Anda di halaman 1dari 3

Nama : MEILANI

Sem : v / BPI - D

Makul : FIQH KONTEMPORER

Jawaban:

1. Perbedaan antara dalil yang bersifat qath’i dan zhanni adalah bahwa pada qath'i nash yang
menunjukkan makna yang pemahaman makna itu dari nash tersebut telah tertentu dan tidak
mengandung ta’wil serta tidak ada peluang untuk memahami makna lainnya dari nash itu yang bersifat
jelas. Sedangkan nash yang zhanni adalah nash yang menunjukkan atas suatu makna akan tetapi masih
memungkinkan untuk dita’wilkan atau dipalingkan dari makna ini dan makna lainnya dimaksudkan
darinya atau bermakna ganda.

A. Contoh nash Qath'i :

Dalam kafarat sumpah. Allah berfirman (QS. Al-Maidah :89)

‫صيَا ُم ثَلَثَ ِة أَي ٍَّام‬


ِ َ‫ف‬

Artinya : “ Maka berpuasalah selama tiga hari “.

Maksudnya Puasa tiga hari untuk kafarat sumpah, menurut para ulama’ ushul fiqh mengandung hukum
yang qath’i dan tidak bisa dipahami dengan pengertian lain.

Pada surat lain juga terdapat seperti pada ayat QS. An Nur : 4, Allah berfirman:

ْ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَأْت‬
َ‫َوا بِأَرْ بَ َع ِة ِ ُشهَدَا َء فَاجْ لِدُوهُ ْم ثَمنِ ْينَ َج ْل َدةً َوالَ تَ ْقبَلُوا له ْم َشهَادةً أَبَدًا َوأُولئِكَ هُ ُم الفَا ِسقُون‬ َ ْ‫َوالَّ ِذ ْينَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬

Artinya “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera,
dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang
yang fasik.”

Hal ini menandakan bahwa seorang yang menuduh wanita baik-baik berbuat zina, sedangkan ia tidak
memiliki 4 orang saksi maka ia didera sebanayak 80 kali deraan sebagai hukuman telah menuduh. Kata
“delapan puluh” merupakan kata yang sudah jelas dan tidak mungkin kata tersebut dita’wil menjadi
kalimat lain, dengan demikian ayat ini bersifat qath’i al-dalalah.

B. Contoh Dalil Zhanni

QS. Al Baqarah : 228

‫ات يَتَر بصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَلَثَةَ قُرُوْ ٍء‬


ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬

Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”.
Lafadz quru dalam bahasa arab adalah musytarak (satu kata dua artinya atau lebih). Di dalam ayat
tersebut bisa berarti bersih (suci) dan kotor (masa haidh) pada nash tersebut memberitahukan bahwa
wanita-wanita yang ditalak harus menunggu tiga kali quru’. dengan demikian, akan timbul dua
pengertian yaitu tiga kali bersih atau tiga kali kotor. jadi adanya kemungkinan itu, maka ayat tersebut
tidak dikatakan qath’i. karena itu dalam hal ini para imam mujtahid berbeda pendapat tentang masa
menunggu (‘iddah) bagi wanita yang dicerai, ada yang mengatakan tiga kali bersih dan ada yang
mengatakan tiga kali haidh.

2. Perbedaan dari Hadis Qauliyah, Fi'liyah dan Taqririah yaitu:

A. Hadits atau Sunnah Qauliyah

Hadits Qualiyah yaitu ucapan-ucapan atau sabda Nabi dalam berbagai kesempatan dan keadaan yang
berhubungan dengan penerapan hukum atau ketentuan-ketentuan lain dalam islam.

Contohnya seperti sabda Rasulullah saw:

ُ ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن كَاْلبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع‬


‫ضهُ بَ ْعضًا‬

Artinya : "Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan, satu sama lain
saling menguatkan". (H.R.Muslim)

B. Hadits atau Sunnah Fi'liyah

Hadits Fi'liyah yaitu perbuatan atau perilaku Nabi untuk memberikan tuntunan atau contoh
pelaksanaan ibadah atau urusan-urusan lain dari islam.

