Anda di halaman 1dari 14

STEP 1

1. Attending Behaviour:
Perilaku yang dapat membuat orang lain dapat berbicara secara terbuka kepada kita, dan
dapat menghormati seseorang sehingga dapat tertarik pada apa yang kita katakan
2. Micro skills of communication:
Kompetensi untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain
3. Anamnesis:
Proses penggalian informasi mengenai kondisi pasien
4. Interpretasi:
- Proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara 2 atau lebih pembicara yang tidak
dapat menggunakan simbol yang sama baik secara berurutan atau tidak.
- Memaknai sesuatu
5. Komunikasi:
Proses penyampaian informasi dari komunikator ke komunikan
6. Komunikasi verbal:
Proses penyampaian fikiran, pesan atau perasaan seseorang kepada orang lain secara
lisan/tulisan
7. Komunikasi non verbal:
Komunikasi tanpa menggunakan kata-kata seperti isyarat, gesture, mimik wajah, dll
8. Observasi:
Suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan secara langsung terhadap
suatu objek
9. Etika:
Sesuatu yang sesuai dengan aturan-aturan
10. Empati:
Kemampuan untuk memahami keingina, perasaan dan fikiran orang lain tanpa
mempengaruhi objektifitas dalam menilai orang
11. Komunikatif:
Kemampuan untuk menyampaikan info dengan baik

STEP 2

1. Apa tujuan dan manfaat komunikasi?


2. Bagaimana cara komunikasi yang efektif?
3. Apa jenis-jenis komunikasi?
4. Apa saja unsur-unsur komunikasi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi?
6. Apa hambatan yang terjadi dalam komunikasi?
7. apa saja batasan dalam berkomunikasi dalam islam?
8. Apa yang harus dikembangkan seorang dokter dalam membangun komunikasi yang baik
dengan pasien?
9. Apa saja aspek micro skill yang harus dilatih dalam komunikasi?
10. Bagaimana cara melakukan attending behaviour?
11. Apa kelebihan dan kekurangan dalam melakukan attending behaviour?
12. Mengapa attending behaviour sangat diperlukan dalam anamnesis?
13. Apa langkah-langkah dari anamnesis?
14. Apa tujuan dan manfaat anamnesis?
15. Apa saja syarat-syarat dalam melakukan anamnesis?
16. Bagaimana kriteria anamnesis yang baik?
17. Bagaimana respon pasien dalam komunikasi dengan dokter(anamnesis)?
18. Hal apa saja yang diperhatikan ketika melakukan observasi pada pasien dalam proses
anamnesis?
19. Bagaimanakah tindakan seseorang yang dikatakan sesuai dengan etika dan empati?
20. Mengapa seorang dokter harus memiliki etika dan empati?
21. Apa perbedaan empati dan simpati? Dan mana yang harus diterapakan seorang dokter?
22. Apa saja kode etik kedokteran?

STEP 3

1. Apa tujuan dan manfaat komunikasi?


Tujuan:
- Mempelajari/mengajarkan sesuatu
- Mempengaruhi perilaku seseorang
- Mengungkapkan perasaan
- Menjelaskan perilaku sendiri/orang lain
- Berhubungan dengan orang lain
- Menyelesaikan masalah

Manfaat:

