Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN

FARMAKOKINETIKA 2

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

Dosen Pengampu:

Yardi, Ph.D., Apt.


Umar Mansur, Drs., M.Sc
Marvel, M.Farm., Apt
Suci Ahda Novitri, M.Si., Apt

Disusun Oleh:

An Nisa Patimah Az Zahrah (11171020000064)


Kelas AC

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sering melihat terjadi proses
kimia maupun fisika. Ada beberapa proses fisika-kimia yang dapat digunakan
untuk memberikan informasi analisis. Proses ini berkaitan dengan sejumlah sifat
atom dan molekul serta fenomena-fenomena yang mampu menjadikan elemen-
elemen atau senyawa-senyawa tersebut dapat dideteksi atau dapat diukur secara
kuantitatif pada kondisi yang dapat dikontrol (Sudjadi,2008).
Teknik analisis hanya merujuk pada pengukuran dan evaluasi hasil
pengukuran. Metode analisis merujuk pada penetapan kadar senyawa tertentu
dan evaluasi hasil pengukuran, sedangkan prosedur analisis merupakan
serangkaian proses mulai dari penyiapan sampel sampai evaluasi hasil
pengukuran (Sudjadi,2008).
Untuk pengujian dan penetapan dalam farmakope tidak perlu mutu analisa
(pro analisa), cukup merujuk pada monografi yang tercantum dalam farmakope.
Dalam hal ini harus diartikan bahwa spesifikasi tersebut adalah persyaratan
minimum dan zat dengan spesifikasi yang lebih murni dapat digunakan. Nama
pereaksi yang diikuti, jika tidak diikuti oleh (Dirjen RI, 1995)
Metode uji dan penetapan hayati (termasuk uji biokimia dan uji
imunokimia) yang tertera dalam monografi merupakan metode yang disarankan,
tidak merupakan keharusan; tetapi jika digunakan metode lain, ketelitian metode
tersebut tidak boleh kurang dari metode yang disarankan (Dirjen RI, 1995).
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membuat larutan baku sampel uji?


2. Bagaimana cara menentukan panjang gelombang maksimum sampel uji?
3. Bagaimana cara membuat kurva kalibrasi?
4. Apa keunggulan dan kelemahan dari pengujian menggunakan alat
spektrofotometer uv-visible?

2
1.3 Tujuan

Dalam penulisan laporan diharapkan penulis dapat memahami bagaimana cara


membuat kurva kalibrasi serta menganalisa hasil kurva kalibrasi tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

Gelombang merupakan getaran yang merambat secara kontinu


dengan bentuk yang tetap pada kecepatan konstan secara periodik.
Gelombang elektromagnetik tidak memerlukan bahan sebagai medium
perambatannya. Spektrum gelombang elektromagnetik dapat digolongkan
berdasarkan panjang gelombang atau frekuensinya. Spektrum
elektromagnetik dapat dipertimbangkan sebagai bentuk energi cahaya
sebagai transfer gelombang. Bentuk sederhana dari cahaya elektromagnetik
dapat dilihat dalam gambar berikut.

Source:

Gelombang-gelombang elelktromagnetik ini tersusun atas beragam


jenis molekul. Molekul-molekul inilah yang dapat mengabsorbsi atau
mentransmisi radiasi gelombang elektromagnetik. Perbedaan warna yang
terlihat oleh mata manusia sebenarnya ditentukan dengan bagaimana
gelombang cahaya tersebut diabsorbsi dan ditransmisikan (dipantulkan)
oleh objek suatu larutan.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau


absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan
pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan
sering disebut dengan spektrofotometri (Basset, 1994). Spektroskopi
merupakan metode yang digunakan untuk menguji materi dan atributnya
berdasarkan cahaya yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi
tersebut dalam suatu larutan. Alat yang digunakan dalam spektroskopi yaitu

4
spektrofotometer. Salah satu jenis dari spekrofotometer adalah
spektrofotometer sinar tampak (Visible). Alat tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui karakteristik suatu mateial dalam larutan, berupa panjang
gelombang serapan maksimum, nilai absorbansi dan konsentrasi material
dalam larutan, dengan memberikan radiasi cahaya pada larutan kemudian
mengukur intensitas cahaya yang terserap oleh larutan. Radiasi dapat berupa
cahaya polikromatis dan monokromatis; cahaya polikromatis digunakan
untuk menyeleksi spektrum cahaya yang mengalami penyerapan
maksimum, sedangkan cahaya monokromatis dapat mengakuratkan data,
karena memiliki rentang panjang gelombang yang sempit.