Contoh:

َ‫ضةَ نَ َز َل فَا ْستَ ْقبَ َل ْالفِ ْبلَة‬


َ ‫ت فَإِ َذا اَ َرا َد ْالفَ ِر ْي‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي‬
ُ ‫ُصلِّى َعلَى َرا ِحلَتِ ِه َحي‬
ْ َ‫ْث تَ َو َّجه‬ َ َ‫ع َْن َجابِ ٍر ب ِْن َع ْب ِد هللاِ ق‬
َ ُ‫ال َكانَ َرسُوْ ُل هللا‬

Artinya : “Dari Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas tunggangannya, kemana saja
tunggangannya itu menghadap. Apabila beliau hendak (melaksanakan shalat) fardhu, ia turun dan
menghadap ke kiblat” (HR. Bukhari-Muslim).

"Nabi Saw (meluruskan) shaf-shaf kami ketika kami akan melakukan shalat. Apabila shaf-shaf kami telah
lurus, barulah Nabi Saw. bertakbir".(HR. Muslim)

C. Hadits atau Sunnah Taqririyah

Hadits Taqririyah yaitu pernyataan/persetujuan Nabi terhadap suatu perbuatan yang dilakukan
sahabat atau seseorang dihadapan beliau, atau perbuatan seseorang di tempat lain yang di laporkan
kepada beliau, lalu beliau diam. Diamnya Nabi menandakan persetujuan, sebab kalau tidak setuju, maka
Nabi akan menolaknya atau melarangnya.

Contoh:
َ ِ‫ال خَالِ ٌد فَاجْ تَ َررْ تُهُ فَأَك َْلتُهُ َو َرسُوْ ُل هللا‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ْ‫ال اَل َولَ ِك ْن لَ ْم يَ ُك ْن بِأَر‬
َ َ‫ض قَوْ ِم ْي ُكلُوْ ا فَإِنَّهُ َحاَل ٌل ق‬ َ ‫أَ َح َرا ٌم ال‬
َ َ‫ضبُّ يَا َرسُوْ َل هللاِ ق‬
‫ي‬ َ
َّ ‫يَنظ ُر إِل‬ُ ْ

“Apakah biawak ini haram? Nabi menjawab: “tidak, hanya saja (binatang ini) tidak ada di daerah
kaumku. Makanlah, karena itu halal”. Khalid berkata: “Segera aku memotongnya dan memakannya,
sedangkan Rasulullah menyaksikanku”. (HR. Bukhari-Muslim).

3. Mengutip penjelasan Syekh Muhammad Al Maliki, ada beberapa hal yang patut kita cermati tentang
perbedaan Al-Qur’an dan Hadits Qudsi:

A. Al-Qur’an adalah mukjizat yang terjaga sepanjang masa dari segala pengubahan, serta lafal dan
seluruh isinya sampai taraf hurufnya, tersampaikan secara mutawatir.

B. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan maknanya saja. Ia harus dihafalkan sebagaimana adanya.
Berbeda dengan hadits Qudsi, yang bisa sampai kepada kita dalam hadits yang diriwayatkan secara
makna saja. Pun ia masih bisa dikritik secara sanad dan matan sebagaimana hadits-hadits lainnya.

C. Dalam mazhab Syafi’i, Mushaf Al-Qur’an tidak boleh dipegang dalam keadaan berhadats kecil, serta
tidak boleh dibaca saat berhadats besar. Sedangkan pada hadits Qudsi, secara hukum, ia boleh dibaca
dalam kondisi berhadats.

D. Hadits Qudsi tentu tidak dibaca saat shalat, berbeda dengan ayat Al-Qur’an.

E. Membaca Al-Qur’an, membacanya adalah ibadah, dan setiap huruf diganjar sepuluh kebaikan,
sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.

F. Al-Qur’an adalah sebutan yang memang berasal dari Allah, beserta nama-nama Al-Qur’an yang
lainnya.

G. Al-Qur’an tersusun dalam susunan ayat dan surat yang telah ditentukan.

H. Lafal dan makna Al-Qur’an sudah diwahyukan secara utuh kepada Nabi Muhammad, sedangkan lafal
hadits Qudsi bisa hanya diriwayatkan oleh para periwayat secara makna.

4. Tiga fungsi Hadis terhadap Alqur'an :

A. menguatkan dan menegaskan hukumyang terdapat di al-qur'an

B. menguraikan dan merincikan yang mujmal, mengaitkan yang mutlak dan mentahksiskan yang
umum, tafsil, takyid, dan takhsis berfungsi menjelaskan apa yang dihendaki al-qur'an

C. menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutakan dalam al-qur'an.

Anda mungkin juga menyukai