko individu tertentu tetapi juga kadang-
kadang oleh kekuatan hukum atau kendala lainnya. . Contoh bahaya moral
adalah ketika orang lebih cenderung berperilaku sembarangan setelah
diasuransikan, baik karena perusahaan asuransi tidak dapat mengamati
perilaku ini atau tidak dapat membalasnya secara efektif, misalnya dengan
tidak memperbarui asuransi.

Asimetri Informasi adalah suatu kondisi apabila pemilik atau atasan


tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja agen atau bawahan
sehingga atasan tidak dapat menentukan kontribusi bawahan terhadap hasil
aktual perusahaan. ini berkaitan dengan kondisi ketidakpastian lingkungan
dapat menyebabkan informasi bawahan terhadap bidang teknisnya melebihi
informasi yang dimiliki atasannya.1 Menurut Anthony dan Govindarajah
menyatakan bahwa kondisi asimetri informasi muncul dalam teori keagenan,
yaitu pemilik atau atasan (principal) memberikan wewenang kepada agen
atau manajer atau bawahan untuk mengatur perusahaan yang
dimilikinya.Karena principal tidak memiliki informasi yang mencukupi
mengenai kinerja agent, principal tidak pernah tahu pasti bagaimana usaha
agent memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan, situasi ini disebut
sebagai asimetri
Menurut Scott7, terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, adalah kondisi bahwa para manajer serta orang-
orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang
situasi dan prospek perusahaan dibandingkan shareholder dan pihak
luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, adalah bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui dan disetujui oleh pemegang
saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat
melakukan tindakan diluar pengetahuan dan persetujuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau
norma mungkin tidak layak dilakukan.

7
Scott, H., & Scott, G. (2007). Asymmetric information and direct-to-consumer
prescription medicine advertising: a public policy dilemma. 6th iHEA World Congress. July
8-11, Copenhagen. iHEA.

4
Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang
terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfaatkan
pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt8 mengemukakan tiga
asumsi sifat dasar manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya selalu ingin mementingkan diri sendiri
dan bersifat egois (self interest),
2. Manusia pada prinsipnya memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
3. Manusia selalu akan lebih memilih menghindari resiko (risk
adverse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan
bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu
dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang
disampaikan.9 Hal asumsi dasar manusia ini menjadi kritik terhadap teori
keagenan yang memberikan amanah penuh terhadap manajer sebuah entitas
bisnis.10

C. Pengendalian intern (internal control)


Istilah pengendalian intern dalam dunia ekonomi dan bisnis telah
berkembang sejak awal abad ke 20. Pengertian dan penggunaannya
bervariasi di antara pelaku pelaku bisnis sehingga pada tahun 1992,
Committee of Sponsoring Organization (COSO) menerbitkan Internal
Control – an Integrated Framework.11 Dalam publikasi tersebut COSO
8
Kathleen M. Eisenhardt Agency Theory: An Assessment and Review The
Academy of Management Review Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-74
9
MA Ujiyantho, 2004, Asimetri informasi dan manajemen laba: Suatu tinjauan
dalam hubungan keagenan - Simposium Nasional Akuntansi, academia.edu

10
Thomas Rugider Smith, 2011, FSM Master Thesis: Agency Theory & Its
Consequences, at Copenhagen Business School, hlm 83

11
Pada tulisan ini sekitar 175 halaman, menjabarkan Kerangka Kerja secara
terperinci, mendefinisikan pengendalian internal, menggambarkan komponen pengendalian
internal dan prinsip-prinsip yang mendasari, dan memberikan arahan untuk semua tingkat
manajemen dalam merancang dan menerapkan pengendalian internal dan menilai
efektivitasnya. Lampiran untuk pembahasan ini, termasuk glosarium, pertimbangan khusus
untuk entitas yang lebih kecil, ringkasan perubahan vs. versi 1992, dll., Memberikan

