Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

PENGANTAR ILMU HUKUM

NAMA : Harson Agusda Deluson


NIM : 042179709
PRODI : S1 ILMU HUKUM
UPBJJ : BANDUNG

Pertanyaan:

1. Apa saja komponen sistem hukum menurut Lawrence M. Friedman? Bagaimana  prakteknya
komponen sistem hukum  tersebut pada saat ini di Indonesia?
2. Sistem hukum apa  yang berlaku  di Indonesia? berikan contohnya!

Jawaban:

1. Lawrence M. Friedman menyebutkan bahwa sistem hukum itu meliputi komponen-komponen


sebagai berikut:
 Komponen Struktur Hukum
 Komponen Substansial Hukum
 Komponen budaya (Budaya hukum masyarakat)

Hukum perdata Indonesia

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan
hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai
lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-
hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan
seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-
tindakan yang bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata
Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang
berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau
dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan asas konkordansi.
Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Prancis dengan beberapa
penyesuaian.

Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian yaitu:

Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang
mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga,
perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan disahkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan.

Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan,
waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak
(misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu
benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda
tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 5
tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan
tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.

Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian
(walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis
perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang
timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk
bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD
berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari
KUHPer.

Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya
batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang
berkaitan dengan pembuktian.

Sistematika yang ada pada KUHP tetap dipakai sebagai acuan oleh para ahli hukum dan masih diajarkan
pada fakultas-fakultas hukum di Indonesia.

Hukum pidana Indonesia

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi dua
bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materiil
mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di
Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di
Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8
tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).
Hukum tata negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar pendirian,
struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban)
antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata negara mengatur mengenai negara dalam
keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem
pemerintahan, sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas. Hukum
ini membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

Hukum tata usaha (administrasi) negara

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara.
Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata negara.kesamaanya terletak dalam
hal kebijakan pemerintah,sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada
fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan
pemerintah,untuk hukum administrasi negara di mana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum
tata usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

Hukum acara perdata Indonesia

Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di
badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata. Dalam hukum acara perdata, dapat dilihat dalam
berbagai peraturan Belanda dulu(misalnya; Het Herziene Inlandsh Reglement/HIR, RBG, RB,RO).

Hukum acara pidana Indonesia

Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di
badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU nomor 8 tahun 1981).

Asas dalam hukum acara pidana

Asas di dalam hukum acara pidana di Indonesia adalah:

 Asas perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah
tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan UU.
 Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak memihak, yaitu serangkaian proses
peradilan pidana (dari penyidikan sampai dengan putusan hakim) dilakukan cepat, ringkas, jujur, dan adil
(pasal 50 KUHAP).
 Asas memperoleh bantuan hukum, yaitu setiap orang punya kesempatan, bahkan wajib memperoleh
bantuan hukum guna pembelaan atas dirinya (pasal 54 KUHAP).
 Asas terbuka, yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara terbuka untuk umum (pasal 64
KUHAP).
 Asas pembuktian, yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian (pasal 66 KUHAP),
kecuali diatur lain oleh UU.
2. sistem hukum yang saat ini diterapkan di Indonesia maka akan mengerucut pada sistem hukum
pidana dan sistem hukum perdata. Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum
pidana terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan
pidana (sanksi).

Sistem Hukum Pidana di Indonesia, untuk Sistem Hukum Pidana Materiil nya diatur dalam kitab undang-
undang hukum pidana (KUHP). Sedangkan Sistem Hukum Pidana Formil yang mengatur tentang
pelaksanaan hukum pidana materiil, telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981 tentang hukum
acara pidana (KUHAP).
Sedangkan hukum perdata diartikan sebagai ketentuan-ketentuan yang mengatur hak-hak dan
kepentingan-kepentingan antara individu-individu dalam masyarakat Indonesia yang dalam praktek
hukumnya, karena Indonesia, merupakan bekas negara jajahan Belanda serta mempunyai penganut
agama Islam mayoritas, juga mempunyai kultur dan budaya yang beragam, banyak dipengaruhi oleh
tradisi hukum Eropa-Kontinental atau Civil Law, yakni hukum privat atau hukum perdata dan juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Islam terutama bagi penganut agama Islam yakni Hukum Islam.

Dalam konstitusi sudah jelas dikatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Dari pernyataan
ini dapat memancing pemikiran bahwa Indonesia bukan negara keadilan ini. Mengapa bisa dikatakan
demikian? Bisa kita lihat realita di sekitar kita saat ini, salah satu contohnya adalah Bagaimana dengan
mudahnya seorang nenek yang mencuri 3 buah kakao dihukum seberat orang yang korupsi jutaan
rupiah?
Coba anda pikirkan seseorang yang hanya mencuri 3 buah kakao yang bila dijual hanya beberapa ribu
saja dan tidak merugikan banyak orang dengan orang yang mencuri uang negara yang merugikan
seluruh masyarakat terutama masyarakat kecil, bisa bisanya mendapat hukuman yang sama? Kaum atas
memandang hukum itu hanya sebuah permainan semata dan masyarakat kecil semakin sengsara
dengan keberadaan hukum di indonesia saai ini.

Padahal dalam konstitusi mensyaratkan bahwa hukum merupakan sesuatu yang berkeadilan dimana
semua sama di hadapan hukum. Tidak ada pengaruh jabatan, uang atau bahkan kekuasaaan. Tentunya
sudah banyak sekali kasus sejenis dan serupa yang kita lihat dan saksikan di televisi. Sangat miris
tentunya sebab sistem hukum di Indonesia saat ini terkesan runcing kebawah namun tumpul keatas. Jika
bertanya soal keadilan maka tentunya bukan seperti itu keadilan yang diharapkan oleh segenap
masyarakat Indonesia.
Sudah bukan hal yang tabu lagi jika sistem hukum negara kita bisa dibeli dengan uang. Bahkan sebuah
fakta mencengangkan menunjukkan hasil bahwa begitu mudahnya para aparat penegak hukum untuk
bisa disuap. Sehingga kemudian dapat mempengaruhi proses hukum yang dijalani. Apalagi bagi mereka
yang memiliki kapasitas sebagai orang berkuasa arau berduit.

Jika kondisi demikian terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan bahwa kepercayaan masyarakat
terhadap hukum akan menurun. Sehingga hukum rimba akan kembai berlaku. Tentunya hal ini malah
akan menimbulkan masalah baru terutama dalam kesetabilan serta keamanan dalam kehidupan
bermasyarakat. Sehingga diperlukam ketegasan pemerintah dalam upaya mengembalikan citra hukum
Indonesia yang kini mulai tercoreng oleh ulah oknum yang tidak bertanggung jawab.
hukum adalah bagian usaha untuk meraih keadilan dalam masyarakat, tatapi tidak sama persis dengan
keadilan. Keadilan mencangkup hukum, namun hukum bukan satu-satunya cara menciptakan keadilan.
Hukum Indonesia adalah produk politik, Karena itu seharusnya hukum kita bisa lebih progresif,
mengingat tentang kepentingan semua pihak dapat dengan cepat tersampaikan. Dengan demikian
harapannya kebahagiaan masyarakat terwujudkan.
Sistem Hukum Indonesia Saat Ini dan dampaknya bagi masyarakat. Tentunya merupakan gambaran
bagaiman sistem hukum yang saat ini sedang berlangsung di negara kita. Secara garis besar, hal ini
menggambarkan bagaimana hukum berjalan di Indonesia. Semoga hukum di indonesia akan semakin
baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai