KELOMPOK IV
KELAS 24B
1. RINGKASAN
Bukti dari penelitian yang dilakukan pada praktek pengungkapan akuntansi
menunjukkan bahwa interaksi pada faktor-faktor yang berbeda dalam lingkungan dimana
perusahaan yang beroperasi memengaruhi praktik pengungkapan mereka. Berbagai faktor
lingkungan mempengaruhi pengungkapan yang diadopsi oleh perusahaan yang diidentifikasi
dalam literatur yaitu faktor-faktor ekonomi, pasar modal, kerangka akuntansi dan peraturan,
mekanisme penegakan hukum, dan budaya, yang merupakan bagian dari Environmental
Determinism Theory (Cooke dan Wallace, 1990). Satu masalah yang timbul dalam penelitian
dibidang ini adalah kegagalan untuk mengeksplorasi faktor budaya. Teori budaya yang
diusulkan oleh peneliti seperti Hofstede (1987) dan Gray (1988) memberikan dasar yang baik
untuk memasukkan budaya sebagai salah satu variabel penjelas dalam studi pengungkapan.
Selain environmental determinism theory dan teori budaya, konsep corporate governance
juga diperkenalkan sebagai salah satu variabel yang menjelaskan pengungkapan, karena
dewan direksi yang mengatur pengungkapan informasi dalam laporan tahunan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperluas pemahaman kita tentang human
aspecs yang memengaruhi luasnya pengungkapan sukarela. Oleh karena itu, penelitian ini
akan menggabungkan corporate governance dan karakteristik personal dari direktur (human
aspecs-cultural) ke dalam model pengungkapan sukarela menggunakan karakteristik
perusahaan tertentu (nonhuman aspecs) sebagai variabel kontrolnya. Malaysia dipilih sebagai
objek penelitian karena selain merupakan negara berkembang, terdapat pembagian-
pembagian yang didasarkan atas ras, etnik, dan bahasa.
Company-specific characteristic
(as control variables)
Kerangka Berfikir
Kajian Teoritis : Kajian Empiris:
1. Grace et al. (1995),
1. Corporate 2. Shamsher dan Annuar (1993),
governance Rumusan Masalah 3. Rechner dan Dalton (1991),
2. Cultural theory 4. Donaldson dan Davis (1991),
3. Environmental 5. Berg and Smith (1978),
Hipotesis
determinism 6. Chaganti, Mahajan dan
theory Sharman (1985),
7. Hossain et al. (1994),
Uji Statistik
8. Cerf (1961,
9. Singhvi (1967),
Hasil 10. Abu-Nasar dan Rutherford
(1994),
Kesimpulan dan Saran
11. Soh (1996),
12. Ahmed dan Nicholls (1994).
Alat analisis data dan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebagian besar pengujian dalam penelitian ini menggunakan multiple regression.
(regresi berganda), dimana sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji
multikolinearitas, homokedastisitas, linearity, dan normalitas, serta memastikan tidak terjadi
eror pada pengukuran dan spesifikasi yang ada. Multikolinearitas diuji berdasarkan korelasi
matrix seperti menambahkan variasi faktor inflasi (VIF). Analisis residual, plot residual
studentised terhadap nilai prediksi serta plot Q-Q dilakukan untuk menguji homokedastisitas,
linearitas, dan asumsi normal. Sebagai tambahan, uji normalitas berdasarkan skewness,
kurtosis, dan K-S Lilliefors juga dilakukan.
Spesifikasi penuh dalam model regresi adalah
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + ….. + B31X31 + ε, dimana Y = voluntary disclosure index
Namun model di atas menimbulkan masalah yaitu terlalu banyaknya variabel dalam model.
Karena hal tersebut digunakan pula reduced regression model berdasarkan pemilihan
variabel yang ditemukan signifikan di model regresi univariat dan penuh.
Masalah lainnya adalah semua variabel diberi bobot yang sama karena magnitudenya masih
belum jelas. Hubungan antara variabel independen dan dependen juga belum jelas walaupun
diasumsikan monotonic. Karena hal tersebut digunakan rank regression method dengan
tambahan penggunaan normal scores.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3,4,5,dan 6.
• Tabel 3 menyajikan statistik deskriptif dari indeks pengungkapan sukarela, hasilnya dapat
dilihat bahwa rata-rata agregat indeks pengungkapan sukarela (yang selanjutnya disebut
VDI) hanya sebesar 31,3% dan jaraknya hanya berkisar 6% sampai 7% sangat jauh dari
skor maksimal yakni 100 namun VDI terdistribusi tidak normal seperti yang telah
diindikasikan oleh uji standar skewness dan kurtosis serta dukungan dari uji normalitas
nonparametik Kolmogrov-Smirnov (K-S Lilliefors). Tabel 4 menyajikan statistik
deskriptif dari continous independent variables dan tabel 5 merangkum regresi dengan
menggunakan skor normal untuk variabel-variabel ini.
• Pengujian regresi menghasilkan adjusted R2 sebesar 0.463 dan 5 variabel spesifik
perusahaan (asset-in-place, kepemilikan dari 10 pemegang saham teratas, investor luar
negeri, ROE, dan tipe industri) yang digunakan sebagai variabel kontrol menunjukkan
hasil yang signifikan. Variabel corporate governance diidentifikasi dalam penelitian ini
yaitu rasio dari keanggotaan keluarga pada dewan direksi dan chairman (non-executive
directors), signifikan pada level 5% dan 1%. Tidak satupun variabel karakteristik
personal yang signifikan, yang menunjukkan pengungkapan mungkin tidak dipengaruhi
oleh budaya.
a) Variabel spesifik perusahaan - Variabel assets-in-place berhubungan positif signifikan
dengan pengungkapan. Struktur kepemilikan berdasarkan proporsi saham yang
dipegang oleh top ten shareholders,hasilnya menunjukkan hubungan positif
signifikan. Terkait tipe industri, perusahaan-perusahaan di semua sektor ditemukan
mengungkapkan lebih sedikit dari sektor konstruksi, dan yang paling sedikit
mengungkapkan adalah sektor consumer.
b) Variabel corporate governance - Chairman yang tergolong non-executive director
menunjukkan hubungan negatif signifikan. Untuk rasio angota keluarga dalam dewan
menunjukkan hubungan negatif signifikan.
Hasil pengujian untuk reduced regression model ditunjukkan pada tabel 6. Adjusted R2
sebesar 0,479 dan 7 variabel spesifik perusahaan (assets in place, total aset, diversifikasi,
ownership by top, investor luar negeri, ROE, dan tipe industri) yang digunakan sebagai
variabel kontrol menunjukkan hasil yang signifikan. Proporsi anggota keluarga pada dewan
dan chairman yang tergolong non-executive director menunjukkan hubungan negatif
signifikan terhadap pengungkapan. Variabel personal characteristics yakni rasio bumiputera
dalam dewan direksi, menunjukkan hubungan positif dan signifikan pada level 5%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hanya 2 kelompok variabel yaitu karakteristik
spesifik perusahaan dan corporate governance yang berhubungan dengan luasnya
pengungkapan. Pengaruh signifikan dari variabel corporate governance yaitu anggota
keluarga yang ada di dewan direksi dan non-executive chairman terhadap luasnya
pengungkapan, menunjukkan bahwa penelitian mengenai pengungkapan perlu diperdalam
pada kedua variabel tersebut.
2. MOTIVASI PENELITIAN
Motivasi penelitian ini adalah untuk memperluas pemahaman menganai faktor-faktor
manusia yang berpengaruh pada luasnya pengungkapan sukarela. Hal tersebut menjadi
penting dalam konteks negara yang multi rasial karena sikap dan perilaku masing-masing ras
dalam masyarakat diasumsikan berbeda. Penelitian ini menggabungkan corporate
governance dan karakteristik-karakteristik personal dari direktur ke dalam model
pengungkapan sukarela menggunakan karakteristik-karakteristik spesifik perusahaan sebagai
variabel kontrol. Selain itu penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor lingkungan
yang memengaruhi praktik pengungkapan, masih gagal untuk menyelidiki mengenai faktor
budaya yang memengaruhi pengungkapan, sehingga hal ini masih menarik untuk diteliti.
Nilai tambah dari penelitian ini adalah belum ada penelitian sebelumnya yang menguji
tentang pengungkapan menggunakan variabel corporate governance dan karakteristik
personal sebagai faktor penentu dari pengungkapan.
3. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dari penelitian ini adalah apakah corporate governance dan karakteristik
personal sebagai tambahan pada karaktersitik perusahaan tertentu yang mungkin menjelaskan
pengungkapan sukarela di Malaysia?
4. LANDASAN TEORI
Corporate Governance Theories – corporate governance merupakan suatu konsep yang
melibatkan mekanisme regulasi dan pasar, serta peran dan hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan direksi, shareholders, dan stakeholders, beserta tujuan perusahaan
tersebut diatur. Corporate governance dikatakan dapat memengaruhi pengungkapan karena
dewan direksi yang mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan
perusahaan.
Cultural Theory – Tradisi suatu bangsa ditanamkan pada masyarakat sehingga dapat
membantu menjelaskan perilaku-perilaku mereka. Wallace dan Gernon (1991) menyarankan
penggunaan “karakter nasional” untuk menjelaskan sistem akuntansi. Untuk hal itu, teori
budaya yang diajukan Hofstede (1987) dan Gray (1988) menyediakan fondasi yang baik
untuk memasukkan budaya sebagai salah satu variabel penjelas dalam studi mengenai
pengungkapan.