- Memecahkan masalah
- Memahami informasi
- Mempererat tali persaudaraan
- Saling bertukar informasi
2. Bagaimana cara komunikasi yang efektif?
- Mengenali dengan siapa kita berbicara
- Menghilangkan rasa minder
- Memperbanyak wawasan
- Menjadi pendengar yang baik
- Humble: menjadi orang yang rendah hati
- Empathy
- Clarity: dalam berkomunikasi secara jelas dan mudah dimengerti
3. Apa jenis-jenis komunikasi?
- Komunikasi verbal:
a. Secara lisan: langsung dan tidak langsung(lewat media)
b. Secara tulisan : sms, sosial media, koran, dll
- Komunikasi non verbal: bahasa isyarat, gesture, body language, dll
- Komunikasi interpersonal : komunikasi yang melibatkan 2 orang
- Komunikasi intrapersonal : komunikasi yang melibatkan empati seseorang (pada diri
sendiri/self reflection)
4. Apa saja unsur-unsur komunikasi?
- Sumber/komunikator: penyampai pesan
- Pesan yang ingin disampaikan
- Penerima/komunikan: penerima pesan
- Pengaruh/efek yang terjadi setelah adanya iformasi yang disampaikan
- Media untuk menyalurkan informasi (elektronik, non elektronik)
- Feedback/respon yang diberikan dari komunikan ke komunikator
- Hambatan yang terjadi selama proses penyampaian informasi
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi?
- Pengetahuan dan ketrampilan dalam berkomunikasi
- Sikap komunikator (mantap dan meyakinkan)
- Pengalaman
- Latar belakang (agama, budaya, lingkungan, pendidikan)
6. Apa hambatan yang terjadi dalam komunikasi?
- Perbedaan bahasa
- Hambatan teknis: dari media
- hambatan semantik: yang disebabkan oleh proses komunikasi yang menggunakan tata
bahasa yang kurang baik
- hambatan manusiawi: perbedaan pengetahuan
- hambatan fisik: keadaan fisik dari komunikator dan komunikan
- hambatan psikologis: keadaan psikologi (mental) dari komunikator dan komunikan
7. apa saja batasan dalam berkomunikasi dalam islam?
8. Apa yang harus dikembangkan seorang dokter dalam membangun komunikasi yang baik
dengan pasien?
CARE
- Comfort: dokter harus membuat nyaman dirinya sendiri dan pasien
- Acceptance: dokter harus menghargai, menghormati, dan menerima keadaan pasien
- Responsiveness: dokter harus tanggap dengan pasien
- Empathy: dokter harus bisa memahami perasan pasien serta tertarik dengan
permasalahan pasien
9. Apa saja aspek micro skill yang harus dilatih dalam komunikasi?
10. Bagaimana cara melakukan attending behaviour?
11. Apa kelebihan dan kekurangan dalam melakukan attending behaviour?
Kelebihan: mudah memahami permasalahan komunikan (pasien)
Kekurangan: membutuhkan waktu yang lama
12. Mengapa attending behaviour sangat diperlukan dalam anamnesis?
Karena dalam proses anamnesis, tidak semua pasien dapat mengungkapkan keluhannya,
sehingga dengan attending behaviour, pasien akan lebih merasa aman dan nyaman dalam
menyampaikan keluhannya
13. Apa langkah-langkah dari anamnesis?
- Memiliki sikap yang baik
- Bertanya tentang identitas
- Bertanya tentang keluhan yang dialami
- Bertanya tentang riwayat medis
- Anamnesis system (mempelajari sistem kerja yang ada pada tubuh pasien / EBM)
- Meresume informasi yang diperoleh
14. Apa tujuan dan manfaat anamnesis?
Tujuan:
- Mengetahui dan mengambil data pasien (identitas, keluhan, dan riwayat penyakit)
- Menentukan diagnosa penyakit
- Untuk membangun hubungan baik antara dokter-pasien

Manfaat:

- mendapat informasi yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan


keadan pasien
- dokter bisa menentukan terapi yang sesuai untuk pasien
15. Apa saja syarat-syarat dalam melakukan anamnesis?
16. Bagaimana kriteria anamnesis yang baik?
17. Bagaimana respon pasien dalam komunikasi dengan dokter(anamnesis)?
18. Hal apa saja yang diperhatikan ketika melakukan observasi pada pasien dalam proses
anamnesis?
19. Bagaimanakah tindakan seseorang yang dikatakan sesuai dengan etika dan empati?
20. Mengapa seorang dokter harus memiliki etika dan empati?
21. Apa perbedaan empati dan simpati? Dan mana yang harus diterapakan seorang dokter?
22. Apa saja kode etik kedokteran?

STEP 4
STEP 5

1. apa saja batasan dalam berkomunikasi dalam islam?


2. Apa saja aspek micro skill yang harus dilatih dalam komunikasi?
3. Bagaimana cara melakukan attending behaviour?
4. Apa saja syarat-syarat dalam melakukan anamnesis?
5. Bagaimana kriteria anamnesis yang baik?
6. Bagaimana respon pasien dalam komunikasi dengan dokter(anamnesis)?
7. Hal apa saja yang diperhatikan ketika melakukan observasi pada pasien dalam proses
anamnesis?
8. Bagaimanakah tindakan seseorang yang dikatakan sesuai dengan etika dan empati?
9. Mengapa seorang dokter harus memiliki etika dan empati?
10. Apa perbedaan empati dan simpati? Dan mana yang harus diterapakan seorang dokter?
11. Apa saja kode etik kedokteran?