Sebuah spektrofotometer memiliki lima bagian penting yaitu:


- Sumber cahaya, untuk UV umumnya digunakan lampu deuterium
(D2 O), untuk visible digunakan lampu tungstent xenon (Auc).
- Monokromator, yaitu suatu alat untuk mengubah cahaya polikromatik
menjadi cahaya monokromatik
- Sel penyerap / wadah pada sample, cell dalam spektrofotometer disebut
juga dengan kuvet.
- Photodetektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik
- Analyzer (pengolah data), untuk spektrofotometer modern biasanya
dilengkapi dengan komputer.
Satuan Konsentrasi Parts Per Million (ppm )
Tipe konsentrasi yang telah umum digunakan dalam kimia
adalah molaritas dan molalitas, ahli kimia analitik lebih sering
menggunakan satuan “parts per…” yang berarti bisa berupa parts per
million (ppm) atau parts per billion (ppb). Ketika kita bekerja
menggunakan padatan dalam liquid, ppm menyatakan jumlah miligram
zat terlarut dalam satu liter larutan (1000 ml) atau dapat pula ringkasnya
adalah ppm menyatakan miligram terlarut/ 1000 ml.

5
BAB III
METODE KERJA

3.1 Bahan
1. Air suling
2. Parasetamol

3.2 Alat
1. Beaker glass
2. Batang pengaduk
3. Spektrofotometer

3.3 Prosedur Kerja


- Membuat larutan induk Paracetamol 1000 ppm dan 100 ppm
1. Ditimbang 100 mg PCT
2. Dilarutkan dalam aquades lalu di ad 100 ml sehingga diperoleh larutan
PCT dengan konsentrasi 1000 ppm
3. Dilakukan pengenceran terhadap larutan induk PCT 1000 ppm dengan
cara mengambil 1 ml larutan PCT 1000 ppm
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lain
5. Ad 100 ml aquades sehingga diperoleh larutan PCT dengan konsentrasi
10 ppm
- Menentukan panjang gelombang maksimum Paracetamol
1. Disiapkan larutan PCT paracetamol dengan konsentrasi 10 ppm
2. Baca intensitas serapan yang terjadi pada spektrometer pada panjang
gelombang 200-400 nm
3. Plotkan serapan yang terbaca dan tetapkan berapa panjang gelombang
maksimumnya
- Membuat kurva kalibrasi
1. Dibuat seri larutan obat dalam air dengan kadar 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm,
12 ppm, dan 14 ppm
2. Baca intensitas serapan yang terjadi dari masing-masing kadar pada
panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh

6
3. Dibuat persamaan kurva kalibrasi dengan memplotkan nilai absorbsi
pada sumbu y dan waktu pengukuran pada sumbu x

3.4 Perhitungan bahan


• Proses Pembuatan Larutan Induk PCT 1000 ppm
Ditimbang 100 mg parasetamol, dilarutkan dalam 100 mL aquadest

100 𝑚𝑔
= 1000 𝑝𝑝𝑚
0,1 𝐿

• Proses Pengenceran Larutan Induk


- Pengenceran 100 ppm
1000 ppm . x = 100 ppm . 100 mL
x = 10 mL
Jadi, dari larutan 1000 ppm itu diambil 10 mL larutan obat PCT dan di
ad hingga 100 mL dengan aquadest
- Pengenceran 10 ppm

100 ppm . x = 10 ppm . 100 mL

x = 10 mL

Jadi, dari larutan 100 ppm itu diambil 10 mL larutan obat PCT dan di
ad hingga 100 mL dengan aquadest
• Pembuatan Larutan Seri Konsentrasi yakni 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12
ppm, dan 14 ppm
- Pembuatan Larutan PCT 6 ppm
- 100 ppm . x = 6 ppm . 100 mL
- x = 6 mL
Jadi, dari larutan 100 ppm itu diambil 6 mL larutan obat PCT dan di ad
hingga 100 mL dengan aquadest
- Pembuatan Larutan PCT 8 ppm
- 100 ppm . x = 8 ppm . 50 mL
- x = 4 mL

7
Jadi, dari larutan 100 ppm itu diambil 4 mL larutan obat PCT dan di ad
hingga 50 mL dengan aquadest
- Pembuatan Larutan PCT 10 ppm
- 100 ppm . x = 10 ppm . 100 mL
- x = 10 mL
Jadi, dari larutan 100 ppm itu diambil 10 mL larutan obat PCT dan di
ad hingga 100 mL dengan aquadest
- Pembuatan Larutan PCT 12 ppm
- 100 ppm . x = 12 ppm . 50 mL
- x = 6 mL
Jadi, dari larutan 100 ppm itu diambil 6 mL larutan obat PCT dan di ad
hingga 50 mL dengan aquadest
- Pembuatan Larutan PCT 14 ppm
- 100 ppm . x = 14 ppm . 100 mL
- x = 14 mL
Jadi, dari larutan 100 ppm itu diambil 14 mL larutan obat PCT dan di
ad hingga 100 mL dengan aquadest