Environmental Determinism Theory – merupakan pandangan bahwa lingkungan fisik
menentukan batas-batas lingkungan manusia. Faktor-faktor lingkungan dikatakan
memengaruhi praktik-praktik pengungkapan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari ekonomi,
pasar modal, kerangka akuntansi dan regulasi, mekanisme pelaksanaan, dan kebudayaan.
5. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, diajukan hipotesis nol
yang akan diuji sebagai berikut:
H01a : Tidak ada hubungan antara proporsi non-executive directors dalam dewan direksi
dan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H01b : Tidak ada hubungan antara proporsi anggota keluarga di dalam dewan direksi dan
luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H02a : Tidak ada hubungan antara dualitas CEO dan luasnya pengungkapan sukarela
informasi.
H02b : Tidak ada hubungan antara non-executive director sebagai chairperson dan
luasnya pengkapan sukarela informasi.
H03a : Tidak ada hubungan antara proporsi cross-directorships dipegang oleh direktur-
direktur di dewan pengurus dan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H03b : Tidak ada hubungan antara chairperson dengan cross-directorships dan luasnya
pengungkapan sukarela informasi.
H04a : Tidak ada hubungan antara proporsi direktur-direktur bumiputra pada dewan
direksi dan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H04b : Tidak ada hubungan antara direktur keuangan bumiputra dan luasnya
pengungkapan sukarela informasi.
H04c : Tidak ada hubungan antara chairperson bumiputra dan luasnya pengungkapan
sukarela informasi.
H04d : Tidak ada hubungan antara direktur pengelola bumiputra dan luasnya
pengungkapan sukarela informasi.
H04e : Tidak ada hubungan antara konsentrasi yang lebih tinggi atas kepemilikan
bumiputra dan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H05a : Tidak ada hubungan antara direktur-direktur yang terlatih dalam bisnis atau
akuntansi dan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H05b : Tidak ada hubungan antara direktur keuangan yang terlatih dalam akuntansi atau
keuangan dan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
H05c : Tidak ada hubungan antara controller keuangan yang berada dalam dewan direksi
dengan luasnya pengungkapan sukarela informasi.
.
g. Konsistensi antara masalah penelitian, hipotesis dan analisis data
Menurut kami, telah terdapat kekonsistenan antara masalah penelitian, hipotesis, dan
analisis data dalam penelitian ini. Hipotesis yang diajukan telah sesuai dengan masalah
penelitian, dan data yang dikumpulkan telah dianalisis dengan baik sehingga mampu
memberikan bukti untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
h. Konsistensi hasil pengujian dan simpulan
Menurut kami, hasil pengujian yang dilakukan serta penarikan kesimpulan sudah
konsisten. Peneliti juga menyimpulkan terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam
penelitiannya dan peneliti juga menyarankan beberapa pengembangan untuk dapat
diaplikasikan dalam penelitian selanjutnya.
i. Implikasi kebijakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara karakteristik
corporate governance (proporsi anggota keluarga dalam dewan direksi dan non executive
chairman), mengindikasikan pentingnya variabel-variabel ini sebagai determinan
pengungkapan sukarela, sehingga studi-studi mengenai pengungkapan harus dilakukan
dengan memasukkan variabel-variabel tersebut. Selain itu chairman sebagai non executive
director ditemukan berhubungan negatif dengan luasnya pengungkapan sukarela. Hal ini
dapat menjadi suatu masukan bagi otoritas Malaysia untuk merekomendasikan aspek lain
untuk meningkatkan praktik good corporate governance.
Hasil penelitian menemukan bahwa variabel-variabel personal tidak berhubungan dengan
pengungkapan dalam model penuh. Hasil ini mendukung teori-teori bebas budaya, bahwa
bahwa seiring waktu, nilai-nilai sosial menyatu akibat perkembangan teknologi.
Hasil penelitian berdasarkan reduced model mengindikasikan pertentangan dengan
hipotesis Hofstede yaitu kelompok bumiputera akan lebih tertutup. Hasil ini mendukung
nilai-nilai Islam yang mendorong transparansi dalam bisnis dan masyarakat Malaysia yang
dominan beragama Islam diharapkan untuk lebih terbuka (terkait pengungkapan) daripada
kelompok Chinese.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan variabel-variabel karakteristik
spesifik perusahaan, corporate governance, dan karakteristik personal terhadap luasnya
pengungkapan mandatory khususnya di negara-negara berkembang karena sering
diperdebatkan bahwa negara berkembang lebih tertutup dan mungkin tidak memenuhi semua
aturan. Kemudian penelitian selanjutnya dapat menggunakan studi longitudinal untuk melihat
trend kebijakan pengungkapan yang diadopsi perusahaan dan hubungannya dengan variabel-
variabel yang diidentifikasi.