STEP 6

Sumber-sumber belajar:

1. Andjani, Made Dwi. 2014. Komunikasi Antar Pribadi dalam Masyarakat Majemuk. Jakarta:
Dapur Buku.
2. Materials in this section were mainly adapted from Neher JO, Gordon CC, Meyer B, Stevens
N. A Five-Step "Microskills" Model of Clinical Teaching. Journal of the American Board of
Family Practice. 2011. Debra DaRosa, PhD. Association for Surgical Education.
3. Jurnal Konseling dan Pendidikan. Volume 1 Nomor 1, Februari 2013, Hlm 58-66. Penerapan
Microskills dalam Domain Multicultural
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/38761/4/Chapter%20II.pdf
5. http://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38761/4/Chapter%20II.pdf
7. http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc
8. ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN, M.Thalal dan Hiswanil,Administrasi
Fakultas Tehnik USU. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Buku
“Komunikasi dan Empati dalam hubungan Dokter-Pasien Fak. Kedokteran UI karya
Samsuridjal Djauzi, Supartondo”, Hal. 51
9. Siti Aisah Boediardja. 2009. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
10. Djauzi, S dan Supartondo. 2004. “Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan Dokter-Pasien”
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
11. http://idi.org/wp-content/uploads/2013/04/KODEKI-2012

STEP 7

1. apa saja batasan dalam berkomunikasi dalam islam?


a. Qawlan Sadidan (QS. An-Nisa’: 9) ucapan yang benar adalah yang sesuai dengan Al-
Quran, assunah, dan ilmu. Al-Quran mengatakan bahwa berbicara yang benar,
menyampaikan pesan yang benar, adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi dalam
Islam
b. Qawlan Mansyuran (QS. Al-Isra’: 28) hendaknya apapun yang kita sampaikan kepada
orang lain adalah hal-hal yang pantas. Misalnya apabila berbicara dengan orang lain,
pergunakanlah kalimat-kalimat yang tidak mengandung unsur makian, hinaan, dll
c. Qawlan Layyinan (QS. Thaha: 44) dalam ayat ini dijelaskan bahwa dalam berkomunikasi
hendaknya kita bersikap lemah lembut, persuasif, cerdas, memahami lawan bicara dan
mampu mengendalikan emosi.
d. Qawlan Kariman (QS. Al-Isra’:23) dalam ayat ini lebih menekankan hubungan komunikasi
dengan orang yang usianya lebih tua. Yaitu diharuskan untuk menggunakan perkataan
yang mulia, tidak melawan, atau bahkan menunjukkan mimik tidak suka.
e. Qawlan Ma’rufan (QS. An-Nisa’: 5) dalam ayat ini, kita diwajibkan untuk mengatakan hal-
hal yang baik, selain dalam berbicara, ayat ini juga menyangkut tentang wajib
berperilaku yang baik, dalam hal ini dapat diterapkan dalam komunikasi non-verbal.
f. Qawlan Baligha (QS. An-Nisa’: 63) kata baligh dalam bahasa arab artinya sampai
mengenai tujuan. Bila dikaitkan dengan Qawl (ucapan/komunikasi) kata baligh berarti
fasih, jelas maknanya, terang, dan tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki.
Karena itu prinsip ini dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.

Sumber: Andjani, Made Dwi. 2014. Komunikasi Antar Pribadi dalam Masyarakat Majemuk.
Jakarta: Dapur Buku.

2. Apa saja aspek micro skill yang harus dilatih dalam komunikasi?
The Five Microskills for Clinical Teaching
1. Get a commitment – What do you think is going on?
2. Probe for supporting evidence – What led you to that conclusion?
3. Teach general rules – when this happens, do this…
4. Reinforce what was right – Specifically, you did an excellent job of…
5. Correct Mistakes – Next time this happens, try this…

Sumber : Materials in this section were mainly adapted from Neher JO, Gordon CC, Meyer B,
Stevens N. A Five-Step "Microskills" Model of Clinical Teaching. Journal of the American
Board of Family Practice. 2011. Debra DaRosa, PhD. Association for Surgical Education.