5
mendefinisikan pengertian pengendalian intern, komponen-komponen yang
ada di dalamnya, dan kriteria-kriteria serta materi pendukung sebagai
panduan untuk mengevaluasi suatu sistem pengendalian intern. Terbitnya
publikasi tersebut merupakan titik tolak perkembangan yang signifikan
karena publikasi tersebut diterima secara internasional sebagai kerangka
dasar untuk mengevaluasi pengendalian internal suatu entitas.
Definisi Pengendalian Internal menurut COSO adalah: ”Pengendalian
intern adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi,
manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai terkait dengan pencapaian tujuan
yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, dan efektifitas dan efisiensi operasi.” Sedangkan
komponen-komponen dalam pengendalian intern terdiri atas Lingkungan
Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan
Komunikasi, serta Pemantauan. Komponen-komponen tersebut saling terkait
dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengendalian.intern juga didefinisikan sebagai suatu proses pada
teori akuntansi dan organisasi, yang dipengaruhi oleh sumber daya
insani dan sistem teknologi informasi, yang disiapkan untuk membantu
perusahaan/organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.12
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan
melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak
kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Adanya sistem akuntansi yang memadai,
menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi
setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau
pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder)
lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut
dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan
referensi tambahan tetapi tidak dianggap sebagai bagian dari Kerangka. Lihat, J. Stephen
Mcnally, 2013, the 2013 COSO framework & SOX compliance ; One Approach To An
Effective Transition , s t r at e g i c f i n a n c e, COSO

Merystika Kabuhung, Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan Pengeluaran


12

Kas Untuk Perencanaan Dan Pengendalian Keuangan Pada Organisasi Nirlaba Keagamaan,
Jurnal EMBA 347 Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 339-348

6
operasi perusahaan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan
secara langsung dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau
menyediakan laporan keuangan yang tepat serta menjamin ditaatinya atau
dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau
dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan
prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan
informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan
peraturan yang berlaku.

D. Tujuan Pengendalian Intern


Sistem pengendalian intern adalah menjamin manajemen perusahaan atau
sebuah organisasi serta entitas tertentu agar:
1. Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya
3. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.

Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan


pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan
manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan.

7
Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway
Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian
intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control Environment),
Penilaian Risiko (Risk Assesment), Aktivitas Pengendalian (Control
Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan Komunikasi
(Information and Communication)

E. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para
manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di
organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan
pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam
persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi
manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur
organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan.
Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan
unsur-unsur pengendalian intern yang lain.

F. Pengendalian internal vs pengendalian manajemen:

1. Pengendalian internal13

a. Pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian intern dan


ekstern
b. Lebih menekankan pada tujuan perusahaan dan
menghubungkan pengendalian manajemen untuk mencapai
tujuan meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan.

13
Fungsi sistem pengendalian intern untuk melakukan tiga fungsi penting dalam
sebuah perusahaan, yaitu : pertama, fungsi pengendalian dalam pencegahan (preventive
control), kedua, pengendalian dalam pemeriksaan (detective control), ketiga, untuk
pengendalian korektif (corrective control), lihat, Rusdi Hamka Lubis (2014), Analisis
Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan dalam meminimalkan pembiayaan macet, Tesis,
Sekolah Tinggi Ahmad Dahlan Jakarta.

8
2. Pengendalian manajemen

a. Mengendalikan terdiri dari pengendalian administratif dan


pengendalian akuntansi
b. menekankan pada pengendalian terhadap mengamankan
aktiva perusahaan dengan melakukan pecatatan akuntansi
memadai
c. meliputi akuntansi meningkatkan efektifitas dan efisiensi dan
taat pada hukum yang berlaku.
Sedangkan COSO memperkenalkan lima komponen pengendalian
intern sebagai pembaharuan dari pengendalian manajemen, pengendalian
manajemen lebih menekankan terhadap prosedur, sementara pengendalian
intern lebih menekankan peran manusia/pelaku dibandingkan serangkaian
prosedur.14

3. Penilaian Risiko (Risk Assesment)


Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang
namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan
dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang
telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di
perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya.15

4. Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Resiko

Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen resiko


sekurang-kurangnya mencakup:
1. Kesesuaian antara sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat
resiko yang melekat pada kegiatan usaha Lembaga keuangan.
2. Penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan
kepatuhan kebijakan, prosedur dan limit.
3. Penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan
kerja operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi
pengendalian.