NILAI FAKTOR PENGENCERAN


Faktor pengenceran dalam percobaa ini adalah
Faktor Pengenceran = Jumlah vol labu / jumlah vol sampel
= 100 x100 x100 / 100 x10 x10 = 10 X

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
• Absorbansi Maximum

Absorbansi maksimum didapatkan 242, 4 nm

• Data Absorbansi
No. Konsentrasi Absorbansi
PCT
1 2 3
1. 6 ppm 0,325 0,324 0,325
2. 8 ppm 0,438 0,439 0,438
3. 10 ppm 0,545 0,545 0,544
4. 12 ppm 0,651 0,650 0,651
5. 14 ppm 0,753 0,752 0,752

9
• Kurva Kalibrasi

Kurva Kalibrasi
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300 y = 0,1068x + 0,2218
0,200
R² = 0,9996
0,100
0,000
0 1 2 3 4 5 6

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan akhir untuk menganalisa
parasetamol dengan menggunakan spektrofotomoter UV. Spektrofotometer
adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dengan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorpsi. Kelebihan Spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih lebih terseleksi, diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating atau celah optis. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan
sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blangko ataupun perbandingan. (Susila, 2017)

Dalam penggunannya di praktikum kali ini spektrofotometer UV digunakan


untuk menganalisa parasetamol. Hal ini dikarenakan pada industri Farmasi,
pengawasan mutu merupakan salah satu bagian dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil produksi yang dipasarkan
memenuhi persyaratan CPOB. Pada persyaratan ini perlu dilakukan penetapan
kadar parasetamol dalam tablet, yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia
(FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

10
110,0%. Maka dari itu penetapan kadar parasetamol dalam suatu sediaan dibutuhkan
metode yang teliti dan akurat yakni dengan spektrofotometer UV. Parasetmaol ini
merupakan salah satu senyawa organik yang memiliki gugus kromofor yakni gugus
fungsi yang menyerap atau mengabsorbsi radiasi elektromagnetik di daerah panjang
gelombang ultraviolet dan daerah cahaya tampak. Contoh kromofor: C=O, C=C, N=N
dan NO2. Penggunaan spektrofotometer UV ini lah yang digunakan untuk
menganalisa gugus kromofor tsb. Spektrofotometeri UV ini memiliki kemampuan
analisa baik kuantitiatif maupun kualititatif. Dalam praktikum kali ini parasetamol
salah satu senyawa yang dapat mengabrobsi sinar UV digunakan sebagai dasar
pengurukuran baik kualititatif dan kuantitiatif. Setiap molekul analit sb. Nantinya
akan mampu mengabsribsi radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang
karakterisik. Alat ini merupakan instrument yang digunakan untuk mengukur jumlah
cahaya yang diserap atau instensitas warn ayang sesuai dengan panjang gelombang.
Proses analisa kuantitatif oleh spektrofotometri UV ini dilakukan dengan
pengurkurang terhadap cahaya yang diserap oleh senyawa dan nilai tsb. Akan terukur
dalam bentuk transmitansi dan absorbansi.

Percobaan yang dilakukan dalam praktikumini dimulai dengan melakukan


pembuatan larutan parasetamol berkonsentrasi 1000 ppm yaitu dengan cara
menimbang 100 mg parasetamol lalu dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest. Lalu
dilanjutkan dengan membuat pengenceran dari konsentrasi 1000 ppm ke 100 ppm
dengan cara mengambil 10 mL dari larutan berkonsentrasi 1000 ppm, lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan
menggunakan aquadest. Dari 100 ppm Setelah mendapatkan larutan
berkonsentrasi 100 ppm, diencerkan kembali menjadi 10 ppm dengan cara
mengambil 10 mL dari larutan berkonsentrasi 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL dan dicukupkan volumenya dengan menggunakan aquadest.
Seluruh pengenceran dilakukan dengan merujuk pada rumus ini:

𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

Pada hasil praktikum kali ini didapatkan Larutan Parasetamol


berkonsentrasi 10 ppm ini kemudian diukur pada panjang gelombang 200-400 nm.
Pengukuran pada rentang panjang gelombang ini karena panjang gelombang
maksimum Parasetamol berada pada rentang tersebut, yaitu 245 nm jika berada

11
dalam suasana asam-air (Moffat et al., 2005). Sebelum dilakukan pengukuran
larutan induk alat spektrofotometri dikalibrasi dengan menggunakan larutan blanko
yaitu aquadest. Pemberian aquadest digunakan untuk penggunaan larutan blanko
adalah untuk membuat konsentrasi pelarut menjadi nol sehingga tidak akan terukur
oleh detektor dan tidak menggangu pembacaan absorbansi sampel dan dengan
demikian dapat memperkecil kesalahan (Depkes RI, 1979).