3. Bagaimana cara melakukan attending behaviour?


Bila Konselor melakukan interview atau memberikan nasihat kepada konseli, tampaknya
jelas konselor harus
1. Melihat konseli dan mempertahankan kontak mata secara alami.
2. Tubuh konselor harus berkomunikasi . Hal ini pernah diyakini bahwa konseling hanya
pekerjaan yang verbal, namun dengan munculnya rekaman video dan peningkatan
penggunaan film pelatihan dalam intervieu tersebut, telah menjadi jelas bahwa
komunikasi nonverbal adalah dasar dalam setiap intervieu atau konseling. Kontak mata
dan bahasa tubuh merupakan aspek mendasar dari perilaku fisik pada penerimaan awal
(attending behavior).
3. Nada suara(kualitas vokal)
4. Mendengarkan, bagaimanapun, bukanlah suatu perilaku yang dapat diamati.
5. Ekspresi wajah penuh perhatian
6. Tetap pada topik dengan konseli, dan jarang menyela atau tiba-tiba berubah topik
pembicaraan (subjek). Kesalahan utama di awal proses penerimaan awal yang dilakukan
konselor adalah mengubah topik diskusi, dan mengabaikan atau gagal untuk
mendengarkan apa yang dikatakan konseli.
Sumber : Jurnal Konseling dan Pendidikan. Volume 1 Nomor 1, Februari 2013, Hlm 58-
66. Penerapan Microskills dalam Domain Multicultural
4. Apa saja syarat-syarat dalam melakukan anamnesis?
1. Relevan
 Anamnesis dapat dikatakan tidak releva apabila informasi yang diperoleh
selama anamnesis menyimpang dari tujuan anamnesis.
 Relevan dapat tercapai jika :
 Anamnesis sesuai dengan tujuan awal untuk menemukan penyakit yang
diderita pasien.
 Pembicaraan antara dokter dan pasien tidak menyimpang dari pokok
pembicaraan mengenai keluhan keluhan yang diasakan pasien.
2. Valid dan tidak bias ( tidak menyimpang )
 Anamnesis dikatakan valid jika pertanyaan tidak menyimpang yaitu
pertanyaan – pertanyaan :
 Tidak boleh sugestif ( mempengaruhi pasien )
 Contoh : anda seorang yang taat beragama dan tentu yakin kalau sakit anda
akan sembuh dengan pengobatan yang baik bukan?
 Jangan memberikan kemungkinan jawaban yang sempit.
 Contoh : apa yang anda rasakan hanya sakit dibagian gigi saja?
 Seharusnya dibagian gigi yang mana anda merasakan sakit ? sakit seperti
apa yang anda rasakan, nyeri atau cenut-cenut ?
 Jangan membuat praduga ( menduga atau mengira-ngira )
 Contoh : anda merasa mual, muntah ? atau merasa pusing, tidak tidur , atau
apakah anda merasakan sakit di bagian uang
 Jangan menilai
 Contoh : menilai seberapa besar sakit yang dirasakan oleh seseorang apakah
perut saya terasa sakit atau sakit sekali ?

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38761/4/Chapter%20II.pdf
5. Bagaimana kriteria anamnesis yang baik?
Menurut Redhono, Dhani. 2012. History Taking – Anamnesis, Anamnesis yang baik harus
mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada empat pokok
pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven).Yang
dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari
data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah identitas
pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah
keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan
utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama,
dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara
anamnesis, yaitu :
a. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
b. kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
c. Kuantitas keluhan (seberapa sering terjadi ?)
d. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
e. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
f. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari
penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi,
diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan
dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang
menular.
4. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau
merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan).
Sumber: http://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf
6. Bagaimana respon pasien dalam komunikasi dengan dokter(anamnesis)?

a. Perilaku Pasif (respons internal)


Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat
diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang
nyata.
b. Perilaku Aktif (respons eksternal) Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif
adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38761/4/Chapter
%20II.pdf
7. Hal apa saja yang diperhatikan ketika melakukan observasi pada pasien dalam proses
anamnesis?
a. Cara Berbicara: Kejelasan dan artikulasi, nada suara
b. Penampilan
c. Sikap tubuh dan gerakan badan
d. Ekspresi muka
Sumber: http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc
8. Bagaimanakah contoh tindakan seorang dokter yang dikatakan sesuai dengan etika dan
empati?
Contoh etika:
1. Tritmen pada pasien yang menghadapi ajal
2. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri,pembatasan perilaku, dan infomrmed consent.
3. Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran.