14
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (1992). Internal Control-
Integrated Framework. New York, NY: COSO.
15
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (2006). Internal Control over
Financial Reporting – Guidance for Smaller Public Companies. New York, NY: COSO

9
4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha
Lembaga keuangan.
5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat
waktu.
6. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Lembaga Keuangan
terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;
7. Review yang efektif, independen dan obyektif terhadap prosedur
penilaian kegiatan operasional Lembaga keuangan.
8. Pengujian dan review yang memadai terhadap sistem informasi
manajemen;
9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan,
prosedurprosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus
Lembaga Keuangan berdasarkan hasil audit;
10. Verifikasi dan review secara berkala dan berkesinambungan terhadap
penanganan kelemahan-kelemahan Lembaga Keuangan yang bersifat
material dan tindakan pengurus Lembaga Keuangan untuk
memperbaiki penyimpangan penyimpangan yang terjadi.

Gambar Penilaian Resiko16

16
Hanif, (2012) Urgensi Sistem Pengendalian Intern Bagi Instansi Pemerintah,
Informasi dan Komunikasi, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Jakarta

10
5. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja
sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau
mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian
meliputi hal-hal sebagai berikut:17

a. Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib.


b. Pelimpahan tanggung jawab.
c. Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.
d. Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional.

6. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian
intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau
sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat

17
Doyle, J., Ge, W., & McVay, S. 2005. Determinants of weaknesses in internal
control over financial reporting and the implications for earning quality. Journal of
Accounting and Economics 44 (2007) 193 - 223.

11
dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda
peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.18
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi
perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau
kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang
bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor
independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern
sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.

7. Informasi dan Komunikasi (Information and


Communication)
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting
dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring
diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional dan menjamin
ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku
pada perusahaan.
Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen
dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.
Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan
keputusan dan pelaporan eksternal.

 International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI):


Guidelines for Internal Control Standards (1992)
 Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission: Internal Control - Integrated Framework (1994)
 Sugiarto, Pengantar Akuntansi, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta, 2002.

G. Perpaduan Konsep Pengendalian Internal dan Pengendalian


Manajemen pada Model Good Corporate Governance serta
manfaatnya dalam Asimetri Informasi Perusahaan
18
Figna frilia, Pengaruh Asimetri Informasi, Sistem Pengendalian Intern, Dan
Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (studi empiris
pada bank swasta di kota pekanbaru), Jom FEKON VOL.2 NO. 1 Februari 2015

12
Dengan penerapan good corporate governance tidak hanya
melindungi kepentingan para investor saja tetapi juga akan dapat
mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan
juga pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan.
Berbagai manfaat dan keuntungan yang diperoleh dengan penerapan
good corporate governance dapat disebut antara lain19:
1. Dengan penerapan good corporate governance perusahaan dapat
meminimalkan agency cost, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat
dari pendelegasian kewenangan kepada manajemen, termasuk biaya
penggunaan sumber daya perusahaan oleh manajemen untuk
kepentingan pribadi maupun dalam rangka pengawasan terhadap
perilaku manajemen itu sendiri dan termasuk resiko asimetri
informasi.20
2. Perusahaan dapat meminimalkan cost of capital, yaitu biaya modal
yang harus ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman kepada
kreditur. Hal ini sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan secara
baik dan sehat yang pada gilirannya menciptakan suatu referensi
positif bagi para kreditur.21
3. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan
akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan
keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta
terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan
sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan. Berbagai penelitian
telah membuktikan secara empiris bahwa penerapan good corporate
governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif
4. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau
sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan
penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan
perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi
perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat
tindakan tersebut. Chtourou menyatakan bahwa penerapan prinsip-

19
Syakhroza, Akhmad. 2002. Best Practice Good Corporate Governance dalam
Konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Manajemen Usahawan Indonesia.,
No.06/TH.XXXII, Juni
20
Mas Achmad Daniri, 2005, Good Corporate Governance konsep dan
penerapannya dalam konteks Indonesia, Jakarta, Ray
21
Wilson Arafat, 2010, Good Corporate Governance : Pedoman Komprehensif
Mengukur Kinerja Penerapan GCG, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI),
Jakarta

13
prinsip corporate governance yang konsisten akan menghalangi
kemungkinan dilakukannya rekayasa kinerja (earnings management)
yang mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar
dalam laporan keuangannya.22
5. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan
tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor
kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses
tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan
perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi.