Hasil percobaan didapatkan pengukuran dan diperoleh panjang gelombang


maksimum Parasetamol sebesar 242,4 nm. Hasil panjang gelombang ini sedikit
menyimpang dari literatur yang menyatakan bahwa panjang gelombang
parasetamol dalam suasana asam-air adalah 245 nm (Moffat et al., 2005).
Penyimpangan ini disebabkan oleh pengambilan larutan baku Parasetamol atau pun
penimbangan bahan peneliti kurang teliti melakukannya. Penyimpangan juga dapat
disebabkan karena kuvet yang digunakan kurang bersih. Fenomena ini juga sering
disebut Pergeseran panjang gelombang ini dinamakan efek hipsokromik atau
pergeseran biru. Ffek hipsokromik atau pergeseran biru adalah terjadinya
perubahan absorbsi ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini terjadi
karena perubahan pelarut atau tidak adanya substituen/auksokrom pada suatu
kromofor (Suhartati, Tati. 2017)

Setelah melakukan kalibrasi menggunakan blanko, selanjutnya larutan seri


konsentrasi 6, 8, 10, 12, dan 14 ppm parasetamol diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimal yang telah didapat, yaitu 242,4 nm. Pengukurang ini
dilakukan dengan metode triplo. Hal ini untuk mencapai hasil yang lebih akurasi
dan presisi. Adapun nilai absorbansi larutan standar parasetamol kelas A pada
panjang gelombang 242,4 nm berturut-turut adalah 0.325, 0.438, 0.545 0.651, dan
0.752. Output yang dihasilkan selain absorbansi adalah koefisien korelasi (r)
sebesar 0,9996. Beradasarkan hukum lamber beer bahwa pada penentuan panjang
gelombang maksimum adalah absorban yang terbaca pada spektrofotometer
hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai
transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan
T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik) (Rohman, A. 2007).

12
Pada percobaan ini juga dilakukan validasi dengan menggunaakan kurva
kalibrasi. Hal ini dilakukank karena kurva kalibrasi merupakan metode standar
yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu analit berdasarkan
hukum Lambert-Beer. Pembuatan kurva kalibrasi bertujuan untuk mengetahui
linieritas hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansinya.
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil
pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran
konsentrasi tertentu (Ermer dan Miller, 2005)

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan hasil antara literatur dengan hasil
percobaan. Banyak hal yang dapat mempengerauhi ketidaksesuaian tersebut salah
satunya adalah sebagai berikut. Pertama hal ini dapat disebabkan dengan Adanya
serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna. Kedua, Serapan oleh kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. Kesalahan fotometrik
normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal
ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan)

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi kelompok kami, maka dapat
disimpulkan:

1. Dari pengukuran, diperoleh panjang gelombang maksimum Parasetamol


sebesar 242,4 nm. Hasil panjang gelombang ini sedikit menyimpang dari
literatur yang menyatakan bahwa panjang gelombang parasetamol dalam
suasana asam-air adalah 245 nm (Moffat et al., 2005). Penyimpangan ini
disebabkan oleh pengambilan larutan baku Parasetamol yang kurang
tepat. Penyimpangan juga dapat disebabkan karena kuvet yang
digunakan kurang bersih.

2. Persamaan regresi linier yang diperoleh Kelas A adalah Y = 0,18x –


0,2218

3. Adapun nilai absorbansi larutan standar parasetamol kelas A pada


panjang gelombang 242,4 nm berturut-turut adalah 0. 0.325, 0.438, 0.545
0.651, dan 0.752 Output yang dihasilkan selain absorbansi adalah
koefisien korelasi (r) sebesar 0,996. Nilai koefisien korelasi yang
diperoleh memenuhi persyaratan karena minimal nilai koefisien korelasi
yang baik adalah 0,977.

14
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. (1994).Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Ed. ke-3


(diterjemahkan oleh M Abdulkadir M, dkk) . Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dachriyanus. (2004), Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi


Cetakan I. Padang: Danalas University Press.

Day, R.A. & Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6
(diterjemahkan oleh Dr. Ir. Iis Sopyan, M. Eng.) Jakarta: Erlangga.

Halliday, David danRobert Resnick. (2011).

Fundamentals of Physics 9th edition.New York : John Wiley & Sons, Inc.
Khopkar, S.M.(1990).

Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Kuroda,


Takao. (2015).

Essentials Principles of Image Sensor. London : Taylor & Francis Group, LLC.
Marham, Sitorus.(2013).

SPEKTROSKOPI, Eulidasi Struktur Molekul Organik Edisi Pertama. Yogyakarta:


Graha Ilmu. Muller, Michael. (2001).

Digital Still Cameras.London : Taylor & Francis Group, LLC. Owen, Tony. (1996).
Fundametal of Uv-Visible Spectroscopy. Germany: Hewlett Packard

15

Anda mungkin juga menyukai