Contoh empati:

1. Membangun dasar saling pengertian. Dokter yang berpengalaman dapat merasakan


perasaan pasiennya sebelum pasien tersebut mengungkapkan dengan kata – kata.
Bahkan dokter dapat menolong pasien mengungkapkan perasaan nya
2. Mengefektifkan komunikasi antara dokter dan pasien
Sumber: ASPEK HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN, M.Thalal dan
Hiswanil,Administrasi Fakultas Tehnik USU. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU. Buku “Komunikasi dan Empati dalam hubungan Dokter-Pasien Fak.
Kedokteran UI karya Samsuridjal Djauzi, Supartondo”, Hal. 51
9. Mengapa seorang dokter harus memiliki etika dan empati?
Untuk dapat merasakan apa yg dirasakan oleh pasien dan agara dapat memberikan
respon yang sesuai pada paasien tersebut.
(samsuridjal djauzi dan supartondo dalam buku yg berjudul komunikasi dan empati
dalam hubungan dokter dan pasien)
 Seorang dokter haruslah memiliki rasa empati. Empati adalah ikut merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain, dalam hal ini pasien kita sendiri. Dengan
memposisikan diri sebagai pasien yang dirawat, seorang dokter dapat mengetahui
tentang sakit yang diderita sang pasien dan mampu memberikan penanganan yang
tepat bagi pasien tersebut.
 Komunikasi dengan empati penting guna menyelesaikan
masalah pasien, diagnosis dan terapi, memberikan informasi
dan edukasi, menetapkan keputusan, serta berbagi (to share)
pikir dan rasa, membina hubungan dokter-pasien yang lebih
baik.
 Etika sangat dibutuhkan oleh seorang dokter. Dokter memiliki etika-etika tertentu
dalam menjalankan tugasnya. Etika seorang dokter dalam menjalankan tugasnya
diatur dalam kode etik kedokteran
Sumber: Siti Aisah Boediardja. 2009. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
10. Apa perbedaan empati dan simpati? Dan mana yang harus diterapakan seorang dokter?
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti perasaan, pikiran, dan keinginan
orang lain tanpa mempengaruhi objektivitas dalam menilai orang tersebut
Simpati adalah perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak
atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan. Yang harus diterapkan
seorang dokter adalah empati, karena dengan adanya empati, dapat menimbulkan
komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien. Dalam hal ini, dokter diharapkan
dapat mengerti kebutuhan pasien serta dapat menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter
terhadap pasien. Intinya, Simpati hanyalah perasaan kasihan terhadap orang lain.
Sedangkan Empati tidaknya kasihan tetapi juga memberikan tindakan untuk menolong
orang tersebut.
Sumber: Djauzi, S and Supartondo. 2004. “Komunikasi dan Empati Dalam Hubungan
Dokter-Pasien” Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
11. Apa saja kode etik kedokteran?

Kode etik kedokteran terdiri dari :

1. Kewajiban Umum
2. Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
3. Kewajiban Terhadap Teman Sejawat
4. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1 Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan
atau janji dokter.

Pasal 2 Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara
independen,dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4 Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .

Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6 Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7 Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 8 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 9 Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menanganipasien dia
ketahuimemiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan.

Pasal 10 Seorang dokter wajibmenghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga
kesehatan lainnya, serta wajibmenjaga kepercayaan pasien.

Pasal 11 Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup
makhluk insani.

Pasal 12 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan


aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik sik maupun
psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati
masyarakat.

Pasal 13 Setiap dokterdalambekerjasamadengan para pejabat lintas sektoral di bidang


kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 14 Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Pasal 15 Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat
berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau
penyelesaian masalah pribadi lainnya.

Pasal 16 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien,bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada oranglain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 18 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin


diperlakukan.

Pasal 19 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atauberdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 20 Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.

Pasal 21 Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan.

Sumber: http://idi.org/wp-content/uploads/2013/04/KODEKI-2012

Anda mungkin juga menyukai