Daftar Pustaka

22
Chtourou, S. M., Bedard, J., dan Courteau, L. 2001. Corporate Governance and
Earnings Menagement. Working Paper, April.

14
Nunung Ghoniyah dan Masurip, “Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Komitmen,” Jurnal
Dinamika Manajemen Vol. 2 No. 2 (September 2011): 118–29,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm
Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Risk Analysis for Islamic Bank, t.t.,
www.worldbank.org.
Amelia, Rizky Windar “Manipulation of Financial Statements,” Kiat Bisnis
Economics Faculty of Widya Dharma University Klaten Vol.6 No. 5,
no. manipulation (Juni 2017), journal.unwidha.ac.id
S Harahap, Sofyan, 2007 Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah, I
(Pustaka Quantum, t.t.).
Ifonie, Regina Reizky Pengaruh Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba
Terhadap Cost Of Equity Capital Padaperusahaan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia JURNAL ILMIAH
MAHASISWA AKUNTANSI – VOL 1, NO. 1, JANUARI 2012
Scott, H., & Scott, G. (2007). Asymmetric information and direct-to-
consumer prescription medicine advertising: a public policy dilemma.
6th iHEA World Congress. July 8-11, Copenhagen. iHEA.
Kathleen, M. Eisenhardt Agency Theory: An Assessment and Review The
Academy of Management Review Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-
74
Ujiyantho, MA 2004, Asimetri informasi dan manajemen laba: Suatu
tinjauan dalam hubungan keagenan - Simposium Nasional Akuntansi,
academia.edu
Smith, Thomas Rugider 2011, FSM Master Thesis: Agency Theory & Its
Consequences, at Copenhagen Business School, hlm 83
J. Stephen Mcnally, 2013, the 2013 COSO framework & SOX compliance ;
One Approach To An Effective Transition , s t r at e g i c f i n a n c e,
COSO
Merystika, Kabuhung, Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan
Pengeluaran Kas Untuk Perencanaan Dan Pengendalian Keuangan
Pada Organisasi Nirlaba Keagamaan, Jurnal EMBA 347 Vol.1 No.3
Juni 2013, Hal. 339-348

15
Hamka Lubis, Rusdi (2014), Analisis Sistem Pengendalian Intern
Pembiayaan dalam meminimalkan pembiayaan macet, Tesis, Sekolah
Tinggi Ahmad Dahlan Jakarta.
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (1992). Internal Control-
Integrated Framework. New York, NY: COSO.
Committee of Sponsoring Organisations (COSO). (2006). Internal Control
over Financial Reporting – Guidance for Smaller Public Companies.
New York, NY: COSO
Hanif, (2012) Urgensi Sistem Pengendalian Intern Bagi Instansi Pemerintah,
Informasi dan Komunikasi, Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian, Jakarta
Doyle, J., Ge, W., & McVay, S. 2005. Determinants of weaknesses in
internal control over financial reporting and the implications for
earning quality. Journal of Accounting and Economics 44 (2007) 193
- 223.
frilia, Figna Pengaruh Asimetri Informasi, Sistem Pengendalian Intern, Dan
Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (studi empiris pada bank swasta di kota pekanbaru), Jom
FEKON VOL.2 NO. 1 Februari 2015
Syakhroza, Akhmad. 2002. Best Practice Good Corporate Governance
dalam Konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Manajemen
Usahawan Indonesia., No.06/TH.XXXII, Juni
Daniri, Mas Achmad 2005, Good Corporate Governance konsep dan
penerapannya dalam konteks Indonesia, Jakarta, Ray
Arafat, Wilson, 2010, Good Corporate Governance : Pedoman
Komprehensif Mengukur Kinerja Penerapan GCG, Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Jakarta

16
17

Anda mungkin juga menyukai